DAMPAK PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA PADA PEMERINTAH KOTA SALATIGA.

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyebutkan bahwa tujuan nasional pemerintahan negara
Indonesia ialah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tanah
tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 1 Tujuan nasional
tersebut hanya dapat dicapai melalui pembangunan nasional yang
direncanakan dengan terarah serta dilaksanakan secara bertahap dan
bersungguh-sungguh.
Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut
memuat kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan
menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi demi generasi.
Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dalam konteks memenuhi kebutuhan
masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang
untuk memenuhi kebutuhannya.2
Pelaksanaan pembangunan memerlukan aparatur negara khususnya
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki integritas, profesional, netral dan

bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme,

serta

mampu

menyelenggarakan

pelayanan

publik

bagi

masyarakat dan mampu berperan sebagai unsur perekat persatuan dan
kesatuan bangsa dan setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Aparatur negara atau pemerintah adalah abdi negara dan abdi masyarakat.
Aparatur negara dikaitkan dengan pembangunan nasional maka ia sebagai
subyek dan sekaligus sebagai obyek pembangunan. Aparatur negara


1

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 Alinea kedua.
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.
2

1

memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.3
Permasalahan yang dihadapi birokrasi pemerintah saat ini, yaitu:
a) kelembagaan birokrasi pemerintah yang besar dan didukung oleh sumber
daya aparatur yang kurang profesional; b) mekanisme kerja yang sentralistik
masih mewarnai kinerja birokrasi pemerintah; c) kontrol terhadap birokrasi
pemerintah masih dilakukan oleh pemerintah, untuk pemerintah, dan dari
pemerintah; d) patron klien (KKN) dalam birokrasi pemerintah merupakan
halangan terhadap upaya mewujudkan merirokrasi dalam birokrasi; e) tidak
jelas bahkan cenderung tidak ada “sense of accountability” baik secara

kelembagaan maupun secara individual; f) jabatan birokrasi yang hanya
menampung jabatan struktural dan pengisiannya seringkali tidak berdasarkan
kompetensi yang dibutuhkan; g) penataan sumberdaya aparatur tidak
disesuaikan dengan kebutuhan dan penataan kelembagaan birokrasi.4
Kapasitas kinerja birokrasi kondisinya masih banyak dikeluhkan
masyarakat. Berdasarkan penilaian government effectiveness yang dilakukan
Bank Dunia, Indonesia memperoleh skor -0,43 pada tahun 2004, -0,37 pada
tahun 2006, dan -0,29 pada tahun 2008, dari skala -2,5 menunjukkan skor
terburuk dan 2,5 menunjukkan skor terbaik. Skor tersebut menunjukkan
kapasitas kelembagaan/efektivitas pemerintahan Indonesia tertinggal jika
dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kondisi ini mencerminkan
masih adanya permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan, seperti
kualitas birokrasi, pelayanan publik, dan kompetensi aparat pemerintah.5
Penataan

aparatur

pemerintah

merupakan


salah

satu

unsur

penyelenggaraan pemerintahan yang perlu memperoleh perhatian dalam
upaya reformasi birokrasi. Penataan aparatur pemerintah meliputi: penataan

3

A.W.Widjaja, Etika Administrasi Negara, Ctk. Ketiga, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta,
2004, hlm. 54.
4
Miftah Thoha, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Ctk. Keempat, Kencana,
Jakarta, 2010, hlm. 3-4.
5
Bab I Pendahuluan Lampiran Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.


2

kelembagaan birokrasi pemerintahan, sistem, dan penataan manajemen
sumber daya manusia.6
Sistem administrasi kepegawaian sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian maupun
melalui perubahannya dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 masih
cukup memadai diterapkan dalam sistem pemerintahan yang relatif stabil dan
pengelolaan sistem ekonomi nasional yang masih tertutup dan belum banyak
persaingan, namun

pada sistem pemerintahan negara yang semakin

demokratis, semakin desentralistis, dan ekonomi yang semakin terbuka,
personalia yang dikelola dengan pendekatan administrasi pegawai terasa tidak
lagi mampu mendukung sistem politik, sistem sosial, dan sistem ekonomi
yang telah mengalami perubahan fundamental sejak era reformasi pada tahun
1998, yang ditandai dengan jatuhnya kepemimpinan Presiden Soeharto.
Pengelolaan pegawai dalam organisasi telah bergeser dari pendekatan
administrasi kepegawaian menjadi manajemen sumber daya manusia dalam

dua dekade ini. Secara ringkas manajemen sumber daya manusia adalah
menggambarkan sederatan panjang prosedur dan teknik yang digunakan oleh
organisasi untuk memproses dan menganalisis kebutuhan organisasi akan
sumber daya manusia dibawah kondisi perubahan dan mencakup kebijakan
pengembangan personil sesuai dengan efektivitas jangka panjang dari
organisasi itu.7
Arah kebijakan dalam penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan
berwibawa dari perspektif manajemen sumber daya aparatur sipil negara
adalah dengan menetapkan aparatur sipil negara sebagai suatu profesi
terhormat yang bebas dari intervensi politik, bebas dari praktek korupsi kolusi
dan nepotisme, dan memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diatur dengan
peraturan perundang undangan untuk mewujudkan sumber daya aparatur sipil

6

Miftah Thoha, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Prenada Media Group, Jakarta,
2005, hlm. 1.
7
Suparman, Pengelolaan Sumber Daya Manusia, ctk. Ketiga, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta, 1997, Hlm. 15 terjemahan dari John Westerman, Pauline Donoghue, Managing The

Human Resource.

3

negara dengan jumlah, komposisi, dan mutu sesuai dengan strategi
pemerintahan negara dan pembangunan nasional sesuai dengan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
dilaksanakan secara terencana dan bertahap dengan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Tahun 2005-2024.8
Masalah mendasar yang akan dihadapi Indonesia dalam reformasi
aparatur sipil negara pada kurun waktu Tahun 2010-2024 salah satunya
adalah ancaman ledakan pensiun PNS yang diprediksi akan terjadi pada
Tahun 2015. Laporan Misi Bank Dunia pada Tahun 2009 tentang Reformasi
Aparatur Sipil Negara memperhitungkan antara Tahun 2010 sampai Tahun
2014 jumlah PNS yang akan memasuki usia pensiun akan mencapai 2,5 juta
orang. Dengan demikian pada Tahun 2015 jumlah PNS yang akan pensiun
mencapai 2.764.809 orang9 atau lebih besar dari jumlah total PNS pada akhir
desember 2013 yang sekarang berjumlah 4.362.805 orang.10 Hal ini berakibat
beban fiskal pemerintah dalam pembayaran manfaat pensiun pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan sangat berat.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
juga mengubah ketentuan pensiun PNS. Pasal 87 ayat (1) huruf c dan Pasal
90 menyebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat
karena mencapai batas usia pensiun yaitu: 58 (lima puluh delapan) tahun bagi
Pejabat Administrasi, 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi,
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat
Fungsional.11 Batas usia pensiun sebelumnya adalah 56 (lima puluh enam)
tahun dan dapat diperpanjang bagi PNS yang memangku jabatan tertentu.12
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi tuntutan perpanjangan
batas usia pensiun seperti yang diatur Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014,

8 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007, loc.cit.
9
www.republika.co.id diakses pada 28 April 2014, jam 13.00 WIB
10
www.bkn.go.id data per tanggal 31 Desember 2013, diakses pada 24 April 2014,
jam 14.00 WIB.
11
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
12

Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil.

4

yakni perkiraan batas Usia Harapan Hidup (UHH) sudah meningkat menjadi
72,17 tahun. Selain itu, terdapat kesenjangan batas usia pensiun, baik antar
sesama PNS maupun antar pegawai negeri lain, seperti guru, dokter, TNI dan
Polri.13
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ditindaklanjuti dengan Surat
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.7-3/99 Tanggal 17
Januari 2014 Perihal Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil yang berlaku
efektif bagi pegawai negeri sipil yang mencapai batas usia pensiun tanggal 1
februari 2014 dan seterusnya. Perpanjangan batas usia pensiun ini membawa
dampak terhadap PNS maupun terhadap instansi pemerintah. Hal ini pun
terjadi pada Pemerintah Kota Salatiga.
Berlakunya suatu undang-undang seharusnya diikuti dengan petunjuk
teknis atau peraturan pelaksanaan dibawahnya, baik berupa Peraturan
Pemerintah ataupun Peraturan Presiden sesuai dengan yang diamanatkan
dalam undang-undang tersebut. Belum adanya peraturan pelaksana akan

mengakibatkan implementasi undang-undang mengalami berbagai kendala.
Mekanisme pelaksanaan perpanjangan batas usia pensiun Pegawai
Negeri Sipil setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara belum diatur secara jelas, pegawai yang akan
pensiun ditahun berikutnya secara otomatis diperpanjang batas usia
pensiunnya, maka dimungkinkan

memiliki dampak positif dan dampak

negatif meliputi dampak administratif, dampak kelembagaan, dan dampak
psikologis.
Dampak

administratif

berlakunya

Undang-Undang

Nomor


5

Tahun 2014, disebabkan belum adanya peraturan pelaksana sehingga
mengakibatkan

pelaksanaannnya

mengalami

kendala,

terutama

yang

berkaitan dengan penerapan Batas Usia Pensiun (BUP), karena belum ada
mekanisme yang jelas. Pegawai yang telah diberhentikan pembayarannya,
sudah ditetapkan keputusan pensiunnya, tetapi ditawarkan perpanjangan,
sehingga ada ketidakpastian dalam administrasi kepegawaian.
13

www.menpan.go.id diakses pada 14 April 2014, jam 20.00 WIB.

5

Dampak kelembagaan perpanjangan batas usia pensiun yaitu, bagi PNS
yang menduduki jabatan tertentu, tugas pokoknya berjalan normal karena
pejabatnya berpengalaman. Perpanjangan itu pun berbiaya rendah, karena
tidak ada pelatihan bagi pimpinan baru. Sedangkan sisi negatif perpanjangan
jabatan adalah memperlambat kaderisasi pimpinan secara internal, biaya
rendah yang tercapai bersifat sementara, dan terhambatnya regenerasi.
Perpanjangan batas usia pensiun juga membawa dampak psikologis yaitu
akan mengakibatkan stagnannya perkembangan karier PNS dan dapat
memperkecil semangat pegawai.
Dari kenyataan diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
“DAMPAK PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI
NEGERI

SIPIL

SETELAH

BERLAKUNYA

UNDANG-UNDANG

NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA PADA
PEMERINTAH KOTA SALATIGA.”

6