Rakernas Resmi Ditutup

Rakernas Resmi Ditutup, Ketua MA Teteskan Air Mata
Jakarta l Portal Rakernas
Rapat Kerja Nasional Mahkamah Agung tahun 2011
akhirnya rampung. Di Kratakau Ballroom, Hotel
Mercure Ancol, Ketua MA Harifin A Tumpa menutup
acara yang berlangsung dari tanggal 18 hingga 22
September 2011 ini.
“Dengan mengucapkan alhamudilillah, saya nyatakan
Rakernas Mahkamah Agung tahun 2011 resmi ditutup,”
ucap Ketua MA.
Dalam sambutannya, Ketua MA menyatakan kebahagiannya karena Rakernas kali ini
berlangsung dengan baik dan lancar.
Secara khusus, Ketua MA mengapresiasi penyelenggaraan Rakernas yang berbasis Teknologi
Informasi. “Sistem ini lebih bagus dan lebih murah dari biasanya,” ungkapnya.
Menurut Ketua MA, sukses tidaknya Rakernas merupakan tanggung jawab yang besar dari
panitia Rakernas, yang meliputi panitia pengarah dan panitia pelaksana.
“Pimpinan MA menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja
keras saudara-saudara,” ujar Ketua MA.
Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana Wahyu Widiana menyatakan, Rakernas tahun ini pada
mulanya akan diikuti oleh 1735 peserta. Tetapi ternyata ada beberapa peserta yang tidak bisa
mengikuti Rakernas karena sakit.

“Di antaranya adalah Yang Mulai Ketua Muda Uldilag Bapak Andi Syamsu Alam,” ujar Wahyu
Widiana.
Air mata perpisahan
Suasana haru menyelimuti Krakatau Ballroom ketika Ketua MA berbicara di mimbar. Beberapa
kali, Ketua MA tampak tak bisa membendung air matanya.
Ya, Rakernas kali ini merupakan Rakernas terakhir yang dapat diikuti oleh hakim agung yang
lahir di Soppeng, Sulsel, 23 Februari 1942 itu.
“Tiada terasa, waktu yang telah menghampiri. 48 tahun saya berkecimupung di lembaga
peradilan, yaitu mulai saat tamat sekolah hakim dan jaksa tahun 1963 dengan pangkat setara

IIA. Waktu itu menurut hitungan angka cukup panjang, tetapi waktu yang panjang tersebut
tidak terasa telah terlalui,” ucap Ketua MA.
Melalui pertemuan perpisahan ini, hakim yang pernah kuliah di Universitas Leiden, Belanda,
ini bercerita empat faktor yang membuatnya dapat mendaki karir dari bawah sampai pucuk
tertinggi lembaga peradilan.
“Pertama, saya menyenangi profesi ini, termasuk segala tantangan yang memerlukan
kecedasaran, kebijakan dan keberanian,” ungkap Harifin.
Faktor kedua, ia mengaku dapat menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. “Saya pernah
ditugaskan di daerah konflik, pengadikan terkecil hingga pengadilan terbesar. Saya memulai
dari pegawai rendah hingga berada di puncak lembaga ini,” tuturnya.

Faktor ketiga, Harifin menemukan teman, bawahan, atasan, serta kolega yang dapat diajak
berdiskusi, bercengkrama dan bermain.
“Ilmu dan kebijakan yang mereka punyai, saya banyak belajar. Kata orang bijak, orang pintar
akan belajar dari pengalamannya sendiri, tetapi orang bijak akan belajar dari pengalaman orang
lain,” ujar Harifin.
Dan faktor keempat ialah dukungan keluarganya. “Istri dan anak-anak saya mendukung profesi
saya sebagai hakim. Suatu keihlasan yang kadang-kadang harus disertai dengan pengorbanan,”
ucapnya.
Selain membagi ‘rahasianya’ bisa menjadi Ketua MA, dalam sambutannya Harifin Tumpa juga
memberikan sejumlah pesan penting kepada hakim dan aparat peradilan lainnya. Ia
menekankan pentingnya independensi hakim yang disertai tanggung jawab, wawasan yang luas
dan integritas yang tinggi.
(hermansyah)