REPRESENTASI ANAS URBANINGRUM DAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM PEMBERITAAN KASUS HAMBALANG DI HARIAN UMUM PIKIRAN RAKYAT: ANALISIS STRUKTUR MAKRO.

(1)

REPRESENTASI ANAS URBANINGRUM DAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM PEMBERITAAN KASUS HAMBALANG

DI HARIAN UMUM PIKIRAN RAKYAT: ANALISIS STRUKTUR MAKRO

Tesis

Diajukan Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Magister Humaniora dalam Studi Linguistik

Oleh:

Imam Jahrudin Priyanto

NIM 1201306

PROGRAM STUDI LINGUISTIK SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

REPRESENTASI ANAS URBANINGRUM DAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM PEMBERITAAN KASUS HAMBALANG

DI HARIAN UMUM PIKIRAN RAKYAT: ANALISIS STRUKTUR MAKRO

Oleh

Imam Jahrudin Priyanto

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Humaniora di bidang linguistik

© Imam Jahrudin Priyanto 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Iwa Lukmana, M.A., Ph.D. Dadang Sudana, M.A., Ph.D. 196611271993031002 196009191990031000

Mengetahui,

Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

Prof. Dr. Syihabuddin, M.Pd. 196001201987031001


(4)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Daftar Isi

Lembar Pengesahan………....i

Lembar Pernyataan...ii

Abstrak………...iii

Kata Pengantar………...iv

Ucapan Terima Kasih………v

Daftar Isi………...vi

Daftar Lampiran...x

Daftar Tabel...………...xi

Daftar Peraga...xii

BAB I PENDAHULUAN………....1

1.1 Latar Belakang………..1

1.2 Identifikasi Masalah………..7

1.3 Pertanyaan Penelitian……….8

1.4 Tujuan Penelitian………...8

1.5 Manfaat Penelitian………...8

1.6 Sistematika Pelaporan………9

1.7 Definisi Operasional………..9


(5)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

2.1 Representasi………..11

2.2 Identitas………16

2.3 Hubungan Antara Komunikasi dan Representasi……….18

vii

2.4 Representasi dan Politik………19

2.5 Analisis Wacana Kritis………...22

2.6 Teori Van Dijk………...26

2.7 Analisis Struktur……….28

2.8 Teori Ideologi……….36

BAB III METODE PENELITIAN……….40

3.1 Tujuan Penelitian………40

3.2 Desain Penelitian………....40

3.3 Pengumpulan Data……….45

3.4 Analisis Data………..46

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN………..50

4.1 Representasi Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono menurut “Pikiran Rakyat”………..50

4.1.1 Gambaran Umum Kasus Korupsi Hambalang………..50

4.1.2 Harian Umum “Pikiran Rakyat”………..53

4.1.3 Representasi Dalam Struktur Makro………57


(6)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4.1.3.2 Representasi Susilo Bambang Yudhoyono……….62

4.2 Ideologi di Balik Pemberitaan Korupsi Hambalang……….65

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………..69

5.1 Simpulan……….69

5.2 Saran………...72

Daftar Pustaka……….74


(7)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu


(8)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Abstrak

Penelitian ini mengungkap representasi dua tokoh penting dalam kasus korupsi Hambalang di Harian Umum Pikiran Rakyat, yakni Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono. Penelitian ini dilakukan atas empat teks berita utama halaman 1 terpilih yang terbit November 2013 sampai Januari 2014. Hal yang dikaji dalam penelitian ini ialah bagaimana Pikiran Rakyat merepresentasikan kedua tokoh itu dalam pemberitaan kasus korupsi Hambalang. Dari analisis struktur makro yang dilakukan, Pikiran Rakyat lebih sering merepresentasikan Anas Urbaningrum secara negatif daripada Susilo Bambang Yudhoyono. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi media cetak, khususnya Pikiran Rakyat, dalam menulis berita.

Kata kunci: Anas, Yudhoyono, representasi, korupsi, Hambalang

Abstract

Representations of Anas Urbaningrum and Susilo Bambang Yudhoyono

on the Hambalang Graft

Case News at the ”Pikiran Rakyat” Daily Newspaper:

Macrostructure Analysis

This research uncovered representations of two important persons on the news of Hambalang graft case at the Pikiran Rakyat daily newspaper, these are Anas Urbaningrum and Susilo Bambang Yudhoyono. This study aimed to answer two research questions, these are on how Pikiran Rakyat daily newspaper represented Anas Urbaningrum and Susilo Bambang Yudhoyono, and what ideology was at the backstage of Pikiran Rakyat news on Anas Urbaningrum and Susilo Bambang Yudhoyono at that Hambalang news covering. The things to be analyzed was the meaning occured in the sentences and discourses as a whole, with macrostructure as the analyzing tool. More than that, based on the analyses, researcher was able to uncover what ideology was in the Hambalang graft case news at Pikiran Rakyat daily newspaper. Data for this study was the selected headline news texts at the front page of Pikiran Rakyat daily newspaper regarded to the news discourse on Anas Urbaningrum and Susilo


(9)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Bambang Yudhoyono in Hambalang graft case that published on November 2013 till January 2014. At that time, Hambalang graft case news was on the center of public attentions. Data was analyzed by macrostructure analyses that was a Van Dijk’s thought on critical discourse analyses. Macrostructure analyses show that Pikiran Rakyat was more often to represent Anas Urbaningrum negatively than Susilo Bambang Yudhoyono. Pikiran Rakyat put itself at the public mainstream that hate corruption or graft. By the analyses that has been done, Anas was represented negatively in 58 times or 25,22 percent of the whole texts. On the other hand, positive representations for Anas was in 37 times or 16,09 percent. Ideologically, from verbal behaviour on this study, Pikiran Rakyat showed its partiality to the people. Hopefully, the results of this research would be fruitful for the printed media, including Pikiran Rakyat, in other to be more proportional in news writing or covering.


(10)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan hal-hal paling penting sehingga penelitian ini layak dilaksanakan, yakni latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika pelaporan, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

Kata ”representasi” (Inggris: representation) didahului bentuk (to) represent. Peter Salim (2001) mengategorikan represent sebagai vt (verb transitive) atau kata kerja berpelengkap penderita yang berarti ”menampilkan kembali” atau ”menyajikan kembali”. Kata represent dibentuk oleh dua morfem, re (kembali) dan present (menampilkan). Represent dalam arti menampilkan kembali merupakan makna kedua selain represent (makna pertama) yang berarti melambangkan, mengatakan, mewakili, ataupun memerankan. Representasi merupakan kata benda dari represent, walaupun representation memiliki arti perwakilan, wakil dalam suatu perwakilan, ataupun protes.

Salah satu hal yang dapat disorot untuk kajian representasi ialah kasus korupsi. Hal itu terkait dengan pemberitaan media mengenai ucapan pihak-pihak yang terlibat dalam kasus korupsi tersebut. Ungkapan satu tokoh akan terkait dengan pihak-pihak lainnya, terutama pelaku korupsi atau orang-orang yang diduga terkait dengan kasus itu.

Setiap media memiliki gaya tersendiri saat menulis berita tentang kasus korupsi atau orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ada yang frontal, ada yang lebih ”santun”. Secara teknis kebahasaan, setiap media memiliki gaya penyampaian tersendiri. Namun, secara lebih mendalam, ideologi suatu media akan muncul dalam pemberitaan. Hal itulah yang dibahas dalam tesis ini.


(11)

2

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sangat mungkin, banyak kajian serupa untuk kasus korupsi di berbagai negara. Namun, penelitian ini lebih khas, karena mengungkap kasus korupsi yang dilakukan para pejabat dan politisi di Indonesia, lengkap dengan karakter kebahasaan pada proses yang terkait dengan kasus tersebut, baik sebelum masa peradilan maupun sesudahnya. Selain itu, penelitian ini fokus pada struktur makro sebagai pisau analisis. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang mengombinasikan superstruktur, struktur makro, dan struktur mikro.

Representasi merujuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan sebagaimana mestinya: apakah diutamakan, dimarginalkan, atau dinetralkan (Eriyanto, 2001: 113). Penggunaan representasi dapat menggunakan berbagai cara. Salah satunya ialah teks.

Tindakan utama yang menunjukkan representasi ialah penggunaan bahasa. Fiske (1987: 5-6) menegaskan bahwa representasi dan misrepresentasi merupakan peristiwa kebahasaan. Fiske mencoba menunjukkan bahwa penggunaan bahasa, misalnya pemilihan diksi, dapat menimbulkan gambaran tertentu terhadap peristiwa yang diproduksi oleh seorang penulis. Dalam konteks media cetak, penulis ialah wartawan. Dengan mengacu pada gagasan tersebut, penggunaan bahasa yang ditampilkan media, termasuk media cetak, merupakan peristiwa kebahasaan yang dapat dikritik dengan perangkat ilmiah seperti AWK.

Representasi sangat berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas yang akan dibaca oleh khalayak (Eriyanto, 2001: 116). Segala unsur teks, mulai dari pilihan kata, relasi antarkalimat, hingga tampilan foto dan atau referensi gambar yang ditampilkan sebagai tambahan dan penguatan dari segi visual merupakan bagian dari representasi suatu peristiwa dalam teks.

Fiske (1987: 5-6) mengemukakan, poin utama dalam representasi suatu teks ialah bagaimana realitas atau objek tertentu ditampilkan. Saat menggambarkan objek, peristiwa, gagasan, kelompok, maupun seseorang, sekurangnya ada tiga fase yang dilalui oleh wartawan. Pada fase pertama, peristiwa ditandakan (encode) sebagai realitas. Pada fase kedua, setelah wartawan memandang sesuatu sebagai realitas, bagaimana realitas itu digambarkan. Pada fase ketiga, bagaimana peristiwa diorganisasi ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara


(12)

3

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ideologis. Fiske berpendapat, saat kita melakukan proses representasi atas suatu entitas, kita tidak bisa menghindari kemungkinan pengaruh ideologi.

Eriyanto (2003: 114: 132) menjelaskan beberapa jenis representasi secara teknis dalam penulisan gagasan untuk melaporkan suatu peristiwa.

a. Ekskomunikasi (Excommunication)

Ekskomunikasi merupakan konsep saat seseorang atau suatu kelompok dikeluarkan dari pembicaraan. Dalam hal ini ada eliminasi seseorang atau suatu kelompok dari dalam wacana. Karena tidak dianggap sebagai bagian dari pembicaraan, penggambaran seseorang atau kelompok itu hanya dilakukan tanpa dasar kebutuhan untuk merepresentasikan suara atau pandangan dari pihak tersebut.

Salah satu strategi utama dalam ekskomunikasi pada pemberitaan dilakukan dengan penghadiran dan penghilangan (presence and absence) individu atau suatu kelompok dan berbagai identitasnya. Selain itu, penulis umumnya membuat penggambaran yang simpel dan senantiasa menggambarkan pihak lain dalam kerangka kepentingan pihak yang dibelanya.

b. Eksklusi (Exclusion)

Eksklusi ialah konsep ketika seseorang atau suatu kelompok dikucilkan dari pembicaraan. Mereka dibicarakan atau diajak bicara, tetapi mereka dipandang lain, dipandang buruk, dan bukan bagian dari penulis atau pembicara. Ada sikap tertentu yang diwakili oleh wacana untuk menyatakan bahwa pihak tertentu baik, sedangkan pihak lain buruk.

Foucault (1981: 53-58) menjelaskan, pengucilan suatu kelompok atau gagasan dapat dilakukan melalui beberapa cara, misalnya membatasi apa yang boleh


(13)

4

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dan tidak boleh dibicarakan. Cara lain untuk eksklusi dalam suatu wacana publik juga dapat dilakukan dengan membuat klasifikasi, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bisa diterima dan mana yang tidak bisa

diterima.

c. Marginalisasi

Marginalisasi merupakan wujud representasi yang berbeda dengan eksklusi dan ekskomunikasi. Dalam marginalisasi, penulis membuat penggambaran yang buruk terhadap suatu pihak atau kelompok tertentu. Namun, dalam konsep ini tidak terjadi pemilahan antara pihak penulis dan pihak lain yang berseberangan.

Ada beberapa praktik pemakaian bahasa sebagai strategi marginalisasi pada wacana. Beberapa di antaranya ialah penghalusan makna (eufemisme) untuk menjaga kesopanan dan norma-norma; pemakaian bahasa yang cenderung kasar (disfemisme) saat realitas sengaja dibuat atau digambarkan secara kasar; labelisasi (labeling) ketika perangkat bahasa tertentu digunakan oleh pembuat teks untuk merendahkan lawan-lawannya melalui label-label tertentu; dan stereotip (stereotype), penyamaan sebuah kata yang menunjukkan sifat-sifat negatif atau positif dengan orang, kelas, atau tindakan tertentu.

d. Delegitimasi

Delegitimasi berkenaan dengan bagaimana seseorang atau suatu kelompok dianggap tidak absah, tidak benar, dan tidak mempunyai dasar ketika melakukan suatu tindakan. Praktik delegitimasi menekankan bahwa hanya kelompoknya sendiri yang benar, sedangkan kelompok lain tidak benar, tidak layak dan tidak absah.

Sementara Van Dijk (2008: 185) berpendapat, istilah media dalam pendekatan analisis wacana kritis (AWK) mengacu pada saluran sosial yang biasa digunakan untuk mengomunikasikan informasi dalam dunia sehari-hari. Dalam hal ini, kata media merupakan


(14)

5

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

bentuk jamak dari medium (komunikasi) yang biasa muncul dalam bentuk teks atau percakapan. Misalnya, kita memahami bahwa dalam kehidupan kita ada banyak media utama dalam bentuk berbagai saluran, seperti radio (audio), poster bergambar (visual), televisi (audiovisual), koran dan majalah (media cetak) atau internet (multimedia). Itu merupakan media dalam batas-batas tertentu.

Wacana dalam media ialah sumber utama dari sikap dan pengetahuan ideologis masyarakat dewasa ini, baik dari kelas elite maupun biasa (van Dijk, 1997). Pendekatan kritis pada peran media dalam reproduksi wacana secara analitis dan sistematis menggambarkan berbagai struktur dan strategi teks atau pembicaraan, dan ini berhubungan dengan konteks sosial atau politik (van Dijk, 2000). Misalnya, mereka mungkin fokus pada topik secara keseluruhan atau lebih pada makna lokal (seperti koherensi atau implikasi) dalam analisis semantik.

Bentuk sintaksis kalimat atau organisasi secara keseluruhan laporan berita mungkin juga diperiksa secara mendetail. Hal yang sama dapat dilakukan untuk variasi gaya; perangkat retoris seperti metafora atau eufemisme; tindak tutur, seperti janji-janji atau ancaman. Struktur-struktur teks tertulis dan pembicaraan secara sistematis terkait dengan elemen dari konteks sosial, seperti pengaturan ruang dan waktu, partisipan, dan berbagai peran sosial dan komunikatif, serta tujuan, pengetahuan, dan pendapat mereka.

Studi analisis wacana kritis (AWK) sudah dikaji oleh banyak ahli, misalnya van Leeuwen, Hobday, Li, Richardson, ataupun Wodak. Wodak (2004: 198) menekankan bahwa karakteristik analisis wacana ialah menjelaskan teks lisan atau tulisan dalam hal pengembangan teori dalam beberapa tingkatan atau dimensi wacana tertentu.

Sementara Hobday (2006) dalam hubungan wacana politik dan struktur pemerintahan di media, memberikan contoh penggunaan AWK untuk mengeksplorasi wacana sejarah multikulturalitas di Kanada. Adapun Li (2007: 1-7) mengeksplorasi makna ideasional di balik pemberitaan politik lokal di Amerika Serikat.

Karya-karya penting yang menggunakan AWK sebagai alat analisis terhadap media dibuat oleh Richardson (2004, 2005, dan 2006) sebelum Richardson (2007) sendiri menguraikan


(15)

6

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

konsep-konsep umum dalam penyelidikan wacana pada surat kabar, dalam Analysing

Newspaper: An Approach from Critical Discourse Analysis. Gagasan terpenting Richardson

(2007: 2) ialah dengan mendefinisikan bahasa media, khususnya surat kabar, sebagai bahasa jurnalistik yang khas dan memuat jenis pesan tekstual secara spesifik.

Analisis wacana kritis gaya Van Dijk bisa menyangkut teks (berita) politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Teks politik bisa menyangkut penyelenggaraan negara ataupun perebutan kekuasaan. Teks ekonomi bisa mengupas harga-harga barang yang terus meningkat, inflasi, pentingnya ekspor, dan sebagainya. Sementara teks sosial bisa menyangkut dinamika kehidupan masyarakat dalam zaman yang terus berkembang. Teks budaya bisa menyangkut pelestarian seni dan kebudayaan yang memiliki nilai tinggi di tengah masyarakat.

Studi ini meneliti pemberitaan kasus korupsi Hambalang di Harian Umum Pikiran

Rakyat, koran terbesar di Jawa Barat, terutama teks berisi tuturan menyangkut Anas

Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono. Kedua tokoh ini, walau berasal dari partai yang sama, yakni Partai Demokrat, memiliki hubungan yang tidak harmonis. Walaupun pada awalnya ada upaya untuk menutupi ketidakharmonisan mereka, lama-lama rakyat bisa mengetahui bahwa hubungan Anas dan Yudhoyono tidak harmonis. Rakyat mempelajari tuturan-tuturan mereka yang direkam dan disampaikan oleh media massa.

Pada pemberitaan HU Pikiran Rakyat, tuturan Anas Urbaningrum lebih banyak dimuat, baik tentang Yudhoyono maupun tentang pejabat pemerintah atau pengurus Partai Demokrat lainnya. Kata-kata Anas dianggap lebih menarik untuk dimuat karena bersifat ofensif dan provokatif, termasuk di dalamnya berupa sindiran-sindiran. Sementara kutipan-kutipan kata

Yudhoyono lebih “santun” dan nama Yudhoyono lebih sering terdapat dalam isi teks (verbiage). 1.2 Identifikasi Masalah

Van Dijk (1998) menyatakan bahwa sebuah wacana tekstual dimaknai oleh banyak hal. Namun, yang paling penting adalah konteks yang dituju oleh pembuat atau penyusunnya. Dalam wacana tulisan, pemberitaan soal kasus Hambalang tentu memiliki konteks yang memuat maksud (intensi) yang hendak disasar oleh penyusunnya.


(16)

7

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini akan mengungkap karakteristik bahasa yang digunakan Harian Umum Pikiran

Rakyat dalam mewacanakan pemberitaan Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono

pada kasus korupsi Hambalang dengan segala akibatnya, baik secara politik maupun secara sosial. Selanjutnya, tujuan penelitian ini akan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian pada bagian berikut.

1.3Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat merepresentasikan Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus korupsi Hambalang?

2. Ideologi apa yang ada di balik pemberitaan Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus Hambalang?

1.4Tujuan Penelitian

Kajian atau penelitian ini bertujuan memaknai wacana pemberitaan Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus Hambalang di Harian Umum Pikiran Rakyat menurut tinjauan analisis struktur makro. Secara praktis, tujuan dari penelitian ini ialah menemukan dan menggambarkan pandangan Harian Umum Pikiran Rakyat atas wacana tersebut.

Penelitian ini akan mencoba mengungkap pandangan Pikiran Rakyat terhadap sosok Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus Hambalang. Lebih dari itu, penelitian ini juga akan mencoba mengungkap cara pandang Pikiran Rakyat saat menempatkan dominasi pihak tertentu dalam wacana tersebut

1.5. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan pertanyaan yang hendak dijawab, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:


(17)

8

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

1. Bagi program studi linguistik dan program-program studi lain yang berkaitan dengan kebahasaan, untuk memperkaya karya-karya atau hasil pengamatan dan penelitian yang berkaitan dengan kajian analisis wacana kritis.

2. Bagi mahasiswa linguistik, untuk memperkaya sumber-sumber acuan yang berkaitan dengan analisis wacana kritis.

3. Bagi masyarakat umum, untuk memberikan perspektif dan pengetahuan baru dalam memandang dan menilai wacana pemberitaan Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus Hambalang.

4. Bagi masyarakat Kabupaten Bogor, untuk memberikan cara pandang baru dalam menyikapi wacana ini.

1.6Sistematika Pelaporan

Laporan hasil penelitian ini akan disampaikan dalam lima bab. Bab I berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pertanyaan-pertanyaan penelitian, definisi operasional, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika pelaporan. Bab II akan berisi kerangka teoretis sebagai landasan yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III berisi prosedur kerja, yakni batasan dan kerangka analisis. Bab IV akan berisi laporan atas penemuan dan pembahasan hasil temuan pada penelitian. Bab V (terakhir) akan menampilkan interpretasi atas hasil penelitian dalam bentuk simpulan dan saran yang selaras dengan penelitian ini.

1.7. Definisi Operasional

1. Representasi dalam penelitian ini merujuk pada seseorang, satu kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu yang ditampilkan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2001: 113). 2. Ideologi ialah pandangan yang diucapkan atau pembicaraan yang mengemukakan


(18)

9

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3. Representasi positif ialah ketika si tokoh diberitakan secara positif oleh Pikiran

Rakyat melalui penggunaan kata (sifat) tertentu sehingga berpotensi menguntungkan

posisi entitas tersebut di mata pembaca.

4. Representasi negatif ialah ketika si tokoh diberitakan secara negatif oleh Pikiran

Rakyat dan hal itu bisa dilihat dari susunan kata dalam berita, terutama kata sifat.

5. Representasi netral ialah ketika si tokoh diberitakan oleh Pikiran Rakyat melalui kalimat datar sehingga tidak menimbulkan kesan positif ataupun negatif di mata publik.

6. Analisis wacana kritis (AWK) atau critical discourse analysis (CDA) adalah bidang kajian yang digunakan untuk menganalisis wacana-wacana kritis, di antaranya politik, ras, feminisme, gender, kelas sosial, hegemoni, dan lain-lain (Van Dijk, 1998).

Dalam AWK, wacana di sini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkannya semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan (Eriyanto, 2011: 7).

AWK melihat wacana—pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan— Sebagai bentuk dari praktik sosial (Fairclough & Wodak, 1997).

Dengan demikian, AWK tidak hanya berisi analisis kebahasaan seperti dalam konteks linguistik tradisional, tetapi juga terkait dengan praktik sosial, politik, ras, feminisme, gender, kelas sosial, hegemoni, dan kekuasaan.

7. Pemberitaan adalah (1) proses, cara, perbuatan memberitakan (melaporkan, memaklumkan); (2) perkabaran; maklumat (KBBI IV, 2008: 179).

8. Kasus Hambalang ialah salah satu kasus korupsi terbesar di Indonesia yang melibatkan dana sangat besar dan orang-orang terkenal di Indonesia sehingga


(19)

terus-10

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

menerus mendapat porsi besar dalam pemberitaan media di Indonesia, baik cetak

maupun elektronik. Kata ”Hambalang” mengacu ke Pusat Pendidikan Pelatihan dan

Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) yang berada di Kabupaten Bogor.

9. Harian Umum Pikiran Rakyat adalah koran terbesar di Jawa Barat yang terbit setiap hari.


(20)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode apa yang digunakan dalam penelitian. Secara khusus dijelaskan metode apa yang digunakan, bagaimana sumber datanya, juga teknik pengumpulan data, tujuan penelitian, desain penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini ialah memaknai wacana pada pemberitaan kasus korupsi Hambalang, menyangkut representasi Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi tokoh kunci dalam pemberitaan kasus tersebut di Harian Umum Pikiran Rakyat, menurut tinjauan Analisis Wacana Kritis (AWK). Penelitian ini bertujuan mengungkap dan menggambarkan bagaimana HU Pikiran Rakyat memandang kasus korupsi yang menghebohkan tersebut. Pandangan HU Pikiran Rakyat dalam kasus korupsi diperinci secara lebih mendetail. Selain itu, penelitian ini juga berusaha mengungkap ideologi HU Pikiran Rakyat dalam pemberitaan kasus korupsi Hambalang yang melibatkan tokoh-tokoh terkenal tersebut.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif atas teks-teks terpilih yang merupakan berita halaman 1 HU Pikiran Rakyat tentang kasus korupsi Hambalang. Penelitian ini dianalisis secara kualitatif karena datanya merupakan teks pemberitaan media. Hal yang dianalisis ialah makna yang tersaji dalam kalimat dan wacana secara keseluruhan dengan struktur makro sebagai pisau analisis. Lebih dari itu, berdasarkan analisis itu pula akan diungkap ideologi apa yang terkandung dalam pemberitaan kasus korupsi Hambalang di HU Pikiran Rakyat.

Menurut Alwasilah (2011), prinsip penelitian kualitatif menekankan bahwa setiap temuan (sementara) dilandaskan pada data, sehingga temuan itu semakin tersahihkan sebelum


(21)

34

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dinobatkan sebagai teori. Hal seperti itulah yang ditempuh untuk mempertahankan validitas data dan penyimpulannya.

Guba dan Lincoln (1985: 39-43 dalam Alwasilah: 2011) secara khusus membahas 14 karakter pendekatan kualitatif, yakni:

(1) Latar alamiah: Secara ontologis suatu objek mesti dilihat dalam konteksnya yang alamiah, dan pemisahan anasir-anasirnya akan mengurangi derajat keutuhan dan makna kesatuan objek itu, sebab makna objek itu tidak identik dengan jumlah keseluruhan bagian-bagian itu. Pengamatan juga akan memengaruhi apa yang diamati. Oleh karena itu, untuk mendapat pemahaman yang maksimal, keseluruhan objek harus diamati. Objek melekat pada konteksnya dan bermakna karena saling memengaruhi, bukan tunduk pada dalil sebab-akibat dengan logika linier. Oleh karena itu, suatu fenomena seyogianya dicermati secara keseluruhan, kontekstual, dan dengan kekuatan penuh.

(2) Manusia sebagai instrumen: Cakupan teritorial penelitian yang luas itu mempertontonkan interaksi saling memengaruhi dengan tingkatan yang berbeda. Instrumen konvensional yang a priori dan disiapkan terlebih dulu oleh peneliti atau pesanan tidak akan sanggup beradaptasi secara fleksibel dengan realitas yang bermacam ragam itu. Hanya manusialah yang akan sanggup menyesuaikan diri dan berinteraksi secara tuntas dengan fenomena yang sedang dipelajari.

(3) Pemanfaatan pengetahuan nonproposisional: Peneliti naturalistis melegitimasi penggunaan intuisi, perasaan, firasat, dan pengetahuan lain yang tak terbahasakan (tacit

knowledge) selain pengetahuan proposisional (propositional knowledge) karena

pengetahuan jenis pertama itu banyak digunakan dalam proses interaksi antara peneliti dan responden.

(4) Metode-metode kualitatif: Peneliti kualitatif memilih metode-metode kualitatif karena metode-metode inilah yang memang mudah diadaptasikan dengan realitas yang beragam dan saling berinteraksi.


(22)

35

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

(5) Sampel purposif: Pemilihan sampel secara purposif atau teoretis (bukan sampel acak atau representatif) disebabkan peneliti ingin meningkatkan cakupan dan jarak data yang dicari demi mendapat realitas yang berbagai-bagai, sehingga segala temuan akan terlandaskan secara lebih mantap karena prosesnya melibatkan kondisi dan nilai lokal yang semuanya saling memengaruhi.

(6) Analisis data secara induktif: Metode induktif dipilih ketimbang metode deduktif karena metode ini lebih memungkinkan peneliti mengidentifikasi realitas yang berbagai-bagai di lapangan.

(7) Teori dilandaskan pada data di lapangan: Para peneliti naturalistis mencari teori yang muncul dari data.

(8) Desain penelitian mencuat secara alamiah: Para peneliti memilih desain penelitian muncul, mencuat, mengalir secara bertahap, bukan dibangun pada awal penelitian.

(9) Hasil penelitian berdasarkan negosiasi: Para peneliti naturalistis ingin melakukan negosiasi dengan responden untuk memahami makna dan interpretasi mereka ihwal data yang didapat dari mereka.

(10) Cara pelaporan kasus: Gaya pelaporan ini lebih cocok ketimbang cara pelaporan saintifik (ilmiah) yang lazim pada penelitian kuantitatif.

(11) Interpretasi idiografik: Data yang terkumpul termasuk kesimpulannya akan diberi tafsir secara idiografik, yakni secara kasus, khusus, dan kontekstual, tidak secara nomotetis, yakni berdasarkan hukum-hukum generalisasi. Interpretasi demikian memang tepat karena interpretasi yang bermakna ialah interpretasi berdasarkan realitas serta nilai-nilai lokal dan kontekstual.

(12) Aplikasi tentatif: Peneliti naturalistis kurang berminat (ragu-ragu) untuk membuat klaim-klaim aplikasi besar dari temuannya karena kualitas yang dihadapinya bermacam-macam.


(23)

36

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

(13) Batas penelitian ditentukan fokus: Ranah teritorial penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh fokus penelitian yang memang mencuat ke permukaan.

(14) Keterpercayaan dengan kriteria khusus: istilah-istilah seperti internal validity,

external validity, realiability, dan objectivity kedengaran asing bagi para peneliti

naturalistik karena memang bertentangan dengan aksioma-aksioma naturalistik. (Guba dan Lincoln, 1985: 39-43 dalam Alwasilah, 2011, 59-60).

Menurut Alwasilah (2011), setiap paradigma penelitian memiliki kekuatan dan kelemahan. Namun, perlu disadari bahwa kedua paradigma itu (kualitatif dan kuantitatif) berpijak pada asumsi filosofis yang berbeda. Seperti dikutip Alwasilah (2011), Maxwell (1996) mengajukan lima keistimewaan penelitian kualitatif yang oleh Alwasilah diperinci menjadi enam, yakni:

(1) Pemahaman makna: ”Makna” di sini merujuk pada kognisi, afeksi, intensi, dan apa

saja yang terpayungi dengan istilah ”perspektif partisipan” (participant’s perspectives).

(2) Pemahaman konteks tertentu: Dalam penelitian kualitatif perilaku responden dilihat dalam konteks tertentu dan pengaruh konteks terhadap perilaku itu.

(3) Identifikasi fenomena dan pengaruh yang tidak terduga: Bagi peneliti kualitatif setiap

informasi, kejadian, suasana, dan pengaruh baru adalah ”terhormat” dan berpotensi

sebagai data untuk mendukung hipotesis kerja.

(4) Kemunculan teori berbasis data (grounded theory): Teori yang sudah jadi atau pesanan, atau a priori tidaklah mengesankan bagi kaum naturalis, karena teori-teori itu akan kewalahan jika disergap oleh informasi, kejadian, perilaku, suasana, dan pengaruh baru dalam konteks baru.

(5) Pemahaman proses: Para peneliti naturalis berupaya lebih memahami proses (daripada produk) kejadian atau kegiatan yang diamati. Proses yang membantu pewujudan fenomena itulah yang paling berkesan, bukan fenomena itu sendiri.


(24)

37

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

(6) Penjelasan sababiyah (causal explanation): Ada yang mengatakan bahwa penjelasan sababiyah ini lebih merupakan ciri paradigma kuatitatif dengan logika X menyebabkan Y. Dalam paradigma kualitatif yang dipertanyakan ialah, sejauh mana X memainkan peran yang menyebabkan Y. Jadi yang dicari ialah sejauh mana kejadian-kejadian itu berhubungan satu sama lain dalam kerangka penjelasan sababiyah lokal. (Alwasilah, 2011).

Menurut Alwasilah (2011), untuk analisis data kualitatif peneliti tidak boleh menunggu atau membiarkan data menumpuk untuk kemudian menganalisisnya. Bila demikian halnya, peneliti akan mendapat berbagai kesulitan dalam menangani data. Semakin sedikit data, semakin mudah penanganannya. Ketika data masih sedikit, peneliti harus segera menggarap data tersebut.

Objek penelitian ini ialah teks pemberitaan kasus korupsi Hambalang pada HU Pikiran

Rakyat, sehingga data akan dianalisis dengan menggunakan kerangka analisis Van Dijk (1998)

sebagai salah satu kerangka analisis wacana kritis (AWK). Penelitian akan fokus menggunakan analisis struktur makro (macrostructure).

3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data

Sumber data untuk penelitian ini ialah empat teks berita utama (headline) halaman 1 terpilih pada Harian Umum Pikiran Rakyat yang berkaitan dengan wacana pemberitaan Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus korupsi Hambalang pada rentang terbitan November 2013 sampai dengan Januari 2014. Koran terbitan tanggal-tanggal tersebut dipilih karena pada saat itulah kasus korupsi Hambalang menyita perhatian masyarakat. Beritanya terus dimuat di berbagai media, termasuk media cetak.


(25)

38

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sumber data ditelusuri untuk memilah teks dengan karakter yang spesifik mengulas Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono pada pemberitaan kasus korupsi Hambalang dalam wacana atau pemberitaan Harian Umum Pikiran Rakyat. Teks yang dipilih ialah berita yang bersifat konfliktual antara Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, nama kedua tokoh yang berseberangan secara politik itu disebut secara eksplisit dan dalam intensitas yang memadai. Teks-teks tersebut kemudian dipisahkan dan digunakan sebagai data penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah (a) data primer dan (b) data sekunder. Data primer yang dimaksud ialah teks-teks berita yang digunakan sebagai sampel penelitian, sedangkan data sekunder ialah penelitian kepustakaan dengan cara mempelajari literatur dan berbagai sumber bacaan yang mendukung penelitian ini.

Batasan penelitian ini didasarkan pada tujuan penelitian yang telah disebutkan pada Bab I. Penelitian ini merupakan analisis yang didasarkan pada prinsip-prinsip Analisis Wacana Kritis. Penelitian berfokus pada representasi pihak-pihak serta ideologi dalam kasus korupsi Hambalang di HU Pikiran Rakyat.

Penelitian ini menggunakan purposive sampling yang didasarkan pada karakteristik utama populasi yang memiliki kesamaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah sampel yang hanya memenuhi kriteria tertentu. Populasi penelitian ini ialah teks dalam pemberitaan HU Pikiran Rakyat yang berkaitan dengan kasus korupsi Hambalang, terutama menyangkut Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Untuk mendapat keterwakilan, teks yang digunakan sebagai data berjumlah empat berita halaman 1 terpilih. Teks-teks tersebut ialah naskah berita yang diterbitkan antara November 2013 sampai dengan Januari 2014. Secara purposive, rentang waktu tersebut dipilih karena pada rentang itu pemberitaan soal kasus korupsi Hambalang tengah menjadi pusat perhatian masyarakat luas. Semua teks digunakan dengan pertimbangan bahwa obyek analisis penelitian ialah HU Pikiran Rakyat secara kelembagaan. Dengan menggunakan semua teks, generalisasi pemberitaan HU Pikiran Rakyat secara kelembagaan akan memenuhi syarat keterwakilan.


(26)

39

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Data tentang judul-judul berita tersebut bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Judul Berita yang Diteliti

No. Judul Berita Tanggal Terbit

1 Anas (Menolak) Ditahan Sabtu, 11 Januari 2014

2 Buktikan Ucapanmu, Anas! Senin, 13 Januari 2014

3 Selidiki Keterlibatan Ibas! Jumat, 15 November 2013

4 Segera Periksa Ibas! Rabu, 15 Januari 2014

3.4 Analisis Data

Karena penelitian ini akan mengkaji pemberitaan dalam Harian Umum Pikiran Rakyat, data dianalisis dengan menggunakan analisis struktur makro yang dikemukakan oleh Van Dijk sebagai salah satu kerangka AWK. Analisis struktur makro akan menitikberatkan pada penentuan topik utama.

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan kerangka analisis wacana kritis (AWK) yang dikembangkan Teun Adrianus van Dijk. Dia menggambarkan teks dalam tiga tingkat: struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Dalam penelitian ini, yang dimaksud struktur makro ialah makna umum teks yang dapat dipahami dengan membaca topik atau tema. Superstruktur ialah kerangka teks atau bagaimana struktur dan elemen wacana dibangun. Sementara struktur mikro ialah makna wacana yang dapat diperiksa dengan menganalisis bagian-bagian pembangun wacana. Penelitian ini hanya difokuskan pada analisis struktur makro (macrostructure).


(27)

40

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Prosedur analisis data menyesuaikan dengan tujuan utama penelitian, yakni bag aimana HU

Pikiran Rakyat menggambarkan para tokoh (pelaku) dan ideologi apa yang mendasari hal

tersebut.

Metode penelitian ini bertumpu pada kerangka kerja analisis wacana kritis (AWK). Analisis wacana kritis merupakan bagian dari tradisi linguistik kritis yang digambarkan oleh Fowler (1991) sebagai upaya mengkaji struktur linguistik secara terperinci dalam situasi sosial dari teks. Oleh karena itu, dapat diketahui pola nilai dan keyakinan yang terefleksikan melalui bahasa yang digunakan.

AWK menunjukkan bagaimana praktik sosial memengaruhi pilihan elemen-elemen linguistik dan bagaimana pilihan-pilihan tersebut memberikan pengaruh, baik kepada struktur maupun kepada struktur sosial. Sebagai metode, AWK mengkaji peran wacana dalam memproduksi situasi dan konteks pandangan sosial (Van Dijk, 1998).

Karena berupaya mengungkap karakteristik bahasa, penelitian ini akan menggunakan kerangka analitis Van Dijk (1998) untuk AWK. Analisis struktur makro dan mikro terhadap data adalah sebagai berikut:

Struktur makro : topikalisasi (tema-rema)

Struktur mikro : semantik degree of detail, evidentiality, dsb. sintaksis pronomina, susunan kalimat, dsb.

tata bahasa nominalisasi, dsb. leksikalisasi pilihan kata, dsb.

Kemudian langkah tersebut diikuti oleh deskripsi atas temuan sebelum akhirnya dirumuskan dalam suatu simpulan.

Contoh Analisis Berita

1. Pada halaman 1 ”PR” Rabu, 15 Januari 2014 dimuat berita


(28)

41

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

JAKARTA, (PR).-

Komisi Pemberantasan Korupsi dituding telah melakukan diskriminasi dalam penanganan kasus korupsi proyek Hambalang. Salah satu buktinya, KPK tak kunjung memeriksa Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas.

- Pada HL halaman 1 ”PR” Senin, 13 Januari 2014 terdapat

berita berjudul ”Buktikan Ucapanmu, Anas!”

- Pada HL halaman 1 ”PR” Sabtu, 11 Januari 2014 terdapat


(29)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tahap-tahap akhir dari penelitian ini, yakni simpulan dan saran.

5.1 Simpulan

Penelitian ini mengeksplorasi representasi sebuah kasus dalam pemberitaan media massa. Secara spesifik, penelitian ini mengkaji dua permasalahan, yakni bagaimana HU Pikiran Rakyat merepresentasikan Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus korupsi Hambalang, serta ideologi apa yang ada di balik pemberitaan tersebut.

Ditemukan bahwa Pikiran Rakyat merepresentasikan Anas Urbaningrum lebih negatif dibandingkan dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Koran terbesar di Jawa Barat ini lebih banyak mengeksplorasi tindak verbal Anas yang banyak mengungkapkan kekecewaannya

terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ”musuh politik”-nya. Saat mengungkapkan kekecewaan-kekecewaan itu, Anas juga menunjukkan sikap-sikap yang tidak akomodatif terhadap aturan hukum dan etika. Secara hukum, misalnya dia menolak menandatangani surat penahanan yang sudah ditandatangani Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad. Itu representasi dari sikap melawan terhadap aturan hukum. Dia merasa tidak bersalah. Dia menganggap semuanya bagian dari ”skenario” Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak ”sreg”

dengan dirinya. Hal itu tecermin dari sikap Anas yang ”berterima kasih” kepada Susilo Bambang

Yudhoyono atas penahanan tersebut. Itu merupakan sindiran atau sinisme kepada Yudhoyono. Dari segi etika, Anas juga menunjukkan sebutan atau sikap yang tidak simpatik terhadap Susilo Bambang Yudhoyono yang usianya jauh lebih tua, apalagi Yudhoyono seorang presiden. Anas

sering menyebut ”Sengkuni” yang dipercaya merujuk ke Yudhoyono. Itu sangat pedas karena Sengkuni adalah tokoh dalam dunia pewayangan yang licik dan jahat. Untuk menunjukkan kebencian atau sindirannya terhadap Yudhoyono, Anas juga menulis status di Blackberry

Messenger, yang juga dikutip oleh Pikiran Rakyat, dengan bunyi: ”Nabok Nyilih Tangan”


(30)

58

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Yudhoyono yang ”memukul” dirinya dengan menggunakan ”tangan” Komisi Pemberantasan

Korupsi. Saat diminta mundur oleh Susilo Bambang Yudhoyono, Anas memasang status ”Politik

Para Sengkuni” yang sangat tendensius terhadap Yudhoyono.

Kalau dipaparkan dari data yang diperoleh dan dianalisis dari empat teks berita, Anas Urbaningrum direpresentasikan secara negatif sebanyak 68 kali atau sebesar 25,22 persen. Pada teks 1, Anas direpresentasikan secara negatif sebanyak 10 kali, pada teks 2 sebanyak 39 kali, dan pada teks 3 sebanyak 9 kali. Sementara pada teks 3, Anas sama sekali tidak direpresentasikan secara negatif.

Untuk representasi netral, pada teks 1 Anas mendapat 34 kali. Pada teks 2, Anas 23 kali direpresentasikan secara negatif, pada teks 3 sebanyak 41 kali, dan pada teks 4 sebanyak 37 kali. Total, 133 kali atau sebesar 58,69 persen dari keseluruhan teks.

Untuk representasi positif, Anas mendapat angka total 37 kali atau 16,09 persen dari teks keseluruhan. Angka itu diperoleh dari teks 1 sebanyak 12 kali, teks 2 sebanyak 10 kali, teks 3 sebanyak 2 kali, dan teks 4 sebanyak 13 kali.

Susilo Bambang Yudhoyono sendiri tak satu pun direpresentasikan positif karena berita bersumber dari lawan-lawan politiknya, dalam hal ini (kubu) Anas Urbaningrum. Sementara untuk representasi negatif, Yudhoyono mendapat 13 kali atau 6,52 persen dari keseluruhan teks. Pada teks 1, tak ada representasi negatif untuk Yudhoyono. Representasi negatif untuk Yudhoyono cukup banyak pada teks 2, yakni 13 kali. Pada teks 3 dan teks 4 masing-masing 1 kali. Untuk representasi netral, pada teks 1 sebanyak 34 kali, pada teks 2 sebanyak 23 kali, pada teks 3 sebanyak 41 kali, dan pada teks 4 sebanyak 37 kali. Total 135 kali atau 58,69 persen dari keseluruhan teks. Representasi negatif untuk Susilo Bambang Yudhoyono lebih banyak berasal dari pernyataan kubu Anas yang dikutip oleh Pikiran Rakyat, baik dalam kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.

Dari pandangan ideologi, Pikiran Rakyat menunjukkan keberpihakan kepada rakyat yang sangat muak dengan tindakan para koruptor. Dengan kondisi seperti itu, Pikiran Rakyat berharap mendapat tempat tersendiri di mata rakyat yang disengsarakan oleh tindakan para koruptor di


(31)

59

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

negeri ini. Pemosisian (positioning) seperti ini sudah diambil oleh Pikiran Rakyat. Hal itu sudah

sesuai dengan moto kebanggaan ”Dari Rakyat – Oleh Rakyat –Untuk Rakyat” yang disimpan di

bawah nama ”Pikiran Rakyat”.

Keberpihakan terhadap rakyat dianggap tidak bertolak belakang dengan prinsip ”sineger

tengah” (berada di tengah) karena konteksnya berbeda. Prinsip ”sineger tengah” diterapkan

dalam konteks kontestasi politik. Sementara keberpihakan kepada rakyat dianggap sebagai sikap yang senada dengan moto Pikiran Rakyat.

Pikiran Rakyat juga menerapkan ideologi konsumerisme (aspek ekonomi) demi kelangsungan usahanya. Koran terbesar di Jawa Barat ini akan selalu menyajikan berita-berita dengan format yang disukai masyarakat. Dengan mendapat tempat di masyarakat, Pikiran Rakyat akan selalu diminati oleh masyarakat luas dan tetap hidup karena koran beroplah besar selalu menjadi buruan para pemasang iklan, termasuk perusahaan pemasang iklan kelas kakap. Perusahaan-perusahaan seperti itu berkontribusi besar bagi pemasukan Pikiran Rakyat yang pada akhirnya bisa menopang keberlanjutan kehidupan perusahaan dan kesejahteraan para karyawannya.

Untuk mendukung kemajuan perusahaan, Pikiran Rakyat juga menerapkan ideologi nonkonservatif, atau ideologi modern, yang ditandai adanya inovasi yang tiada henti untuk memuaskan para pembacanya, dari berbagai kalangan. Bila berideologi konservatif dalam pemberitaan, koran akan ditinggalkan pembaca. Sikap dan ideologi modern akan selalu menuntut adanya inovasi. Dalam media cetak (koran), inovasi itu bisa menyangkut isi (konten), jenis kertas, jenis huruf dalam teks, tata letak, tata warna, tipografi untuk judul, dan cara penyusunan berita.

Penelitian ini diharapkan berkontribusi bagi khalayak tentang cara penyusunan berita, selain menjadikan masyarakat memahami pola penyajian berita yang dipilih oleh suatu media.


(32)

60

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

5.2 Saran

Berdasarkan pelaksanaan studi ini, diajukan beberapa saran, baik yang bersifat teoretis (terutama untuk studi lanjutan) maupun yang bersifat implikatif untuk berbagai pihak yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kesadaran atas praktik-praktik berbahasa dalam masyarakat.

Studi ini dilaksanakan dalam ruang lingkup yang terbatas. Untuk itu, diajukan saran untuk studi lanjutan. Kajian representasi dalam penelitian ini dibatasi pada aspek struktur makro (macrostructure). Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi representasi dengan melibatkan aspek lainnya, yakni struktur mikro (microstructure). Penelitian ini berfokus pada sebuah lembaga pemberitaan, yakni HU Pikiran Rakyat. Untuk studi selanjutnya ada baiknya bila penelitian dilakukan pada beberapa koran sekaligus.

Selanjutnya, diajukan beberapa saran bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Pertama, bagi Pikiran Rakyat agar hasil penelitian bisa bermanfaat untuk penajaman pengungkapan tokoh dalam pemberitaan melalui penyajian kalimat demi kalimat atau unsur kebahasaan lainnya.

Representasi menyangkut seorang tokoh atau sumber berita secara tepat juga akan menambah daya tarik suatu berita yang disajikan. Pada gilirannya, dengan hadirnya berita-berita yang menarik, Pikiran Rakyat akan selalu dicintai dan diminati oleh masyarakat luas.

Sementara bagi para pembaca yang semakin kritis, kiranya hasil penelitian ini bisa memberi perspektif atau cara pandang baru tentang penyajian berita di media cetak. Dengan pemahaman yang lebih baik soal representasi tokoh dalam pemberitaan, kiranya para pembaca dapat memahami suatu peristiwa secara lebih utuh.


(33)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C. 2009. Pokoknya Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang dan

Melakukan Penelitian Kualitatif (Cet. Ke-5). Jakarta: Pustaka Jaya.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek – Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Duveen, G. And Lloyd, B. 1986. The significance of social identities. British

Journal of Social Psychology, 25, 219-230.

Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS.

Eriyanto. 2003. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Fiske, J. 1987. Television Culture. London dan New York: Routledge.

Fiske, J. 1990. Introduction to Communication Studies, Second Edition. London dan New York: Routledge.

Fairclough, N. and Wodak, Ruth.1997. Critical Discourse Analysis. In T.A. van Dijk (ed). Discourse as Social Interaction. London: Sage.

Fairclough, Norman.1989. Language and Power. London: Longman Group UK Limited.

Fairclough, Norman. 2004. Global Capitalism and Awareness of Language. Available : online: http://www.schools.ash.org.au/litweb/norman1.html

[akses 23 Mei 2014]

Guba, Egon G. and Yvona S. Lincoln. 1981. Effective Evaluation: Improving the

Usefulness of Evaluation Results Through Responsive and Naturalistic Approaches. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

Hall, S. 1997. Representation: cultural representations and signifying practices. London: Sage.

Halliday, M.A.K. 1994. An Introduction to Functional Grammar (2nd edition).

London dan New York: Routledge.

Hobday, J. 2006. The Myths That Bind Us: A Critical Discourse Analysis of

Canada: A People’s History. Tesis pada the Department of Educational Foundations, University of Saskatchewan, Saskatoon.


(34)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Howarth, C. 2006. A social representation is not a quiet thing: Exploring the critical potential of social representations theory. British Journal of

Social Psychology, 45, 65-86.

Howarth, C. 2011. Representations, identity and resistance in communication. London: LSE Research Online.

Jovchelovitch, S. 2001. Social representations, public life and social construction. London: LSE Research Online.

Kaplan, Robert. 1990. ”Concluding Essay: On Applied Linguistics and

Discourse Analysis,” (ed) In Robert Kaplan, Annual Review of Applied Linguistics, Vol. II.

Kaewtipayanate, B. 2008. Peace Journalism and the Tak Bai Incident: the case of

the Bangkok Post’s and the Nation’s coverage on the Southern conflict in Thailand. Tesis pada Department of Humanities, Orebro University.

Kress, Gunter. 1990. ”Critical Discourse Analysis,” Robert Kaplan, ed.,

Annual Review of Applied Linguistics, II. Available at

http://www.discourse-in-society.org/html [akses 23 Mei 2014]

Li, Y.P. 2007. “The Hidden Power of the Language in Web-news Headlines,” dalam US-China Foreign Language, Mar. 2007, Volume 5, No. 3 (Serial No.42). (1-7)

Lull, J. 1998, Media Komunikasi Kebudayaan, Suatu Pendekatan Global. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Markova, I. 2000 Amedee or How to get rid of it: Social Representations from a dialogical perspective. Culture and Psychology, 6 (94), pp. 419-460. Moscovici, S. 2000. Social Representations. Cambridge: Polity.

Pavlidou, T,S. 2000. Telephone conversations in Greek and German: Attending to the relationship aspects of communication. In H. Spencer-Oatley (Ed)

Culturally Speaking: Managing rapport through talk across cultures

(pp. 121-140) London: Continuum.

Painter, D. 2008. The voice devoid of any accent: Language, Subjectivity and Social Psychology. Subjectivity, 23, pp. 174-187.

Potter, Jonathan and Ian Litton. 1985. Some problems underlying the theory of

social representations. The British Psychological Society.


(35)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Richardson, J.E. 2007. Analysing Newspaper: an Approach from Critical

Discourse Analysis. New York: Palgrave MacMillan.

Salim, Peter. 2001. Advanced English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English Press.

Skegg, B. 1997. Formations of Class and Gender: Becoming Respectable. London: Sage.

Tracy, K. 2002. Everyday Talk: Building and Reflecting Identities. New York: The Guildford Press.

Van Dijk, T.A. 1980. Macrostructures, An Interdisciplinary Study of Global

Structures in Discourse, Interaction, and Cognition. Hillsdale, New

Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Van Dijk, T.A. 1995. Opinion and Ideologies in Editorials. A paper in The 4th

International Symposium of Critical Discourse Analysis, Athens (1995)

available at http://www.discourse-in-society.org/teun.html [akses 23 Mei 2014]

Van Dijk, T.A. 1996. Opinions and Ideologies in Editorials.

Tersedia:http://www.discourse-in-society.org/editoria.htm [akses 23 Mei 2015]

Van Dijk, T.A. 2008. Discourse and Context: A Sociocognitive Approach. Cambridge: Cambridge University Press.

Wodak, R. 2004. “Critical Discourse Analysis”, dalam Searle, C., dkk. Qualitative Research Practice. London: Sage.

Wodak, R. dan Meyer, M. 2009. “Critical Discourse Analysis: History, Agenda, Theory and Methodology,” dalam Wodak, R. dan Meyer, M (eds.). Methods of Critical Discourse Analysis. London, New Delhi, Thousand

Oaks, dan Singapore: Sage Publications.

Zifana, Mahardhika. 2011. Representasi Pihak Pro dan Kontra Pemilihan

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Pemberitaan Harian Umum Media Indonesia. Bandung: Tesis, UPI.


(1)

58

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Yudhoyono yang ”memukul” dirinya dengan menggunakan ”tangan” Komisi Pemberantasan Korupsi. Saat diminta mundur oleh Susilo Bambang Yudhoyono, Anas memasang status ”Politik Para Sengkuni” yang sangat tendensius terhadap Yudhoyono.

Kalau dipaparkan dari data yang diperoleh dan dianalisis dari empat teks berita, Anas Urbaningrum direpresentasikan secara negatif sebanyak 68 kali atau sebesar 25,22 persen. Pada teks 1, Anas direpresentasikan secara negatif sebanyak 10 kali, pada teks 2 sebanyak 39 kali, dan pada teks 3 sebanyak 9 kali. Sementara pada teks 3, Anas sama sekali tidak direpresentasikan secara negatif.

Untuk representasi netral, pada teks 1 Anas mendapat 34 kali. Pada teks 2, Anas 23 kali direpresentasikan secara negatif, pada teks 3 sebanyak 41 kali, dan pada teks 4 sebanyak 37 kali. Total, 133 kali atau sebesar 58,69 persen dari keseluruhan teks.

Untuk representasi positif, Anas mendapat angka total 37 kali atau 16,09 persen dari teks keseluruhan. Angka itu diperoleh dari teks 1 sebanyak 12 kali, teks 2 sebanyak 10 kali, teks 3 sebanyak 2 kali, dan teks 4 sebanyak 13 kali.

Susilo Bambang Yudhoyono sendiri tak satu pun direpresentasikan positif karena berita bersumber dari lawan-lawan politiknya, dalam hal ini (kubu) Anas Urbaningrum. Sementara untuk representasi negatif, Yudhoyono mendapat 13 kali atau 6,52 persen dari keseluruhan teks. Pada teks 1, tak ada representasi negatif untuk Yudhoyono. Representasi negatif untuk Yudhoyono cukup banyak pada teks 2, yakni 13 kali. Pada teks 3 dan teks 4 masing-masing 1 kali. Untuk representasi netral, pada teks 1 sebanyak 34 kali, pada teks 2 sebanyak 23 kali, pada teks 3 sebanyak 41 kali, dan pada teks 4 sebanyak 37 kali. Total 135 kali atau 58,69 persen dari keseluruhan teks. Representasi negatif untuk Susilo Bambang Yudhoyono lebih banyak berasal dari pernyataan kubu Anas yang dikutip oleh Pikiran Rakyat, baik dalam kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.

Dari pandangan ideologi, Pikiran Rakyat menunjukkan keberpihakan kepada rakyat yang sangat muak dengan tindakan para koruptor. Dengan kondisi seperti itu, Pikiran Rakyat berharap mendapat tempat tersendiri di mata rakyat yang disengsarakan oleh tindakan para koruptor di


(2)

59

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

negeri ini. Pemosisian (positioning) seperti ini sudah diambil oleh Pikiran Rakyat. Hal itu sudah sesuai dengan moto kebanggaan ”Dari Rakyat – Oleh Rakyat –Untuk Rakyat” yang disimpan di bawah nama ”Pikiran Rakyat”.

Keberpihakan terhadap rakyat dianggap tidak bertolak belakang dengan prinsip ”sineger tengah” (berada di tengah) karena konteksnya berbeda. Prinsip ”sineger tengah” diterapkan dalam konteks kontestasi politik. Sementara keberpihakan kepada rakyat dianggap sebagai sikap yang senada dengan moto Pikiran Rakyat.

Pikiran Rakyat juga menerapkan ideologi konsumerisme (aspek ekonomi) demi kelangsungan usahanya. Koran terbesar di Jawa Barat ini akan selalu menyajikan berita-berita dengan format yang disukai masyarakat. Dengan mendapat tempat di masyarakat, Pikiran Rakyat akan selalu diminati oleh masyarakat luas dan tetap hidup karena koran beroplah besar selalu menjadi buruan para pemasang iklan, termasuk perusahaan pemasang iklan kelas kakap. Perusahaan-perusahaan seperti itu berkontribusi besar bagi pemasukan Pikiran Rakyat yang pada akhirnya bisa menopang keberlanjutan kehidupan perusahaan dan kesejahteraan para karyawannya.

Untuk mendukung kemajuan perusahaan, Pikiran Rakyat juga menerapkan ideologi nonkonservatif, atau ideologi modern, yang ditandai adanya inovasi yang tiada henti untuk memuaskan para pembacanya, dari berbagai kalangan. Bila berideologi konservatif dalam pemberitaan, koran akan ditinggalkan pembaca. Sikap dan ideologi modern akan selalu menuntut adanya inovasi. Dalam media cetak (koran), inovasi itu bisa menyangkut isi (konten), jenis kertas, jenis huruf dalam teks, tata letak, tata warna, tipografi untuk judul, dan cara penyusunan berita.

Penelitian ini diharapkan berkontribusi bagi khalayak tentang cara penyusunan berita, selain menjadikan masyarakat memahami pola penyajian berita yang dipilih oleh suatu media.


(3)

60

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu 5.2 Saran

Berdasarkan pelaksanaan studi ini, diajukan beberapa saran, baik yang bersifat teoretis (terutama untuk studi lanjutan) maupun yang bersifat implikatif untuk berbagai pihak yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kesadaran atas praktik-praktik berbahasa dalam masyarakat.

Studi ini dilaksanakan dalam ruang lingkup yang terbatas. Untuk itu, diajukan saran untuk studi lanjutan. Kajian representasi dalam penelitian ini dibatasi pada aspek struktur makro (macrostructure). Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi representasi dengan melibatkan aspek lainnya, yakni struktur mikro (microstructure). Penelitian ini berfokus pada sebuah lembaga pemberitaan, yakni HU Pikiran Rakyat. Untuk studi selanjutnya ada baiknya bila penelitian dilakukan pada beberapa koran sekaligus.

Selanjutnya, diajukan beberapa saran bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Pertama, bagi Pikiran Rakyat agar hasil penelitian bisa bermanfaat untuk penajaman pengungkapan tokoh dalam pemberitaan melalui penyajian kalimat demi kalimat atau unsur kebahasaan lainnya.

Representasi menyangkut seorang tokoh atau sumber berita secara tepat juga akan menambah daya tarik suatu berita yang disajikan. Pada gilirannya, dengan hadirnya berita-berita yang menarik, Pikiran Rakyat akan selalu dicintai dan diminati oleh masyarakat luas.

Sementara bagi para pembaca yang semakin kritis, kiranya hasil penelitian ini bisa memberi perspektif atau cara pandang baru tentang penyajian berita di media cetak. Dengan pemahaman yang lebih baik soal representasi tokoh dalam pemberitaan, kiranya para pembaca dapat memahami suatu peristiwa secara lebih utuh.


(4)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C. 2009. Pokoknya Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang dan

Melakukan Penelitian Kualitatif (Cet. Ke-5). Jakarta: Pustaka Jaya.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek – Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Duveen, G. And Lloyd, B. 1986. The significance of social identities. British

Journal of Social Psychology, 25, 219-230.

Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS.

Eriyanto. 2003. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Fiske, J. 1987. Television Culture. London dan New York: Routledge.

Fiske, J. 1990. Introduction to Communication Studies, Second Edition. London dan New York: Routledge.

Fairclough, N. and Wodak, Ruth.1997. Critical Discourse Analysis. In T.A. van Dijk (ed). Discourse as Social Interaction. London: Sage.

Fairclough, Norman.1989. Language and Power. London: Longman Group UK Limited.

Fairclough, Norman. 2004. Global Capitalism and Awareness of Language. Available : online: http://www.schools.ash.org.au/litweb/norman1.html

[akses 23 Mei 2014]

Guba, Egon G. and Yvona S. Lincoln. 1981. Effective Evaluation: Improving the

Usefulness of Evaluation Results Through Responsive and Naturalistic Approaches. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

Hall, S. 1997. Representation: cultural representations and signifying practices. London: Sage.

Halliday, M.A.K. 1994. An Introduction to Functional Grammar (2nd edition).

London dan New York: Routledge.

Hobday, J. 2006. The Myths That Bind Us: A Critical Discourse Analysis of

Canada: A People’s History. Tesis pada the Department of Educational Foundations, University of Saskatchewan, Saskatoon.


(5)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Howarth, C. 2006. A social representation is not a quiet thing: Exploring the critical potential of social representations theory. British Journal of

Social Psychology, 45, 65-86.

Howarth, C. 2011. Representations, identity and resistance in communication. London: LSE Research Online.

Jovchelovitch, S. 2001. Social representations, public life and social construction. London: LSE Research Online.

Kaplan, Robert. 1990. ”Concluding Essay: On Applied Linguistics and

Discourse Analysis,” (ed) In Robert Kaplan, Annual Review of Applied Linguistics, Vol. II.

Kaewtipayanate, B. 2008. Peace Journalism and the Tak Bai Incident: the case of

the Bangkok Post’s and the Nation’s coverage on the Southern conflict in Thailand. Tesis pada Department of Humanities, Orebro University.

Kress, Gunter. 1990. ”Critical Discourse Analysis,” Robert Kaplan, ed.,

Annual Review of Applied Linguistics, II. Available at

http://www.discourse-in-society.org/html [akses 23 Mei 2014]

Li, Y.P. 2007. “The Hidden Power of the Language in Web-news Headlines,”

dalam US-China Foreign Language, Mar. 2007, Volume 5, No. 3 (Serial No.42). (1-7)

Lull, J. 1998, Media Komunikasi Kebudayaan, Suatu Pendekatan Global. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Markova, I. 2000 Amedee or How to get rid of it: Social Representations from a dialogical perspective. Culture and Psychology, 6 (94), pp. 419-460. Moscovici, S. 2000. Social Representations. Cambridge: Polity.

Pavlidou, T,S. 2000. Telephone conversations in Greek and German: Attending to the relationship aspects of communication. In H. Spencer-Oatley (Ed)

Culturally Speaking: Managing rapport through talk across cultures

(pp. 121-140) London: Continuum.

Painter, D. 2008. The voice devoid of any accent: Language, Subjectivity and Social Psychology. Subjectivity, 23, pp. 174-187.

Potter, Jonathan and Ian Litton. 1985. Some problems underlying the theory of

social representations. The British Psychological Society.


(6)

Imam Jahrudin Priyanto, 2014

Representasi anas urbaningrum dan Susilo bambang yudhoyono

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Richardson, J.E. 2007. Analysing Newspaper: an Approach from Critical

Discourse Analysis. New York: Palgrave MacMillan.

Salim, Peter. 2001. Advanced English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English Press.

Skegg, B. 1997. Formations of Class and Gender: Becoming Respectable. London: Sage.

Tracy, K. 2002. Everyday Talk: Building and Reflecting Identities. New York: The Guildford Press.

Van Dijk, T.A. 1980. Macrostructures, An Interdisciplinary Study of Global

Structures in Discourse, Interaction, and Cognition. Hillsdale, New

Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Van Dijk, T.A. 1995. Opinion and Ideologies in Editorials. A paper in The 4th

International Symposium of Critical Discourse Analysis, Athens (1995)

available at http://www.discourse-in-society.org/teun.html [akses 23 Mei 2014]

Van Dijk, T.A. 1996. Opinions and Ideologies in Editorials.

Tersedia:http://www.discourse-in-society.org/editoria.htm [akses 23 Mei 2015]

Van Dijk, T.A. 2008. Discourse and Context: A Sociocognitive Approach. Cambridge: Cambridge University Press.

Wodak, R. 2004. “Critical Discourse Analysis”, dalam Searle, C., dkk. Qualitative Research Practice. London: Sage.

Wodak, R. dan Meyer, M. 2009. “Critical Discourse Analysis: History, Agenda, Theory and Methodology,” dalam Wodak, R. dan Meyer, M (eds.).

Methods of Critical Discourse Analysis. London, New Delhi, Thousand

Oaks, dan Singapore: Sage Publications.

Zifana, Mahardhika. 2011. Representasi Pihak Pro dan Kontra Pemilihan

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Pemberitaan Harian Umum Media Indonesia. Bandung: Tesis, UPI.


Dokumen yang terkait

Pertarungan Wacana Dalam Pemberitaan Anas Urbaningrum vs Susilo Bambang Yudhoyono di Harian Kompas

0 56 124

Persepsi Masyarakat Terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (Suatu Penelitian Deskriptif Kuantitatif di Desa Sukaraja Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Propinsi Aceh)

0 25 94

PENDAHULUAN CITRA KEPEMIMPINAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO SEBAGAI PEMIMPIN POLITIK YANG EFEKTIF (Studi Analisis Isi Pemberitaan Surat Kabar Harian Kompas dan Tempo tentang Citra Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Pemimpin Politik yang Efektif dal

0 3 68

PENUTUP CITRA KEPEMIMPINAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO SEBAGAI PEMIMPIN POLITIK YANG EFEKTIF (Studi Analisis Isi Pemberitaan Surat Kabar Harian Kompas dan Tempo tentang Citra Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Pemimpin Politik yang Efektif dalam P

0 3 22

KUASA HARIAN AUSTRALIA THE AGE DAN SYDNEY MORNING HERALD TERHADAP PEMBERITAAN KASUS DUGAAN KORUPSI PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO: ANALISIS WACANA KRITIS.

0 0 6

PEMBERITAAN PENETAPAN ANAS URBANINGRUM SEBAGAI TERSANGKA DI MEDIA (DALAM JARINGAN).

0 0 2

REPRESENTASI ANAS URBANINGRUM DAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM PEMBERITAAN KASUS HAMBALANG DI HARIAN UMUM PIKIRAN RAKYAT: ANALISIS STRUKTUR MAKRO - repository UPI T LIN 1201306 Title

0 0 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kritis - Pertarungan Wacana Dalam Pemberitaan Anas Urbaningrum vs Susilo Bambang Yudhoyono di Harian Kompas

0 1 17

Pertarungan Wacana Dalam Pemberitaan Anas Urbaningrum vs Susilo Bambang Yudhoyono di Harian Kompas

0 0 9

Pertarungan Wacana Dalam Pemberitaan Anas Urbaningrum vs Susilo Bambang Yudhoyono di Harian Kompas

0 0 11