UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A 2013/2014.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A 2013/2014

Oleh:
Rita Ria Lumban Gaol
NIM 408311042
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat MemperolehGelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014

iv


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala
rahmat dan berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis hingga
penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya.Skripsi ini berjudulUpaya
Meningkatkan Kemampuan Pemcahan Masalah Matematika Pada Materi
Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas VII
SMP T.A. 2013/2014. Adapun skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Izwita Dewi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulissejak awal hingga akhir
penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr.
KMS. Amin Fauzi, M.Pd, Bapak Drs. Togi, M.Pd, Bapak Drs. M. Panjaitan,
M.Pd, selaku dosen pengujiyang telah memberikan masukan dan saran-saran
mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku dosen
Pembimbing Akademik, BapakProf. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor

UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan ,M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED,
Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul
Amry, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika, dan seluruh
Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED
yang sudah membantu penulis yang telah membimbing dan memotivasi penulis
selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen serta Staf Pegawai
Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu
penulis selama perkuliahan.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu
Dra. Rokiah Ketaren selaku kepala sekolah SMP Pencawan Medan dan Ibu Liasna
Tarigan, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah banyak membantu

v

dan membimbing penulis selama penelitian dan para guru dan staf administrasi
yang telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis selama
melakukan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis


kepada Ayahanda

Robinson Lumban Gaol dan Ibunda Lamtiur Simamora, orangtua penulis yang
telah mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil
dan selalu mendo’akan penulis. Semoga Tuhan memberikan kebaikan dunia dan
akhirat kepada Ayah dan Ibunda. Amin. Terima kasih juga buat abang ku Roilan,
Rolesman, Roy dan adik ku Ratna yang telah memberikan do’a dan motivasi
kepada penulis. Serta keluarga yang terus memberikan dukungan, doa, kasih
sayang, pengorbanan, dan perjuangan baik secara moral dan materil.
Penulis juga ucapkan terima kasih untuk sahabat-sahabatku yang cerewetcerewet yenni, desi, irma, yani, febrina, tanjung yang selalu dapat memberikan
hal-hal baru dan berwarna di kampus hijau UNIMED. Dan teman-teman senasib
sepenanggungan di Matematika/Eks ’08 yang tiada henti memberikan motivasi
dan doa yang tulus serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu
per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia pendidikan.

Medan,

Penulis,

Februari 2014

Rita Ria Lumban Gaol
NIM. 408311042

iii

Upaya meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada
materi Bilangan pecahan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada
Siswa Kelas VII SMP Pencawan Medan T.A 2013/2014
Rita Ria Lumban Gaol (NIM 408311042)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada materi Bilangan Pecahan di kelas VII SMP
Pencawan Medan melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari
3 kali pertemuan.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Pencawan Medan

yang berjumlah 25 orang.Objek penelitin ini adalah pembelajaran dengan
menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan
pemecahan masalah yang berbentuk uraian yaitu tes awal sebanyak 3 soal.Tes
kemampuan pemecahan masalah siklus I sebanyak 4 soal dan tes kemampuan
pemecahan masalah siklus II terdiri dari 4 soal.
Berdasarkan hasil analisis data setelah pemberian tindakan diperoleh pada
siklus I terdapat 10 orang siswa (53.33%) yang memperoleh kategori kemampuan
pemecahan masalah sedangatau mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata
kelas 55,30. Pada siklus II diperoleh 23 orang siswa (92%) yang memperoleh
kategori kemampuan pemecahan masalah tinggi (mencapai ketuntasan belajar)
dengan rata-rata kelas 79,70. Dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 13orang siswa
(52%). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, diperoleh
pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru pada siklus I dapat dikatakan
termasuk kategori sedang. Pada siklus II, tingkat kemampuan peneliti mengelola
pembelajaran termasuk kategoribaik.
Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah memenuhi 85%
kriteria ketuntasan belajar siswa.Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VII SMP Pencawan Medansehingga pembelajaran dengan
menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ini dapat dijadikan salah
satu alternatif pembelajaran.

vi

DAFTAR ISI

Halaman
LembarPengesahan
DaftarRiwayatHidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
DaftarTabel
DaftarGambar
DaftarLampiran

i

ii
iii
iv
vi
viii
x
xi

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1.LatarBelakangMasalah
1.2.IdentifikasiMasalah
1.3.PembatasanMasalah
1.4.RumusanMasalah
1.5.TujuanPenelitian
1.6.ManfaatPenelitian
1.7. Defenisi Operasional


1
9
9
10
10
10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KerangkaTeoritis
2.1.1.PengertianBelajardanPembelajaran Matematika
2.1.2.MasalahdalamMatematika
2.1.3. Kemampuan PemecahanMasalahMatematika
15
2.1.4. Model Pembelajaran
2.1.5. Model PembelajaranBerbasis Masalah
20
2.1.5.1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
2.1.5.2. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah
2.1.5.3. Langkah-langkah Dalam Proses Pembelajaran

Berbasis Masalah
2.1.5.4. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Dalam Pembelajaran Matematika
2.1.6. MateriPelajaranBilangan Pecahan
2.1.6.1. PengertianBilanganPecahan
2.1.6.2. Bentuk-bentukBilanganPecahan
2.1.6.3. MengubahSuatuBentukPecahankeBentuk
Pecahan Yang Lain
2.9.1.4 OperasiBilanganPecahan
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
2.3. KerangkaKonseptual
38

11
12
12
12
14
19
20

23
24
26
30
30
30
33
36
38

vii

2.4. HipotesisTindakan

40

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. JenisPenelitian
3.2.LokasiPenelitian
3.3SubjekdanObjekPenelitian

3.3.1. SubjekPenelitian
3.3.2. ObjekPenelitian
3.4. Mekanisme dan Rancangan Penelitian
3.5. Instrumen dan TeknikPengumpulan Data
3.6. TeknikAnalisis Data
3.6.1. Analisis Data KemampuanPemecahanMasalah
3.6.2.Paparan Data
3.6.3. Penarikan Kesimpulan

41
41
41
41
41
41
41
46
48
48
49
49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. HasilPenelitian
4.1.1. Siklus I
4.1.1.1. Permasalahan I
4.1.1.2. Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I)
4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I
4.1.1.4. Hasil Observasi
4.1.1.5. Analisis Data I
4.1.1.5.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika I
4.1.1.6. Refleksi Siklus I
4.1.1.7. Simpulan
4.1.2. Siklus II
4.1.2.1. Permasalahan II
4.1.2.2. Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II)
4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II
4.1.2.4. Hasil Observasi II
4.1.2.5. Analisis Data II
4.1.2.5.1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika II
4.1.2.6. Refleksi II
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

50
50
50
50
51
51
53
57

72
76
77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

81
81
81

DAFTAR PUSTAKA

83

57
63
63
64
64
65
66
68
72

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah

24

Tabel 3.2. Pedoman Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

47

Tabel 4.1. DeskripsiTingkatKemampuanSiswa pada TesAwal

50

Tabel 4.2. DeskripsiHasilObservasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

53

Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam melaksanakan
Pembelajaran Siklus I

56

Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes
KemampuanPemecahan Masalah Matematika Siklus I

58

Tabel 4.5. DeskripsiTingkat Kemampuan SiswaMerencanakan
Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siklus I

59

Tabel4.6. DeskripsiTingkat Kemampuan SiswaMelaksanakan
Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siklus I

59

Tabel4.7. DeskripsiTingkat Kemampuan SiswaMemeriksa Kembali
pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siklus I

60

Tabel 4.8. DeskripsiTingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus I

60

Tabel 4.9. Analisa Data Letak Kesulitan Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I pada Aspek/Langkah Memahami Masalah
Tabel 4.10. DeskripsiHasilObservasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

61
68

Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam melaksanakan
Pembelajaran Siklus II

70

Tabel 4.12. Tingkat Kemampuan SiswaMemahami Masalah pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II

73

Tabel4.13. Tingkat Kemampuan SiswaMerencanakan Pemecahan
Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siklus II

73

ix

Tabel4.14. Tingkat Kemampuan SiswaMelaksanakan Pemecahan
Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siklus II

74

Tabel 4.15. Tingkat Kemampuan SiswaMemeriksa Kembali pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II

74

Tabel 4.16. DeskripsiTingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus II
Tabel 4.17. Hasil Yang Diperoleh pada Siklus II

75
77

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar3.1

SkemaProsedurPelaksanaanPenelitianTindakanKelas

berdasarkanalurnya

45

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah
lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Matematika merupakan bidang studi
yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di
Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika
salah satunya menurut Cockroft dalam Abdurrahman (2003:253) mengemukakan
bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena:
(1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan
berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa
pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari.
Menurut Liebeck (dalam Abdurrahman, 2003:253) “ada dua macam hasil belajar
matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics
calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning)”. Berdasarkan
hasil belajar matematika semacam itu maka Lerner dalam Abdurrahman
(2003:253) mnegemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya
mencakup tiga elemen “(1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan
masalah”.

2

Penguasaan terhadap

bidang studi matematika

merupakan suatu

keharusan, sebab matematika sebagai pintu masuk menguasai sains dan teknologi
yang berkembang pesat. Dengan belajar matematika orang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara matematis, logis, kritis dan kreatif yang sungguh
dibutuhkan dalam kehidupan. Oleh sebab itu matematika merupakan salah satu
ilmu dasar yang perlu diajarkan di sekolah karena penggunaannya yang luas pada
aspek kehidupan. Menurut Sumarno (2012) mengemukakan bahwa:
Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, seorang pendidik tidak hanya
berkewajiban menyajikan materi pembelajaran dan mengevaluasi
pekerjaan siswa, akan tetapi bertanggung jawab terhadap pendekatan
bukan saja melalui pendekatan instruksional, akan tetapi dibarengi dengan
pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses
belajar mengajar berlangsung.
Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat
meningkatkan pemecahan masalah matematika yang merupakan faktor penting
dalam matematika. Slameto (2003:94) mengemukakan bahwa:
Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan
kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati
sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Pemecahan
masalah mempunyai fungsi penting dalam kegiatan belajar mengajar
matematika. Melalui pemecahan masalah matematika siswa dapat berlatih
dan mengintegrasikan konsep – konsep, teorema-teorema dan
keterampilan yang telah dipelajari. Hal ini akan menimbulkan rasa
tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan
kepercayaan kepada diri sendiri, sehingga siswa tidak selalu
menggantungkan diri pada orang lain.
Selain itu, menurut Slameto (2003:36) juga megemukakan bahwa:
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa
dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan
aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi
dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.
Atau siswa akan bertanya, megajukan pendapat, menimbulkan diskusi
dengan guru. Pemecahan masalah mempunyai fungsi penting dalam
kegiatan belajar mengajar matematika. Melalui pemecahan masalah
matematika siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep – konsep,
teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari.

3

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika secara tidak
langsung sangat mempengaruhi kehidupan setiap orang di masa yang akan dating.
Di bagian lain, dikatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang
memiliki

pola

keteraturan

dan

urutan

yang

logis.

Menemukan

atau

mengungkapkan keteraturan dan kemudian memberikan arti merupakan makna
dari mengerjakan matematika. Jadi semakin sering belajar matematika, maka akan
semakin sering pula berpikir secara logis, dan hal ini akan membantu kita untuk
menghadapi kejadian-kejadian dalam hidup dengan pikiran yang logis pula.
Dalam kegiatan belajar mengajar sering ditemukan siswa yang tidak mau
bertanya kepada guru, walaupun sebenarnya siswa tersebut belum paham pada
materi yang diajarkan guru,proses pembelajaran yang kurang mendukung siswa
untuk aktif dalam menyelesaikan ide-ide/gagasannya sendiri. Untuk itu guru perlu
menciptakan suasana belajar dimana siswa mendapatkan kesempatan berinteraksi
satu sama lain. Usaha guru untuk mencapai tujuan pembelajaran anatara lain
memilih metode yang tepat sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif
dan kondusif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai seperti yang diinginkan.
Pembelajaran

matematika

selama

ini

masih

dianggap

sebagai

pembelajaran yang sulit karena menggunakan simbol dan lambang yang dimaknai
dengan penghapalan rumus. Pembelajaran matematika juga terlalu dipengaruhi
pandangan bahwa matematika merupakan alat yang siap dipakai. Pandangan ini
mendorong guru bersikap cenderung memberitahu konsep/sifat/teorema dan cara
menggunakannya. Menurut Soleh (dalam Narohita, 2010:1437) mengemukakan
bahwa:
Umumnya siswa menyatakan matematika merupakan pelajaran yang sulit
dan membosankan, tidak menarik, dan bahkan penuh misteri. Ini
disebabkan karena mata pelajaran matematika dirasakan sukar, gersang
dan tidak tampak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak
tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika, metode pembelajaran yang ditetapkan
masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru.

4

Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di kelas
masih didominasi oleh guru, yakni guru sebagai sumber utama pengetahuan. Hal
ini dilakukan karena guru mengejar target kurikulum untuk menghabiskan materi
pembelajaran atau bahan ajar dalam kurun waktu tertentu. Guru juga lebih
menekankan pada siswa untuk menghafal konsep-konsep, terutama rumus-rumus
praktis yang biasa digunakan oleh siswa dalam menjawab ulangan umum atau
ujian nasional, tanpa melihat secara nyata manfaat materi yang diajarkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa akan semakin beranggapan bahwa
belajar matematika itu tidak ada artinya bagi kehidupan mereka, abstrak dan sulit
dipahami. Semua itu pada akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi
belajar matematika siswa.
Hal yang sama seperti dikemukakan oleh Suherman (2009):
Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada
umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru
masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatihdan
lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi.
Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan
adalah soal-soal yang itu-itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti
pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu
dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal
pengetahuan seperti membawa wadah kosong.
Menurut Daulay (2007:5) juga mengemukakan :
Kemampuan pemecahan masalah dalam kaitannya dengan matematika
adalah kemampuan atau kompetensi strategi yang ditunjukkan siswa
dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan dan
menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah matematika.
Karenanya, pembelajaran pemecahan masalah akan menjadi hal yang
sangat menentukan keberhasilan pendidikan matematika, sehingga
pengintegrasian pemecahan masalah dalam pembelajaran menjadi suatu
keharusan.
Dalam memecahkan masalah matematika ada beberapa strategi
yang dapat digunakan bergantung pada masalah yang akan dipecahkan.
Namun, ada strategi pemecahan masalah yang bersifat umum dan lebih
cenderung dipakai dalam permasalahan matematika yaitu :

5

1. Memahami masalah.
2. Merencanakan Pemecahan Masalah.
3. Melaksanakan Pemecahan Masalah.
4. Memeriksa Kembali Hasil yang Diperoleh (Looking Back).
Seiring dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti pada tanggal 3 Oktober 2013 dengan salah seorang guru matematika
SMP Pencawan Medan, mengatakan bahwa:
Ada beberapa kesulitan yang dihadapi siswa dalam memecahkan soal
cerita. Siswa kurang bisa menangkap dan mengolah informasi yang baru
diperoleh dari soal cerita, sehingga kurang mampu menentukan apa yang
diketahui dan tidak dapat menentukan model matematikanya. Hal ini
disebabkan kurangnya kreativitas siswa untuk menyelesaikan soal serta
cara belajar siswa yang kurang baik.
Observasi selanjutnya adalah pemberian tes yang berhubungan dengan
pemecahan masalah bentuk soal uraian. Siswa kesulitan memecahkan soal uraian
seperti berikut ini :
1. Diketahui permukaan sebuah kolam renang berbentuk persegi. Kolam renang
tersebut akan dibangun di atas sebidang tanah yang berbentuk persegi panjang,
dengan panjang 22

1
2

meter dan lebar 3

kolam, tersisa tanah 18
tersebut!

9
10

3
5

meter. Ternyata setelah dibangun

�2 . Tentukan luas permukaan kolam renang

a. Selidikilah apa saja yang diketahui dan ditanya dari masalah diatas !
b. Bagaimana menentukan luas permukaan kolam renang tersebut ?
c. Hitunglah luas permukaan kolam renang tersebut !
d. Susan

memperkirakan luas permukaan kolam renang adalah

621
10

�2 .

Sedangkan Santi berpendapat luas permukaan kolam renang adalah
123
10

�2 . Menurut Anda pendapat siapakah yang benar ? Jelaskan

jawabanmu !

6

Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa kesalahan menyelesaiakan soal
uraian diatas.

No.

Hasil Pekerjaan Siswa

Analisis Kesalahan

(1)

(2)

(3)

1

Siswa yang tidak
mampu memahami
masalah dalam
menuliskan apa yang
diketahui dan apa
yang ditanya pada
soal.

2
Siswa yangtidak
mampu dalam
merencanakan
pemecahan masalah
dalam merencanakan
rumus yang akan
digunakan

Siswayangtidak

3

mampu dalam
menyelesaikan
masalah dimana
penyelesaian yang
dilakukan masih
No.
(1)

Hasil Pekerjaan Siswa
(2)

salah
Analisis Kesalahan
(3)

7

4

Siswayangtidak
mampu dalam
memeriksa kembali
penyelesaian atau
dalam
menyimpulkan hasil
jawaban masih salah

Dari hasil observasi berupa pemberian tes awal pemecahan masalah siswaKelas
VII SMP Pencawan Medan dalam materi pecahan. Dari 25 siswa yang mengikuti
tes, 11 siswa yang memahami masalah, 1 siswayang dapat merencanakan
masalah, 8 siswa yang dapat menyelesaikan masalah dan 5 siswa yang dapat
menarik kesimpulan.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa masih rendah padahal salah satu tujuan dari pembelajaran matematika saat
ini adalah meliputi kemampuan memahami masalah, merencanakan masalah,
melaksanakan masalah dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.Setelah
menelusuri, ditemukan berbagai penyebab tingkat kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas VII SMP Pencawan Medan masih sangat rendah yaitu
pembelajaran matematika selama ini kurang relevan dengan tujuan dan
karakteristik pembelajaran matematika, guru tidak melatih siswa dalam
pemecahan masalah dan siswa kurang mampu menentukan apa yang diketahui,
ditanyakan dan tidak dapat menentukan model matematikanya.
Banyak guru mengalami kesulitan dalam mengajar anak bagaimana
memecahkan permasalahan (sering disebut soal cerita) sehingga banyak anak juga
kesulitan mempelajarinya. Kesulitan ini biasa muncul karena paradigma bahwa
jawaban akhir sebagai satu-satunya tujuan dari pemecahan masalah. Anak
seringkali menggunakan teknik yang keliru dalam menjawab permasalahan sebab
penekanan pada jawaban akhir. Padahal kita perlu menyadari bahwa proses dari
memecahkan masalah yaitu bagaimana kita memecahkan masalah jauh lebih
penting dan mendasar. Ketika jawaban akhir diutamakan, anak mungkin hanya

8

belajar menyelesaikan satu masalah khusus, namun ketika proses ditekankkan,
anak tampaknya akan belajar lebih bagaimana menyelesaikan masalah-masalah
lainnya.
Kondisi ini secara langsung atau tidak akan melahirkan anggapan bahwa
belajar matematika tidak lebih dari sekedar mengingat kemudian melupakan fakta
dan konsep, pada hal yang menjadi tujuan pembelajaran matematika adalah agar
siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu pemecahan
masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi dan
membutuhkan suatu proses psikologi yang tidak hanya melibatkan aplikasi dalildalil atau teorema-teorema yang dipelajari.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing
siswa adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham
terhadap materi yang diajarkan dan akhirnya dapat menurunkan motivasi siswa
dalam belajar.
Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran
Berbasis Masalahmerupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif yang
dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa, melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak jelas bahwa pembelajaran
dengan model Pembelajaran Berbasis Masalahdimulai dengan adanya masalah,
kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah mereka
ketahui dan apa yang telah mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah
tersebut. Dalam pembelajaran ini masalah yang dijadikan sebagai fokus
pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat
memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti
kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang

9

berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang
percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, mengintepretasi data,
membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul:judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemcahan Masalah
Matematika Pada Materi Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah Pada Siswa Kelas VII SMP”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru sehingga siswa
hanya menerima tanpa memiliki pengalaman belajar.
2. Proses pembelajaran yang kurang mendukung siswa untuk aktif dalam
menyelesaikan ide–ide/gagasannya sendiri.
3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.
4. Belum diterapkannya model Pembelajaran Berbasis Masalahdalam
pembelajaran matematika khususnya pada materi Bilangan Pecahan.

1.3 Batasan Masalah
Melihat

luasnya

cakupan

masalah-masalah

yang

teridentifikasi

dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti merasa
perlu memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisis hasil
penelitian ini dapat dilakukan denganterarah. Masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini terbatas yaitu: Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
masih rendah di kelas VII SMP Pencawan Medan.

10

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan model
Pembelajaran Berbasis Masalahdapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswaSMP Pencawan Medan dalam menyelesaikan soal-soal
Bilangan Pecahan?

1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memecahkan
masalah matematika dan untuk meningkatkan proses Pembelajaran Berbasis
Masalah pada siswa kelas VII SMP Pencawan Medan.

1.6 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang
diharapkan akan memberimanfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan
pembelajaran matematika melalui Pembelajaran Berbasis Masalahdan
sebagai bekal peneliti sebagai calon guru mata pelajaran matematika
dalam menjalani praktik mengajar dalam

institusi formal yang

sesungguhnya.
2. Bagi guru matematika, sebagai alternatif melakukan variasi dalam
mengajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah
dan memberi masukan dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga
kualitas pembelajaran yang lebih baik.
3. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika melalui penerapan model Pembelajaran Berbasis
Masalah.
4. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
peningkatan kualitas pengajaran serta menjadi bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

11

5. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan peneliti dan pembaca yang tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalahdan
kemampuan pemecahan masalah siswa SMP.

1.7 Defenisi Operasional
Untuk dapat melakukan variabel penelitian secara kuantitatif maka variabelvariabel didefenisikan sebagai berikut:
1. ModelPembelajaran

Berbasis

Masalahadalah

suatu

pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi para peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran.
2. Masalah Matematika adalah suatu soal atau pertanyaan matematika yang
tidak ada rumus/algoritma tertentu untuk menyelesaikannya. Masalah
matematika tersebut biasanya berbentuk soal cerita, membuktikan,
menciptakan, atau mencari suatu pola sistematika dan siswa harus berfikir
dulu untuk mencari penyelesaiannya
3. Dalam memecahkan masalah matematika ada beberapa strategi yang dapat
digunakan bergantung pada masalah yang akan dipecahkan. Namun, ada
strategi pemecahan masalah yang bersifat umum dan lebih cenderung
dipakai dalam permasalahan matematika yaitu :
a. Memahami masalah
b. Merencanakan Pemecahan Masalah
c. Melaksanakan Pemecahan Masalah
d. Memeriksa Kembali Hasil yang Diperoleh (Looking Back).
4. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kecakapan atau
potensi yang dimiliki seseorang atau siswa dalam menyelesaikan soal
cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari.

84

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah model
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas VII SMP Pencawan Medan dari siklus I ke siklus
II. Pada siklus I siswa belum berminat dan termotivasi pada awal pemelajaran,
siswa

masih

bingung

dalam

merencanakan

pemecahan

masalah

yaitu

menggunakan rumus dan mengaitkannya ke dalam penyelesaian masalah, siswa
masih malu dan takut untuk mempresentasikan hasil penyelesaian masalah yang
dilakukannya, dan siswa kesulitan terhadap penyelesaian yang mereka kerjakan.
Sehingga pada pembelajaran siklus II guru mengupayakan mempertahankan dan
meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model
Pembelajaran Berbasis Masalah yakni denganmemberikan penghargaan dan
pujian kepada kelompok terbaik, kelompok terbaik adalah kelompok yang
kompak, kelompok yang memberikan tanggapan atau argumentasinya pada saat
persentase berlangsung dan kepada kelompok yang memperoleh nilai yang baik
dan presentase yang baik serta siswa yang aktif memberikan pertanyaan. Pada
model

PembelajaranBerbasis

Masalahdapat

meningkatkan

kemampuan

pemecahan masalah matematikapada materi pokokbilangan pecahan yang
meningkat yaitu memahami masalah dan menyelesaikan masalah.

5.2.

Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :

1.

Kepada guru matematikakhususnya guru matematika SMPPencawan Medan,
disarankanmemperhatikankemampuansiswadalammemecahkanmasalahdanm
elibatkansiswadalam proses belajarmengajar, dan menggunakan model
PembelajaranBerbasis Masalah sebagai salah satu altenatif pendekatan
pembelajaran.

2.

Kepada

siswa

SMP

Medandisarankanlebihberanidalammenyampaikanpendapatatau

Pencawan
ide-ide,

85

dapatmempergunakanseluruh

potensi

yang

dimiliki

dalam

pelajaran

matematika.
3.

Kepada Kepala SMP Pencawan Medan, agar dapatmengkoordinasikan guruguru

untuk

menerapkan

pendekatan

yang

relevandaninovatifuntukmeningkatkankemampuanpemecahanmasalahsiswa.
Sehingga model PembelajaranBerbasis Masalahsebagaisalahsatunya.
4.

Kepadapenelitilanjutan

agar

hasildanperangkatpenelitianinidapatdijadikanpertimbanganuntukmenerapkan
model PembelajaranBerbasis Masalahpadamateribilangan pecahan ataupun
pokok bahasan lain yang dapatdikembangkanuntukpenelitianselanjutnya.
.