PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP N 2 SEI RAMPAH T.A 2014/2015.
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE ( TPS ) DAN TIPE TEAM ACCELERATED
INSTRUCTION (TAI) PADA MATERI KUBUS DAN BALOK
DI KELAS VIII SMP N 2 SEI RAMPAH T.A 2014/2015
Oleh :
Yuli Iman Sari
NIM.4113111084
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
i
iii
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE ( TPS ) DAN TIPE TEAM ACCELERATED
INSTRUCTION (TAI) PADA MATERI KUBUS DAN
BALOK DI KELAS VIII SMP N 2 SEI RAMPAH
T.A 2014/2015
Yuli Iman Sari (NIM : 4113111084)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Team Accelerated Instruction (
TAI ) pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah Tahun
Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan populasi
seluruh siswa kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah Tahun Ajaran 2014/2015, sebagai
sampel diambil dua kelas secara acak yaitu satu sebagai kelas eksperimen I dan
satu sebagai kelas eksperimen II. Kelas eksperimen I diberikan pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share (TPS)
dan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelerated Instruction ( TAI ) . Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji
statistik-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar (posttes)
siswa di kelas eksperimen I sebesar 72,90, dan nilai rata-rata hasil belajar (posttes)
siswa di kelas eksperimen I sebesar 61,97.
Hasil perhitungan uji normalitas nilai posttes siswa di kelas eksperimen 1
diperoleh L0 = 0,1080 dan Ltabel = 0,161, karena L0 < Ltabel yaitu 0,1080 < 0,161
maka sebaran data di kelas eksperimen 1 berdistribusi normal. Sedangkan di kelas
eksperimen 2 diperoleh L0 = 0,1238 dan Ltabel = 0,161. karena L0 < Ltabel yaitu
0,1238 < 0,161 maka sebaran data di kelas eksperimen 2 berdistribusi normal.
Dari hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh Fhitung = 1,47 dan Ftabel = 1,81.
Diperoleh bahwa Fhitung < Ftabel yakni 1,47 < 1,81 maka kedua kelas homogen.
Selanjutnya berdasarkan perhitungan uji statistik-t diperoleh nilai thitung = 2,14 dan
ttabel = 2,002, thitung tidak berada dalam interval 2,002 t hitung 2,002 yang
berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Team Accelerated
Instruction ( TAI ) pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei
Rampah Tahun Ajaran 2014/2015.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
6
1.3
Batasan Masalah
6
1.4
Rumusan Masalah
7
1.5
Tujuan Penelitian
7
1.6
Manfaat Penelitian
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
8
2.1.1. Pengertian Belajar
8
2.1.2. Hasil Belajar
9
2.1.3. Pembelajaran Matematika
11
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif
12
2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
12
2.1.4.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
14
2.1.4.3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
14
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share
15
2.1.6. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think-Pair-Share
18
vii
2.1.7. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
19
2.1.8. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan TAI
22
2.1.9. Materi Kubus dan Balok
24
2.1.9.1. Unsur-unsur Kubus dan Balok
24
2.1.9.2. Jaring-jaring Kubus dan Balok
29
2.1.9.3. Luas Permukaan Kubus dan Balok
32
2.1.9.4. Volume Kubus dan Balok
33
2.2. Kerangka Konseptual
36
2.3. Penelitian yang Relevan
37
2.4. Hipotesis Penelitian
37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
39
3.1.1. Lokasi Penelitian
39
3.1.2. Waktu Penelitian
39
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
39
3.2.1. Populasi Penelitian
39
3.2.2. Sampel Penelitian
39
3.3. Definisi Operasional
39
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
40
3.4.1. Jenis Penelitian
40
3.4.2. Desain Penelitian
41
3.5. Variabel Penelitian
42
3.6. Prosedur Penelitian
43
3.7. Instrumen Pengumpul Data
44
3.7.1. Tes
44
3.7.2. Uji validitas Tes
45
3.7.3. Uji Reliabilitas Tes
46
3.7.4. Tingkat Kesukaran Tes
48
3.7.5. Daya Pembeda Soal
48
3.8. Teknik Analisis data
49
viii
3.8.1. Menghitung Rata-rata Skor
49
3.8.2. Menghitung Standar Deviasi
50
3.8.3. Uji Normalitas
50
3.8.4. Uji Homogenitas
51
3.8.5. Uji Hipotesis
51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penilitian
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian
53
53
4.1.1.1 Penilaian Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen
1 dan 2
4.1.2 Analisis Hasil Penelitian
53
54
4.1.2.1 Uji Normalitas
54
4.1.2.2 Uji Homogenitas
54
4.1.2.3 Uji Hipotesis
55
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
59
5.2 Saran
59
DAFTAR PUSTAKA
60
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
15
Tabel 2.2 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
dan TAI
23
Tabel 3.1 Matriks desain Penelitian
41
Tabel 3.2 Validitas Butir Soal
45
Tabel 3.3 Pengukuran Reliabilitas Tes
46
Tabel 3.4 Kriteria Pengukuran Reliabilitas Tes
46
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
47
Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal
47
Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Soal
48
Tabel 3.8 Daya Pembeda Soal
49
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar kelas eksperimen 1 dan 2
53
Tabel 4.2 Ringkasan Uji Normalitas Data
54
Tabel 4.3 Ringkasan Perhitungan Uji Homogenitas
55
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Kubus ABCD.EFGH
24
Gambar 2.2
Kubus dalam kehidupan Sehari-hari
24
Gambar 2.3
Diagonal Sisi Kubus
25
Gambar 2.4
Diagonal Ruang Kubus
25
Gambar 2.5
Bidang Diagonal Kubus
26
Gambar 2.6
Balok ABCD.EFGH
26
Gambar 2.7
Balok dalam Kehidupan Sehari-hari
27
Gambar 2.8
Diagonal Sisi Balok
28
Gambar 2.9
Diagonal Ruang Balok
28
Gambar 2.10 Bidang Diagonal Balok
28
Gambar 2.11 Balok dan Ukurannya
29
Gambar 2.12 Kubus dan Ukurannya
30
Gambar 2.13 Jaring-jaring Kubus
30
Gambar 2.14 Beberapa Contoh Jaring-jaring Kubus
31
Gambar 2.15 Jaring-jaring Balok
31
Gambar 2.16 Beberapa Contoh Jaring-jaring Balok
31
Gambar 2.17 Kubus dengan Rusuk s
32
Gambar 3.1
42
Skema Prosedur Penelitian
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : RPP I (Kelas Eksperimen 1)
62
Lampiran 2 : RPP II (Kelas Eksperimen 1)
68
Lampiran 3 : RPP I (Kelas Eksperimen 2)
73
Lampiran 4 : RPP II (Kelas Eksperimen 2)
79
Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa I (LKS I)
84
Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa II (LKS II)
91
Lampiran 7 : Alternatif Penyelesaian LKS I
98
Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian LKS II
104
Lampiran 9 : Kisi-Kisi Tes postes
111
Lampiran 10 : soal-soal Postes
112
Lampiran 11 : Pedoman Penskoran
114
Lampiran 12 : Alternatif penyelesaian postes
116
Lampiran 13 : Lembar Validasi postes
120
Lampiran 14 : Perhitungan Validitas
123
Lampiran 15 : Perhitungan Realibilitas
126
Lampiran 16 : Tabel persiapan perhitungan indeks kesukaran
dan daya beda soal
Lampiran 17 : Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal
128
130
Lampiran 18 : Data Nilai Posttes Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 2
132
Lampiran 19 : Perhitungan Rata-rata, varians dan Simpangan Baku
134
Lampiran 20 : Perhitungan Uji Normalitas
135
Lampiran 21 : Perhitungan Uji Homogenitas
138
Lampiran 22 : Perhitungan Uji Hipotesis
139
Lampiran 23 : Tabel Harga Kritis dari r product momen
141
Lampiran 24 : Tabel Nilai Kritis untuk Uji Liliefors
142
Lampiran 25 : Tabel Distribusi Nilai F
143
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh rata-rata
hasil belajar kelas TPS adalah 72,90 dan rata-rata hasil belajar kelas TAI adalah
61,97. thitung = 2,14 tidak berada di antara interval yaitu 2,002 t hitung 2.002
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, berdasarkan uraian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TAI pada materi
kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah T.A 2014/2015.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka sran yang dapat peneliti berikan adalah:
1. Kepada guru khususnya guru matematika agar menggunakan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
TPS
sebagai
salah
satu
alternatif
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan
mengaktifkan siswa dalam pemahaman materi yang lebih baik.
2. Bagi guru-guru atau calon guru yang akan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS agar memerhatikan dan mengatur
alokasi waktu yang ada secara cermat agar langkah-langkah pembelajaran
dapat dilaksanakan secara optimal.
59
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri.
Pendidikan adalah pembangunan manusia dalam upaya menjadikan manusia
berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan lembaga atau
negaranya. Bangsa yang berpendidikan adalah bangsa yang berilmu pengetahuan.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mampu
menjadikan manusia menjadi berkualitas. Matematika merupakan bidang studi
yang diajarakan disetiap jenjang pendidikan dan mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara mengembangkan
kemampuan berfikir logis, rasional, kritis, analisis dan sistematis yang dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu didukung oleh pernyataan Cokrof
(dalam Abdurrahman, 2012 : 204) yang menyatakan bahwa :
matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan ketrampilan
matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informassi dalam
berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan
kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Matematika adalah kunci kearah peluang-peluang. Bagi seorang siswa
keberhasilan mempelajarinya akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi
para warga negara, matematika akan menunjang pengambilan keputusan yang
tepat. Bagi suatu negara, matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing
dan berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi. Untuk mewujudkan itu semua
maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Namun pada kenyataannya fakta dilapangan menunjukkan bahwa hasil
pembelajaran matematika masih sangat rendah. Salah satu bukti rendahnya
prestasi matematika siswa Indonesia terlihat dari hasil Ujian Nasional (UN)
beberapa tahun terakhir. Pada 2010, sebanyak 35.567 atau 6,66 persen siswa SMP
dan MTs di Jawa Timur dan 1.600 atau 20 persen siswa di Balikpapan tidak lulus
1
2
dalam UN. Penyebab ketidaklulusan itu terletak pada nilai Matematika yang
kurang dari empat..( http://news.okezone.com )
Harian kompas (12 desember 2012) menyebutkan bahwa Pencapaian
prestasi belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa
Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan
menghafal dalam pembelajaran sains dan matematika. Demikian hasil Trends in
Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia
tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation
of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti
600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di
urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia
ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. (http://edukasi.kompas.com)
Rendahnya hasil belajar matematika di Indionesia salah satu penyebabnya
adalah kurangnya keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar dan
kurangnya keterampilan guru dalam memberikan materi pembelajaran. Dalam
proses kegiatan belajar mengajar kebanyakan guru masih menggunakan model
pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga banyak siswa yang merasa jenuh
dengan pembelajaran dan mengakibatkan hasil belajarnya rendah. Ketidaktepatan
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran menjadi salah satu faktor
penyebab prestasi belajar matematika siswa rendah. Menurut Abdurrahman (2012
: 20 ) bahwa :
yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya pemahaman
peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah
metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, misalnya dalam
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan tradisional yang
menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai
pendengar .
Slameto (2010:65) juga menyatakan bahwa :
metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Metode belajar yang kurang baik itu dapat
terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai
bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau
sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri
3
tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.
Akibatnya siswa malas untuk belajar.
Selanjutnya Trianto (2007:1) menyatakan bahwa:
Berdasarkan hasil penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta
didik, hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi
oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas
cenderung teacher-centred sehingga siswa menjadi pasif.
Shoimin (2014:18) menyatakan bahwa :
Agar pembelajaran menyenangkan, perlu adanya perubahan cara mengajar
dari model pembelajaran tradisional menuju model pembelajaran yang
inovatif, dimana siswa dilibatkan secara aktif dan bukan hanya dijadikan
sebagai objek. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi pada
siswa.
Dari pendapat di atas maka diperlukan pembelajaran yang melibatkan keaktifan
siswa guna meningkatkan hasil belajar siswa.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa
adalah Ketakutan siswa akan pelajaran matematika dan sikapnya yang
menganggap matematika pelajaran yang sulit. Kebanyakan siswa merasa jenuh
dan bosan saat mempelajari matematika. Hal ini dikarenakan siswa menganggap
bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Hal ini sesuai dengan pernyataan
beberapa ahli seperti Abdurrahman (2012:252) menyatakan bahwa:
“dari
berbagai bidang studi yang dipelajari di sekolah, matematika merupakan bidang
studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan
belajar dan lebih-lebih lagi bagi siswa yang berkasulitan belajar”. Hal ini lebih
diperkuat lagi oleh Sapnoto (http://www.indomedia.com) yang mangatakan :
“siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Terlebih lagi bila
mereka mendapat nilai di bawah rata-rata. Yang punya niat tekun mempelajari,
akan kembali hilang semangatnya”.
Kubus dan balok adalah salah satu materi pelajaran matematika di SMP.
Materi ini sangat perlu dikuasai setiap siswa karena pengaplikasian materi ini
tampak nyata dikehidupan sehari-hariBanyak benda- benda dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat diumpamakan sebagai kubus dan balok, seperti lemari,
4
kotak pensil, dadu dan lain sebagainya. Akan tetapi masih banyak siswa yang
belum memahami konsep dasar dari kubus dan balok tersebut.
Hasil survey peneliti pada tanggal 4 Februari berupa pemberian tes yang
berkaitan dengan konsep-konsep dasar kubus dan balok kepada 35 siswa SMP
Negeri 2 sei Rampah, ternyata banyak siswa yang tidak bisa menjawab dengan
benar konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan kubus dan balok. Dari 35
siswa, hanya 13 siswa atau sekitar 37% siswa yang dapat menjawab pertanyaan
dengan benar, sedangkan selebihnya atau sebanyak 62% tidak dapat menjawab
dengan benar soal-soal yang berkaitan dengan konsep dasar kubus dan balok.
Sebagian siswa salah karena kurang memahami pertanyaan dengan baik dan ada
juga yang salah dalam perkalian bilangan.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi
matematika di SMP N 2 Sei Rampah, beliau mengatakan bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang menggunakan rumusrumus, para siswa sudah tertanam dipikirannya bahwa matematika sulit dan
menakutkan, hal ini kemudian berdampak buruk pada hasil belajar mereka.
Banyak dari mereka yang kurang memahami konsep matematika itu sendiri,
sehingga banyak dari mereka yang tidak tuntas saat ujian matematika. Siswa
kurang merespon pelajaran yang diajarkan dan semakin semakin lama minat
belajarnya semakin menurun. Dan salah satu penyebabnya adalah ketidaktepatan
guru menggunakan metode pelajaran saat proses KBM berlangsung.
Proses pembelajaran dapat diikuti siswa dengan baik dan menarik
perhatian jika menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan,
sehingga siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran tersebut. Metode yang
sesuai juga akan membuat suasana kelas menjadi kondusif, membuat siswa
menjadi aktiif dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi
pembelajaran tersebut. Sehingga pembelajaran matematika tidak lagi menjadi
pembelajaran yang berpusat pada guru tetapi menjadi pembelajaran yang berpusat
pada siswa dan mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
Salah satu upaya untuk menerapkan pembelajaran yang sesuai adalah
pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ). Pembelajaran kooperatif
5
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student centered)
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda dimana dalam menyelesaikan tugas kelompoknya saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Artzt & Newman ( dalam Trianto, 2011:56 ) menyatakan bahwa : “dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugastugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok
memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya”. Johnson
& Johnson ( dalam Trianto, 2011:57 ) menyatakan bahwa : “tujuan pokok belajar
kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi
akademikdan pemahaman baik secara individu maupun kelompok “.Adanya
kompetensi antar kelompok belajar juga dapat menumbuhkan motivasi belajar
para siswa, yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar dalam
kelompoknya dan timbul keberanian siswa untuk bertanya.
Ada beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif. Salah satunya adalah
TPS (Think-Pair-Share) dan TAI (Team Accelerated Instruction ). Trianto ( 2011
: 81 ) menyatakan bahwa : “ strategi think-pair-share (TPS ) atau berpikir
berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa”.
Metode TPS dapat diajarkan untuk materi kubus dan balok karena metode TPS
dapat memengaruhi pola interaksi siswa. Hal ini mempermudah guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Sedangkan TAI (Team Accelerated Instruction ) merupakan metode yang
didesain khusus untuk pembelajaran matematika dari tingkat dasar sampai tingkat
menengah. TAI menyatukan pembelajaran kooperatif dengan kebebasan bertindak
secara individu dengan ciri khass TAI yaitu guru memberikan penghargaan pada
kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar. Oleh sebab itu
metode TPS dan TAI layak digunakan pada materi kubus dan balok.
Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TAI yang
paling mendasar adalah pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan waktu
yang lebih banyak pada siswa untuk mengerjakan tugas dan mendengarkan satu
6
sama yang lainnya, TPS juga memberikan kesempatan berpikir dan bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Afrida (2012:71) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa : “ ketuntasan hasil belajar matematika siswa
dan ketercapaian indikator dapat disimpulkan bahwa secara kualitatif hasil belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi
dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.”
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS dapat meningkatkan hail belajar, hal ini didukung dengan adanya tahap
thinking tersebut yang dapat menegakkan kegiatan berpikir siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
“Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ( TPS ) Dan Tipe
Team Accelerated Instruction (TAI) Pada Materi Kubus Dan Balok Di Kelas
VIII SMP N 2 Sei Rampah T.A 2014/2015”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan masih
berpusat pada guru
4. Pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan aktivitas siswa
5. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep
matematika dengan benar, khususnya di dalam menyelesaikan soal sehingga
menyebabkan hasil belajarnya menjadi rendah.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah
penelitian dibatasi hanya untuk mengetahui “ Perbedaan hasil belajar matematika
siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan
7
yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe TAI pada materi kubus dan
balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah tahun ajaran 2014/2015”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan
hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe TAI
pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah tahun ajaran
2014/2015.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : untuk
mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan yang diajar
menggunakan model pembelajaran tipe TAI pada materi kubus dan balok di kelas
VIII SMP N 2 Sei Rampah tahun ajaran 2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih model
pembelajaran yang dapat meningkatkan hassil belajar siswa.
2. Sebagai bahan informasi siswa untuk menentukan cara belajar yang sesuai
dalam mempelajari materi matematika.
3. Sebagai bahan masukan awal bagi peneliti lain dalam melakukan kajian
penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai pembelajaran matematika.
4. Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya model
pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya. Rineka Cipta: Jakarta.
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : rineka Cipta.
Asmin dan Abil Mansyur. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar
dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.
Djamarah, S.B., & aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Fogarty,dkk.
(2010).
http://fisikama-online.blogspot.com/2010/12/modelpembelajaran-kooperatif-tipe.html(diakses pada 7/2/2015)
Kate.
(2014). http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-pembelajaranmatematika.html (diakses pada 7/2/2015 pukul 11:53)
Mahmudin. (2009). http://wordpress.com/2009/12/23/pembelajaran-kooperatiftipe-think-pair-share-tps(diakses pada 11/2/2015)
Ngalimun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja
Pressindo.
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Puspitarini,
Margaret.
(2014)
.http://news.okezone.com/read/2014/09/09/373/1036506/ini-penyebab-nilai
matematika-indonesia-rendah (diakses pada 16/12/2014 pukul 15:56)
Sardiman. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
Pers.
Simangunsong, S.W. (2006). Matematika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta :
Erlangga
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta :
Remaja Rosdakarya
Sudjana. 2005. Metode Statistika.Bandung : Tarsito
Syarief.
(2013).
http://syariefsimple16.blogspot.com/2013/01/modelpembelajaran-kooperatif-tipe-tai.html(diakses 7/2/2015)
60
61
TIMMS.2012.http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sai
ns.dan.Matematika.Indonesia.Menurun (diakses pada 16/12/2014 pukul
15:56)
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :
kencana.
Yanti, Afrida. 2012. Perbedaan Hasil Belajar siswa yang diajar menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan tipe TAI pada sub pokok
bahasan jajar genjang dan belah ketupat di kelas VII SMP HANGTUAH
Belawan T.A 2012/2013. Universitas Negeri Medan, Unimed
Yatmono.2014.
http://laportadoradesuenos.blogspot.com/2014/09/modelpembelajaran-think-pair-share-tps.html(diakses pada 11/2/2015)
https://fibriyantirobby06.word.press.com/2014/01/09/tes-uraian-dan-tesobyektif//(diakses pada 8/6/2015 pukul 13.00)
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE ( TPS ) DAN TIPE TEAM ACCELERATED
INSTRUCTION (TAI) PADA MATERI KUBUS DAN BALOK
DI KELAS VIII SMP N 2 SEI RAMPAH T.A 2014/2015
Oleh :
Yuli Iman Sari
NIM.4113111084
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
i
iii
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE ( TPS ) DAN TIPE TEAM ACCELERATED
INSTRUCTION (TAI) PADA MATERI KUBUS DAN
BALOK DI KELAS VIII SMP N 2 SEI RAMPAH
T.A 2014/2015
Yuli Iman Sari (NIM : 4113111084)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Team Accelerated Instruction (
TAI ) pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah Tahun
Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan populasi
seluruh siswa kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah Tahun Ajaran 2014/2015, sebagai
sampel diambil dua kelas secara acak yaitu satu sebagai kelas eksperimen I dan
satu sebagai kelas eksperimen II. Kelas eksperimen I diberikan pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share (TPS)
dan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelerated Instruction ( TAI ) . Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji
statistik-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar (posttes)
siswa di kelas eksperimen I sebesar 72,90, dan nilai rata-rata hasil belajar (posttes)
siswa di kelas eksperimen I sebesar 61,97.
Hasil perhitungan uji normalitas nilai posttes siswa di kelas eksperimen 1
diperoleh L0 = 0,1080 dan Ltabel = 0,161, karena L0 < Ltabel yaitu 0,1080 < 0,161
maka sebaran data di kelas eksperimen 1 berdistribusi normal. Sedangkan di kelas
eksperimen 2 diperoleh L0 = 0,1238 dan Ltabel = 0,161. karena L0 < Ltabel yaitu
0,1238 < 0,161 maka sebaran data di kelas eksperimen 2 berdistribusi normal.
Dari hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh Fhitung = 1,47 dan Ftabel = 1,81.
Diperoleh bahwa Fhitung < Ftabel yakni 1,47 < 1,81 maka kedua kelas homogen.
Selanjutnya berdasarkan perhitungan uji statistik-t diperoleh nilai thitung = 2,14 dan
ttabel = 2,002, thitung tidak berada dalam interval 2,002 t hitung 2,002 yang
berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Team Accelerated
Instruction ( TAI ) pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei
Rampah Tahun Ajaran 2014/2015.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
6
1.3
Batasan Masalah
6
1.4
Rumusan Masalah
7
1.5
Tujuan Penelitian
7
1.6
Manfaat Penelitian
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
8
2.1.1. Pengertian Belajar
8
2.1.2. Hasil Belajar
9
2.1.3. Pembelajaran Matematika
11
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif
12
2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
12
2.1.4.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
14
2.1.4.3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
14
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share
15
2.1.6. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think-Pair-Share
18
vii
2.1.7. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
19
2.1.8. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan TAI
22
2.1.9. Materi Kubus dan Balok
24
2.1.9.1. Unsur-unsur Kubus dan Balok
24
2.1.9.2. Jaring-jaring Kubus dan Balok
29
2.1.9.3. Luas Permukaan Kubus dan Balok
32
2.1.9.4. Volume Kubus dan Balok
33
2.2. Kerangka Konseptual
36
2.3. Penelitian yang Relevan
37
2.4. Hipotesis Penelitian
37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
39
3.1.1. Lokasi Penelitian
39
3.1.2. Waktu Penelitian
39
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
39
3.2.1. Populasi Penelitian
39
3.2.2. Sampel Penelitian
39
3.3. Definisi Operasional
39
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
40
3.4.1. Jenis Penelitian
40
3.4.2. Desain Penelitian
41
3.5. Variabel Penelitian
42
3.6. Prosedur Penelitian
43
3.7. Instrumen Pengumpul Data
44
3.7.1. Tes
44
3.7.2. Uji validitas Tes
45
3.7.3. Uji Reliabilitas Tes
46
3.7.4. Tingkat Kesukaran Tes
48
3.7.5. Daya Pembeda Soal
48
3.8. Teknik Analisis data
49
viii
3.8.1. Menghitung Rata-rata Skor
49
3.8.2. Menghitung Standar Deviasi
50
3.8.3. Uji Normalitas
50
3.8.4. Uji Homogenitas
51
3.8.5. Uji Hipotesis
51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penilitian
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian
53
53
4.1.1.1 Penilaian Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen
1 dan 2
4.1.2 Analisis Hasil Penelitian
53
54
4.1.2.1 Uji Normalitas
54
4.1.2.2 Uji Homogenitas
54
4.1.2.3 Uji Hipotesis
55
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
59
5.2 Saran
59
DAFTAR PUSTAKA
60
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
15
Tabel 2.2 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
dan TAI
23
Tabel 3.1 Matriks desain Penelitian
41
Tabel 3.2 Validitas Butir Soal
45
Tabel 3.3 Pengukuran Reliabilitas Tes
46
Tabel 3.4 Kriteria Pengukuran Reliabilitas Tes
46
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
47
Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal
47
Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Soal
48
Tabel 3.8 Daya Pembeda Soal
49
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar kelas eksperimen 1 dan 2
53
Tabel 4.2 Ringkasan Uji Normalitas Data
54
Tabel 4.3 Ringkasan Perhitungan Uji Homogenitas
55
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Kubus ABCD.EFGH
24
Gambar 2.2
Kubus dalam kehidupan Sehari-hari
24
Gambar 2.3
Diagonal Sisi Kubus
25
Gambar 2.4
Diagonal Ruang Kubus
25
Gambar 2.5
Bidang Diagonal Kubus
26
Gambar 2.6
Balok ABCD.EFGH
26
Gambar 2.7
Balok dalam Kehidupan Sehari-hari
27
Gambar 2.8
Diagonal Sisi Balok
28
Gambar 2.9
Diagonal Ruang Balok
28
Gambar 2.10 Bidang Diagonal Balok
28
Gambar 2.11 Balok dan Ukurannya
29
Gambar 2.12 Kubus dan Ukurannya
30
Gambar 2.13 Jaring-jaring Kubus
30
Gambar 2.14 Beberapa Contoh Jaring-jaring Kubus
31
Gambar 2.15 Jaring-jaring Balok
31
Gambar 2.16 Beberapa Contoh Jaring-jaring Balok
31
Gambar 2.17 Kubus dengan Rusuk s
32
Gambar 3.1
42
Skema Prosedur Penelitian
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : RPP I (Kelas Eksperimen 1)
62
Lampiran 2 : RPP II (Kelas Eksperimen 1)
68
Lampiran 3 : RPP I (Kelas Eksperimen 2)
73
Lampiran 4 : RPP II (Kelas Eksperimen 2)
79
Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa I (LKS I)
84
Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa II (LKS II)
91
Lampiran 7 : Alternatif Penyelesaian LKS I
98
Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian LKS II
104
Lampiran 9 : Kisi-Kisi Tes postes
111
Lampiran 10 : soal-soal Postes
112
Lampiran 11 : Pedoman Penskoran
114
Lampiran 12 : Alternatif penyelesaian postes
116
Lampiran 13 : Lembar Validasi postes
120
Lampiran 14 : Perhitungan Validitas
123
Lampiran 15 : Perhitungan Realibilitas
126
Lampiran 16 : Tabel persiapan perhitungan indeks kesukaran
dan daya beda soal
Lampiran 17 : Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal
128
130
Lampiran 18 : Data Nilai Posttes Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 2
132
Lampiran 19 : Perhitungan Rata-rata, varians dan Simpangan Baku
134
Lampiran 20 : Perhitungan Uji Normalitas
135
Lampiran 21 : Perhitungan Uji Homogenitas
138
Lampiran 22 : Perhitungan Uji Hipotesis
139
Lampiran 23 : Tabel Harga Kritis dari r product momen
141
Lampiran 24 : Tabel Nilai Kritis untuk Uji Liliefors
142
Lampiran 25 : Tabel Distribusi Nilai F
143
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh rata-rata
hasil belajar kelas TPS adalah 72,90 dan rata-rata hasil belajar kelas TAI adalah
61,97. thitung = 2,14 tidak berada di antara interval yaitu 2,002 t hitung 2.002
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, berdasarkan uraian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TAI pada materi
kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah T.A 2014/2015.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka sran yang dapat peneliti berikan adalah:
1. Kepada guru khususnya guru matematika agar menggunakan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
TPS
sebagai
salah
satu
alternatif
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan
mengaktifkan siswa dalam pemahaman materi yang lebih baik.
2. Bagi guru-guru atau calon guru yang akan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS agar memerhatikan dan mengatur
alokasi waktu yang ada secara cermat agar langkah-langkah pembelajaran
dapat dilaksanakan secara optimal.
59
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri.
Pendidikan adalah pembangunan manusia dalam upaya menjadikan manusia
berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan lembaga atau
negaranya. Bangsa yang berpendidikan adalah bangsa yang berilmu pengetahuan.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mampu
menjadikan manusia menjadi berkualitas. Matematika merupakan bidang studi
yang diajarakan disetiap jenjang pendidikan dan mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara mengembangkan
kemampuan berfikir logis, rasional, kritis, analisis dan sistematis yang dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu didukung oleh pernyataan Cokrof
(dalam Abdurrahman, 2012 : 204) yang menyatakan bahwa :
matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan ketrampilan
matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informassi dalam
berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan
kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Matematika adalah kunci kearah peluang-peluang. Bagi seorang siswa
keberhasilan mempelajarinya akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi
para warga negara, matematika akan menunjang pengambilan keputusan yang
tepat. Bagi suatu negara, matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing
dan berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi. Untuk mewujudkan itu semua
maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Namun pada kenyataannya fakta dilapangan menunjukkan bahwa hasil
pembelajaran matematika masih sangat rendah. Salah satu bukti rendahnya
prestasi matematika siswa Indonesia terlihat dari hasil Ujian Nasional (UN)
beberapa tahun terakhir. Pada 2010, sebanyak 35.567 atau 6,66 persen siswa SMP
dan MTs di Jawa Timur dan 1.600 atau 20 persen siswa di Balikpapan tidak lulus
1
2
dalam UN. Penyebab ketidaklulusan itu terletak pada nilai Matematika yang
kurang dari empat..( http://news.okezone.com )
Harian kompas (12 desember 2012) menyebutkan bahwa Pencapaian
prestasi belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa
Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan
menghafal dalam pembelajaran sains dan matematika. Demikian hasil Trends in
Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia
tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation
of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti
600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di
urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia
ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. (http://edukasi.kompas.com)
Rendahnya hasil belajar matematika di Indionesia salah satu penyebabnya
adalah kurangnya keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar dan
kurangnya keterampilan guru dalam memberikan materi pembelajaran. Dalam
proses kegiatan belajar mengajar kebanyakan guru masih menggunakan model
pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga banyak siswa yang merasa jenuh
dengan pembelajaran dan mengakibatkan hasil belajarnya rendah. Ketidaktepatan
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran menjadi salah satu faktor
penyebab prestasi belajar matematika siswa rendah. Menurut Abdurrahman (2012
: 20 ) bahwa :
yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya pemahaman
peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah
metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, misalnya dalam
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan tradisional yang
menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai
pendengar .
Slameto (2010:65) juga menyatakan bahwa :
metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Metode belajar yang kurang baik itu dapat
terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai
bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau
sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri
3
tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.
Akibatnya siswa malas untuk belajar.
Selanjutnya Trianto (2007:1) menyatakan bahwa:
Berdasarkan hasil penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta
didik, hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi
oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas
cenderung teacher-centred sehingga siswa menjadi pasif.
Shoimin (2014:18) menyatakan bahwa :
Agar pembelajaran menyenangkan, perlu adanya perubahan cara mengajar
dari model pembelajaran tradisional menuju model pembelajaran yang
inovatif, dimana siswa dilibatkan secara aktif dan bukan hanya dijadikan
sebagai objek. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi pada
siswa.
Dari pendapat di atas maka diperlukan pembelajaran yang melibatkan keaktifan
siswa guna meningkatkan hasil belajar siswa.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa
adalah Ketakutan siswa akan pelajaran matematika dan sikapnya yang
menganggap matematika pelajaran yang sulit. Kebanyakan siswa merasa jenuh
dan bosan saat mempelajari matematika. Hal ini dikarenakan siswa menganggap
bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Hal ini sesuai dengan pernyataan
beberapa ahli seperti Abdurrahman (2012:252) menyatakan bahwa:
“dari
berbagai bidang studi yang dipelajari di sekolah, matematika merupakan bidang
studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan
belajar dan lebih-lebih lagi bagi siswa yang berkasulitan belajar”. Hal ini lebih
diperkuat lagi oleh Sapnoto (http://www.indomedia.com) yang mangatakan :
“siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Terlebih lagi bila
mereka mendapat nilai di bawah rata-rata. Yang punya niat tekun mempelajari,
akan kembali hilang semangatnya”.
Kubus dan balok adalah salah satu materi pelajaran matematika di SMP.
Materi ini sangat perlu dikuasai setiap siswa karena pengaplikasian materi ini
tampak nyata dikehidupan sehari-hariBanyak benda- benda dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat diumpamakan sebagai kubus dan balok, seperti lemari,
4
kotak pensil, dadu dan lain sebagainya. Akan tetapi masih banyak siswa yang
belum memahami konsep dasar dari kubus dan balok tersebut.
Hasil survey peneliti pada tanggal 4 Februari berupa pemberian tes yang
berkaitan dengan konsep-konsep dasar kubus dan balok kepada 35 siswa SMP
Negeri 2 sei Rampah, ternyata banyak siswa yang tidak bisa menjawab dengan
benar konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan kubus dan balok. Dari 35
siswa, hanya 13 siswa atau sekitar 37% siswa yang dapat menjawab pertanyaan
dengan benar, sedangkan selebihnya atau sebanyak 62% tidak dapat menjawab
dengan benar soal-soal yang berkaitan dengan konsep dasar kubus dan balok.
Sebagian siswa salah karena kurang memahami pertanyaan dengan baik dan ada
juga yang salah dalam perkalian bilangan.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi
matematika di SMP N 2 Sei Rampah, beliau mengatakan bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang menggunakan rumusrumus, para siswa sudah tertanam dipikirannya bahwa matematika sulit dan
menakutkan, hal ini kemudian berdampak buruk pada hasil belajar mereka.
Banyak dari mereka yang kurang memahami konsep matematika itu sendiri,
sehingga banyak dari mereka yang tidak tuntas saat ujian matematika. Siswa
kurang merespon pelajaran yang diajarkan dan semakin semakin lama minat
belajarnya semakin menurun. Dan salah satu penyebabnya adalah ketidaktepatan
guru menggunakan metode pelajaran saat proses KBM berlangsung.
Proses pembelajaran dapat diikuti siswa dengan baik dan menarik
perhatian jika menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan,
sehingga siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran tersebut. Metode yang
sesuai juga akan membuat suasana kelas menjadi kondusif, membuat siswa
menjadi aktiif dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi
pembelajaran tersebut. Sehingga pembelajaran matematika tidak lagi menjadi
pembelajaran yang berpusat pada guru tetapi menjadi pembelajaran yang berpusat
pada siswa dan mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
Salah satu upaya untuk menerapkan pembelajaran yang sesuai adalah
pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ). Pembelajaran kooperatif
5
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student centered)
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda dimana dalam menyelesaikan tugas kelompoknya saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Artzt & Newman ( dalam Trianto, 2011:56 ) menyatakan bahwa : “dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugastugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok
memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya”. Johnson
& Johnson ( dalam Trianto, 2011:57 ) menyatakan bahwa : “tujuan pokok belajar
kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi
akademikdan pemahaman baik secara individu maupun kelompok “.Adanya
kompetensi antar kelompok belajar juga dapat menumbuhkan motivasi belajar
para siswa, yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar dalam
kelompoknya dan timbul keberanian siswa untuk bertanya.
Ada beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif. Salah satunya adalah
TPS (Think-Pair-Share) dan TAI (Team Accelerated Instruction ). Trianto ( 2011
: 81 ) menyatakan bahwa : “ strategi think-pair-share (TPS ) atau berpikir
berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa”.
Metode TPS dapat diajarkan untuk materi kubus dan balok karena metode TPS
dapat memengaruhi pola interaksi siswa. Hal ini mempermudah guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Sedangkan TAI (Team Accelerated Instruction ) merupakan metode yang
didesain khusus untuk pembelajaran matematika dari tingkat dasar sampai tingkat
menengah. TAI menyatukan pembelajaran kooperatif dengan kebebasan bertindak
secara individu dengan ciri khass TAI yaitu guru memberikan penghargaan pada
kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar. Oleh sebab itu
metode TPS dan TAI layak digunakan pada materi kubus dan balok.
Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TAI yang
paling mendasar adalah pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan waktu
yang lebih banyak pada siswa untuk mengerjakan tugas dan mendengarkan satu
6
sama yang lainnya, TPS juga memberikan kesempatan berpikir dan bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Afrida (2012:71) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa : “ ketuntasan hasil belajar matematika siswa
dan ketercapaian indikator dapat disimpulkan bahwa secara kualitatif hasil belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi
dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.”
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS dapat meningkatkan hail belajar, hal ini didukung dengan adanya tahap
thinking tersebut yang dapat menegakkan kegiatan berpikir siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
“Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ( TPS ) Dan Tipe
Team Accelerated Instruction (TAI) Pada Materi Kubus Dan Balok Di Kelas
VIII SMP N 2 Sei Rampah T.A 2014/2015”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan masih
berpusat pada guru
4. Pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan aktivitas siswa
5. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep
matematika dengan benar, khususnya di dalam menyelesaikan soal sehingga
menyebabkan hasil belajarnya menjadi rendah.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah
penelitian dibatasi hanya untuk mengetahui “ Perbedaan hasil belajar matematika
siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan
7
yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe TAI pada materi kubus dan
balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah tahun ajaran 2014/2015”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan
hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe TAI
pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah tahun ajaran
2014/2015.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : untuk
mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan yang diajar
menggunakan model pembelajaran tipe TAI pada materi kubus dan balok di kelas
VIII SMP N 2 Sei Rampah tahun ajaran 2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih model
pembelajaran yang dapat meningkatkan hassil belajar siswa.
2. Sebagai bahan informasi siswa untuk menentukan cara belajar yang sesuai
dalam mempelajari materi matematika.
3. Sebagai bahan masukan awal bagi peneliti lain dalam melakukan kajian
penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai pembelajaran matematika.
4. Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya model
pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya. Rineka Cipta: Jakarta.
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : rineka Cipta.
Asmin dan Abil Mansyur. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar
dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.
Djamarah, S.B., & aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Fogarty,dkk.
(2010).
http://fisikama-online.blogspot.com/2010/12/modelpembelajaran-kooperatif-tipe.html(diakses pada 7/2/2015)
Kate.
(2014). http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-pembelajaranmatematika.html (diakses pada 7/2/2015 pukul 11:53)
Mahmudin. (2009). http://wordpress.com/2009/12/23/pembelajaran-kooperatiftipe-think-pair-share-tps(diakses pada 11/2/2015)
Ngalimun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja
Pressindo.
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Puspitarini,
Margaret.
(2014)
.http://news.okezone.com/read/2014/09/09/373/1036506/ini-penyebab-nilai
matematika-indonesia-rendah (diakses pada 16/12/2014 pukul 15:56)
Sardiman. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
Pers.
Simangunsong, S.W. (2006). Matematika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta :
Erlangga
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta :
Remaja Rosdakarya
Sudjana. 2005. Metode Statistika.Bandung : Tarsito
Syarief.
(2013).
http://syariefsimple16.blogspot.com/2013/01/modelpembelajaran-kooperatif-tipe-tai.html(diakses 7/2/2015)
60
61
TIMMS.2012.http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sai
ns.dan.Matematika.Indonesia.Menurun (diakses pada 16/12/2014 pukul
15:56)
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :
kencana.
Yanti, Afrida. 2012. Perbedaan Hasil Belajar siswa yang diajar menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan tipe TAI pada sub pokok
bahasan jajar genjang dan belah ketupat di kelas VII SMP HANGTUAH
Belawan T.A 2012/2013. Universitas Negeri Medan, Unimed
Yatmono.2014.
http://laportadoradesuenos.blogspot.com/2014/09/modelpembelajaran-think-pair-share-tps.html(diakses pada 11/2/2015)
https://fibriyantirobby06.word.press.com/2014/01/09/tes-uraian-dan-tesobyektif//(diakses pada 8/6/2015 pukul 13.00)