HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Hernia Inguinalis Di Poli Bedah RSUD DR. Soehadi Prijonegoro Sragen.

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH
DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI
BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh :
Hatif Mahendra Parmono
J500100026

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN
HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI
PRIJONEGORO SRAGEN


Latarbelakang: Overweight-obesitas dapat dikaitkan dengan etiologi hernia
inguinalis. Insidensi hernia inguinalis lebih tinggi pada pasien dengan overweight
dan obesitas. Namun, beberapa studi menyatakan insidensi hernia inguinalis lebih
rendah pada overweight-obesitas dibandingkan dengan berat badan normal. Faktor
indeks massa tubuh yang dihubungkan dengan hernia inguinalis menjadi dasar
penelitian ini untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis di poli
bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Metode: Desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross
sectional. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling.
Sampel yang diperoleh kemudian dianalisis dan diuji statistik dengan Chi-Square.
Hasil: Sampel yang diperoleh adalah 72 pasien, terdiri dari 32 pasien (44,4 %)
didiagnosis hernia inguinalis dan 40 pasien (55,6 %) didiagnosis tidak hernia
inguinalis. Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p = 0,787 (p > 0,05)
dengan nilai X2 = 0,479. Hasil analisis secara statistik ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan
kejadian hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh
dengan kejadian hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

Sragen.

Kata kunci : IMT, Hernia Inguinalis, Ilmu Bedah

PENDAHULUAN
Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam
kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis
bersifat strangulasi (ireponibel disertai gangguan pasase) dan inkarserasi
(ireponibel disertai gangguan vascularisasi). Inkarserasi merupakan penyebab
obstruksi usus nomor satu dan tindakan operasi darurat nomor dua setelah
apendicitis akut di Indonesia (Sjamsuhidajat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).
Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek) 10
kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase
sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10 %, hernia ventralis
10 %, hernia umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 % (Sjamsuhidajat, 2010
dan Lavelle et al, 2002). Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak
diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Angka perbandingan kejadian hernia
inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan (Ruhl, 2007).
Tindakan yang paling memungkinkan untuk terapi hernia inguinalis adalah
tindakan pembedahan. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta kasus prosedur

bedah mengenai hernia inguinalis. Insiden dan prevalensi di seluruh dunia tidak
diketahui pasti. Tingkat prosedur operasi dalam berbagai negara memiliki tingkat
yang bervariasi, berkisar antara 100 hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam
satu tahun (Burney, 2012). Kasus hernia inguinalis di USA (United States
America) sekitar 800.000 kasus setiap tahun dan negara Belanda sekitar 33.000
kasus setiap tahun (Ruhl, 2007). Salah satu rumah sakit di Indonesia yaitu RSUD
dr. Soehadi Prijonegoro kabupaten Sragen terdapat 324 pasien hernia inguinalis
dari keseluruhan pasien bedah rawat jalan 5291 kasus pada tahun 2012 atau
dengan prevalensi 6,12 % (Rekam Medik, 2012).
Hernia inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka kejadian
hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur dan terdapat distribusi
bimodal (dua modus) untuk usia yaitu dengan puncaknya pada usia 1 tahun dan
pada usia rerata 40 tahun. Pada anak, insidensinya 1-2%, dengan 10 % kasus
mengalami komplikasi inkarserasi. Pada usia sekitar satu tahun, sekitar 30 %

processus vaginalis belum tertutup. Hernia inguinalis lebih sering terjadi di
sebelah kanan 60 %, sebelah kiri 20-25 %, dan bilateral 15 % (Greenberg et al,
2008 dan Sjamsuhidajat, 2010).
Faktor risiko yang dapat menjadi etiologi hernia inguinalis yaitu
peningkatan intra-abdomen (batuk kronis, konstipasi, ascites, angkat beban berat

dan keganasan abdomen) dan kelemahan otot dinding perut (usia tua, kehamilan,
prematuritas, pembedahan insisi yang mengakibatkan hernia

insisional,

overweight dan obesitas) (Sjamsuhidajat, 2010 dan Burney, 2012). Salah satu
faktor risiko yang dapat mempengaruhi atau meningkatkan terjadinya hernia
inguinalis adalah overweight dan obesitas. Menurut Chan Yong Park

et al,

insiden hernia inguinalis lebih tinggi pada pasien dengan overweight dan obesitas
dibandingkan dengan berat badan normal (Way, 2003; De Luca et al, 2004;
Rosetto et al, 2010; Pluta et al, 2011; Park et al, 2011; Burney, 2012).
Menurut WHO pada tahun 2008, 35% dari orang dewasa berumur di atas
20 tahun di dunia mempunyai kategori overweight dan 11 % obesitas dan wilayah
Asia Tenggara 14 % overweight dan 3 % obesitas (WHO, 2013a; CDC, 2011).
Berdasarkan Badan Litbangkes Kemenkes RI, prevalensi status gizi berdasarkan
indeks massa tubuh untuk penduduk dewasa (> 18 tahun) di Indonesia tahun
2010 adalah 12,6 % pada kategori kurus, kategori normal 65,8 %, kategori berat

badan lebih / overweight 10,0 %, dan obesitas 11,7 %. Untuk wilayah Jawa
Tengah, persentase penduduk dengan kategori kurus sebesar 13,7 %, normal 67,4
%, berat badan lebih/ overweight 9,3 %, dan obesitas 9,5 % (Kemenkes RI,
2012).
Sekarang ini, banyak orang yang cenderung salah dalam menerapkan pola
aktivitas kehidupan sehari-hari. Perubahan pola aktivitas yang buruk dapat
memicu peningkatan indeks massa tubuh. Selain itu indeks massa tubuh juga
dipicu dari peningkatan penghasilan per kapita. Menurut Badan Pusat Statistik,
angka kemiskinan di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 19,14% menurun menjadi
12,49 % tahun 2011. Kabupaten Sragen, angka kemiskinan pada tahun 2006
sebesar 18,25 % menurun menjadi 13,74 % tahun 2009 (WHO, 2013b; Kemenkes
RI, 2012; dan Bappeda, 2011).

Beberapa studi memiliki pendapat bahwa insiden hernia inguinalis lebih
rendah pada overweight dan obesitas dibandingkan dengan berat badan normal.
Obesitas dibandingkan dengan berat badan normal dapat mengurangi risiko
kejadian hernia inguinalis sebesar 43 %. Hernia inguinalis lebih mudah dideteksi
pada pria kurus. Pasien kurus dan obesitas dapat meningkatkan risiko komplikasi
post-operasi dan kekambuhan (Ruhl, 2007; Rosemar, 2008; dan Rosemar, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis
di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di bagian poli bedah RSUD
dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada tanggal 25 November 2013 sampai dengan
tanggal 18 Desember 2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung di
bagian poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Sampel diambil dengan
metode purposive sampling. Besarnya sampel penelitian ini adalah total populasi
yang memenuhi kriteria restriksi. Kriteria inklusi yaitu laki – laki dan perempuan,
pasien yang berkunjung di bagian poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen, usia ≥ 40 tahun, pasien post-operasi untuk semua jenis hernia inguinalis,
pasien dengan semua status pekerjaan (buruh, buruh kuli, petani, PNS, swasta,
wiraswasta), dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria Eksklusi yaitu ada
penyakit penyerta (diabetes mellitus tak terkontrol dan penyakit gagal ginjal
kronik), dalam keadaan hamil, hernia congenital, residif/kekambuhan hernia, dan
tidak bersedia mengikuti penelitian.
Variabel bebas penelitian ini adalah indeks massa tubuh, sedangkan

variabel terikat adalah hernia inguinalis. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
diuji dengan Chi-Square.

HASIL
Berdasarkan hasil penelusuran data yang didapat bahwa jumlah total
populasi pasien di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada tanggal
25 November 2013 sampai dengan tanggal 18 Desember 2013 sebanyak 316
pasien, yang memenuhi kriteria sampel adalah 72 pasien. Data sebagai berikut :

1.

Karakteristik / Distribusi Subjek Penelitian
Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian Pada Pasien di Poli Bedah
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tanggal 25 November 2013
Sampai 18 Desember 2013
Karakteristik

n=72

1. Jenis Kelamin

Laki – laki

46 (63,9%)

Perempuan

26 (36,1%)

2. Usia
40 – 49 tahun

18 (25,0%)

50 – 59 tahun

23 (31,9%)

60 tahun ke atas

31 (43,1%)


3. Kategori Indeks Massa Tubuh
Underweight

12 (16,7%)

Normal

35 (48,6%)

Overweight-obesitas

25 (34,7%)

4. Diagnosis Hernia Inguinalis
Ya

32 (44,4%)

Tidak


40 (55,6%)

Tabel 4. Karakteristik Subjek Penelitian Pada Pasien dengan Diagnosis
Hernia Inguinalis di Poli Bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Karakteristik

n=32

1. Jenis Kelamin
Laki – laki

28 (87,5%)

Perempuan

4 (12,5%)

2. Usia
40 – 49 tahun


4 (12,5%)

50 – 59 tahun

5 (15,6%)

60 tahun ke atas

23 (71,9%)

3. Kategori Indeks Massa Tubuh
Underweight

5 (15,6%)

Normal

17 (53,1%)

Overweight-obesitas

10 31,3%)

2. Analisis Uji Data Statistik
Tabel 5. Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value

df

(2-sided)

.479 a

2

.787

Likelihood Ratio

.480

2

.787

Linear-by-Linear Association

.070

1

.792

Pearson Chi-Square

N of Valid Cases

72

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 5.33.
Berdasarkan tabel 5, maka data statistik hubungan antara indeks
massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen dapat diuji dengan Chi-Square.

Tabel 6. Hasil Analisis Data Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan
Kejadian Hernia Inguinalis di Poli Bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Hernia Inguinalis
Ya
n
Indeks Massa Tubuh

Total

Tidak
%

n

p

%

Underweight

5

15,6

7

17,5

Normal

17

53,1

18

45,0

Overweight-obesitas

10

31,3

15

37,5

32

100

40

100

0,787

Berdasarkan tabel 5 dan tabel 6, hasil analisis data dengan menggunakan
uji Chi-Square didapatkan nilai p = 0,787 (p > 0,05) dengan nilai X2 = 0,479.
Hasil analisis secara statistik ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis di
poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelusuran data yang didapat bahwa jumlah pasien di
poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang memenuhi kriteria sampel
pada tanggal 25 November 2013 sampai dengan tanggal 18 Desember 2013
adalah 72 pasien dengan jumlah diagnosis hernia inguinalis sebanyak 32 pasien
(44,4%) dan yang tidak diagnosis hernia inguinalis sebanyak 40 pasien (55,6%).
Berdasarkan tabel 4 diperoleh distribusi kelompok usia pasien, terbanyak
pada usia 60 tahun ke atas sebesar 71,9%, kemudian 50-59 tahun (15,6%) dan 4049 tahun (12,5%). Hasil data ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Martin (2000), yang menyatakan bahwa pasien hernia inguinalis
yang dilakukan pembedahan lebih sering pada pasien yang berusia 60 – 80 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Compagna et al (2013) membagi dua kategori usia
yaitu usia diatas 75 tahun ke atas (62,5%) lebih sering daripada usia di bawah 75
tahun (37,5%). Hernia inguinalis biasanya terjadi pada usia lanjut karena pada
usia tersebut otot-otot dinding rongga perut melemah dan jaringan tubuh telah

mengalami proses degenerasi. Selain itu, adanya penyakit penyerta seperti batuk
kronik dan benigna prostatic hyperplasia yang menyebabkan kondisi mengejan
dapat mengakibatkan tekanan intra-abdominal meningkat (Chow, 2007;
Compagna et al, 2013).
Berdasarkan tabel 4 diperoleh distribusi pasien dengan diagnosis hernia
inguinalis sebagian besar pasien laki – laki dengan persentase sebesar 87,5%
sedangkan perempuan 12,5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan data penelitian
yang dilakukan oleh Ruhl (2007) bahwa angka kejadian hernia inguinalis lebih
banyak diderita oleh laki-laki (13,9 %) daripada perempuan (2,1 %) (Ruhl, 2007).
Penelitian oleh Burcharth (2013) juga menyatakan hal yang sama bahwa pasien
hernia inguinalis lebih sering pada laki – laki (88,6%) dibandingkan dengan
perempuan (11,4%). Hal ini dimungkinkan karena laki-laki lebih banyak bekerja
dibandingkan perempuan. Beberapa studi mengkaitkan pekerjaan atau aktifitas
fisik berat sebagai faktor etiologi hernia inguinalis (Pluta, 2011; Burney, 2012).
Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, pada tahun 2010
penduduk yang bekerja dengan jenis kelamin laki-laki (61,42%) lebih besar
daripada perempuan (38,58%) (Kemenakertrans, 2012). Pekerjaan atau aktifitas
fisik berat seperti angkat beban berat menimbulkan kondisi mengejan yang
mengakibatkan peningkatan tekanan intra-abdominal (Pluta, 2011; Burney,
2012). Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah merokok. Laki – laki
(67,0%) di Indonesia cenderung lebih banyak merokok dibandingkan perempuan
(2,7%) (WHO, 2013c). Merokok dikaitkan dengan kelemahan otot karena terjadi
kerusakan metabolisme jaringan ikat dengan cara colagenolisis perifer (Sorensen,
2002; Burney, 2012; Jansen, 2009). Selain itu, dari struktur anatomis, canalis
inguinalis pada laki-laki lebih miring daripada wanita. Hal ini memicu laki-laki
lebih sering terjadi hernia inguinalis. Pada pria, canalis inguinalis menjadi titik
lemah karena terdapat daerah yang tidak menutup sempurna akibat dari penurunan
testis ke dalam scrotum (Berge et al, 2013).
Berdasarkan tabel 4 diperoleh distribusi kategori indeks massa tubuh
pasien, terbanyak pada kategori normal sebesar 53,1%, kemudian diikuti kategori
overweight-obesitas (31,3%) dan underweight (15,6%). Hal ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Chan Yong Park et al (2011) bahwa persentase
terbesar pada kategori overweight-obesitas (55,6%), kemudian diikuti kategori
normal (44,4%).
Dari hasil analisis secara statistik dengan uji Chi-Square seperti yang
terdapat pada tabel 5 dan tabel 6 ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis di
poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Chan Young Park et al (2011) bahwa tidak ada
perbedaan yang spesifik antara kedua kelompok. Chan Young Park et al (2011)
membagi variabel bebas indeks massa tubuh menjadi dua yaitu kelompok O
(indeks massa tubuh > 23) sebagai kelompok overweight-obesitas dan kelompok
N (indeks massa tubuh antara 18,5 – 23) sebagai kelompok normal. Hal ini juga
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosemar et al (2010) bahwa
kategori indeks massa tubuh 25 (termasuk overweight) tidak ada perbedaan. Menurut Zendejas et al (2013),
juga menyatakan bahwa hubungan antara indeks massa tubuh dan hernia
inguinalis tidak jelas (unclear) (Zendejas et al, 2013a). Secara umum faktor yang
mempengaruhi hernia inguinalis adalah usia dan jenis kelamin (Zendejas et al,
2013b). Selain itu, struktur dari fascia juga berperan dalam hernia inguinalis.
Adanya fascia yang lemah/cacat memungkinkan untuk bisa menjadi faktor hernia
inguinalis (Pans, 2001; Ozdogan, 2006).
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis, hal ini
dimungkinkan karena indeks massa tubuh hanya berkaitan dengan otot dinding
perut baik yang mengalami kelemahan maupun tidak. Sedangkan untuk terjadinya
hernia inguinalis, menurut Sjamsuhidajat dkk (2010) hernia inguinalis dapat
terjadi bila ada mekanisme berikut : peningkatan intra-abdomen sehingga kondisi
canalis inguinalis berjalan tidak miring (cenderung vertikal), kemudian diikuti
kelemahan otot dinding abdomen (struktur otot obliqus internus abdominis yang
tidak menutup anulus inguinalis internus dan fascia transversalis yang tidak kuat
dalam menutupi segitiga Hesselbach) (Sjamsuhidajat, 2010).

KESIMPULAN
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh
dengan kejadian hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen.

SARAN
1. Bagi instansi Rumah Sakit, diharapkan dapat lebih meningkatkan
pelayanan pasien secara optimal.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan
jumlah subjek penelitian yang lebih besar, karena dalam desain cross
sectional semakin banyak subjek penelitian maka semakin memperkuat
kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M.T.Q., 2010. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.
Surakarta: UNS Press, pp.62-4
Bappeda, 2011. Inilah Keberhasilan Sragen. http://bappeda.sragenkab.go.id/
index.php?page=4&berita_id=49 (diakses 23 Oktober 2013)
Berge et al, 2013. Diseases and Conditions Inguinal Hernia. Mayo Foundation
for Medical Education and Research: Mayo Clinic Staff
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/inguinal-hernia/basics/
causes/con-20021456 (diakses 2 April 2014)
Burcharth, J.; Pedersen, M.; Bisgaard, T.; Pedersen, C.; Rosenberg, J., 2013.
Nationwide Prevalence of Groin Hernia Repair. Plos One. 8(1): 1-6
Burney, R., 2012. Inguinal Hernia. https://online.epocrates.com/u/2911723/
Inguinal+hernia (diakses: 30 April 2013)
CDC, 2011. About BMI for Adults. http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/
bmi/adult_bmi/index.html (diakses: 3 Mei 2013)
Chow, A.; Purkatyastha, S.; Athanashiou, T.; Tekkis, P.; Darsi, A., 2007. Inguinal
Hernia. BMJ Clin Evid. 4:1-20

Compagna et al, 2013. Emergency groin hernia repair: implications in elderly.
BMC Surgery. 13(Suppl 2): S29
De Luca, L. et al, 2004. Relationship between hiatal hernia and inguinal hernia.
Dig Dis Sci. 49(2): 243-7
Greenberg, M.I.; Hendrickson, R.G.; Silvenberg, M., 2008. Greenberg Teks Atlas:
Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga, pp. 312-3
Jansen, P.L.; Klinge, U.; Jansen, M.; Junge, K., 2009. Risk Factors For Early
Recurrence After Inguinal Hernia Repair. BMC Surg. 9: 18
Kemenakertrans, 2012. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010 – 2025
Bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrsasian. Jakarta: Kementerian
Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian RI, pp. 21-30
Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 51-83
Lavelle, M. et al, 2002. Surgery 1. Edisi 2. London: Churchill Livingstone, pp.
75-8
Martin, C.M.; Helen, M.; Roman, S.; David, C.; Hardon, 2000. General Surgery:
Inguinal Hernia. Western Canada Waiting List Project, pp. 195-96
Ozdogan, M. et al, 2006. Changes in collagen and elastic fiber contents of the
skin, rectus sheath, transversalis fascia and peritoneum in primary inguinal
hernia patients. Bratisl Lek Listy. 107(6-7):235-8
Pans, A.; Albert, A.; Lapiere, C.M.; Nusgens, B., 2001. Biochemical study of
collagen in adult groin hernias. J Surg Res. 95(2):107-13
Park, C.Y.; Kim, J.C.; Kim, D.Y.; Kim, S.K., 2011. Inguinal Hernia Repair in
Overweight and Obese Patients. J Korean Surg Soc. 81(3): 205-10
Pluta, R.M.; Burke, A.E.; Golub, R.M., 2011. Abdominal Hernia. JAMA. 305: 20
Rekam Medik, 2012. Data Rekam Medik. Sragen: RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen
Rosemar, A.; Angeras, U.; Rosengren, A., 2008. Body Mass Index and Groin
Hernia: a 34-year Follow-up Study in Swedish Men [abstract]. Ann Surg.
247(6): 1064-8
Rosemar, A.; Angeras, U.; Rosengren, A.; Nordin, P., 2010. Effect of Body Mass
Index on Groin Hernia Surgery [abstract]. Ann Surg. 252(2): 397-401
Rosetto, L.A. et al, 2010. Factors Assosiated With Hernia And Bulge Formation
at The Donor Site of The Pedicled TRAM Flap. Eur J Plast Surg. 33(4):
203-8

Ruhl, C.E.; Everhart, J.E., 2007. Risk Factors for Inguinal Hernia among Adults
in the US Population. Am J Epidemiol. 165(10): 1154-61
Sjamsuhidajat, R.; Karnadihardja, W.; Prasetyono,T.O.H.; Rudiman, R., 2010.
Sjamsuhidajat-De Jong: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.
pp: 619-37
Sorensen et al, 2002. Smoking is a risk factor for recurrence of groin hernia.
World J Surg. 26(4): 397-400
Way, L.W.; Doherty, G.M., 2003. Current Surgical Diagnosis & Treatment. Edisi
11. New Delhi India: McGraw-Hill, pp. 783-9
WHO, 2013a. Mean Body Mass Index (BMI). http://www.who.int/gho/ncd/
risk_factors/bmi_text/en/index.html (diakses: 4 Juli 2013)
_____, 2013b. Obesity and Overweight. http://www.who.int/mediacentre/fact
sheets/fs311/en/ (diakses: 4 Juli 2013)
_____, 2013c. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2013.
www.who.int/entity/tobacco/surveillance/policy/country_profile/idn.pdf?ua
=1 (diakses: 27 Maret 2014)
Zendejas et al, 2013a. Relationship between body mass index and the incidence of
inguinal hernia repairs: a population-based study in Olmsted County, MN.
Hernia http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24233340 (diakses 12
Februari 2014)
_____, 2013b. Incidence of Inguinal Hernia Repairs in Olmsted County, MN: A
Population-Based Study. Ann Surg. 257(3): 520-526