FORMULASI SEDIAAN Skin Cream ALOE VERA (Aloe barbadensis): EVALUASI FISIK DAN Formulasi Sediaan Skin Cream Aloe Vera (Aloe Barbadensis): Evaluasi Fisik Dan Stabilitas Fisik Sediaan.

FORMULASI SEDIAAN Skin Cream ALOE VERA
(Aloe barbadensis): EVALUASI FISIK DAN
STABILITAS FISIK SEDIAAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

ALIFAH ANASTYA DINI
K 100110120

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2015

ii

FORMULASI SEDIAAN SKIN CREAM ALOE VERA (Aloe barbadensis):
EVALUASI FISIK DAN STABILITAS FISIK SEDIAAN
FORMULATION OF SKIN CREAM ALOE VERA (Aloe barbadensis): EVALUATION

OF PHYSICAL PROPERTIES AND PHYSICAL STABILITY
Alifah Anastya Dini* dan Anita Sukmawati
Jl A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasurra Surakarta 57102
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
*E-mail: [email protected]

ABSTRAK
Krim merupakan bentuk sediaan yang sering dipilih pada kosmetik karena penggunaanya yang cukup
mudah. Pada krim biasanya terdapat suatu zat pengental dan emulgator untuk membentuk suatu masa krim
yaitu setil alkohol dan asam stearat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan asam
stearat dan setil alkohol sebagai basis krim lidah buaya. Lidah buaya biasanya digunakan untuk, obat
jerawat, obat luka bakar, pelembab, peremajaan kulit, dan lain-lain. Ekstrak lidah buaya dibuat dengan
metode pengeringan beku (Freeze Dry). Formula krim dibuat dengan variasi kombinasi penggunaan asam
stearat dan setil alkohol yaitu F1 (3:7), F2 (4:6), dan F3 (1:9). Pembuatan krim menggunakan sistem dua
fase yaitu tipe minyak dalam air atau oil in water (O/W). Evaluasi fisik yang dilakukan meliputi: pH,
viskositas, homogenitas, uji daya menyebar, uji daya melekat, serta uji stabilitas sediaan yang disimpan
selama 2 bulan. Hasil menunjukkan semua krim homogen tetapi terdapat perubahan bau dan warna pada
formula 1 yang disimpan pada suhu ruang. Nilai pH semua krim masih dalam kisaran pH normal. Uji
viskositas menunjukkan bahwa viskositas yang lebih tinggi terkait dengan peningkatan jumlah setil alkohol
yang ditambahkan pada krim. Namun, penggunaan kombinasi asam stearat dan setil alkohol tidak

mempengaruhi daya lekat dan kemampuan menyebar pada semua krim. Ada ketidakstabilan pada daya lekat
krim terjadi pada minggu ke 5, yang ditandai dengan meningkatnya daya lekat krim dalam semua formulasi.
Pada uji daya sebar, ada ketidakstabilan krim ditunjukkan dengan meningkatkan kemampuan penyebaran
krim pada minggu ke-4 di semua formula yang disimpan pada suhu dingin. Selain itu, ada juga peningkatan
kemampuan menyebar krim yang disimpan pada suhu kamar, formula 1 pada minggu 5, dan formula 2 dan 3
pada minggu ke 6. Formula krim yang baik ditunjukkan pada formula 2 dengan asam stearat 6% dan setil
alkohol dan setil alkohol 4% yang stabil selama 4 minggu penyimpanan dengan tidak menunjukkan adanya
perubahan warna, bau, homogenitas, pH, viskositas, daya lekat dan daya sebar krim.
Kata kunci: Aloe vera, krim, evaluasi fisik, stabilitas sediaan.

ABSTRACT
Cream is a dosage form that is frequently chosen as cosmetic since its easiness to use. There are a
thickening agent and an emulsifier to form a cream e.g cetyl alcohol and stearic acid. This study aims to
determine the effect of stearic acid and cetyl alcohol for aloe vera cream base. Aloe vera is usually used for,
acne medication, burn treatment, moisturizer, skin rejuvenation, and others. Extract aloe vera was made by
freeze-drying method. Creams were made with various combinations of stearic acid and cetyl alcohol, they
are F1 (3: 7), F2 (4: 6), and F3 (1: 9). The cream were made using a two-phase system (O / W) type.
Physical evaluation was tested including pH, viscosity, homogeneity, spreading ability, theadhesiveness, and
the stability of the preparation on 2 month storages. The results showed that all creams are homogenous but
there is a change in odor and color of the formula 1 when stored at room temperature. The pH of all cream

are still within the normal pH range. The viscosity test showed that the higher viscosity obtained related to
the increasing amount of cetyl alcohol added to the creams. However, the use of a combination of stearic
acid and cetyl alcohol did not affect the adhesion and the spreading ability all of cream. There were
instability in the adhesiveness of cream occurred at week 5, which was characterized by an increasing
adhesiveness of creams in all formulation. In spreading ability, there were instability of cream indicated by
increasing the spread ability of cream on the 4th week in all formulas stored at a cold temperature. In
addition, there were increasing of spreading ability of creams stored at room temperature, whereas formula
1 at week 5, and formula 2 and 3 at week 6. A good cream shown in formula 2 with stearic acid 6% and Cetyl
alcohol 4% that is stable for 4 weeks storage and does not indicate any change of color, odor, its
homogeneity, pH, viscosity, adhesion and the spreading ability .
Keywords: Aloe vera, cream, physical evaluation, the stability of the preparation.

1

PENDAHULUAN
Kosmetik umumnya mengandung campuran senyawa kimia dan tidak banyak yang
berasal dari sumber alami (Schneider et al., 2012). Permintaan akan kosmetik herbal saat
ini berkembang sangat pesat. Perluasan ini disebabkan karena adanya ketersediaan bahan
baku dari alam. Adanya kemungkinan reaksi negatif pada kulit karena campuran senyawa
kimia menyebabkan konsumen beralih ke produk kosmetik herbal ini (Singh et al., 2011).

Aloe vera atau dikenal dengan nama Lidah Buaya, tanaman ini telah dikenal dan
digunakan selama berabad-abad untuk kesehatan, kecantikan, obat dan perawatan kulit dan
tata rias. Produk ini dapat diterapkan topikal sebagai emolien untuk luka bakar, kulit
terbakar dan abrasi ringan. Lidah buaya juga memiliki efek antibakteri, antijamur,
antivirus, antioksidan, dan antiinflamasi, sehingga dapat digunakan secara eksternal untuk
menyembuhkan luka dan telah didukung oleh penyelidikan klinis (Ashwal et al., 2013).
Krim merupakan salah satu kosmetik yang paling banyak digunakan. Sediaan ini
sangat mudah diaplikasikan pada kulit dan mudah menyerap ke dalam kulit. Penggunaan
krim disini dimaksudkan untuk obat luar dengan cara dioleskan pada kulit (Anief, 1999).
Salah satu aktivitas paling penting dalam suatu preformulasi yaitu evaluasi
kestabilan fisik suatu bentuk sediaan obat. Sediaan krim yang tidak stabil akan
menimbulkan terjadinya kriming, pemisahan fase, serta terjadinya inversi fase (Anief,
1999). Ketidakstabilan krim dapat dideteksi dengan perubahan dalam penampilan fisik,
tekstur sediaan, serta kenyamanan saat pemakaian (Ansel, 1989). Sediaan krim yang baik
seharusnya memenuhi kriteria yaitu stabil, lunak, mudah dipakai, dan terdistribusi secara
merata.
Zat pengental dan emulgator seperti setil alkohol dan asam stearat dalam sediaan
krim di sini haruslah tepat penggunaannya. Penggunaan yang kurang tepat dalam formulasi
akan menyebabkan krim menjadi terlalu keras, kental dan berubah warna menjadi lebih
gelap, sehingga menimbulkan rasa kurang nyaman saat penggunaan dan sediaan krim yang

kurang stabil (Ansel, 1989).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
penggunaan asam stearat dan setil alkohol sebagai basis krim lidah buaya terhadap evaluasi
fisik dan stabilitas sediaan yang disimpan selama 2 bulan.

2

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat. Alat-alat gelas (Iwaki pyrex), mortir dan stamfer, waterbath, pH meter, timbangan
analitik, rotary evaporator, viskometer, alat uji daya lekat, dan alat uji daya sebar.
Bahan. Lidah buaya, asam stearat, setil alkohol, oleum cocos, gliserin, metal paraben,
TEA, dan aquadest.
Jalannya Penelitian
Freeze Drying Lidah Buaya. Lidah buaya dikupas dan diambil daging buahnya yang
bening. Lalu daging lidah buaya dicuci sampai bersih untuk menghilangkan getahnya.
Daging buah dipotong kecil dan tipis dimasukkan ke dalam wadah. Potongan daging buah
diisikan kurang lebih 1cm dari dasar wadah gunanya agar proses lebih cepat dan kering.
Wadah yang sudah berisi lidah buaya tadi dibekukan dahulu pada refrigerator kulkas
kurang lebih selama 1 hari. Kemudian wadah ditata dan dimasukkan ke dalam alat freeze

drying dengan cara ditumpuk. Lidah buaya dibiarkan hingga didapat lidah buaya yang
keras kurang lebih selama 2 hari.
Pembuatan Krim. Minyak dalam air (O/W) dirumuskan berbasis emulsi krim (formulasi
semi padat). Asam stearat, setil alkohol, oleum cocos dilarutkan dalam fase minyak
(Bagian A) dan dipanaskan sampai 75oC. Sedangkan hasil freeze drying lidah buaya
digerus dan dilarutkan dalam air lalu ditambahkan metil paraben, propil paraben, TEA dan
propilenglikol, diaduk hingga homogen (Bagian B). Setelah pemanasan fase berair
ditambahkan ke dalam fase minyak dengan pengadukan terus menerus sampai campuran
tadi homogen dan dingin. Formulasi untuk krim disajikan dalam tabel 2. (Ashwal et al.,
2013).
Tabel 1. Formulasi Krim
Komposisi
Freeze drying lidah buaya
Asam stearat
Setil alkohol
Oleum cocos
Gliserin
Metil paraben
TEA
Air


Penimbangan (gram)
F1
F2
F3
0,9
0,9
0,9
9
6
3
1
4
7
4
4
4
3
3
3

0,1
0,1
0,1
1
1
1
81
81
81

Pengukuran pH. Pengukuran pH menggunakan pH meter. pH meter dikalibrasi
menggunakan buffer pH 7 dan buffer pH 4. Setelah dikalibrasi, lalu pH dicelupkan
kedalam sediaan krim, didiamkan sesaat hingga didapat pH yang konstan. Dicatat

3

pengukuran pH yang didapat. Pengukuran dilakukan pada krim yang disimpan pada suhu
ruang dan suhu dingin setiap 1 minggu sekali selama 2 bulan (Jufri, 2006).
Homogenitas. Krim diuji homogenitas dengan tampilan visual dan dengan sentuhan. Krim
diamati perubahannya setiap 1 minggu sekali selama 2 bulan (Ashwal et al., 2013).

Viskositas. Viskositas formulasi ditentukan oleh Rion Rotor Viskoteseter VT-04
menggunakan spindle no 3. Krim dimasukkan dalam bekker glass, lalu spindle dicelupkan
ke dalam krim jangan sampai menyentuh wadah. Kemudian alat viskosimeter dinyalakan
dan dilihat pada viskosimeter berapa skala yang ditunjuk. Hasil pengukuran viskositas
dicatat dan dilakukan uji ini setiap 1 minggu sekali selama 2 bulan (Ashwal et al., 2013).
Uji Daya Sebar. Sebanyak 0,5 g krim diletakkan ditengah petri, lalu petri yang satu
diletakkan diatasnya dibiarkan selama 1 menit. Diameter krim yang menyebar diukur
menggunakan kertas milimeter atau penggaris, kemudian ditambahkan 50 g beban
tambahan diamkan 1 menit dan diukur diameter krim yang menyebar. Uji daya sebar
replikasi sebanyak 3 kali hingga diperoleh diameter yang konstan, dan diuji setiap 1
minggu sekali selama 2 bulan ( Nurlaela et al., 2012).
Uji Daya Lekat. Krim sebanyak 0,25 g diletakkan diatas objek gelas yang telah ditentukan
luasnya. Objek gelas yang berisi krim ditempelkan objek gelas yang lain kemudian ditekan
dengan beban 1 kg selama 5 menit. Objek gelas dipasang pada alat tes dan dilepaskan
beban seberat 80 g. Waktu yang diperlukan hingga dua objek gelas tersebut terlepas
dicatat. Uji ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali, uji dilakukan setiap 1 minggu sekali
selama 2 bulan (Nurlaela et al., 2012).
Uji Kestabilan Fisik Krim. Krim diuji kestabilannya dengan cara penyimpanan pada suhu
ruang (27-28oC), suhu dingin (6-8oC), suhu ruang di tempatkan pada lemari laboratorium
kering yang ada diruangan dan suhu dingin di tempatkan pada almari pendingin.

Perubahan bau dan warna krim, viskositas, pH, homogenitas, daya sebar dan daya lekatnya
diamati (Jufri, 2006). Pengujian dilakukan setiap 1 minggu sekali selama 2 bulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Freeze Drying Lidah Buaya. Lidah buaya diperoleh dengan metode pengeringan-beku
atau freeze drying. Metode ini biasanya digunakan untuk mengawetkan produk yang
mengandung air. Alasan digunakan metode ini adalah dapat mempertahankan struktur
produk, menghasilkan produk yang bermutu tinggi, dan cocok untuk bahan yang tidak
tahan pemanasan tinggi. Prinsip metode ini adalah liofilisasi untuk menghilangkan
kandungan air atau pelarut dalam bahan. Karakteristik produk yang dihasilkan yaitu lidah
4

buaya kering dan ringan. Hasil rendemen freeze drying lidah buaya yang diperoleh dapat
dilihat pada tabel 2. Rendemen digunakan untuk mengetahui presentase ekstrak yang
dihasilkan dari tanaman utuh (sebelum ekstraksi).
Tabel 2. Hasil freeze drying lidah buaya
Berat Basah
513,1 gram

Berat Kering

9,45 gram

Rendemen
1,84%

Homogenitas. Uji homogenitas dilakukan secara visual dan dengan sentuhan.
Homogenitas dapat dilihat dengan tidak adanya partikel-partikel yang memisah atau fase
terdispersi terdistribusi merata pada fase pendispers. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Formula
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Keterangan :

Suhu dingin
Suhu ruang

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas krim lidah buaya
Penyimpanan
Minggu ke
0
1
2
3
4
5
Suhu Kamar






Suhu Dingin





Suhu Kamar






Suhu Dingin





Suhu Kamar






Suhu Dingin






6







7







8







: krim homogen
: 6 oC – 8 oC
: 27 oC – 28 oC

Hasil dari pengujian homogenitas menunjukkan bahwa semua formula krim lidah buaya
yang disimpan dalam suhu kamar (27-280C) dan suhu dingin (7-80C) selama 2 bulan tidak
terjadi pemisahan-pemisahan partikel. Sehingga krim ini dapat dikatakan tidak mengalami
perubahan secara fisik dalam hal homogenitas krim.
Uji Stabilitas Fisik Krim. Uji stabilitas fisik krim lidah buaya dengan memperhatikan ada
tidaknya perubahan secara fisik terhadap warna dan bau krim yang disimpan selama 2
bulan, perubahan ini diamati secara visual.
Tabel 4. Hasil pengamatan bau krim lidah buaya
Formula
Formula
1
Formula
2
Formula
3
Keterangan :
*
**
Suhu dingin
Suhu ruang

Penyimpanan
Suhu Ruang
Suhu Dingin
Suhu Ruang
Suhu Dingin
Suhu Ruang
Suhu Dingin

0
*
*
*

1
*
*
*
*
*
*

2
*
*
*
*
*
*

3
*
*
*
*
*
*

Minggu ke
4
5
**
**
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

6
**
*
*
*
*
*

7
**
*
*
*
*
*

8
**
*
*
*
*
*

: tidak berbau
: bau agak asam/tengik
: 6 oC – 8 oC
: 27 oC – 28 oC

5

Tabel 5. Hasil pengamatan warna krim lidah buaya
Formula

Penyimpanan

Formula
1
Formula
2
Formula
3
Keterangan :
*
**
Suhu dingin
Suhu ruang

Minggu ke

Suhu Ruang
Suhu Dingin
Suhu Ruang
Suhu Dingin
Suhu Ruang
Suhu Dingin

0

1

2

3

4

5

6

7

8

*

*
*
*
*
*
*

*
*
*
*
*
*

*
*
*
*
*
*

**
*
*
*
*
*

**
*
*
*
*
*

**
*
*
*
*
*

**
*
*
*
*
*

**
*
*
*
*
*

*
*

: warna putih susu
: warna putih susu, ada sedikit warna hijau dan kuning pada permukaan krim
: 6 oC – 8 oC
: 27 oC – 28 oC

Dari tabel 4 dan tabel 5 pada formula 2 dan 3 tidak mengalami perubahan bau dan
warna setelah penyimpanan selama 2 bulan pada suhu ruang dan suhu dingin. Sedangkan
pada formula 1 pada penyimpanan suhu dingin juga tidak mengalami perubahan, tetapi
pada penyimpanan suhu ruang mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi setelah
memasuki minggu kempat yaitu terjadinya penurunan bau dan warna pada krim.
Penurunan ini ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi hijau pada permukaan
krim dan bau menjadi tengik. Pada formula 1 ini mengandung setil alkohol yang paling
tinggi dibanding kedua formulasi lainnya. Setil alkohol merupakan alkohol rantai panjang,
menurut Buckle et al, 1987 pertumbuhan mikroorganisme pembentuk alkohol optimal
pada suhu ruang, sedangkan pertumbuhan mikroba akan terhambat pada suhu rendah.
Karena penggunaan setil alkohol pada formula ini besar dan disimpan pada suhu ruang
maka memungkinkan adanya pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan mikroba ini semakin
tinggi dengan penyimpanan yang semakin lama. Apalagi didalam krim ini sendiri telah
terdapat alkohol rantai panjang dari setil alkohol jadi semakin besar pula pertumbuhan
mikroba yang terbentuk.
Uji Viskositas. Viskositas merupakan uji kekentalan pada suatu sediaan. Viskositas pada
krim menunjukkan mudah tidaknya krim itu diambil atau dituangkan dalam wadah.
Berikut tabel hasil pengukuran viskositas pada krim lidah buaya tanpa dilakukan replikasi.
Tabel 6. Hasil Uji viskositas krim lidah buaya
Formula

Suhu

1

Ruang
Dingin
Ruang
Dingin
Ruang
Dingin

2
3
Keterangan :
Suhu dingin
Suhu ruang

0
200
150
100

1
200
250
150
200
100
150

Viskositas (dPas)
Minggu ke
2
3
4
200
200
200
250
250
250
150
150
150
200
200
200
100
100
100
150
150
150

5
80
250
150
200
50
150

6
30
250
150
200
40
150

7
30
250
150
200
40
150

8
30
250
150
200
40
150

: 6 oC – 8 oC
: 27 oC – 28 oC

6

Tabel 6 menunjukkan bahwa semua formula krim yang disimpan pada suhu dingin
memiliki nilai viskositas yang lebih besar dibandingkan dengan krim yang disimpan pada
suhu ruang. Hal ini disebabkan karena krim yang disimpan pada suhu dingin mengalami
pembekuan, sehingga nilai viskositasnya lebih tinggi dibandingkan dengan krim yang
disimpan pada suhu ruang. Nilai viskositas formula 1 lebih besar dari formula 2, dan nilai
viskositas formula 2 lebih besar dari formula 3 ( formula 1 > formula 2 > formula 3) baik
yang disimpan pada suhu ruang maupun suhu dingin. Hal ini disebabkan karena perbedaan
penggunaan setil alkohol yang berperan sebagai thickening agent atau agen pengental.
Penggunaan setil alkohol pada formula 1 lebih banyak dari formula 2, sedangkan formula 2
lebih banyak dari formula 3. Sehingga semakin banyak penggunaan setil alkohol semakin
besar nilai viskositasnya. Pada ketiga formulasi terlihat stabil nilai viskositasnya yang
disimpan selama 2 bulan pada suhu dingin dan F2 pada suhu kamar. Tetapi pada F1 dan F3
terjadi penurunan viskositas yang terjadi pada minggu ke-5 yang disimpan pada suhu
kamar. Menurut Agoes (2012), penurunan viskositas mengindikasikan adanya pemisahan
fasa dan umur simpan sediaan yang tidak baik. Pada formulasi 1 dan 3 viskositasnya stabil
sampai penyimpanan minggu keempat pada suhu ruang.
Uji pH. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pH krim lidah buaya. Menurut Warsitaatmaja
(1997), sediaan topikal biasanya memiliki pH yang sama dengan pH kulit yaitu antara 4,5 7. pH yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan iritasi kulit. Pengukuran pH (Tabel
7) yang disimpan selama 2 bulan pada suhu kamar dan suhu dingin tanpa replikasi.
Tabel 7. Hasil Uji pH krim lidah buaya
Formula

Suhu

1

Ruang
Dingin
Ruang
Dingin
Ruang
Dingin

2
3
Keterangan :
Suhu dingin
Suhu ruang

Minggu ke
0
6,96
6,86
6,85

1
6,97
7,69
6,87
7,28
6,87
7,93

2
6,95
7,71
6,86
7,28
6,90
7,93

3
6,96
7,81
6,86
7,29
6,85
7,95

4
6,95
7,68
6,87
7,29
6,90
7,95

5
6,96
7,81
6,87
7,33
6,86
7,93

6
6,83
7,69
6,87
7,24
6,84
7,87

7
6,78
7,40
6,86
7,06
6,84
7,67

8
6,74
7,35
6,87
7,08
6,84
7,75

: 6 oC – 8 oC
: 27 oC – 28 oC

Ketiga formula yang disimpan pada suhu ruang memiliki pH 6,85 - 6,90, pH
tersebut masuk pada kisaran pH kulit. Sedangkan pada ketiga formula yang disimpan pada
suhu dingin memiliki pH pada 7,23 - 7,87, pH tersebut masih berada pada kisaran pH
netral hanya sedikit lebih tinggi dari pH normal kulit. Sehingga diharapkan masih diterima
oleh kulit dengan tidak menimbulkan iritasi. Menurut Winarni & Jenie (1982), faktor suhu
berpengaruh besar terhadap pembentukan kadar asam dimana suhu penyimpanan rendah
diperoleh kadar asam dalam konsentrasi rendah, karena adanya hambatan pertumbuhan
7

bakteri asam, begitupula sebaliknya. Formula krim ini mengandung asam yaitu asam
stearat. Ketika krim disimpan pada suhu ruang (27oC – 28 oC) tidak terjadi penghambatan
pertumbuhan asam, sehingga pH nya akan lebih asam dibandingkan dengan krim yang
disimpan pada suhu dingin (6 oC – 8 oC). tetapi selisihnya tidak begitu besar, kedua
penyimpanan menghasilkan nilai pH yang masih dalam kisaran pH normal. Sehingga
diharapkan masih diterima oleh kulit dengan tidak menimbulkan iritasi.
Uji Daya Lekat. Uji daya lekat ini berfungsi mengetahui kemampuan krim untuk melekat
atau menempelnya pada permukaan kulit pada saat digunakan. Semakin lama krim melekat
pada kulit, maka zat aktif yang dilepaskan pada basis akan semakin banyak diabsorbsi.
Berikut hasil uji daya lekat yang disimpan selama 2 bulan pada suhu ruang dan suhu
dingin.
2.5

A.
Daya Lekat (s)

2
1.5
Formula 3
1
Formula 2
0.5

Formula 1

0
0

1

2

3

4

5

6

7

8

Minggu ke‐
3

B.
Daya Lekat (s)

2.5
2
1.5

Formula 3

1

Formula 2

0.5

Formula 1

0
0

1

2

3

4

5

6

7

8

Minggu ke‐

Gambar 1. Perbandingan daya lekat krim dengan penyimpanan 3 kali replikasi pada suhu ruang (27
o
C – 28 oC)(A) dan pada suhu dingun (6 oC – 8 oC)

Uji statistik dengan one way ANOVA dilakukan untuk mengetahui perubahan daya
lekat krim selama penyimpanan. Uji ini dilakukan tiap minggu selama 2 bulan
penyimpanan. Hasil uji menunjukkan nilai signifikan 0,000 (