SE 37 PJ 2014 Data Cleansing

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;
2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak;
3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan;
di seluruh Indonesia
SURAT EDARAN
NOMOR SE - 37/PJ/2014
TENTANG
TATA CARA PEMBERSIHAN DATA ( DATA CLEANSING ) WAJIB PAJAK

A. Umum
Dalam rangka melakukan pembenahan master file Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak
telah membentuk Tim Pembersihan Data Wajib Pajak dengan susunan keanggotaan yang
berasal dari beberapa direktorat terkait melalui Keputusan Direktur Jenderal Pajak yang
juga berfungsi sebagai Surat Tugas bagi Tim Pembersihan Data Wajib Pajak dalam
melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan analisis terhadap data dan/atau informasi yang diterima dan/atau diperoleh,
Tim Pembersihan Data Wajib Pajak menyusun dan mengusulkan daftar Wajib Pajak yang
masuk dalam proses pembenahan master file kepada Direktur Jenderal Pajak untuk
diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penghapusan dan/atau Penggantian

Nomor Pokok Wajib Pajak atau Penonefektifan Nomor Pokok Wajib Pajak yang harus
ditindaklanjuti oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar dengan
menyampaikan pemberitahuan kepada Wajib Pajak terkait dengan proses pembenahan
data master file tersebut.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Penerbitan Surat Edaran ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam proses
pembenahan master file Wajib Pajak dalam rangka mewujudkan tertib administrasi
perpajakan dan terbentuknya data dan/atau informasi terkait Wajib Pajak yang relevan
dan handal.
2. Tujuan
Agar permasalahan terkait Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dengan Pengguna
Ganda, Wajib Pajak dengan Identitas Ganda, Wajib Pajak tidak memiliki transaksi
perpajakan berturut-turut dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir, Bendahara
Pemerintah atau Bendahara Proyek Pemerintah yang sudah tidak aktif dan/atau tidak
ada satuan kerjanya, penghapusan NPWP Wajib Pajak dengan status Non Efektif dalam
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dan penanganan Wajib Pajak yang belum dilakukan
validasi dapat ditindaklanjuti dalam rangka terwujudnya tertib administrasi perpajakan.

C. Ruang Lingkup
Surat Edaran ini mengatur prosedur pelaksanaan dan penyempurnaan data Wajib Pajak
dalam rangka pembenahan dan pembersihan master file Wajib Pajak, yang terkait dengan:
1. Penanganan terhadap NPWP dengan Pengguna Ganda.
2. Penanganan terhadap Wajib Pajak dengan Identitas Ganda.
Penanganan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki transaksi perpajakan berturut3.
turut dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir.
4. Penanganan terhadap Wajib Pajak Bendahara yang Sudah Tidak Aktif.
Penanganan Wajib Pajak yang sudah dinonefektifkan dalam kurun waktu lebih dari 5
5.
(lima) tahun.
Penanganan terhadap Wajib Pajak yang sudah memiliki NPWP tetapi NPWP tersebut
6.
belum dilakukan proses validasi oleh pihak KPP.
7. Penyampaian informasi atau sosialisasi kepada Wajib Pajak yang dilakukan
pembenahan data oleh KPP.
D. Dasar
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 tentang Jangka Waktu
Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran, Pemberian, dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan Dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Verifikasi.
5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan
Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan PER-38/PJ/2013.
E. Materi
1. Penanganan Wajib Pajak dengan NPWP Pengguna Ganda
a. Yang dimaksud dengan Wajib Pajak dengan NPWP Pengguna Ganda adalah Wajib
Pajak yang memiliki NPWP sama dengan Wajib Pajak lain yang ada di KPP lain.
Berdasarkan data dan/atau informasi yang dimiliki dan/atau diperoleh, Tim
Pembersihan Data WajibPajak sesuai kewenangan yang diberikan oleh Direktur
Jenderal Pajak melakukan penghapusan dan penggantian NPWP terkait dengan
NPWP dengan Pengguna Ganda, dengan berdasarkan pada kriteria:

1) Wajib Pajak yang aktifitas perpajakannya lebih tidak aktif; dan
2) Wajib Pajak yang apabila dilakukan penghapusan dan penggantian NPWP,
tidak memiliki dampak/pengaruh signifikan bagi Wajib Pajak bersangkutan.
b.Tindak lanjut oleh Tim Pembersihan Data Wajib Pajak
1) Tim Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan data dan/atau informasi yang
dimiliki atau diperoleh melakukan kegiatan verifikasi dalam rangka penghapusan
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

dan penggantian NPWP ierkait NPWP Pengguna Ganda.
2) Tim Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan hasil verifikasi memberikan
usulan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk menerbitkan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak tentang Penghapusan dan Penggantian Nomor Pokok Wajib Pajak.
3) Terhadap Wajib Pajak yang NPWP-nya telah ditetapkan menjadi NPWP
digunakan untuk Wajib Pajak lain, diberikan NPWP pengganti.
c. Tindak lanjut oleh Kantor Pelayanan Pajak
1)Terkait dengan penerbitan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut, Kantor
Pelayanan Pajak:
a) menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan/atau Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang diberikan NPWP pengganti
secara jabatan;

b) mencetak kartu NPWP pengganti bagi Wajib Pajak yang diberikan NPWP
pengganti; dan
c) menyampaikan pemberitahuan penghapusan dan penggantian NPWP kepada
Wajib Pajak terkait, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal
penerbitan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
2)Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan Kepala Seksi Pelayanan untuk
menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan/atau Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dan mencetak kartu NPWP pengganti bagi Wajib Pajak yang
diberikan NPWP pengganti serta mernbuat surat pemberitahuan penghapusan dan
penggantian NPWP kepada Wajib Pajak.
3)Petugas Seksi Pelayanan berdasarkan disposisi dari Kepala Seksi membuat konsep
surat pemberitahuan penghapusan dan penggantian NPWP sebagaimana contoh
format pada Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran
ini.
4)Petugas Seksi Pelayanan meneruskan konsep surat pemberitahuan penghapusan dan
penggantian NPWP kepada Kepala Seksi Pelayanan.
5)Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memberi persetujuan dengan menandatangani
surat pemberitahuan penghapusan dan penggantian NPWP tersebut.
6)Petugas Seksi Pelayanan mengirimkan surat pemberitahuan penghapusan dan
penggantian NPWP kepada Wajib Pajak dengan tembusan surat ditujukan kepada

Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi terkait.
7)Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi mendisposisikan tembusan surat tersebut
kepada Account Representative untuk diberikan tindak lanjut.
8)Petugas Seksi Pelayanan dan/atau Account Representative memberikan penjelasan
kepada Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP Pengganti terkait dengan pelaksanaan
hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan sebagai konsekuensi dilakukannya
penggantian NPWP tersebut.
d.Tugas dan Tanggung Jawab Kanwil DJP Kepala Kanwil DJP melakukan sosialisasi,
monitoring dan evaluasi terkait dengan tindak lanjut penanganan Wajib Pajak dengan
NPWP pengguna ganda yang dilakukan oleh KPP.
e. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penghapusan dan Penggantian NPWP
tersebut merupakan dasar penghapusan dan penggantian NPWP bagi Wajib Pajak
bersangkutan.
f. Masa Peralihan
1) Selama masa peralihan penghapusan NPWP lama dan penerbitan NPWP pengganti,
Wajib Pajak masih dapat mencantumkan NPWP lama dalam Surat Setoran Pajak
(SSP) untuk melakukan transaksi pembayaran dan penyetoran pajak, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.


a) untuk transaksi pembayaran dan penyetoran pajak dalam rangka kegiatan impor,
Wajib Pajak dapat mencantumkan NPWP lama dalam bukti pembayaran pajak
paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal mulai terdaftar dengan NPWP
pengganti.
b) Untuk mengakomodasi Wajib Pajak dalam pengurusan Surat Izin Usaha (SIU)
serta surat izin lainnya, transaksi pembayaran dan penyetoran pajak selain dalam
rangka kegiatan impor, Wajib Pajak dapat mencantumkan NPWP lama dalam
SSP paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal penerbitan NPWP pengganti.
c) dalam hal sampai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b)
pengurusan perubahan dokumen impor belum selesai, Wajib Pajak harus
membuat surat permohonan perpanjangan jangka waktu pencantuman NPWP
lama untuk melakukan transaksi pembayaran dan penyetoran pajak dalam
rangka impor kepada Kepala KPP dengan melampirkan fotokopi bukti
pengurusan perubahan dokumen impor.
2) Wajib Pajak yang telah diberikan NPWP pengganti wajib menggunakan NPWP
pengganti tersebut, namun demikian untuk Formulir Perpajakan seperti: Faktur
Pajak yang sudah tercetak dengan identitas pengguna dan Bukti
Pemotongan/Pemungutan dengan menggunakan NPWP lama masih dapat
digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Formulir dengan NPWP lama tetap diakui keabsahannya sepanjang memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
b) Formulir lama tetap dapat digunakan dengan memasukan identitas NPWP
pengganti dan/atau Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak pengganti dengan
ketentuan sebagai berikut:
(i) Formulir Perpajakan
Penggunaan formulir perpajakan lama dilakukan dengan menambahkan
NPWP pengganti di atas/bawah atau di sebelah kanan/kiri NPWP lama yang
tertera dalam formulir perpajakan dengan cara diketik sedemikian rupa
sehingga NPWP Lama masih tetap dapat terbaca.
Contoh:
NPWP : 01.213.025.9-001.000 menjadi NPWP : 02.023.255.6-001.000
(ii) Faktur Pajak
(a) Faktur Pajak dengan NPWP lama yang sudah tercetak dilakukan
dengan menambahkan NPWP pengganti di atas/bawah atau di sebelah
kanan/kiri NPWP lama,
(b) Tata cara pembuatan Faktur Pajak selanjutnya mengikuti ketentuan
saat pembuatan, bentuk, ukuran, tata cara penyampaian, dan tata cara
pembetulan Faktur Pajak yang berlaku.
(iii) Bukti Pemotongan/Pemungutan
Penggunaan Bukti Pemotongan/Pemungutan lama dengan identitas NPWP

pengganti dengan menambahkan NPWP pengganti di atas/bawah atau di
sebelah kanan/kiri NPWP Lama, yang tertera dalam Bukti
Pemotongan/Pemungutan dengan cara diketik sedemikian rupa tanpa
coretan atau koreksi apapun.
Contoh:
NPWP:
01.213.025.9-001.000
02.023.255.6-001.000
c) Formulir lama sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan huruf b) tersebut tetap
dapat digunakan dalam/pada formulir perpajakan sampai dengan akhir bulan
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

ketiga setelah bulan berlakunya NPWP pengganti, sepanjang memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
d) Bagi penerima Faktur Pajak dan/atau Bukti Pemotongan/Pemungutan
sebagaimana dimaksud pad a huruf c) tersebut tetap dapat dikreditkan;
e) Dalam jangka waktu sampai dengan akhir bulan ketiga setelah bulan berlakunya
NPWP pengganti, Faktur Pajak dan/atau Bukti Pemotongan/Pemungutan yang
diterima dan dengan menggunakan NPWP lama, tetap dapat dikreditkan
sepanjang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3) Pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan yang berkaitan dengan
pelayanan permohonan Wajib Pajak, pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan,
keberatan, pembetulan, pengurangan, penghapusan, dan pembatalan atas ketetapan
pajak serta keperluan perpajakan lainnya yang masih menggunakan NPWP lama
tetap diakui keabsahannya sampai dengan akhir bulan ketiga setelah bulan
berlakunya NPWP pengganti, sepanjang memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
2. Penanganan Wajib Pajak dengan Identitas Ganda
a. Tim Pembersihan Data Wajib Pajak melakukan penghapusan NPWP terkait dengan
Wajib Pajak dengan Identitas Ganda atau Wajib Pajak yang memiliki lebih dari satu
NPWP, dilakukan dengan berdasarkan pada kriteria bahwa NPWP yang akan
dihapus adalah NPWP yang lebih tidak aktif.
b. Tindak lanjut oleh Tim Pembersihan Data Wajib Pajak
1) Tim Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan data dan/atau informasi yang
dimiliki dan/atau diperoleh melakukan kegiatan verifikasi terhadap Wajib Pajak
dalam rangka penghapusan Wajib Pajak dengan Identitas Ganda.
2) Tim Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan hasil verifikasi, mengusulkan
kepada Direktur Jenderal Pajak untuk menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak tentang Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dengan Identitas Ganda.
3) Dalam hal Wajib Pajak yang NPWP-nya akan dihapus masih terdapat tunggakan
utang pajak dan/atau masih terdapat proses upaya hukum maka akan dilakukan

proses migrasi data ke NPWP yang dipertahankan.
c. Tindak lanjut oleh Kantor Pelayanan Pajak
1) Terkait dengan penerbitan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang
Penghapusan NPWP Wajib Pajak dengan Identitas Ganda, Kantor Pelayanan
Pajak menyampaikan pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan,
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal penerbitan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak.
2) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan Kepala Seksi Pelayanan untuk
membuat surat pemberitahuan penghapusan NPWP kepada Wajib Pajak.
3) Petugas Seksi Pelayanan berdasarkan disposisi dari Kepala Seksi membuat
konsep surat pemberitahuan penghapusan NPWP sebagaimana contoh format
pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran
ini.
4) Petugas Seksi Pelayanan meneruskan konsep surat pemberitahuan penghapusan
kepada Kepala Seksi Pelayanan.
5) Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memberi persetujuan dengan
menandatangani konsep surat pemberitahuan penghapusan NPWP.
6) Petugas Seksi Pelayanan mengirimkan surat pemberitahuan penghapusan NPWP
kepada Wajib Pajak dengan tembusan surat ditujukan kepada Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi terkait.
7) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi mendisposisikan tembusan surat
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

tersebut kepada Account Representative untuk diberikan tindak lanjut.
8) Petugas Seksi Pelayanan dan/atau Account Representative memberikan
penjelasan kepada Wajib Pajak terkait dengan penghapusan NPWP serta
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan sebagai konsekuensi
dilakukan penghapusan NPWP.
d. Tugas dan Tanggung Jawab Kanwil DJP
Kepala Kanwil DJP melakukan sosialisasi, monitoring dan evaluasi terkait dengan
tindak lanjut penanganan Wajib Pajak dengan dengan identitas ganda yang
dilakukan oleh KPP.
e. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak Wajib Pajak dengan Identitas Ganda merupakan dasar penghapusan NPWP
bagi Wajib Pajak.
3. Penanganan Wajib Pajak yang Tidak Memiliki Transaksi Perpajakan Berturut-turut
dalam Kurun Waktu 3 (tiga) Tahun Terakhir
a. Dalam rangka terwujudnya tertib administrasi perpajakan dan optimalisasi
pengawasan kepatuhan Wajib Pajak, perlu dilakukan penonefektifan terhadap Wajib
Pajak yang secara berturut-turut dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir
berdasarkan sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak tidak memiliki transaksi
perpajakan.
b. Termasuk dalam pengertian tidak memiliki transaksi perpajakan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, adalah:
1) Wajib Pajak tidak melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan baik Masa
maupun Tahunan;
2) Wajib Pajak tidak dilakukan pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak
ketiga/pihak lain;
3) Wajib Pajak tidak melakukan pembayaran pajak melalui sistem MPN;
4) Wajib Pajak tidak mempunyai tunggakan pajak dan/atau tidak sedang
melakukan upaya hukum; dan
5) Wajib Pajak tidak sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti
permulaan, dan/atau penyidikan tindak pidana perpajakan.
c. Tindak lanjut oleh Tim Pembersihan Data Wajib Pajak
1) Tim Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan data dan/atau informasi yang
dimiliki dan/atau diperoleh melakukan penelitian dalam rangka penonefektifan
Wajib Pajak.
2) Tim Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan hasil penelitian mengusulkan
kepada Direktur Jenderal Pajak untuk menerbitkan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak tentang Penonefektifan Wajib Pajak yang tidak memiliki
transaksi perpajakan berturut-turut dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir.
d. Tindak lanjut oleh Kantor Pelayanan Pajak
1) Terkait dengan diterbitkannya Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang
Penonefektifan Wajib Pajak tersebut, Kantor Pelayanan Pajak menyampaikan
pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan, paling lama 10
(sepuluh) hari kerja setelah tanggal penerbitan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak.
2) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan Kepala Seksi Pelayanan untuk
membuat Surat Pemberitahuan Penetapan Wajib Pajak Non Efektif kepada
Wajib Pajak.
3) Petugas Seksi Pelayanan berdasarkan disposisi dari Kepala Seksi membuat
konsep Surat Pemberitahuan Penetapan Wajib Pajak Non Efektif dengan
menggunakan Formulir sebagaimana diatur dalam Lampiran XXI Surat Edaran
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 Tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kerja Pajak, serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.
4) Petugas Seksi Pelayanan meneruskan konsep surat pemberitahuan
penonefektifan wajib pajak kepada Kepala Seksi Pelayanan.
5) Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memberi persetujuan dengan
menandatangani surat pemberitahuan penonefektifan wajib pajak tersebut.
6) Petugas Seksi Pelayanan mengirimkan surat pemberitahuan penonefektifan
wajib pajak kepada Wajib Pajak yang bersangkutan dengan tembusan surat
ditujukan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi terkait.
7) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi mendisposikan tembusan surat
tersebut kepada Account Representative untuk dilakukan tindak lanjut.
8) Petugas Seksi Pelayanan dan Account Representative memberikan penjelasan
kepada Wajib Pajak bersangkutan.
e. Tugas dan Tanggung Jawab Kanwil DJP Kepala Kanwil DJP melakukan sosialisasi,
monitoring dan evaluasi terkait dengan tindak lanjut penanganan Wajib Pajak yang
tidak memiliki transaksi perpajakan berturut-turut dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun
terakhir yang dilakukan oleh KPP.
f. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penonefektifan Wajib Pajak merupakan
dasar penonefektifan Wajib Pajak.
g. Wajib Pajak yang telah ditetapkan sebagai Wajib Pajak non efektif, tidak
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan dan tidak dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
h. Dalam hal terdapat data dan/atau informasi yang menunjukkan bahwa Wajib Pajak
yang telah ditetapkan sebagai Wajib Pajak Non Efektif tersebut telah aktif kembali
melakukan kegiatan usaha, maka penetapan sebagai Wajib Pajak Non Efektif
menjadi tidak berlaku dan KPP melakukan pengaktifan kembali sebagai Wajib
Pajak Normal sebagaimana telah diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-60/PJ/2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian
Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusuha Kena
Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kerja Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak
Sebagaimana Telah Diubah Dengah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER38/PJ/2013.
4. Penanganan Terhadap Wajib Pajak Bendahara yang Sudah Tidak Aktif
a. Berdasarkan data dan/atau informasi yang dimiliki dan/atau diperoleh, Tim
Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh
Direktur Jenderal Pajak melakukan penghapusan NPWP terhadap Bendahara
Pemerintah atau Bendahara Proyek Pemerintah yang nyata-nyata sudah tidak aktif
atau berturut-turut dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir tidak memiliki
transaksi perpajakan.
b. Termasuk dalam pengertian tidak aktif sebagaimana dimaksud pada butir a, yaitu:
1) Bendahara Pemerintah atau Bendahara Proyek Pemerintah yang nyata-nyata
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

sudah tidak aktif atau Bendahara Pemerintah tidak memiliki transaksi
perpajakan berturut-turut dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir;
2) Bendahara tidak mempunyai tunggakan pajak dan/atau tidak sedang
melakukan upaya hukum; dan
3) Bendahara tidak sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti
permulaan, dan/atau penyidikan tindak pidana perpajakan
c. Tindak lanjut oleh Tim Pembersihan Data Wajib Pajak
1) Tim Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan data dan/atau informasi yang
dimiliki dan/atau diperoleh, melakukan kegiatan verifikasi dalam
rangkapenghapusan NPWP Bendahara Pemerintah atau Bendahara Proyek
Pemerintah yang nyata-nyata sudah tidak aktif atau yang tidak ada transaksi
perpajakan berturut-turut dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.
2) Tim Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan hasil verifikasi, memberikan
usulan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk menerbitkan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak tentang Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Bendahara
yang Sudah Tidak Aktif.
d. Tindak lanjut oleh Kantor Pelayanan Pajak.
1) Terkait dengan diterbitkannya Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang
Penghapusan NPWP Bendahara tersebut, KPP menyampaikan pemberitahuan
kepada Wajib Pajak yang bersangkutan, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
setelah tanggal penerbitan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
2) Kepala KPP menugaskan Kepala Seksi Pelayanan untuk membuat surat
pemberitahuan penghapusan NPWP kepada Wajib Pajak.
3) Petugas Seksi Pelayanan berdasarkan disposisi dari Kepala Seksi membuat
konsep Surat Pemberitahuan Penghapusan NPWP Bendahara sebagaimana
contoh format pada Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Edaran ini.
4) Petugas Seksi Pelayanan meneruskan konsep Surat Pemberitahuan
Penghapusan NPWP Bendahara kepada Kepala Seksi Pelayanan.
5) Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memberi persetujuan dengan
menandatangani surat pemberitahuan penghapusan NPWP tersebut.
6) Petugas Seksi Pelayanan mengirimkan Surat Pemberitahuan Penghapusan
NPWP Bendahara kepada Wajib Pajak dengan tembusan surat kepada Kepala
Seksi Pengawasan dan Konsultasi terkait.
7) Selain dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Penghapusan NPWP
Bendahara kepada Wajib Pajak, Petugas Seksi Pelayanan menempelkan pada
papan pengumuman daftar Wajib Pajak Bendahara yang sudah dilakukan
penghapusan NPWP.
8) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi mendisposisikan tembusan surat
tersebut kepada Account Representative untuk diberikan tindak lanjut dan/atau
pengarsipan.
e. Tugas dan Tanggung Jawab Kanwil DJP Kepala Kanwil DJP melakukan sosialisasi,
monitoring dan evaluasi terkait dengan tindak lanjut penanganan terhadap Wajib
Pajak Bendahara sudah tidak aktif yang dilakukan oleh KPP.
f. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut merupakan dasar penghapusan NPWP
bagi Wajib Pajak bersangkutan.
5. Penanganan Wajib Pajak yang sudah dinonefektifkan dalam kurun waktu lebih dari 5
(lima) tahun
a. Tim Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh
Direktur Jenderal Pajak melakukan penghapusan NPWP terhadap Wajib Pajak yang
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

sudah ditetapkan statusnya sebagai Wajib Pajak Non Efektif.
b. Kriteria Wajib Pajak Non Efektif yang dapat dihapuskan, yaitu:
1) dalam kurun waktu lebih dari 5 (lima) tahun sejak ditetapkan sebagai Wajib
Pajak Non Efektif tidak terdapat data dan/atau informasi yang membuktikan
bahwa Wajib Pajak tersebut melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan;
dan
2) Tidak terdapat data dan/atau informasi bahwa Wajib Pajak tersebut kembali
aktif melakukan kegiatan usaha.
c. Tindak lanjut oleh Tim Pembersihan Data
1) Tim Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan data dan/atau informasi yang
dimiliki dan/atau diperoleh melakukan kegiatan verifikasi terhadap Wajib
pajak dalam rangka penghapusan Wajib Pajak yang sudah dinonefektifkan
lebih dari 5 (lima) tahun.
2) Tim Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan hasil verifikasi, mengusulkan
kepada Direktur Jenderal Pajak untuk menerbitkan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak tentang Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib Pajak
Non Efektif.
d. Tindak lanjut oleh Kantor Pelayanan Pajak
1) Terkait dengan penerbitan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang
Penghapusan NPWP Wajib Pajak Non Efektif tersebut, Kepala Kantor
Pelayanan Pajak memberikan disposisi kepada Kepala Seksi Pelayanan dan
Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk melakukan tindak lanjut atas
Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
2) Kepala Seksi Pelayanan melakukan tindak lanjut dengan menempelkan daftar
Wajib Pajak Non Efektif yang sudah dilakukan penghapusan NPWP pada
Papan Pengumuman di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
3) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi melakukan tindak lanjut dengan
menyampaikan salinan atau fotokopi Keputusan Direktur Jenderal Pajak
tersebut kepada Account Representative terkait, untuk diberikan tindak lanjut
dan/atau pengarsipan.
e. Tugas dan Tanggung Jawab Kanwil DJP Kepala Kanwil DJP melakukan sosialisasi,
monitoring dan evaluasi terkait dengan tindak lanjut penanganan Wajib Pajak yang
sudah dinonefektifkan dalam kurun waktu lebih dari 5 (lima) tahun yang dilakukan
oleh KPP.
f. Dalam hal dikemudian terdapat data dan/atau informasi bahwa Wajib Pajak Non
Efektif yang sudah dihapuskan dari sistem administrasi perpajakan tersebut aktif
kembali menjalankan kegiatan usahanya dan/atau bermaksud untuk melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya maka terhadap Wajib Pajak Non Efektif tersebut
diberikan NPWP yang baru baik melalui permohonan ataupun dilakukan secara
jabatan sesuai tata cara yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
6. Penanganan Wajib Pajak dengan NPWP yang belum dilakukan validasi
a. Berdasarkan data dan/atau informasi yang dimiliki dan/atau diperoleh, Tim
Pembersihan Data Wajib Pajak berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh
Direktur Jenderal Pajak melakukan validasi atas NPWP yang sudah diberikan
kepada Wajib Pajak tetapi belum diadministrasikan dalam master file.
b. NPWP yang belum dilakukan validasi oleh Direktorat Jenderal Pajak yaitu NPWP
yang belum masuk di master file Wajib Pajak. Belum divalidasinya NPWP tersebut
menyebabkan Wajib Pajak tidak dapat melakukan transaksi perpajakan.
c. Tindak lanjut oleh Tim Pembersihan Data Wajib Pajak
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

1) Berdasarkan data dan/atau informasi yang dimiliki, Tim Pembersihan Data
Wajib Pajak meneliti dan menganalisis data dan/atau informasi dalam rangka
memvalidasi NPWP.
2) Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, Tim Pembersihan Data Wajib Pajak
memvalidasi NPWP bagi Wajib Pajak yang memiliki data dan/atau informasi
transaksi perpajakan dan menghapus NPWP Wajib Pajak yang tidak memiliki
data dan/atau informasi transaksi perpajakan.
d. Tugas dan Tanggung Jawab Kantor Pelayanan Pajak
1) Untuk mendukung proses validasi yang dilakukan oleh Tim Pembersihan Data,
Kepala Kantor Pelayanan Pajak melakukan pengumpulan data dan/atau
informasi Wajib Pajak yang terhadap NPWP-nya dapat dilakukan validasi.
2) Kepala KPP menugaskan Kepala Seksi Pelayanan untuk melakukan kegiatan
pengumpulan data dan/atau informasi terkait NPWP yang belum divalidasi.
3) Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Petugas Seksi Pelayanan untuk
mengumpulkan data dan/atau informasi terkait NPWP yang belum divalidasi.
4) Berdasarkan data dan/atau informasi yang dimiliki dan/atau diperoleh, Petugas
Seksi Pelayanan berdasarkan disposisi dari Kepala Seksi membuat konsep Surat
Pengantar Validasi NPWP dengan dilampiri daftar Wajib Pajak yang
mempunyai kendala dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya yang NPWP-nya belum dilakukan proses validasi sebagaimana
contoh format pada Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Edaran ini.
5) Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memberi persetujuan dengan memaraf
Surat Pengantar Validasi NPWP dengan dilampiri daftar Wajib Pajak yang
mempunyai kendala dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya serta meneruskan konsep Surat Pengantar Validasi NPWP
beserta lampirannya kepada Kepala KPP.
6) Kepala KPP meneliti dan memberikan persetujuan dengan menandatangani
Surat Pengantar Validasi NPWP beserta lampirannya dan meneruskan kepada
Kasubbag TU untuk disampaikan kepada Tim Pembersihan Data Wajib Pajak
(Direktur Teknologi Informasi Perpajakan).
e. Tugas dan Tanggung Jawab Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil
DJP) Kepala Kanwil DJP melakukan sosialisasi, monitoring dan evaluasi terkait
dengan tindak lanjut Penanganan Wajib Pajak dengan NPWP yang belum
dilakukan validasi yang dilakukan oleh KPP
f. Terhadap Wajib Pajak yang telanjur dihapus pada saat validasi NPWP, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
1) Apabila terdapat data dan/atau informasi Wajib Pajak melaksanakan kewajiban
perpajakan dengan NPWP yang belum divalidasi yang sudah dihapus dan
Wajib Pajak belum melakukan pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan
sebelumnya maka kepada Wajib Pajak bersangkutan diberikan NPWP sesuai
dengan NPWP yang belum tervalidasi tersebut, dan terdaftar sejak pelaksanaan
hak dan kewajiban dilakukan.
2) Apabila terdapat data dan/atau informasi Wajib Pajak melaksanakan kewajiban
perpajakan dengan NPWP yang belum divalidasi yang sudah dihapus dan
Wajib Pajak sebelumnya telah melakukan pelaksanaan hak dan kewajiban
perpajakan sebelumnya maka kepada Wajib Pajak bersangkutan diberikan
NPWP sesuai dengan NPWP yang belum tervalidasi tersebut, dan terdaftar
sejak pendaftaran NPWP dilakukan.

Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

Dalam hal terjadi kesalahan dalam proses pembersihan data Wajib Pajak, Tim Pembersihan
Data Wajib Pajak atau Direktur Teknologi Informasi Perpajakan atas nama Direktur
Jenderal Pajak berwenang melakukan koreksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku.
Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk diketahui dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Oktober 2014
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
ttd
A. FUAD RAHMANY
NIP 195411111981121001

Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.