Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil Dari Satu Daerah Ke Daerah Lain Berdasarkan Undang – Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara ( Studi Di Pemerintah Kota Sibolga )

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dalam Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

HADISMAR ANWAR LUBIS NIM: 110200333

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

PROSEDUR MUTASI PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI SATU DAERAH KE DAERAH LAIN BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 05

TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA ( STUDI DI PEMERINTAH KOTA SIBOLGA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

NIM: 110200333

HADISMAR ANWAR LUBIS

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Disetujui Oleh:

KETUA DEPATEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

NIP: 196002141987032002 SURIA NINGSIH, S.H., M. Hum

PEMBIMBING PEMBIMBING II

SURIA NINGSIH, S.H., M. Hum

NIP: 195102061980021001 NIP: 197003171998031001

AMSALI SEMBIRING, S.H., M. Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Segala syukur kehadirat Allah SWT atas segala kenikmatan yang tak terhingga sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.Shalawat dan salamkepada Rasulullah SAW. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginyakepada kedua orang tua, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsiini.

Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat gunamenyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Hukum Universitas SumateraUtara dengan memilih judul: Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil Dari Satu Daerah Ke Daerah Lain Berdasarkan Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Studi Di Pemerintah Kota Sibolga).

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan FakultasHukum Universitas Sumatera Utara, karena sudah berusaha untukmemberikan perubahan yang maksimalkan kepada fakultas denganmeningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan kampusFakultas Hukum USU.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembatu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu para


(4)

ii

mahasiswa dengan memberikan perubahan dan kemudahan dalam memenuhi segala kebutuhan akademis dan administrasi.

3. Bapak Syafrudin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak O.K. Saidin, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telahmemberikan petunjuk serta arahan selama dalam proses penulisan skripsi ini.

7. Bapak Amsali Sembiring, S.H., M. Hum selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih atas kesabarannya dalam memberi nasihat, Motivasi, dan bimbingan yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing Penulis selama masa perkuliahan.

9. Bapak / Ibu Dosen Departemen Hukum Administrasi Negara yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membantu selama masa perkuliahan.

10.Terima kasih Kepada Ayahanda H. Partomuan Sarikat Lubis dan Ibunda HJ. Idawati., B.A., S.Pd Selaku Orang tua yang telah sabar mendidik dan membesarkan penulis hingga saat ini, juga yang telah memberikan banyak


(5)

iii

sekali doa, dukungan, saran, kritik, dan apresiasi, pada penyelesaian skripsi ini.

11.Terima Kasih Kepada Kak Fitri, Bang Tami, dan Ismail Selaku Saudara kandung penulis, yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

12.Terima kasih kepada Bou Taing, Bou Iyam, Kak wilda, Bang Ansari, Amangboru Sofyan di Sibolga dan Keluarga Besar Lubis Family, yang selalu memberikan doa dan memberikan semangat kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

13.Sahabat-Sahabat penulis, Randa Morgan Tarigan (Ranmor), Bagus Firman Wibowo (Bagushur), Dedek Rahmadsyah (DDR), Fithri Chairunnisa (Cabel), Annisa Lubis (Calub), Rahmad Rivai, Ridho Rahmandha, Kak Icha, Kak Devi, Ibu Nur Ainun foto copy P.S.I yang senantiasa membantu dan memberikan semangat dan kepada Windri Taufiyanti yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

14.Seluruh Mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Tanah Air ( PERMATA) yang telah memberi semangat dan motivasi kepada penulis.

15.Terimakasih kepada seluruh teman-teman satu angkatan di Fakultas Hukum USU ( stambuk 2011) senantiasa telah memberi semangat dan motivasi kepada penulis.

16.Seluruh teman-teman Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan semangat serta motivasinya kepada penulis, semoga apa yang kita inginkan tercapai dikemudian hari kelak.


(6)

iv

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Medan, April 2015 Penulis,


(7)

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan ... 11

D. Manfaat Penulisan ... 12

E. Keaslian Penulisan ... 13

F. Tinjauan Pustaka ... 13

G. Metode Penelitian ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPILDI INDONESIA ... 18

A. Pegawai Negeri Sipil ... 18

B. Hubungan Hukum Kepegawaian Dengan Lembaga Kepegawaian ... 49


(8)

vi

BAB III MUTASI PEGAWAI NEGERI SIPIL SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN DI KANTOR

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SIBOLGA ... 73

A. Pengertian Mutasi Pegawai Negeri Sipil ... 73 B. Jenis Jenis Mutasi ... 75 C. Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan di Kantor Badan

Kepegawaian Daerah Kotas Siboilga ... 86

BAB IV PROSEDUR MUTASI PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI SATU DAERAH KE DAERAH LAIN BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DI KANTOR BADAN

KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SIBOLGA ... 105

A. Syarat Dan Mekanisme Prosedur Pelaksanaan

Mutasi/Pemindahan Pegawai Negeri Sipil Dari Satu Daerah Ke Daerah Lain/Pemindahan Antar Instansi di

Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga ... 105 B. Kewenangan Dan Dasar Hukum Mutasi/Pemindahan

Pegawai Negeri Sipil Dari Satu Daerah Ke Daerah

Lain/Pemindahan Antar Instansi ... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121


(9)

vii

B. Saran ... 123


(10)

viii ABSTRAK

PROSEDUR MUTASI PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI SATU DAERAH KE DAERAH LAIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 05

TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (STUDI DI PEMERINTAHAN KOTA SIBOLGA)

Hadismar Anwar Lubis

*

Suria Ningsih, S.H., M. Hum** Amsali Sembiring, S.H., M. Hum***

Pegawai aparatur sipil negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintahan dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Pemerintah atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam Aparatur Sipil Negara dapat kita ketahui adanya mutasi PNS yang mana prosedur mutasi PNS adalah salah satu administrasi kepegawaian yang dapat diartikan sebagai seluruh aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan tenaga kerja untuk mencapai tujuan tertentu, dimana masalah pokoknya berkisar pada hal penerimaan, pengangkatan, pemindahan, pengembangan, balas jasa sampai pada pemberhentian. Dengan ini dalam rangka meningkatkan pemahaman PNS dapat kita tarik mengenai mutasi PNS, dalam arti Pemindahan PNS dengan maksud Mutasi PNS dari satu daerah kedaerah lain/antar instansi dalam satu Provinsi.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan hukum kepegawaian dengan lembaga kepegawaian di Indonesia, bagaimana mutasi PNS serta tugas pokok dan fungsi jabatan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga, apakah yang menjadi dasar hukum pelaksanaan mutasi/pemindahan PNS di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga dan syarat-syarat atau prosedur apa saja yang harus dipenuhi oleh PNS dalam pelaksanaan mutasi/pemindahan.

Metode penelitian yang digunakan yuridis normatif. artinya penelitian mengacu pada norma hukumPenelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum kepustakaan,dimana melakukan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) yang berkaitan dengan prosedur mutasi pegawai negeri sipil dari satu daerah ke daerah lain berdasarkan UU No. 05 Tahun 2014 tentang ASN.

_______________________________________

* Dosen Pembimbing I Ketua Jurusan Fakultas Hukum USU ** Dosen Pembimbing II Dosen Fakultas Hukum USU


(11)

1 A. Latar Belakang

Terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, telah membawa perubahan besar dalam paradigma manajemen pembinaan Pegawai Negeri Sipil di Indonesia. Pilihan untuk menggunakan sistem manajemen pembinaan Pegawai Negeri Sipil berbasis karir (career Based

Personnel Management System) yang lebih menekankan kepada hak, kewajiban,

tugas dan tatacara pengelolaan Pegawai Negeri Sipil secara individu guna membangun sumber daya manusia aparatur negara dengan manajemen yang tersentralisasi pada fase pengimplementasian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 jo. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, ternyata terbukti tidak sepenuhnya mampu membangun sumber daya manusia aparatur negara yang profesional dan bebas dari intervensi politik serta telah menyebabkan tanggungjawab Pemerintah dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil menjadi Sangat besar.

Dinamika penyelenggaraan Pemerintahan yang mengalami tren perubahan sangat cepat pasca gelombang reformasi 1998, telah menghadirkan fenomena Pemerintahan yang semakin terbuka dan hampir tidak memliki jarak limitatif


(12)

2

desentralistis dalam lingkungan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang tidak lagi tertutup. Kondisi ini menuntut kemampuan adaptasi yang tinggi dari Pegawai Negeri Sipil terhadap tren perkembangan teknologi dan informasi dalam konteks peningkatan etos kerja dan profesionalisme. Dengan semangat untuk menciptakan Aparatur Sipil Negara yang kompeten dan profesional, Undang-Undang ini memaksa setiap Aparatur Sipil Negara melakukan trasnformasi diri dari zona nyaman (comfort zone) menuju zona kompetitif (competitive zone). Disisi lain diperlukan juga perubahan paradigma pengelolaan sistem kepegawaian, dari sekedar “administrasi personalia/kepegawaian” yang sifatnya parsial menjadi manajemen pengembangan sumber daya manusia secara strategis (Strategic Human Resource Management) yang sifatnya lebih komplementer.

Pegawai Negeri adalah pekerja di sektor publik yang bekerja untuk pemerintahan dalam suatu negara. Pekerja di badan publik non-departemen kadang juga dikategorikan sebagai pegawai negeri.1

a. Presiden, Gubernur, Bupati, dan Walikota – dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu

Namun demikian, terdapat jabatan-jabatan tertentu yang tidak diduduki oleh pegawai negeri, misalnya :

b. Menteri – ditunjuk oleh Presiden

Camat dan lurah adalah PNS, sedangkan Kepala Desa bukan merupakan PNS karena dipilih langsung oleh warga setempat.2


(13)

Dari kemajuan suatu bangsa dan negara dapat dilihat yang mana sengat bergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memiliki sikap, mental, kecerdasan, memiliki ilmu pengetahuan dan kedisiplinan yang baik. Dapat kita ketahui bahwasan kedisiplinan berupa kunci dari keberhasilan dalam suatu pengembangan ekonomi, politik dan sosial budaya suatu negara.

Pada Orde Baru, yang mana berdasarkan sejarah Indonesia bahwa ada terdapat berbagai masalah dalam pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia. Yang selanjutnya bentuk permasalahannya tergolong beberapa masalah berupa pola pikir pemerintah dalam sturktur pemerintahannya, dimana titik berat kekuasaan berada pada tangan penguasa birokrasi pemerintahan yang mengakibatkan rakyat sebagai unsur utama demokrasi tidak memliki peran yang dapat mengontrol birokrasi pemerintahan secara maksimal. Semua pejabat dan pegawai dari berbagai lini dan layer memiliki jabatan dan kewajiban rangkap memihak kepentinhgan golonbgan yang berkuasa. Dalam hal Konsep

monoloyalitas ini berdampak terhadap penataan kepergawaian atau sumber daya

aparatur pemerintah.

Menurut Aristoteles, suatu negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum. Ada tiga unsur dari pemerintah yang berkonstitusi, yaitu ;

1. Pemerintah dilaksanakan untuk kepentingan umum

2. Pemerintah dilaksanakan menurut hukum yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum, bukan yang dibuat secara sewenang-wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi


(14)

4

3. Pemerintah berkonstitusi berarti pemerintah yang dilakukan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan tekanan yang dilaksanakan pemerintah despotik.3

Berdasarkan pendapat Aristoteles tersebut, menunjukan bahwa pemerintahan Indonesia pada masa Orde Baru tidak dijalankan sebagaimana mestinya sebagai pemerintah yang baik, berkonstitusi dan berkedaulatan hukum, karena telah mengabaikan prinsip kepentingan umum dan adanya upaya pemaksaan tekanan terhadap satruktur birokrasi pemerintahan dengan asas

monoloyalitas. Selanjutnya masih banyak lagi persoalan yang timbul, antara lain tidak adanya daya asing Pegawai Negeri Sipil dalam menghadapi globalisasi. Secara garis besar, permasalahan yang dihadapi birokrasi pemerintahan sebelum dikeluarkannya Undang – Undang No. 8 Tahun 1974 dirubah dengan Undang – Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok –Pokok Kepegawaian dan diperbaharui kembali dengan Undang – Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Pegawai Negeri Sipil sebagai alat Pemerintahan (aparatur pemerintahan) memeliki keberadaan yang sentral dalam membawa komponen kebijaksanaan – kebijaksanaan atau peraturan – peraturan pemerintahan guna terealisasinya tujuan Nasional. Yang mana komponen terakumulasi dalam bentuk pendistribusian tugas, fungsi, dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil. Indonesia adalah sebuah Negara yang wilayahnya terbagi atas daerah – daerah Provinsi. Daerah Provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah kota


(15)

mempunyai Pemerintahan daerah yang diatur dengan undang – undang Pemerintahan Daerah, yang mana dari undang – undang Pemerintahan Daerah suatu daerah kota atau daerah Kabupaten memiliki aturan atau undang – undang daerah sendiri untuk mengurusi dan mengembangkan daerah atau kota masing – masing dalam arti “ Otonomi Daerah”.

Dalam pembinaan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah, Pemerintah pusat melaksanakan pembinaan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam satu kesatuan penyelenggaraan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah. Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Presiden dapat membentuk suatu dewan yang bertugas memberikan srana dan pertimbangan terhadap kebijakan otonomi daerah. Dewan ini dipimpin oleh Menteri Dalam Negeeri yang susunan organisasi keanggotaan dan tata laksananya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

Dalam Undang – Undang No. 8 Tahun 1974 jo, Undang – Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok – Pokok Kepegawaian dan di pernbaharui kembali dengan Undang – Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, merupakan bagian dari penataan manajemen kepegawaian yang seragam melalui penetapan norma, standar, dan prosedur yang jelas dalam pelaksanaan manajemen kepegawaian. Dengan adanya keseragaman di seluruh Indonesia dan Khususnya di Kota Sibolga.

Dalam konteks yang lebih luas, negara mempunyai tujuan Nasional yang hendak dicapai di Indonesia ( Kota Sibolga ). Dari tujuan tersebut tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu :


(16)

6

1. Membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;

2. Menunjukan kesejahteraan umum; 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.4

Dapat kita lihat dari suatu upaya penegasan dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakan bagian dari upaya untuk mencapai suatu tujuan nasional, dikarenakan dalam suatu negara dan bangsa memerlukan sarana – prasarana yang mendukung, baik berupa dari sumber daya manusia mauapun sarana yang berbentuk benda, karena negara tidak dapat melakukannya sendri.5

Untuk mencapai tujuan diatas, salah satu titik pembenahan yang paling penting adalah sistem administrasi negara. Menurut Sjachran Basah, Hukum Administrasi Negara adalah semua kaidah yang merupakan srana hukum untuk mencapai tujuan negara. Menurut Belifante yang dikutip oleh Philipus M. Hadjon dalam bukunya berisi peraturan yang berhubungan dengan administrasi. Admnistrasi dapat dipersamakan artinya dengan Bestuur, dengan demikian

Administratief Recht disebut juga dengan Bestuur Recht. Dalam fungsi

Uapaya yang harus dilakukan negara dalam mencapai tujuan nasional, yaitu dengan peningkatan kualitas manusia (masyrakat) secara berkelanjutan, berlandasan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan perkembangan sosial.

4

Soehino,1986, ilmu negara,Yogyakarta,hlm 24


(17)

penyelenggaraan pemerintahan, besturen mengandung pengertian fungsional dan institusional/struktural. Fungsional bestuur berarti fungsi pemerintahan, sedangkan institusional/struktural bestuurberarti keseluruhan organ pemerintah.Bestuur dapat diartikan sebagai fungsi pemerintahan, yaitu fungsi penguasa diluar lingkungan regelgeving (pembentukan peraturan) dan

rechtspraak (peradilan).6

Suatu pengertian yang lebih rinci dapat ditemukan dalam pendapat Prajudi Atmosudirjo, yaitu Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai pemerintah beserta aparaturnya yang terpenting, yakni nadministrasi negara.7

Pihak pemerintah mempunyai tugas–tugas terhadap masyarakat dengan melaksanakan suatu kebijakan lingkungan dalam bentuk wewenang, yaitu kekuasaan yuridis akan orang–orang pribadi, badan–badan hukum dan memberikan kepada Pegawai Negeri bawahan ha–hak dan kewajiban–kewajiban yang yang dapat dan mereka pegang menurut hukum.8

Dalam melaksanakan dan menyelenggarakan tugas pemerintah diperlukan adanya pegawai negeri yang baik dan mempunyai motivasi kerja yang tinggi. Dalam Hukum Administrasi Negara hal yang berhubungan dengan motivasi khususnya motivasi kerja pegawai negeri mendapatkan perhatian yang besar, sebab pegawai negeri sebagai penyelenggara negara mempunyai peran yang sangat menentukan dalam penyelenggaraan Negara untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana

6

Philipus M. Hadjon, dkk, 1994, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Madah University Press, Yogyakarta, hlm 3.

7

SF. Marbun dkk, 2001, Dimensi – Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, hlm 22.


(18)

8

tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB) sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.9

Untuk mewujudkan penyelenggaraan Negara yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab, perlu diletakkan asas-asas penyelenggaraan negara.10

Kebijakan kepala daerah melakukan pergantian pimpinan maupun staf di sebuah instasi pemerintah, sering disalah artikan sebagai hukuman. Kata hukuman mendominasi dalam menyikapi pergantian kepala dinas atau badan. Tidak hanya itu. Pegawai golongan buntutpun kadang tidak luput dari keputusan para kepala daerah untuk hengkang dari tempat kerja yang sudah lama ditekuninya.

Kesempatan menduduki jabatan merupakan persoalan tersendiri yang dihadapi oleh seorang pegawai. Sebagian pegawai mendapatkan kesempatan yang baik dalam mendapatkan jabatan, namun sebagian pegawai lainnya kurang mendapatkan kesempatan. Pegawai negeri dalam menduduki jabatan tergantung dari kepangkatan dan juga masalah prestasi kerja mereka. Namun sesungguhnya selain itu posisi jabatan juga memberikan peluang kepada pegawai negeri untuk lebih mengenal pejabat. Pejabat dalam pegawai negeri memegang kendali keputusan, oleh karenanya apabila pegawai negeri dekat dengan pejabat, maka mereka akan berkesempatan untuk menduduki jabatan dan bahkan memperoleh apa yang diinginkannya.

9

Bintoro Tjokroamidjojo, 2004, Sistem Penyelenggaraan Pemerintah Negara Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, hal 38


(19)

Sebagian pejabat hanya bisa pasrah. Bagi pejabat yang memahami betul tentang tugas dan makna sumpah atau janji saat para pamong (PNS) tersebut diangkat menjadi pelayan masyarakat, merasa biasa bahkan diuntungkan dengan adanya mutasi. Para ahli berpendapat mutasi adalah proses yang secara hukum sah dilakukan dilingkungan pemerintah. “Mutasi adalah ketentuan yang harus dilaksanakan. Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, merupakan salah satu dari sekian banyak peraturan tentang kepegawaian, yang di dalamnya juga mengatur tentang mekanisme dan ketentuan mutasi. Karena itu para ahli melanjutkan, mutasi harus dipahami sebagai berkah karena dengan mutasi, pegawai banyak diuntungkan ketika berbicara tentang karir.

Para ahli juga menilai, kesan hukuman jika seorang pejabat atau staf dipindahkan dari dinas atau kantor yang satu ke dinas atau bagian yang lain hanyalah sebuah opini yang tidak bisa dibuktikan keabsahannya. “Yang dikatakan hukuman itu apabila seorang pejabat atau staf ditempatkan tidak sesuai dengan pangkat dan atau golongan yang bersangkutan. Dan ini juga tidak gampang bagi Baperjakat. Tapi sepanjang ditempatkan sesuai dengan pangkat atau golongan dari pejabat atau staf yang bersangkutan saya rasa tidak ada yang salah”, jelas para ahli berpendapat.

Kebijakan untuk melakukan mutasi merupakan sesuatu yang sangat normatif. Dalam urusan mutasi, kebijakan kepala daerah dalam melakukan mutasi disadari sebagai sesuatu yang mutlak dilakukan. Jika mutasi tidak dilakukan maka ada sesuatu yang tidak beres dalam mengelola daerah.


(20)

10

Mutasi memang peristiwa yang unik dilingkungan PNS. Dipihak yang merasa nyaman dengan jabatan dan lingkungan kerjanya, mutasi adalah sebuah siksaan. Pada peristiwa yang sama, bagi sejumlah PNS, mutasi merupakan berkah. Penyebabnya bisa karena bosan dengan suasana kerja maupun ambisi untuk mendapat tantangan baru atau jabatan baru. Namun tidak dipungkiri kata mutasi merupakan sebuah kata yang seram dikuping pejabat atau staf pemerintahan.

Hal lain yang menjadikan mutasi sebagai bentuk hukuman, diawali dari berbagai pendapat tentang lingkup kerja. Secara umum lingkup kerja kadang diterjemahkan secara bebas oleh masyarakat dan pejabat atau staf pemerintahan. Lahan basah dan lahan kering menjadi istilah yang menggambarkan adanya perbedaan beban dan peluang kerja antara instansi yang satu dengan instansi yang lainnya. Pendapat itulah yang menimbulkan tafsiran yang bervariasi tentang mutasi.

Mutasi bisa bermakna dua yakni ruang lingkup mutasi yang vertikal promosi dan demosi. Promosi adalah bentuk apresiasi kalau seseorang memiliki kinerja diatas standar organisasi dan berperilaku sangan baik yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan karir. Dengan demikian mereka yang mendapat promosi akan memperoleh tugas, wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar. Sementara demosi merupakan tindakan penalti dalam bentuk penurunan pangkat atau dengan pangkat tetap tetapi sebagian tunjangan tidak diberikan. Hal ini dilakukan pimpinan kalau seseorang yang walaupun sudah mengikuti pelatihan


(21)

dan pembinaan personal namun tetap saja bekerja dengan kinerja jauh di bawah standar organisasi dan berkelakuan tidak baik.11

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan judul tulisan skripsi ini diharapkan dapat memeberikan gambaran keadaan tentang mutasi pegawai negeri sipil, khususnya bagi pegeawai negeri Kantor Badang Kepegawaian Daerah Kota Sibolga.

Sehubung denghan hal tersebut, permasalahan utama dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Hubungan Hukum Kepegawaian Dengan Lembaga

Kepegawaian Di Indonesia ?

2. Bagaimana Mutasi Pegawai Negeri Sipil Serta Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga ?

3. Apakah yang menjadi dasar hukum Pelaksanaan Mutasi/Pemindahan Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga dan Syarat-syarat atau Prosedur apa saja yang harus dipenuhi oleh Pegawai Negeri Sipil dalam pelaksanaan Mutasi/Pemindahan ?

C. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan dan penelitian skripsi ini adalah :

11

http://dignakasandra28.blogspot.com/2015/03/perpindahan-jabatan-pegawai-mutasi.html


(22)

12

1. Untuk mengetahui Prosedur atau syarat-syarat Mutasi Pegawai Negeri Sipil Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga.

2. Untuk menegetahui peraturan perundang-undangan tentang Pegawai Negeri Sipil dan mengenai peraturan perundang-undangan tentang Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam penulisan dan penelitian skripsi ini adalah :

1. Ztentang Pegawai Negeri Sipil pada umumnya dan secara spesifik memperkaya pengetahuan mengenai peraturan perundang-undangan tentang Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga dan selanjutnya dapat memberikan masukan bagi pengembang aplikasi Hukum Administrasi Negara dalam Instansi Pemerintah.

2. Secara teoritis, bahwa hasil penelitian ini dapat dapat dijadikan sebagai referensi dalam bidang ilmu pengetahuan hukum, khususnya ilmu Hukum Administrasi Negara.

3. Secara praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memecahkan permasalahan dalam Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil, khususnya Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga pada umumnya.


(23)

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelusuran perpustakaan, penulisan yang berkaitan dengan Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil Dari Satu Daerah Ke Daerah Lain Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara di Kota Sibolgabelum pernah ada dilakukan dan bukan merupakan hasil ciptaan atau penggamdaan dari karya tulis orang lain dan sudah diperbandingkan judulnya dikampus, dimana penulisan menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian bahwa penulisan ini asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

F. Tinjauan Pustaka

Penyelenggaraan, pengangkatan, penggajian dan pemberhentian dari pegawai harus dijalankan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah dan yang mempunyai maksud untuk berlaku seragam bagi semua pegawai negeri. Sebagaimana kaedah-kaedah hukum lainnya, maka semua hubungan hukum tersebut apabila terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan kaedah-kaedah hukum tersebut akan diberi sanksi oleh pemerintah melalui aparaturnya. Karena kedaulatan Indonesia sebagai negara hukum, maka seluruh pegawai negeri sebagai subjek hukum harus tunduk kepada hukum.12

“Manajemen kepegawaian adalah seni dan ilmu perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan tenaga kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

Selamat Saksono mengemukakan bahwa :

12

Pustaka Yustisia, 2006, Kumpulan Peraturan Tentang Penerimaan Pegawai Negeri Sipil, Yogyakarta : Pustaka Yustisia, hal 156.


(24)

14

terlebih dahulu atau dengan kata lain menejemen kepegawain adalah suatu ilmu yang mempelajari cara bagaimana memberikan fasilitas untuk mengembangkan kemampuan dan rasa partisipasi pekerja dalam suatu kesatuan aktifitas demi tercapainya tujuan.”13

Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan efesiensi, efektifitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan promosi, pengganjian, dan pemberhentian.14

Kebijakan manajemen Pegawai Negeri Sipil dibentuk Badan Kepegawaian Negara (BKN) di daerah dibentuk Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai perangkat daerah. Presiden sebagai kepala Pemerintahan adalah pembina seluruh Pegawai Negeri Sipil baik pusat maupun daerah.15

G. Metode Penelitian

Dalam melakukan penulisan skripsi ini data merupakan dasar utama, agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmia. Dan selanjutnya Metode merupakan proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian ialah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian. Dengan

13

Slamet Saksono, Administrasi Kepegawian, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hal. 14

14

SH. Sarundajang, Birokrasi Dalam Otonomi Daerah, PT. Surya Multi Grafika, Jakarta, 2003, hal. 36

15

Mulyadi S., Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta., 2003, hal. 14


(25)

demikian metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Maka metode penulisan yang digunakan, antara lain:

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kantor Badan Kepegawaian Kota Sibolga Tapanuli Tengah.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penulisan skripsi ini, dikaji dari beberapa sumber, anatara lain :

a. Data primer yaitu data yang langsungdikumpulkan oleh peneliti sendiri yang diproleh langsung dari masyarakat dengan jalan pengamatan interview/wawancara

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan, dengan menelaah buku literature, undang-undang, brosur/tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum maupun kamus umum dan website internet baik itu melalui Google maupun Yahoo.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Metode pengumpula data yang diperoleh dengan cara membaca bahan-bahan kepustakaan atau buku-buku yang berkaitan dengan topik yang diteliti. Dalam hal ini bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan


(26)

16

masalah yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 serta Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pelaksanaan lainnya yang berlaku.

b. Studi Lapangan

Metode pengumpulan data dengan cara studi lapangan dimaksudkan agar memperoleh data yang dilakukan dengan cara wawancara atau interview dengan pihak yang berkompeten dalam menangani Mutas Pegawai Negeri di lingkungan Kantor Badan Kepegawain Daerah Kota Sibolga. Wawancara dilakukan untuk mengungkap data mengenai hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan peraturan Mutasi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.


(27)

BAB II: TINJAUAN UMUM TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA

Bab ini terdiri dari sub bab : Pegawai Negeri Sipil, Hubungan Hukum Kepegawaian Dengan Lembaga Kepegawaian, Jenis dan Peranan Lembaga Pengelola Kepegawaian

BAB III: MUTASI PEGAWAI NEGERI SIPIL SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN DI KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SIOLGA

Bab ini terdiri dari sub bab : Mutasi Pegawai Negeri Sipil, Jenis-Jenis Mutasi, Tugas Pokok Dan Fungsi Jabatan Di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga

BAB IV: PROSEDUR MUTASI PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI SATU DAERAH KE DAERAH LAIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

Bab ini terdiri dari sub bab : Syarat Dan Mekanisme Prosedur Pelaksanaan Mutasi/Pemindahan Pegawai Negeri Sipil Dari Satu Daerah Ke Daerah Lain/Pemindahan Antar Instansi Di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Sibolga, Kewenangan Dan Dasar Hukum Mutasi/Pemindahan Pegawai Negeri Sipil Dari nSatu Daerah Ke Daerah Lain/Pemindahan Antar Instansi

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN


(28)

18 BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA

A. Pegawai Negeri Sipil

1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Sebelum memebahas mengenai konsep manajemen kepegawaian Indonesia, diperlukan pemahaman terlebih dahulu menegenai subjek dari hukum kepegawaian, yaitu Pegawai Negeri Sipil. Kedudukan dan peranan dari pegawai negeri dalam setiap organisasi pemerinthan sangatlah menentukan, sebab Pegawai Negeri Sipil merupakan tulang punggung Pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Perana dari Pegawai Negeri seperti diistilahkan dalam dunia kemiliteran yang berbunyi

not the gun, the man behind the gun, yaitu bukan senjata yang penting

melainkan manusia yang menggunakan senjata itu. Senjata modern tidak mempunyai arti apa-apa apabila manusia yang dipercayai menggunakan senjata itu tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar.16

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadinata, kata Pegawai berarti : “orang yang bekerja pada Pemerintah (Perusahaan dan sebagainya)”. Sedangkan “Negeri” berarti “Negara” atau “Pemerintah” jadi Pegawai Negeri adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau negara.17

16

Muchsan, op.cit, hlm. 12.


(29)

Melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, dilakukan reduksi total terhadap eksistensi Pegawai Negeri Sipil. Jika sebelumnya Pegawai Negari Sipil hanya berperan sebagai aparatur negara dan aparatur pemerintah, lewat Undang-Undang ini Pegawai Negeri Sipil diposisikan sebagai sebuah profesi yang sekaligus berperan sebagai aparatur negara dan aparatur pemerintah. Hal in dapat dilihat dari bunyi Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang menyebutkan bahwa, “Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi

Pemerintah”, vide konsideran menimbang huruf c yang menyebutkan,

”bahwa untuk mewujudkan Aparatur Sipil Negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi, perlu ditetapkan Aparatur Sipil Negara sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam

pelaksanaan manajemen Apratur Sipil Negra”. Penyebutan Aparatur Sipil

Negara sebagai aparatur negara sendiri dapat dilihat dalam Pasal 8 yang berbunyi, “Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara”.

Konsekuensi logis dari adanya perubahan eksistensi ini adalah terciptanya iklim kompetisi yang sehat bagi tiap-tiap individu Pegawai Negrei Sipil untuk meningkatkan karirnya sepanjang kinerjanya menunjukan hasil yang baik dan memuaskan serta secar linier memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan pencapaian nilai-nilai dan tujuan organisasinya. Pendekatan


(30)

20

sistem manajemen tidak lagi berbasis kepada karir tetapi lebih spesifik ditekankan kepada sistem pembinaan manajemen kepegawaian yang berbasis pada jabatan (Position Based Personnel Management System).18

Kranenburg memeberikan pengertian dari Pegawai Negeri, yaitu pejabat yang ditunjuk, jadi penegertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka yang mengaku jabatan yang mewakili seperti anggorta parlemen, presiden dan sebagainya. Logemann dengan menggunakan kriteria yang bersifat materil mencermati hubungan antara negara dengan Pegawai Negeri dengan memberikan pengertian Pegawai Negeri sebagai tiap pejabat yang mempunyai hubungan dinas dengan negara.19

A.W. Widjaja berpendapat bahwa, “Pegawai adalah merupakan tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan “Negeri” berarti negara atau pemerintahan, jadi Pegawai Negeri Sipil adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau negara.

20

Selanjutnya A.W.Widjaja mengatakan bahwa, “Pegawai adalah orang yang dikerjakan dalam suatu badan tertentu, baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun dalam badan-badan usaha.21

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa merupakan modal pokok dalam suatu organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi

18

Badan Kepegawaian, Pendidikan Dan Pelatihan Pemerintah Kota Sibolga. 2014. “Profil Jabatan Aparatur Sipil Negara (Seri 1)”.Sibolga, hlm. 2.

19

Ibid. Hlm. 13.

20

A.W.Widjaja, Administrasi Kepegawian, (Jakarta: Rajawali, 2006), hal. 113.


(31)

swasta. Selanjutnya dikatakan bahwa pegawai merupakan modal pokok dalam suatu organisasi karena berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung pada pegawai yang memimpin dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam organisasi tersebut. Pegawai yang telah memberikan tenaga maupun pikirannya dalam melaksanakan tugas ataupun pekerjaan, baik itu organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta akan mendapat imbalan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dikerjakan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Musanef yang mengatakan bahwa, “Pegawai adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau badan swasta.22

Musanef memeberikan definisi Pegawai sebagai pekerja atau woker adalah, “Mereka yang secara langsung digerakkan oleh seorang manajer untuk bertindak sebagai pelaksaan yang akan menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan karya-karya yang diharapkan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.23

Pegawai Negeri Sipil, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pegawai”berarti”orang yang bekerja pada Pemerintah (perusahaan atau sebagainya) sedangkan “Negeri” berarti negara atau pemerintah, jadi Pegawai Negeri Sipil adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau negara.24

22

Musanef, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, (Jakarta: Gunung Agung, 1984)

23

Ibid, hal. 4.

24

W.J.S, Poerwadarminta, 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 478;514


(32)

22

Penegertian Pegawai Negeri menurut Mahfud M.D. dalam buku

Hukum Kepegawaian, terbagi dalam dua bagian yaitu pengertian stipulatif dan penegrtian ekstentif (perluasan pengertian).

a. Pengertian Stipulatif

Pengertian yang bersifat stipulatif (penetapan tentang makna yang diberikan oleh Undang-Undang tentang Pegawai Negeri terdapat dalam Pasal 1 angka 1 dan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 43 Tahun 1999. Pengertian yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 berkaitan dengan hubungan pegawai negeri dengan hukum (administrasi), sedangkan dalam pasal 3 ayat (1) berkaitan dengan hubungan pegawai negeri dengan pemerintah, atau mengenal kedudukan pegawai negeri. Pengertian stipulatif tersebut selengkapnya berbunyi sebagai berikut : Pasal 1 angka 1: Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3 ayat (1) : Pegawai Negeri berkedudukan sebagai aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.


(33)

Pengertian diatas berlaku dalam pelaksanaan semua peraturan-peraturan kepegawaian dan pada umumnya dalam pelaksanaan semua peraturan perundang-undangan, kecuali diberikan definisi lain.25

b. Pengertian Ekstentif

Selain dari pengertian stipulatif ada beberapa golongan yang sebenarnya bukan Pegawai Negeri menurut UU No.43 Tahun 1999, tetapi dalam hal tertentu dianggap sebagai dan diperlakukan sama dengan Pegawai Negeri, artinya di samping pengertian stipulatif ada pengertian yang hanya berlaku pada hal-hal tertentu. Pngertian tersebut terdapat pada :

a) Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 415-437 KUHP mengenai kejahatan jabatan. Menurut pasal-pasal tersebut orang yang melakukan kejahatan jabatan adalah yang melakukan kejahatan yang berkenaan dengan tugasnya sebagai orang yang diserahi suatu jabatan publik, baik tetap maupun sementara. Jadi, orang yang diserahi suatu jabatan publik itu belum tentu Pegawai Negeri menurut pengertian stipulatif apabila melakukan kejahatan dalam kualitasnya sebagai pemegang jabatan publik, ia dianggap dan diperlakukan sama dengan Pegawai Negeri, khusus untuk kejahatan yang dilakukannya.

b) Ketentuan pasal 92 KUHP yang berkaitan dengan status anggota dewan rakyat, anggota dewan kepala daerah dan kepala desa.

25


(34)

24

Menurut Pasal 92 KUHP, dimana diterangkan bahwa yang termasuk dalam arti Pegawai Negeri adalah orang-orang yang dipilih dalam pemilihan berdasarkan peraturan-peraturan umum dan mereka juga mereka yang bukan dipilih, tetapi diangkat menjadi anggota dewam rakyat dan dewan daerah serta kepala-kepala desa dan sebagainya. Pengetian Pegawai Negeri menurut KUHP sangatlah luas, tetapi pengertian tersebut hanya berlaku dalam hal ada orang-orang yang melakukan kejahatan atau pelanggaran jabatan atau tindak pidana lain yang disebut dalam KUHP, jadi pengertian ini tidak termasuk alam hukum kepegawaian.26

Pengertian Pegawai Negeri menurut Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentan Pokok-pokok Kepegawaian adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangjat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalan suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan gaji berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan; b. Pegawai Negeri Sipil Daerah.27

26

Ibid., hlm. 10

27

Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1974,Tentang Pokok-pokok Kepegawaian.


(35)

Mengenai penjelasan ataupun arti Pegawai Negeri Pusat dan Pegawai Negeri Daerah dapat dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2), yang mana diterangkan sebagai berikut :

a. Pasal 1 ayat (1) :

Pegawai Negeri Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya debebankan pada Departemen, Kejaksaan Agung, Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kantor Menteri Negara Kordinator, Kantor Menteri Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Lembaga Pemerintahan Non-Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Badan Narkotika Nasional, Kesekretariatan Lembaga Lain yang dipimpin oleh Pejabat Struktural eselon I dan bukan merupakan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Instansi Vertikal di Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.

b. Pasal 1 ayat (2) :

Pegawai Negeri Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya debebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bekerja pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota atau pekerjaan di luar instansi induknya.28

28

Penjelasan Pasal 1 ayat (1) – ayat (2) Peraturan Pemerintrah Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.


(36)

26

Kepegawaian dan pada umumnya dalam pelaksanaan semua peraturan-peraturan perundang-undangan lain. Agar lebih jelas ada 4 pokok definisi mengenai Pegawai Negeri, yaitu :

a. Memenuhi syarat-syarat yang ditentukan b. Diangkat oleh pejabat yang berwenang

c. Diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri, dan

d. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.29

Dalam hal ini yang memenuhi syarat-syarat dalam keempat pokok tersebut termasuk Pegawai Negeri. Kedudukan dan peran Pegawai Negeri Sipil pada setiap negara adalah penting dan menentukan karena pegawai negeri merupakan aparatur pelaksaan pemerintahan untuk menyelenggarakan pemerintah dan kelancaran pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional terutama ditentukan oleh kualitas dan kinerja Pegawai Negeri Sipil.

Pegawai Negeri Sipil atau Civil Servant merupakan salah satu organ penting bagi eksistensi suatu Negara, keberadaan Pegawai Negeri Sipil selain sebagai bagian Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Dari eksekutif juga terdapat pada organ-organ kenegaraan lainnya seperti lembaga yudikatif maupun lembaga legislatif. Pegawai Negeri Sipil

29


(37)

harus netral dari semua golongan dan pegaruh partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pegawai Negeri Sipil juga dilarang atau tidak diperbolehkan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.

Dalam sistem Kepegawaian secara nasional, Pegawai Negeri Sipil memilik posisi penting untuk menyelenggarakan pemerintahan dan fungsikan sebagai alat pemersatu bangsa. Sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintah, maka ada sebagian kewenangan dibidang kepegawaian untuk diserahkan kepada daerah yang dikelola dalam sistem kepegawaian daerah.30

2. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Dipandang Dari Sudut Hukum Pidana

Ditinjau dari sudut kepidanaan, kedudukan sebagai Pegawai Negeri adalah penting :

a. Bagi delik-delik jabatan yaitu delik-delik dimana kedudukan Pegawai Negeri adalah unsur.

b. Bagi delik-delik jabatan yang tidak sebesarnya, yaitu delik-delik biasa, yang dilakukan kalau keadaan-keadaan yang memberatkan deperti tersebut dalam Pasal 52 KUHP.

30

Undang-undang Nomor 8 tahun 2005,Tentang penetapan peraturan pemerintah penganti undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah.


(38)

28

c. Bagi delik-delik yang dilakukan terhadap Pegawai Negeri yang sedang melakukan tugas.

Karena kedudukan Pegawai Negeri bagi delik-delik jabatan adalah penting bahkan merupakan unsur mutlak, maka berkenaan dengan itu akan penulis tinjau pengertian Pegawai Negeri dari sudut hukum kepidanaan.

Mengenai perumusan Pegawai Negeri antara lain terdapat di dalam :

a. KUHP;

b. Pendapat HR (Hoge Raad);

c. Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (Undang-Undang Nomor 03 Tahun 1971)

ad.a. Perumusan Pegawai “Negeri” di dalam KUHP.

Mengenai siapa yang termasuk sebgai Pegawai Negeri dirumuskan dalam Pasal 92 KUHP. Untuk lebih jelasnya dikemukakan Pasal 92 yang berbunyi sebagai berikut :

1) Yang disebut pejabat, termasuk juga orang-orang yang dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum, begitu juga orang-orang yang bukan karena pemilihan menjadi anggota badan pembentuk Undang-Undang, badan pemerintahan atau badan perwakilan rakyat, yang dibentuk oleh pemerintah, begitu juga anggota dan semua kepala rakyat Indonesia asli dan kepala golongan Timur Asing yang menjalankan kekuasaan yang sah.

2) Yang disebut pejabat dan hakim termasuk juga hakim wasit, yang dimaksud hukum termasuk juga orang-orang yang menjalankan


(39)

peradilan administrasi, serta ketua-ketua dan anggota-anggota pengadilan agama.

3) Semua anggota angkatan perang juga dianggap sebagai pejabat.31

Dilihat dari perumusan Pasal 92 KUHP tersebut kata “Ambtenar” oleh Muljatno di dalam KUHP telah diterjemahkan menjadi kata pejabat. Untuk selanjutnya penulis akan memepergunakan kata Pegawai Negeri dari “Ambtenaar”

Di dalam KUHP Pasal 92.

“yang disebut pejabat /pegawai negeri termasuk . . . dan seterusnya”. Jadi Pasal 92 KUHP tidak memberikan definisi mengenai siapakah yang dimaksud dengan Pegawai Negeri pada umumnya, tetapi hanya memberikan pengertian dari pengertian Pegawai Negeri/Pejabat. Ini terbukti dari kalimat-kalimat yang disebut pejabat/pegawai negeri.

“Jadi Penegrtiannya luas sekali, karena tidak ada batasnya.

ad.b Perumusan Pegawai Negeri menurut Pendapat HR (Hoge Raad)

Seperti dikatakan dalam Nomor 1 KUHP tidak memberikan definisi (bahasan) tentang Pegawai Negeri.

HR (Hoge Raad) pada keputusannya tanggal 30 Januari 1911, merumuskan pengertian Pegawai Negeri sebagai berikut : “Pegawai Negeri adalah seseorang yang diangkat oleh penguasa dalam suatu jabatan umum,

31

Muljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Dalam Hukum Pidana, Seksi Fakultas Hukum Universitas Gadjha Mada, Jogyakarta, 1969, hlm. 50


(40)

30

yang melaksanakan sebagian dari tugas-tugas negara atau alat-alat perlengkapan.32

Untuk lebih lengkapnya mengenai pengertian Pegawai Negeri ini mengemukakan pendapat E. Utracht yang mengatakan “Pegawai Negeri” (Ambtenaar) dalam kejahatan jabatan adalah tiap pejabat suatu jabatan pemerintah.33

3. Jenis Pegawai Negeri Sipil

Mengenai jenis Pegawai Negeri Sipil didasarkan Pada Pasal 2 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri dibagi menjadi :

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 2 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 tidak menyebutkan apa yang dimaksud dengan pengertian masing-masing bagiannya, namun di sini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri bukan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan penjabaran diatas, Pegawai Negeri Sipil merupakan bagian dari pegawai negeri yang merupakan aparatur negara. Menurut UU No. 43 Tahun 1999 Pasal 2 ayat (2) Pegawai Negeri Sipil dibagi menjadi :

32

Jonkers, J.E., Buku Pedoman Tentang Hukum Pidana Di Indonesia, diterjemahkan oleh R.A. Koesnoen diterbitkan oleh PBSS. Kepenjaraan, tanpa tempat dan tahun, hlm. 178-179


(41)

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah Nondepartemen, Kesekretariatan Lembaga Negara, Instansi Vertikal di daerah Provinsi Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri sipil daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintahan Daerah, atau dipekerjakan diluar instansi induknya.

Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbantukan diluar instansi induk, gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan.34

Di samping Pegawai Negeri sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 2 ayat (1), pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap. Yang dimaksud dengan pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai

34

Penjelasan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan Undnag-Undang Nomor 08 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.


(42)

32

dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri.35

Penamaan pegawai tidak tetap mempunyai arti sebagai pegawai di luar PNS dan pegawai lainnya (tenaga kerja). Penamaan pegawai tidak tetap merupakan salah satu bentuk antisipasi pemerintah terhadap banyaknya kebutuhan pegawai namun dibatasi oleh dana APBD/APBN dalam penggajiannya.36

a. PNS; dan

Mengenai jenis Pegawai Negeri Sipil yang disebut juga ASN (Aparatur Sipil Negara) ada juga terdapat dalam Undang-Undang Aparaur Sipil Negara yang mana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Jenis ASN (Aparatur Sipil Negara) terdapat pada Pasal 6, sebagai berikut :

Pegawai ASN terdiri atas ;

b. PPPK.

Dalam penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dapat di lihat penjelasannya dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang mana tercantum sebagai berikut:

Pasal 7

35

Penjelasan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan Undnag-Undang Nomor 08 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

36

Sri Hartini dan Setiajeng Kadarsih, 2004 Diktat Hukum Kepegawaian, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, hlm. 26


(43)

a. PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional.

b. PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ini.37

Dari uraian diatas mengenai jenis Pegawai Negri Sipil, terdapat perbedaan yang di terbitkan oleh Undang-Undang yang lama dan baru. Namun tetapi dalam perbedaan jenis juga terdapat pengertian yang sama, akan tetapi Undang-Undang yang berlaku saat ini yaitu Undang-Undang Aparatur Sipil Negara memberi penjelasan yang komprehensif atau jelas dan mudah dimengerti apa tugas sebenarnya Pegawai Negeri tersebut.

4. Hak Dan Kewajiban Pegawai Negeri sipil

Dalamtelah disebutkan bahwa ia

memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam undang-undang. Sudah menjadi ketentuan akan ada hak tapi jika sebuah kewajiban. Hak dan kewajiban PNS sendiri sudah diatur dalam Undang-undang nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Undang-udang nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Kewajiban dalam undan-undang nmor 8 kemudian diperjelas lagi pada Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010

37


(44)

34

tentang Disiplin PNS. PP ini masih berlaku sampai sekarang mengingat belum ada PP baru pelaksanaan UU ASN. Berikut Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil menurut Undang-Undang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 atas perubahan dari Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1974, ditetapkan bahwa kewajiban Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut :

a. Wajib setia, dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 4))

b. Wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesederhanaan dan tanggung jawab (Pasal 5)

c. Wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas perintah pejabat yang berwajib atas kuasa Undang-Undang (Pasal 6)

Selanjutnya, adapun mengenai Hak Pegawai Negeri Sipil yang mana diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 yang mana atas perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagai berikut :

a. Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggungjawabnya. (pasal 7)


(45)

c. Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya, berhak memperoleh perawatan. (pasal 9 angka 1)

d. Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga, berhak memperoleh tunjangan. (pasal 9 angk 2)

e. Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka. (pasal 9 angka 3)

f. Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak atas pensiun. (pasal 10)

Kewajiban Pegawai Negeri adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menurut Sastra Djatmika, kewajiban Pegawai Negeri dibagi dalam tiga golongan, yaitu : 1. Kewajiban-kewajiban yang ada hubungan dengan suatu jabatan

2. Kewajiban-kewajiban yang tidak langsung berhubungan dengan suatu tugas dalam jabatan, melainkan dengan kedudukannya sebagai Pegawai Negeri pada umumnya

3. Kewajiban-kewajiban lainnya.38

Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang No. 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara atas perubahan dari Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian menjelaskan mengenai kewajiban

38


(46)

36

Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil, sebagai berikut :

a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah yang sah.

b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang

d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan

e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab

f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik didalam maupun diluar kedinasan

g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.39

Selanjutnya, adapun mengenai Hak Pegawai Negeri Sipil yang mana diatur dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara, sebagai berikut :

a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;

39


(47)

b. Cuti;

c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua d. Pengembangan kompetensi40

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 mengatur tentang disiplin PNS. Di dalam peraturan tersebut diatur tentang displin, pelanggaran disiplin, larangan, dan juga kewajiban PNS. Kewajiban PNS yang diatur antara lain:

Bagian 3 pasal 3 PP 53 Tahun 2010 a. Mengucapkan sumpah/janji PNS b. Mengucapkan sumpah/janji jabatan

c. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila ,UUD-RI 1945,NKRI dan Pemerintah.

d. Menaati segala ketentuan peraturan perundang- undangan.

e. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS denga penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab

f. Menjujung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS g. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,

seseorang, dan /atau golongan;

h. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan;

i. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;

40Penjelasan


(48)

38

j. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan dan materiil;

k. Masuk kerja dan menaati jam kerja

l. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan

m. Menggunakan dan memelihara barang- barang milik negara dengan sebaik-baiknya;

n. Memberikan pelayanan sebaik – baiknya kepada masyarakat o. Membimbing bawahan dalam melaksankan tugas

p. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier

q. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.41

Dari kewajiban dan Hak Pegawai Negeri Sipil dapat juga di jelaskan mengenai penjelasan terhadap kewajiban dan hak Pegawai Negeri Sipil, sebagai berikut :

a. Kewajiban Pegawai Negeri

Kewajiban Pegawai Negeri adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan berdsarkan peraturan perundang-undangan. Menurut Sastra Djatmika, kewajiban Pegawai Negeri dibagi dalam tiga golongan : 1. Kewajiban – kewajiban yang ada hubungannya dengan suatu

jabatan.

41


(49)

2. Kewajiban – kewajiban yang tidak langsung berhubungan denbgan suatu tugas dalam kabatan, melainkan dengan kedudukannya sebagai Pegawai Negeri pada umumnya.

3. Kewajiban – kewajiban lainnya.42

Untuk menjunjung tinggi kedudukan Pegawai Negeri Sipil, diperlukan elemen-elemen penunjang kewajiban meliputi kesetiaan, ketaatan, pengabdian, kesadaran, tanggung jawab, jujur, tertib, bersemangat dengan memegang rahasia negara dan melaksanakan tugas kedinasan.

Dari elemen-elemen penunjang kewajiban dapat di jelaskan sebagai berikut :

a. Kesetiaan berartai tekad dan sikap batin serta kesanggupan untuk mewujudkan dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Pada umumnya kesetiaan timbul dari pengetahuan dan pemahaman dan keyakinan yang mendalam terhadap apa yang disetiai, menghayati dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila yang disetiai adalah sebagaimana termaktub dalanm pembukaan Undang Dasar 1945. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pada dasarnya dirumuskan secara singkat, oleh karena itu setiap Pegawai Negeri Sipil berkewajiban untuk menjabarkan dan melaksanakan secara taat asas, kreatif, dan


(50)

40

konstruktif terhadap nilai-nilai yang terkandung, baik dalam tugas maupun dalam sikap, prilaku dan perbuatannya sehari-hari. Pelanggaran terhadap disiplin, pelanggaran hukum dalam dinas maupun diluar dinas secara langsung maupun tidak langsung merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Ketaatan berarti kesanggupan seseorang untuk menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan (kedinasan) yang berlaku serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan.

c. Pengabdian (terhadap Negara dan masyarakat) merupakan kedudukan dan peran Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia dalam hubungan formal baik dengan Negara secara keseluruhan maupun dengan masyarakat secara khusus.

d. Kesadaran berarti merasa, tahu dan ingat ( pada keadaan yang sebenarnya) atau keadaan ingat (tahu) akan dirinya.

e. Jujur berarti lurus hati; tidak curang (lurus adalah tegak benar), terus terang (benar adanya), kejujuran adalah ketulusan hati seseorang dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahkan wewenang yang diberikan kepadanya atau keadaan wajib menanggung segala sesuatunya apabila terdapat sesuatu hal, boleh dituntut dan dipersalahkan.


(51)

f. Menjunjung tinggi berarti memuliakan atau menghargai dan menaati martabat bangsa. Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara mengandung arti bahwa norma-norma yang hidup dalam Bangsa dan Negara Indonesia harus dihormati. Setiap Pegaweai Negeri Sipil harus menghindari tindakan dan tingkah laku yang dapat menurunkan atau mencemarkan kehormatan Bangsa dan Negara.

g. Cermat berarti (dengan seksama); (dengan) teliti; dengan sepenuh minat (perhatian).

h. Tertib berarti menaati peraturan dengan baik, aturan yang bertalian dengan baik.

i. Semangat berarti jiwa kehidupan yang mendorong seseorang untuk bekerja keras dengan tekad yang bulat untuk melaksanakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan. Bersemangat berarti ada semangatnya, mengandung semangat. Biasanya semangat timbul karena keyakinan atas kebenaran dan kegunaan tujuan yang akan dicapai.

j. Rahasia berarti sesuatu yang tertsembunyi (hanya diketahui oleh seseorang atau beberapa orang saja; ataupun sengaja disembunyikan supaya orang lain tidak mengetahuinya). Rahasia dapat berupa rencana, kegiatan atau tindakan yang akan, sedang atau telah dilaksanakan yang dapat menimbulkan kerugian atau


(52)

42

bahaya, apabila diberitahukan kepada atau diketahui oleh orang yang tidak berhak.

k. Tugas kedinasan berarti sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan terhadap bagian pekerjaan umum yang mengurus sesuatu pekerjaan tertentu.

b. Hak Pegawai Negeri sipil

Dasar dari adanya hak adalah manusia mempunyai berbagai kebutuhan yang merupakan pemacu bagi dirinya untuk memenuhi kebutuhannya, seperti bekerja untuk memperoleh uang bagi pemenuhan kebutuhan. Manusia dalam kajian ekonomi disebut sebagai sumber daya karena memiliki kecerdasan, melalui kecerdasan yang semakin meningkat mangakibatkan manusia dikatakan sebagai homo sapiens,

homo politikus dan homo ekonomikus dan dalam kajian yang lebih

mendalam dapat dikatakan pula bahwa manusia adalah zoom politicon.

Berdasarkan perkembangan dunia modern, dalam prosesnya setiap individu akan berinteraksi dalam masyarakat yang semakin meluas dan perkembangan berikutnya adalah dimulainya konsep organisasi yang melingkupi bidang pemerintahan, sehingga manusia dapat dikatakan sebagai homo administratikus dan organization man.43

Langkah – langkah yang ditempuh dalam suatu organisasi adalah bertujuan untuk mempertautkan antara kepentinga pegawai dan organisasi. Kepentingan pegawai pada umunya terbatas kepada


(53)

kepentingan memperoleh gaji guna memenuhi kebutuhannya dan hal ini pun masih dipengaruhi oleh kepentingan lainhnya berupa keserasian arahan kerja dari pimpinan organisasi, kesempatan mengembangkan diri sampai dengan adanya jaminan di hari tua (pensiun).

Berdasarkan pembahasan diatas, kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan primer dan skunder yang meliputi fisiologis, sosial,dan egoistik.

1) Kebutuhan primer adalah kebutuhan sandang, pangan, papan dan lain-lain yang keseluruhannya bertujuan memenuhi kebutuhan dasar manusia yang disebut fisiologis. Manusia selalu berusaha agar kebutuhan primer dapat berkesinambungan, sehingga dalam hati nurani tumbuh harapan adanya kepastian dan keamanan. Kedua faktor ini yang menjadi dorongan yang kuat bagi manusia untuk bekerja.

2) Kebutuhan sekunder yang bersifat relatif, karena adanya perbedaan kebutuhan antara seseorang dengan lainnya. Menurut Flippo, kebutuhan sekunder tersebut terdiri atas kebutuhan sosial dan ego, seperti afeksi, disenangi oleh lingkungan. Kebutuhan ego tampak dalam berbagai kesempatan, seperti pengakuan terhadap kemampuan diri dari lingkungannya; sifat dominan, dan lain-lain. Berdasarkan hal ini, seorang yang bekerkja berorientasi pada pemenuhan kebutuhan primer dan apabila telah terpenuhi akan


(54)

44

berkembang ke arah pemenuhan kebutuhan sekunder yang sulit untuk diukur.

Menurut Herzberg, setiap manusia memerlukan dua kebutuhan dasar, yaitu:

a) Kebutuhan menghindari dari rasa sakit dan kebutuhan mempertahankan kelangsungan hidup.

b) Kebutuhan untuk tumbuh, berkembang, dan belajar.44

Hezberg mangadakan analisis yang menghasilkan dua hubungan sinergis, yang pertama mengenai tingkat kepuasan pegawai dari tingkat tidak puas hingga hilangnya ketidakpuasan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tipe ini disebut hygenic factor yang terdiri atas hak Pegawai Negeri yaitu Gaji, hubungan antara pegawai, kebijaksanaan dalam bidang administrasi, prosedur, dan lain-lain.

Hubungan sinergis berikutnya adalah tipe motivator yang dimulai dari tingkat ketidakpuasan kerja hingga tingkat adanya kepuasan kerja, misalnya faktor pengetahuan, keberhasilan untuk mencapai tujuan, kesempatan untuk tumbuh berkembang serta dapatnya kemajuan diri. Keseluruhan faktor berkaitan erat dengan pekerjaan dan tidak ada kaitannya dengan lingkungan fisik. Administrasi dan faktor sosial.

Teori Herzberg dapat dianalogikan denga teori Malow. Hygienic

factordari Herzberg, kebutuhan fisiologis manusia, sedangkan tipe

motivator, tingkat kebutuhan sekunder seperti kebutuhan pengakuan diri

44

Burhanudin A. Tayibnapis, 1986, Administrasi Kepegawaian; Suatu Tinjauan Analitik, Pradnya Paramitha, jakarta, hlm. 348-350


(55)

(self actualization). Teori Malow merupakan proses kebutuhan manusia secara hierarki, sebaliknya Herzberg tak perlu ada kaitannyan namun terfokus pada hygienic factor.

Secara umum, tinjauan dari segi sosial ekonomis mengenai pegawai merupakan satu-kesatuan yang kompleks. Pegawai atau ntenag kerja disebut sebagai human resource adalah manusia dalam usia kerja (working ages)

yang mampu menyelenggarakan pekerjaan fisik ataupun mental. Hubungan manusia hendaknya dilihat dari segi objek dan tujuan, yaitu manusia insani yang menjadi tujuian dari pada segala usaha, usaha mana yang dilakukan pula oleh manusia sebagai subyek atau pelaksanaannya. Manusia merupakan faktor atau sumber produksi yang berkewajiban memberikan hasil karyanya.

Berdasarkan pembahasan fungsi pegawai dalam konteks kepegawaian, hal ini berkenaan dengan Personnel Administration. Personnel diartikan golongan masyarakat yang penghidupannya dilakukan dengan bekerja dalam dalm kesatuan organisatorisnya yang salah satunya merupakan kesatuan kerja pemerintahan. Administration yang dimaksud hal ini merupakan tata pelaksanaan dengan keterangan yang didalamnya termaktub

organization, managemente dan realisasinya. Administration dalam konteks ini berbeda dengan arti Administratie. Berdasarkan kajiannya, tata administrasi kepegawaian dalam hubungannya dengan Personnel Administration berarti :


(56)

46

a) Tata yang menunjukan organization dan management.

b) Admnistrasi yang memberikan pengertian disamping pengertian

administratie dalam bahasa Belanda juga dalam rangka pembinaan

organization dan management, sehingga meliputi pengertian usaha,

hukum dan prosedur.

c) Pegawai yang mencakup pengertian Pegawai Negeri Sipil (pemerintah). Pemahaman mengenai kepegawaian tersebut didasari oleh :

a) Bahwa administrasi dari suatu Negara adalah hasil produk dari pengaruh – pengaruh politik dan sosial sepanjang sejarah Negara yang bersangkutan, oleh karena itu suatu sistem administrasi tidak akan cukup dipahami dengan baik tanpa adanya pengetahuan administrasi dalam bentuk kampau. Perkembangan saat ini adalah Negara yang mengembangkan administrasinya dengan sistem yang komprehensif. b) Menyesusaikan dengan pendapat J.G. Ch. Volmer, ketika

memperkenalkan sistem Taylor di Negeri Bekanda dimana menunjukan

de relative gelding van Taylor’s leerstellingen dalam penerapannya di Negeri Belanda yang mengemukakan tiga dasar pokok landasan pemikiran, yang mana sebagai berikut :

1) Bahwa stelsel ini hanya diperuntukan sebagai dienende middle

sebagai alat keperluan semata-mata untuk mencapai suatu kemajuan dalam usaha.

2) Bahwa semua teori, pengetahuan, cara dan sistem, serta alat-alat yang dipergunakan yang menyangkut kehidupan ekonomis dalam


(57)

praktik bersifat relatif, karena selalu berhubungan dengan keadaan-keadaan tertentu, tingkah laku manusia tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, kebutuhan-kebutuhan hidup tertentu, sehingga diperlakukan pengetahuan mengenai keadaan, tingkah laku, kebiasaan dan kebutuhan hidup sebelum memilih dan menentukan usaha stelsel atau sistem dan alat keperluan untuk kemajuannya. 3) Bahwa untuk penemuan stelsel atau sistem dan alat keperluan itu

diperlukan suatu zalfstandige overdenking van ieder problem onder

gegeven omstandigheden ialah keharusan adanya pemikiran –

pemikiran yang berdiri sendiri dari tiap-tiap problema dalam keadaan tingkahlaku, kebiasaan dan kebutuhan tersebut.45

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah memberikan hak kepada Pegawai Negeri Sipil yang bermaktub dalam Pasal 7-10 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 08 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 1999, yang mana sebagai berikut : a. Hak memperoleh Gaji (Pasal 7)

1) Setiap Pegawai Negeri berhak, memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya. 2) Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu

produktivitas dan menjamin kesejahteraannya.

3) Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

45

Achmad Ichsan, 1981, Tata Administrasi Kekaryawanan-Dasar-Dasar Socio Analitis, Djambatan, Jakarta, hlm. 4-5


(58)

48

b. Hak atas Cuti (Pasal 8)

1) Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti.

c. Hak Atas Perawatan Tunjangan dan Uang Duka (Pasal 9)

1) Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh sesuatu kedelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya berhak memperoleh perwatan.

2) Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apa pun juga, berhak memperoleh tunjangan.

3) Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka.

d. Hak Atas Pensiun (Pasal 10)

Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat – syarat yang ditentukan berhak atas pensiun.

Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa analisis mengenai aspek kebutuhan pegawai dihubungkan dengan teori-teori yang ada dapat menjelaskan mengenai hubungan antara hak dengan kewajiban dari pegawai. Hubungan ini meliputi kecenderungan pegawai untuk melaksanakan pekerjaannya berdasarkan kebutuhannya secara umum. Faktor motivasi yang timbul untuk memberikan prestasi, dipengaruhi oleh hukum tertulis yang membatasi setiap aktivitas dan timbulnya output berupa kontraprestasi yang sepadan terhadap pekerjaan yang dikerjakannya.


(59)

Dalam hal ini, peratura kepegawaian merefleksikan pembatasan terhadap aktivitas, baik secara moril maupun dari sudut pandang hukum dan peraturan ini menempatkan substansi yang ideal dalam bentuk kewajiban yang menjadi penjabaran dari maksud dan tujuan dalam organisasi guna pencapaian misinya. Dalam skala yang lebih luas merupakan refleksi dari tujuan negara menuju kesejahteraan masyarakat di dalam konteksnya memalui administrasi kepegawaian.46

B. Hubungan Hukum Kepegawaian Dengan Lembaga Kepegawaian

Dengan semakin berkembangnya keonsep negara hukum di Indonesia fungsi administrasi negara semakin vital. Sistem dan tujuan negara yang mendasari teori bernegara bangsa Indonesia kemudian dituangkan dalam hukum tertulis yang berhubungan dengan hukum Administrasi Negara. Tujuan Hukum Administrasi Negara diarahkan pada perlindungan hukum bagi rakyat dalam bentuk pembinaan, pengayoman, dan partisipasi. Dalam hubungan dengan sumber daya manusia, didlam administrasi pemerintahan terbagi menjadi dua bagian, yaitu Pegawai Negeri dan Masyarakat yang merupakan dua organisasi aktivitas manusia yang mempunyai tujuan yang sama, namun didalamnya terdapat perbedaan wewenang dalam pemerintahan. Pegawai Negeri mempunyai otoritas dan wewenang secara hukum, sedangkan masyarakat tidak memiliki wewenang sehingga hanya mengandalkan kerelaan berpartisipasi dalam lingkup publik agar

46

Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, SinarGrafika, 2007, hlm 41-46


(60)

50

tujuan kemasyarakatan dapat terwujud.47 Pihak pemerintah mempunyai tugas – tugas terhadap masyarakat dengan melaksanakan suatu keebijakan lingkungan dalam bentuk wewenang, yaitu kekuasaan yuridis akan orang-orang pribadi, badan-badan hukum dan memberikannya kepada Pegawai Negeri bawahan hak-hak dan kewajiban yang dapat dan mereka pegang menurut hukum.48

1. MenurutLogemann hubungan dinas publik adalah bilamana seseorang mengikat dirinya untuk tunduk pada perintah dari pemerintah untuk melakukan sesuatu atau beberapa macam jabatan yang dalam melakukan suatu atau beberapa jabatan dihargai dengan pemberian gaji dan beberapa keuntungan lainnya. Hal ini berarti inti dari hubungan dinas publik adalah kewajiban bagi pegawai yang bersangkutan untuk tunduk kepada pengangkatan dalam beberapa macam jabatan tertentu yang berakibat bahwa Sikap proaktif dari penyelenggaraan merupakan aspek penentu untuk dapat merealisasikan tujuan nasional. Berdasarkan hal tersebut, alat yang digunakan negara dalam pencapaian tujuan tersebut adalah Pegawai Negeri Sipil sebagai subyek dari hukum kepegawaian. Dalam kajian teori, disebutkan bahwa terdapat hubungan antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Kepegawaian yang disebut dengan openbare dienstbetrekking (hubungan dinas publik) terhadap negara (pemerintah). Adapun openbare dienstbetrekking yang melekat pada hubungan-hubungan hukum kepegawaian itu lebih merupakan hubungan

subordinatie antara atasan dengan bawahan.

Ada beberapa pendapat tentang hubungan dinas publik, antara lain :

47

Philipus M. Hadjon dkk, 1994, op. Cit. Hlm. 39


(61)

pegawai yang bersangkutan tidak menolak (menerima tanpa syarat) pengangkatan dalam suatu jabatan yang telah ditentukan oleh pemerintah dimana sebaliknya pemerintah berhak mengangkat seseorang pegawai dalam jabatan tertentu tanpa harus adanya penyesuaian kehendak dari yang bersangkutan.49

2. Kajian hubungan dinas publik ini berkaitan dengan segi pengangkatan Pegaai Negeri. Hubungan antar Pegawai Negeri dengan Negara dari segi pengangkatan ini dikenal dengan teori Contrac Suigeneris. Teori ini dikemukakan oleh Buys sebagai berikut : Dalam Contrac Suigeneris

disyaratkan Pegawai Negeri harus setia dan taat selama menjadi Pegaewai Negeri, meskipun dia setiap saat dapat mengundurkan diri. Dari pendapat Buys ini dapat disimpulkan bahwa selama menjadi Pegawai Negeri Sipil, mereka tidak dapat melaksanakan hak-hak asasinya secara penuh.50

49

S.F. Marbun dan M. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Liberty, 1987, hlm. 98-99

50Ibid., hlm. 99-100

Oleh karena itu, apabila Pegawai Negeri Sipil akan melaksanakan hak-hak asasinya secara penuh, pemerintah dapat menyatakan yang bersangkutan bukanlah orang yang diperlukan bantuannya oleh pemerintah. Pendapat Buys ditentang oleh Y. Helskrek dengan mengemukakan pendapatnya sebagai berikut, jika hak asasi Pegawai Negeri itu dibatasi berarti pemerintah malakukan perbuatan intkonstusional atau melanggar Undang-Undang Dasar. Dari dua pendapat tersebut, Hukum Kepegawaian atau Pegawai Negeri di Indonesia lebih cenderung menganut teori Buys.


(62)

52

3. Menurut Philipus M. Hadjon, kajian Hukum Administrasi lebih memandang hubungan Hukum Kepegawaian dimaksud sebagai hubungan openbare

dienstbetrekking (hubungan dinas publik) terhadap negara (pemerintah).

Openbare dienstbetrekking yang melekat pada hubungan kepegawaian itu

lebih merupakan hubungan subordinatie antara bawahan dan atasan.51

Berdasarkan uraian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa hubungan antara Hukum Kepegawaian dengan Hukum Administrasi Negara adalah :

1. Objek Hukum Administrasi Negara adalah kekuasaan Pemerintah

2. Penyelenggaraan pemerintah sebagian besar dilakukan oleh Pegawai Negeri.

3. Tugas dan wewenang Pegawai Negeri berupa public service dituangkan dalam 3 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan, adapun dituangkan dalam Pasal 11 UU No. 05 Tahun 2014 tetntang Aparatur Sipil Negara yang menyatakan bahwa Aparatur Sipil Negara yang disebut juga Pegawai Negeri Sipil yang bertugas untuk melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,


(1)

122

2. Mengenai pelaksanaan mutasi/pemindahan ada istilah dalam jenis-jenis mutasi adalah production transfer, replacament transfer, versality transfer, shift transfer, dan remedial transfer. Dalam mutasi/pemindahan ada juga mengenai mutasi/pemindahan jabatan pegawai vertikal secara demosi dana mutasi/pemindahan jabatan pegawai vertikal secara promosi.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 12 Tahun 2008 tanggal 31 Mei 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Sibolga, Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Sibolga adalah sebuah instansi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Sibolga. Dengan berdasarkan peraturan Walikota Sibolga Nomor: 188.3.342/25/2008 tanggal 29 Agustus 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi para Pejabat di Lingkungan Lembaga Teknis Daerah Kota Sibolga yang diundangkan dalam Berita Daerah Kota Sibolga Nomor 25 Tahun 2008 dinyatakan bahwa tugas Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Sibolga yaitu melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan.

3. Dalam kebijakan aturan hukum yang mengatur tentang syarat-syarat pelaksanaan mutasi/pemindahan antar instansi Kantor BKD Kota Sibolga khsusnya menjelaskan lima syarat pokok yang ditetapkan oleh Kantor BKD Kota Sibolga dalam pelaksanaan mutasi/pemindahan. Selanjutnya adapun juga persyaratan dan tata cara pelaksanaan mutasi/pemindahan PNS yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Dalam Negeri yang mana dalam


(2)

persyaratannya terdapat pada Pasal 2 dan tata cara dalam pelaksanaan mutasi/pemindahannya terdapat pada Pasal 3 – 5. Kewenangannya dan dasar hukum pelaksanaan mutasi/pemindahan PNS, yang mana kewenangan mutasi/pemindahan PNS adalah Pejabat Pembina Kepegawaian. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah Bupati/Walikota, yang pelaksanaan mutasi/pemindahan PNS antar Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi. Kewenangannya terdapat pada Pasal 17 ayat (1) huruf a dan b Peraturan Pemerintah Nomor 09 Tahun 2003. Disisi lain dengan dasar hukum pelaksanaan mutasi/pemindahan terdapat pada Pasal 73 Undang-Undang Nomo 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Dengan Undang-Undang yang terbaru sekarang sudah cukup jelas dalam pelaksanaan mutasi/pemindahan terhadap Pegawai Negeri Sipil dan serta dilengkapi juga dengan Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri Dalam Negeri yang mana telah dijelaskan.

B. Saran

1. Perlu di perjelas kembali mengenai Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dengan Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara mengenai jenis Pegawai Negeri Sipil, agar adanya khusus pencapaian karir TNI dan POLRI dalam bidang mutasi/pemindahan dan ketegasan hukum serta sanksi terhadap pejabat yang melanggar aturan hukum.


(3)

124

2. Dalam mutasi/pemindahan tidak seharusnya kebijakan Instansi untuk di mutasi/pemindahan PNS, melainkan diberi kemudahan dengan keinginan sendiri, karena dalam mutasi/pemindahan seorang PNS tidak dapat melakukan pekerjaan yang dihadapi karena dengan adanya kendala yang dihadapi.

3. Dengan pelaksanaan mutasi/pemindahan diharapkan Pejabat Pembina Kepegawaian akan bersifat netral dan tidak ada intervensi terhadap Pegawai Negri Sipil dalam pelaksanaan mutasi/pemindahan. Sehingga dalam suatu pelaksanaan tidak terjadinya KKN.


(4)

125

A. Buku:

Alex Nitisemito, 1998, Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia. A.W.Widjaja, 2006, Administrasi Kepegawian, Jakarta: Rajawali.

Badan Kepegawaian, Pendidikan Dan Pelatihan Pemerintah Kota Sibolga. 2014. “Profil Jabatan Aparatur Sipil Negara (Seri 1)”Sibolga: Penerbit Kantor BKD Kota Sibolga.

Bambang Kusriyanto, 1991, Meningkatkan produktivitas Pegawai, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Bintoro Tjokroamidjojo, 2004, Sistem Penyelenggaraan Pemerintah Negara Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia,

Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Burhanudin A. Tayibnapis, 1986, Administrasi Kepegawaian; Suatu Tinjauan Analitik,jakarta:Pradnya Paramitha

Melayu S.P. Hasibuan, 1993, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: CV. Haji Masagung.

Miftah Thoha, 2005, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Jakarta: Kencana.

Muchsan, 1982, Hukum Kepegawaian, Jakarta: Bina Aksara.

Muljatno, 1969, Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Dalam Hukum Pidana, Jogyakarta: Seksi Fakultas Hukum Universitas Gadjha Mada Mulyadi S.,2003,Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif

Pembangunan,Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada


(5)

126

Musanef, 2004, Pembinaan dan Pengawasan Pegawa Negeri Sipil, Jakarta:Sinar Grafika.

Philipus M. Hadjon, dkk, 1994, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta:Gajah Madah University Press.

Pustaka Yustisia, 2006, Kumpulan Peraturan Tentang Penerimaan Pegawai Negeri Sipil, Yogyakarta : Pustaka Yustisia

Ridwan HR, 2011, Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), Jakarta:Rajawali Pers.

Rozali Abdullah, 1986, Hukum Kepegawaian, Jakarta: Penerbit CV. Rajawali Sadili Samsudin, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia,

Bandung: CV. Pustaka Setia.

SF. Marbun dkk, 2001, Dimensi – Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: UII Press.

SH. Sarundajang,2003,Birokrasi Dalam Otonomi Daerah, Jakarta:PT. Surya Multi Grafika, Jakarta.

Sondang P. Siagian, 1996, Filsafat Administrasi, Jakarta: Gunung Agung

S.F. Marbun dan M. Mahfud MD,1987,Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Liberty.

Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat, 2007, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Jakarta:SinarGrafika

W.J.S, Poerwadarminta, 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka


(6)

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1974,Tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 09 Tahun 2003 tentang WewenangPengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil

Undang-Undang Nomor 08 Tahun2005tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 109 Tahun 2003 tentang Perpindahan Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah Menjadi Pegawai Negeri Sipil Departemen Dalam Negeri

C. Internet


Dokumen yang terkait

Prosedur Pemutasian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara(Studi Di Polresta Medan)

1 72 81

POLITIK HUKUM UNDANG - UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

5 44 66

DAMPAK PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA PADA PEMERINTAH KOTA SALATIGA.

0 0 6

Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)

0 0 105

Cover Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil Dari Satu Daerah Ke Daerah Lain Berdasarkan Undang – Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara ( Studi Di Pemerintah Kota Sibolga )

0 0 9

Abstract Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil Dari Satu Daerah Ke Daerah Lain Berdasarkan Undang – Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara ( Studi Di Pemerintah Kota Sibolga )

0 0 1

Chapter II Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil Dari Satu Daerah Ke Daerah Lain Berdasarkan Undang – Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara ( Studi Di Pemerintah Kota Sibolga )

0 0 55

Appendix Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil Dari Satu Daerah Ke Daerah Lain Berdasarkan Undang – Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara ( Studi Di Pemerintah Kota Sibolga )

0 0 3

BAB II PEMUTASIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA F. Pengertian Mutasi - Prosedur Pemutasian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara(Studi Di Polresta Medan)

0 0 12

KATA PENGANTAR - Prosedur Pemutasian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara(Studi Di Polresta Medan)

0 0 23