Efek Pemberian Bayam Merah (Amaranthus gangeticus L.) Terhadap Kadar Kalsium Total Darah Pada Tikus Betina Galur Wistar.
ABSTRAK
EFEK PEMBERIAN BAYAM MERAH (Amaranthus gangeticus L.) TERHADAP KADAR KALSIUM TOTAL DARAH PADA TIKUS BETINA
GALUR WISTAR
Martin Prima, 2015, Pembimbing 1 : Dr. Diana K.Jasaputra, dr., M.Kes Pembimbing 2 : Adrian S., dr., Sp.PK, M.Kes
Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran bayi hidup. Kasus perdarahan merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu di Indonesia, yang berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi, seperti kalsium. Selain berpengaruh pada AKI, kurangnya asupan kalsium juga berperan penting pada proses osteoporosis. Bayam merah yang mengandung kalsium alami telah digunakan secara empiris sebagai asupan nutrisi yang aman. Tujuan penelitian ini adalah menilai efek bayam merah terhadap kalsium total darah dengan hewan coba tikus betina galur Wistar.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre-post test design. Data yang diukur adalah kadar kalsium total darah sebelum dan sesudah pemberian infusa bayam merah.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kadar kalsium total darah pada tikus betina galur Wistar, dengan nilai kalsium total rata-rata 8,12 mg/dL menjadi rata-rata 8,48 mg/dL. Analisis data dilakukan dengan uji “t” berpasangan didapatkan bahwa pemberian bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) pada tikus betina galur Wistar dapat meningkatkan kadar kalsium total dengan sangat signifikan secara statistik (p=0,000), yaitu sebesar 0,36 mg/dL.
Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bayam merah meningkatkan kadar kalsium total darah dengan hewan coba tikus betina galur Wistar.
(2)
v
Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
THE EFFECT OF RED AMARANTH (Amaranthus gangeticus L.) ON TOTAL CALCIUM BLOOD LEVEL IN FEMALE RATS WISTAR
Martin Prima, 2015, Tutor 1st : Dr. Diana K.Jasaputra, dr., M.Kes Tutor 2nd :Adrian S., dr., Sp.PK, M.Kes
Maternal mortality rate in Indonesia is the highest in the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), which reached 228 per 100,000 live births. Bleeding is one of the major causes of maternal mortality rate in Indonesia, which is associated with the inadequate intake of nutrients, such as calcium. Besides effect on MMR, inadequate intake of calcium also plays an important role in the process of osteoporosis. Red amaranth containing natural calcium has been used empirically as a safe nutritional intake. The purpose of this study was to assess the effect of red amaranth on total calcium blood level in Wistar female rats.
This study was an experimental pre-post test design. The data obtained was total calcium blood level before and after infused red amaranth treatment.
The result showed an increase in calcium blood levels in Wistar female rats, with an average value of total calcium 8.12 mg/dL to 8.48 mg/dL. Data analysis was performed with a paired “t” test was found that administration of red amaranth (Amaranthus ganeticus L.) in female Wistar rats can increase the levels of total calcium was highly statistically significant (p=0.000), that is 0.36 mg/dL.
The conclusion derived from the results of this study is red amaranth increase total calcium blood levels in Wistar female rats.
(3)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERSETUJUAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 2
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
1.5. Kerangka Penelitian dan Hipotesis Penelitian ... 3
1.5.1. Kerangka Penelitian ... 3
(4)
ix
Universitas Kristen Maranatha
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kalsium ... 5
2.1.1. Definisi ... 5
2.1.2. Regulasi Kalsium dalam Tubuh ... 5
2.1.2.1. Absorbsi Kalsium ... 5
2.1.2.2. Distribusi Kalsium ... 6
2.1.2.3. Ekskresi Kalsium ... 7
2.1.3. Fungsi Kalsium ... 8
2.1.3.1. Pembentukan Tulang ... 8
2.1.3.2. Pembentukan Gigi ... 8
2.1.3.3. Pembekuan Darah ... 9
2.1.3.4. Katalisator Reaksi Biologik ... 10
2.1.3.5. Kontraksi Otot ... 10
2.1.4. Kebutuhan Kalsium... 11
2.1.4.1. Defisiensi Kalsium ... 12
2.1.4.2. Toksisitas Kalsium ... 13
2.1.5. Sumber Kalsium ... 13
2.2. Bayam Merah ... 19
2.2.1. Deskripsi ... 19
2.2.1.1. Taksonomi ... 19
2.2.1.2. Sinonim ... 19
2.2.2. Penggunaan ... 20
(5)
BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan ... 22
3.1.1. Alat Penelitian ... 22
3.1.2. Bahan Penelitian ... 22
3.2. Hewan Coba ... 22
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
3.4. Metode Penelitian... 23
3.4.1. Desain Penelitian ... 23
3.4.2. Variabel Penelitian ... 23
3.4.3. Definisi Operasional Variabel ... 23
3.4.4. Perhitungan Besar Sampel ... 23
3.5. Prosedur Kerja ... 23
3.5.1. Persiapan Bahan Uji ... 23
3.5.2. Persiapan Hewan Coba ... 24
3.5.3. Pelaksanaan Penelitian ... 24
3.6. Metode Analisis ... 24
3.7. Aspek Etik Penelitian ... 25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 26
4.2. Pembahasan ... 27
(6)
xi
Universitas Kristen Maranatha
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ... 29
5.2. Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
LAMPIRAN ... 33
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Dietary ReferenceIntakes untuk Kalsium ... 12
Tabel 2.2 Kandungan Kalsium di Beberapa Sayuran ... 14
Tabel 2.3 Kandungan Kalsium dalam Susu dan Olahannya ... 15
Tabel 2.4 Kandungan Kalsium pada Serealia ... 15
Tabel 2.5 Kandungan Kalsium pada Umbi-umbian ... 16
Tabel 2.6 Kandungan Kalsium pada Biji-bijian dan Kacang-kacangan ... 16
Tabel 2.7 Kandungan Kalsium pada Buah-buahan ... 17
Tabel 2.8 Kandungan Kalsium pada Telur ... 17
Tabel 2.9 Kandungan Kalsium pada Ikan, Kerang, Udang dan Daging ... 18
Tabel 2.10 Kandungan Kalsium pada Bahan Makanan Lainnya ... 18
Tabel 2.11 Kandungan Gizi pada Bayam Merah dalam 100 gram ... 21
Tabel 4.1 Kadar Kalsium Total Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 26
(8)
xiii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Distribusi Kalsium ... 7
Gambar 2.2 Osifikasi ... 8
Gambar 2.3 Proses Pembekuan Darah Jalur Interinsik ... 9
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I ... 33
Lampiran II... 34
Lampiran III ... 35
Lampiran IV ... 36
(10)
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka kematian ibu adalah kematian pada saat ibu hamil atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi dan letak kehamilan, dari beberapa penyebab yang berhubungan dengan kehamilan dan penatalaksanaannya, tanpa ada kecelakaan dan insidentil (WHO, 2012). World Health Organization menyebutkan bahwa angka kematian ibu mencapai rasio 1:100.000 per kelahiran bayi hidup, dan setiap harinya ada sekitar 800 kematian ibu. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 Agung Laksono mengatakan bahwa angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran bayi hidup. Pendarahan dan infeksi merupakan penyebab utama tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Kasus pendarahan dan infeksi terjadi terutama pada ibu yang masih sangat muda yaitu 15-16 tahun dan melahirkan di tempat yang bukan instansi kesehatan, seperti rumah sakit atau puskesmas (SDKI, 2007).
Pendarahan yang terjadi pada persalinan berhubungan dengan asupan nutrisi, salah satunya adalah kalsium. Proses pembekuan darah diatur salah satunya oleh adanya faktor koagulasi. Kalsium memunyai peranan penting dalam aktivasi faktor-faktor koagulasi ini. Kalsium darah dalam tubuh, dibagi 3 komponen yaitu kalsium yang terikat protein sekitar 45%, kalsium yang menjadi kompleks inorganik sekitar 5%, dan kalsium bebas sekitar 50% dalam tubuh (Medscape, 2012). Kalsium bebas merupakan komponen kalsium yang aktif dalam metabolisme (Medscape, 2012). Kalsium merupakan nutrien yang penting untuk ibu hamil dan ibu menyusui. Pada masa gestasi, ibu hamil membutuhkan kurang lebih 30 gram kalsium (Kovacs, 2001). Pada trimester ketiga, ibu hamil membutuhkan kebutuhan kalsium paling banyak sekitar 80 % dari kebutuhan kalsium total di masa gestasi (Kovacs, 2001). Hal ini
(11)
disebabkan karena puncak pertumbuhan tulang janin terjadi pada trimester ketiga. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak di dalam tubuh, tetapi densitas tulang ibu hamil dan janin akan berkurang, jika tidak menjaga asupan kalsium (Raman, Rajalaskmi, Krishnamachari, & Sastry, 1978). Kalsium tidak hanya dapat membantu proses pembekuan darah, tetapi kalsium juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada ibu hamil, sehingga dapat bermanfaat dalam mencegah kasus preeklamsia/eklamsia (Belizán, et al., 1997). Mekanisme penurunan tekanan darah dipengaruhi oleh hormon paratiroid. Efek sekresi hormon paratiroid secara akut adalah vasodilatasi pembuluh darah. Hormon paratiroid disekresi pada kelenjar paratiroid sebagai respon berkurangnya kalsium tubuh (Guyton & Hall, 2011).
Kalsium tersedia dalam beberapa bentuk sediaan suplemen. Masa kehamilan merupakan masa yang rentan terhadap konsumsi obat-obatan. Terapi herbal menjadi salah satu solusi untuk mencukupi kebutuhan mikronutrien, karena sifatnya yang relatif aman. Bayam merah merupakan herbal yang telah dipercaya masyarakat secara empiris menjadi asupan yang aman dan bernutrisi (DeMaeyer, et al., 1989). Bayam merah mengandung mikronutrien yang tinggi, salah satunya adalah kalsium (Shukla, et al., 2006).
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah apakah bayam merah dapat menaikkan kadar kalsium total pada darah tikus betina galur Wistar.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah memperoleh obat komplementer dan nutrisi tambahan yang aman dikonsumsi serta tinggi kalsium. Dengan mengonsumsi nutrisi yang tinggi kalsium diharapkan dapat bermanfaat menekan risiko pendarahan pada
(12)
3
Universitas Kristen Maranatha
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai efek bayam merah terhadap kalsium total darah dengan hewan coba tikus betina galur Wistar.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat akademik penelitian ini adalah memberikan pengetahuan bagi masyarakat ilmiah mengenai kandungan kalsium yang terdapat pada bayam merah.
Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bayam merah sebagai nutrisi komplementer untuk meningkatkan kalsium darah.
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1. Kerangka Pemikiran
Pembekuan darah merupakan proses transformasi darah dari bersifat cair menjadi semisolid gel (Doohan, 2000). Proses ini membutuhkan trombin untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Kalsium berperan sebagai lem untuk menahan monomer-monomer fibrin membentuk polymeric fiber (Weisel & Litvinov, 2013). Proses pembekuan darah merupakan suatu proses fisiologis untuk mencegah kehilangan darah dari rupturnya pembuluh darah, dalam hal ini tubuh membentuk sumbat/bekuan. Proses ini terdiri dari 3 jalur yaitu ekstrinsik, intrinsik dan jalur bersama.
Pada jalur ekstrinsik, faktor VII akan menjadi bentuk aktif yaitu faktor VIIa, karena adanya kalsium (faktor IV) dan faktor jaringan (faktor III), yang dilepaskan oleh dinding pembuluh darah yang rusak. Faktor VIIa, kalsium, dan faktor III akan diperlukan untuk mengaktifkan faktor X menjadi Xa pada jalur bersama. Bentuk kompleks dari faktor VIIa dan faktor III akan mengaktifkan faktor IX menjadi IXa pada jalur intrinsik (Harmening, Escobar, & McGlasson, 2009).
Pada jalur intrinsik, aktivasi faktor XII dan XI diinisiasi oleh paparan dari substansi “asing” seperti kolagen, subendotelium, atau fosfolipid. Dengan adanya
(13)
faktor Fitzgerald (HMWK) dan faktor Fletcher (prekallikrein), faktor XIIa akan mengubah faktor XI menjadi XIa. Kalsium akan mengaktivasi faktor XIa, untuk mengubah faktor IX menjadi IXa. Adanya kalsium dan fosfolipid (PF3) membuat faktor XIa bersama dengan kofaktor VIII:C mengaktifkan faktor X, yang selanjutnya akan mengaktivasi trombin dan membentuk fibrin (Harmening, Escobar, & McGlasson, 2009).
Jalur bersama dimulai dari aktivasi faktor X dari jalur ekstrinsik, jalur intrinsik, atau keduanya bersamaan. Adanya faktor V, kalsium dan fosfolipid (PF3), akan membuat faktor Xa mengubah protrombin menjadi bentuk aktifnya yaitu trombin. Selanjutnya trombin akan membuat: feeds back aktif faktor VIII dan V, mengubah fibrinogen menjadi monomer fibrin, dan membantu stabilisasi fibrin dengan cara mengubah faktor XIII menjadi XIIIa. Polimer fibrin yang stabil selanjutnya akan membuat sumbat fibrin (Harmening, Escobar, & McGlasson, 2009).
Kalsium berperan penting pada ketiga jalur pembekuan darah. Asupan kalsium menjadi sangat penting untuk dipenuhi, terutama pada ibu hamil dalam persiapan melahirkan. Kebutuhan kalsium pada masa kehamilan harus dapat dipenuhi dengan pemilihan asupan makanan yang benar.
Pemilihan asupan makanan ibu hamil harus berhati-hati terutama pada trimester pertama. Bayam merah diyakini aman untuk ibu hamil. Selain aman, bayam merah juga terdapat mikronutrient yang diperlukan saat masa kehamilan, seperti kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium yang cukup diharapkan dapat mempercepat waktu pembekuan darah post-partum, sehingga tidak terjadi perdarahan yang berlebihan, dan dapat mencegah preeklamsia/eklamsia (Belizán, et al., 1997).
1.5.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis : bayam merah meningkatkan kadar kalsium total darah pada tikus betina galur Wistar.
(14)
29
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
• Bayam merah meningkatkan kadar kalsium total darah pada tikus betina galur Wistar.
5.2. Saran
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan untuk dilanjutkan dengan penelitian sebagai berikut :
• Penelitian mengenai dosis yang tepat untuk suplementasi bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) untuk meningkatkan kadar kalsium.
• Penelitian mengenai metode pembuatan sediaan bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) yang lebih efektif dan efisien untuk menghilangkan oksalat yang terkandung pada bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) dibandingkan dengan proses pengeringan.
(15)
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap : Martin Prima
NRP : 1110133
Tempat dan tanggal lahir : Bogor, 30 Maret 1993
Alamat : Perum Permata Palem Blok B, No. 8, Cirimekar, Kecamatan Cibinong, Bogor
Riwayat Pendidikan
a. SD Mardi Waluya Cibinong : Tahun 1999-2005 b. SMP Mardi Waluya Cibinong : Tahun 2005-2008 c. SMA Mardi Waluya Cibinong : Tahun 2008-2011 d. Mahasiswa Fakultas Kedokteran
(16)
THE EFFECT OF RED AMARANTH (Amaranthus gangeticus L.) ON TOTAL CALCIUM BLOOD LEVEL IN FEMALE RATS WISTAR
Martin Prima1, Diana Krisanti Jasaputra2, Adrian Suhendra3
1Faculty of Medicine, Maranatha Christian University
2Department of Pharmacology Faculty of Medicine, Maranatha Christian University
3Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine, Maranatha Christian University
ABSTRACT
Maternal mortality rate in Indonesia is the highest in the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), which reached 228 per 100,000 live births. Bleeding is one of the major causes of maternal mortality rate in Indonesia, which is associated with the inadequate intake of nutrients, such as calcium. Besides effect on MMR, inadequate intake of calcium also plays an important role in the process of osteoporosis. Red amaranth containing natural calcium has been used empirically as a safe nutritional intake. The purpose of this study was to assess the effect of red amaranth on total calcium blood level in Wistar female rats.
This study was an experimental pre-post test design. The data obtained was total calcium blood level before and after infused red amaranth treatment.
The result showed an increase in calcium blood levels in Wistar female rats, with an average
value of total calcium 8.12 mg/dL to 8.48 mg/dL. Data analysis was performed with a paired “t” test
was found that administration of red amaranth (Amaranthus ganeticus L.) in female Wistar rats
can increase the levels of total calcium was highly statistically significant (p=0.000), that is 0.36 mg/dL.
The conclusion derived from the results of this study is red amaranth increase total calcium blood levels in Wistar female rats.
(17)
EFEK PEMBERIAN BAYAM MERAH (Amaranthus gangeticus L.) TERHADAP KADAR KALSIUM TOTAL DARAH PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR
Diana Krisanti Jasaputra1, Adrian Suhendra2, Martin Prima3
1Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
2Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
3Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran bayi hidup. Kasus perdarahan merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu di Indonesia, yang berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi, seperti kalsium. Selain berpengaruh pada AKI, kurangnya asupan kalsium juga berperan penting pada proses osteoporosis. Bayam merah yang mengandung kalsium alami telah digunakan secara empiris sebagai asupan nutrisi yang aman. Tujuan penelitian ini adalah menilai efek bayam merah terhadap kalsium total darah dengan hewan coba tikus betina galur Wistar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre-post test design. Data yang diukur adalah kadar kalsium total darah sebelum dan sesudah pemberian infusa bayam merah.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kadar kalsium total darah pada tikus betina galur Wistar, dengan nilai kalsium total rata-rata 8,12 mg/dL menjadi rata-rata 8,48 mg/dL. Analisis data dilakukan dengan uji “t” berpasangan didapatkan bahwa pemberian bayam merah
(Amaranthus gangeticus L.) pada tikus betina galur Wistar dapat meningkatkan kadar kalsium total
dengan sangat signifikan secara statistik (p=0,000), yaitu sebesar 0,36 mg/dL.
Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bayam merah meningkatkan kadar kalsium total darah dengan hewan coba tikus betina galur Wistar.
Kata kunci : kalsium, kalsium total, bayam merah. PENDAHULUAN
Angka kematian ibu adalah kematian pada saat ibu hamil atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi dan letak kehamilan, dari beberapa penyebab yang berhubungan dengan kehamilan dan penatalaksanaannya, tanpa
1:100.000 per kelahiran bayi hidup, dan setiap harinya ada sekitar 800 kematian ibu. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 Agung Laksono mengatakan bahwa angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN), yaitu
(18)
Pendarahan yang terjadi pada persalinan berhubungan dengan asupan nutrisi, salah satunya adalah kalsium. Proses pembekuan darah diatur salah satunya oleh adanya faktor-faktor koagulasi. Kalsium memunyai peranan penting dalam aktivasi faktor-faktor koagulasi ini. Kalsium darah dalam tubuh, dibagi 3 komponen yaitu kalsium yang terikat protein sekitar 45%, kalsium yang menjadi kompleks inorganik sekitar 5%, dan kalsium bebas sekitar 50% dalam tubuh (2). Kalsium bebas merupakan komponen kalsium yang aktif dalam metabolisme (2). Kalsium merupakan nutrien yang penting untuk ibu hamil dan ibu menyusui. Pada masa gestasi, ibu hamil membutuhkan kurang lebih 30 gram kalsium (3). Pada trimester ketiga, ibu hamil membutuhkan kebutuhan kalsium paling banyak sekitar 80 % dari kebutuhan kalsium total di masa gestasi (3). Hal ini disebabkan karena puncak pertumbuhan tulang janin terjadi pada trimester ketiga. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak di dalam tubuh, tetapi densitas tulang ibu hamil dan janin akan berkurang, jika tidak menjaga asupan kalsium (4). Kalsium tidak hanya dapat membantu proses pembekuan darah, tetapi kalsium juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada ibu hamil, sehingga dapat bermanfaat dalam mencegah kasus preeklamsia/eklamsia (5).
Kalsium tersedia dalam beberapa bentuk sediaan suplemen. Masa kehamilan merupakan masa yang rentan terhadap konsumsi obat-obatan. Terapi herbal menjadi salah satu solusi untuk mencukupi kebutuhan mikronutrien, karena sifatnya
yang relatif aman. Bayam merah merupakan herbal yang telah dipercaya masyarakat secara empiris menjadi asupan yang aman dan bernutrisi (6). Bayam merah mengandung mikronutrien yang tinggi, salah satunya adalah kalsium (7).
BAHAN DAN CARA
Pada penelitian ini, bahan baku yang digunakan adalah bayam merah sediaan kering dengan cara mengeringkan menggunakan sinar matahari secara tidak langsung, lalu dimasukkan ke dalam oven pengeringan dengan suhu 40 0C. Sediaan kering tersebut dibuat infusa di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Subjek penelitian ini adalah tikus betina galur Wistar diadaptasikan dalam suasana laboratorium selama 7 hari. Tikus dipelihara dalam kandang yang berisi sekam padi, diberi makan pelet, dan minum air suling. Hewan coba tikus dilakukan pengamatan awal dan pengambilan darah di vena orbita. Darah tikus didiamkan selama 30 menit kemudian dilakukan sentrifugasi 1500 rpm selama 5 menit. Serum dipisahkan dari sel darah kemudian dimasukkan ke dalam tabung aliquot dan dibawa dalam termos es dengan suhu 2-8 0C ke Laboratorium Klinik
untuk diperiksa kadar kalsium total darah tikus.
Pengamatan akhir dan pengambilan data kadar kalsium total darah tikus, dilakukan dengan prosedur sama seperti pengamatan dan pengambilan data awal.
(19)
ANALISIS
Analisis data menggunakan “t” test
berpasangan, dengan α=0,05 , dan
kemaknaan berdasarkan p<0,05
menggunakan program komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian efek dari bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) pada tikus betina galur wistar adalah sebagai berikut
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata kadar kalsium total sebelum pemberian bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) adalah 8,12 mg/dL dan rata-rata kadar kalsium total setelah perlakuan pemberian bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) adalah 8.48 mg/dL.
Tabel 4.2 Hasil Uji “t” Tes Berpasangan N Correlation Sig. Post-Calcium
& Pre-Calcium 30 .853 .000 Pada tabel 4.2, hasil statistic uji “t” berpasangan didapatkan bahwa pemberian
statistik (p=0,000) yaitu sebesar 0,3516 mg/dL.
Pada penelitian ini, pemberian bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) dapat meningkatkan kadar kalsium total pada tikus. Penelitian ini didukung oleh penelitian dari Yadav SK dan Sehqal S. Yadav SK dan Sehqal S. meneliti bahwa pada proses pengeringan dan pemasakan, dapat meningkatkan ekstraksibilitas kalsium oleh HCl. Pada proses pengeringan dan pemasakan, kandungan oksalat dalam bayam merah akan hilang, sehingga proses ekstraksibilitas kalsium oleh HCL tidak terganggu. Hasil yang berbeda terdapat pada penelitian Torben Larsen, Shakuntala H. Thilsted, Sunil K. Biswas, dan Inge Tetens. Menurut penelitian Larsen et al, bayam merah mengurangi sediaan kalsium dan mengurangi fungsi retensi atau penghambatan penyerapan kalsium kembali di ginjal. Hal ini dapat disebabkan perbedaan metode penelitian dan pemrosesan sediaan bayam merah yang digunakan. Pada penelitian Larsen et al pemrosesan sediaan bayam merah hanya berupa pemasakan dengan cara tradisional dan pengeringan biasa dengan sinar matahari, sehingga kandungan oksalat tidak hilang. Oksalat yang terdapat pada bayam merah akan mengurangi kemampuan tubuh untuk absorbsi dan retensi kalsium. Hal ini mengakibatkan bayam merah menjadi penghambat retensi kalsium yang poten. Seperti yang telah disebutkan diatas, sayuran seperti bayam merah memiliki kalsium yang terikat pada oksalat. Hal ini dapat menghambat absorbsi kalsium. Oksalat yang mengikat kalsium akan hilang jika sayuran tersebut dimasak atau dikeringkan (8). Oleh karena itu, bayam merah yang digunakan 8.12 8.48 7.9 8 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.6
Pre test Post test
Total
Kalsium
(MG/Dl)
Tabel 4.1 Kadar Kalsium Total Sebelum dan Sesudah Perlakuan
(20)
terganggu oleh ikatan dengan oksalat. Bayam merah diharapkan dapat menjadi suplementasi kalsium.
SIMPULAN
Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
• Bayam merah meningkatkan kadar kalsium total darah pada tikus betina galur Wistar.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Maternal Mortality. World
Health Organization Web Site. [Online] May 2012. [Cited: January 10, 2014.] http://www.who.int/mediacentre/factsh eets/fs348/en/.
2. Medscape. Serum Calcium. eMedicine Medscape. [Online] September 7, 2012. [Cited: Februari 16, 2014.] http://emedicine.medscape.com/article/ 2087447-overview#showall.
3. Calcium and Bone Metabolism in Pregnancy and Lactation. Kovacs, C. S. Canada : s.n., 2001, The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, pp. 2344-2348.
4. Effect of Calcium Supplementation to Undernourished Mothers During Pregnancy on The Bone Density of The Neonates. Raman, Leela, et al. 1978, The American Journal of Clinical Nutrition, p. 467.
5. Long Term Effect of Calcium Supplementation During Pregnancy on The Blood Pressure of Offspring: Follow Up of a Randomised Controlled Trial. Belizán, José M., et al. 1997, British Medical Journal.
6. DeMaeyer, E. M., et al. Preventing and Controling Iron Deficiency Anaemia Through Primary Healthcare. Geneva : World Health Organization, 1989. 7. Mineral Profile and Variability in
Vegetable Amaranth (Amaranthus tricolor L.). Shukla, S., et al. Dordrecht : s.n., 2006, Plant Foods for Human Nutrition, pp. 23-28.
8. O'Brien, G. Kelly, Prince, Martin L. and Yarger, Larry. Amaranth Grain and Vegetable Types. North Fort Myers : ECHO, 1983. Technical Note.9. SDKI. [Online] 2007. [Cited: February 15, 2014.]
http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPer s.aspx?SiaranPersID=2.10. Guyton, Arthur C. and Hall, John E. Textbook of Medical Physiology. 12th. Philadelphia : Elsevier Saunders, 2011.
(21)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Belizán, J. M., Villar, J., Bergel, E., Pino, A. d., Fulvio, S. D., Galliano, S. V., &
Kattan, C. (1997). Long Term Effect of Calcium Supplementation During Pregnancy on The Blood Pressure of Offspring: Follow Up of a Randomised Controlled Trial. British Medical Journal.
Caruso, J., Patel, R., Julka, K., & Parish, D. (2007). Health-behaviour Induced Disease: Return of The Milk-alkali Syndrome. Journal of General Internal Medicine, 1053-5.
Committee to Review Dietary Reference Intakes for Vitamin D and Calcium, F. a. (2010). Dietary Reference Intakes for Calcium and Vitamin D. Washington: National Academy Press.
DeMaeyer, E. M., Dallman, P., Gurney, J. M., Hallberg, L., Sood, S. K., & Srikantia, S. G. (1989). Preventing and Controling Iron Deficiency Anaemia Through Primary Healthcare. Geneva: World Health Organization.
Doohan, J. (2000). Hemostasis. (McGrah-Hill Company Inc.) Retrieved January 21, 2014, from BioMed 108 Human Physiology: http://www.biosbcc.net/doohan/sample/htm/Hemostasis.htm
Fauci, A. S., Kasper, D. L., Braundwald, E., Hauser, S. L., Longo, D. L., Jameson, J. L., & Loscalzo, J. (2008). Bone and Mineral Metabolism in Health and Disease. In A. S. Fauci, & D. L. Longo, Harrison's Principles of Internal Medicine (17th ed., Vol. II). United States of America: McGraw-Hill Companies.
Ganong, W. F. (2001). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (20th ed.). (H. M. Widjajakusumah, Ed., H. M. Widjajakusumah, D. Irawati, M. Siagian, D. Moeloek, & B. U. Pedit, Trans.) Jakarta: EGC.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2011). Textbook of Medical Physiology (12th ed.). Philadelphia, Pennysylvania: Elsevier Saunders.
Harmening, D. M., Escobar, C. E., & McGlasson, D. L. (2009). Introduction to Hemostasis. In D. M. Harmening, Clinical Hematology and Fundamentals of
(22)
31
Universitas Kristen Maranatha
Kovacs, C. S. (2001). Calcium and Bone Metabolism in Pregnancy and Lactation. The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 2344-2348.
Larsen, T., Thilsted, S. H., Biswas, S. K., & Tetens, I. (2003). The Leafy Amaranth (Amaranthus gangeticus L.) Is A Potent Inhibitor of Calcium Aviability and Retention In Rice Based Diets. British Journal of Nutrition, 521-527.
Lind, L., & Ljunghall, S. (1995). Parathyroid Hormone and Blood Pressure Is There a Relationship. Nephrol Dial Transplant, 450-451.
Medscape. (2012, September 7). Serum Calcium. (M. Eric B Staros, Editor) Retrieved Februari 16, 2014, from eMedicine Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/2087447-overview#showall
Narasaruju, T. S., & Phebe, D. E. (1996). Some Physico-Chemical Aspect of Hydroxyapatite. Journal of Material Science, 1-21.
Nieves, J. W. (2005). Osteoporosis: The Role of Micronutrient. The American Journal of Clinical Nutrition. Retrieved November 21, 2014, from http://ajcn.nutrition.org/content/81/5/1232S.full
O'Brien, G. K., Prince, M. L., & Yarger, L. (1983). Amaranth Grain and Vegetable Types. North Fort Myers: ECHO.
Peacock, M. (2010). Calcium Metabolism in Health and Disease. Clinical Journal of The American Society of Nephrology.
Raman, L., Rajalaskmi, K., Krishnamachari, K., & Sastry, J. G. (1978). Effect of Calcium Supplementation to Undernourished Mothers During Pregnancy on The Bone Density of The Neonates. The American Journal of Clinical Nutrition, 467.
Ross, A. C., Taylor, C. L., Yaktine, A. L., & Del Valle, H. B. (2011). Dietary Reference Intakes for Calcium and Vitamin D. Institute of Medicine of The National Academies. Washington: National Academy of Science.
Sato, T., Yamamoto, H., Sawada, N., Nashiki, K., Tsuji, M., Nikawa, T., . . . Takeda, E. (2006). Immobilization Decrease Duodenal Calcium Absorption Through a 1,25-dihydroxyvitamin D-dependent Pathway. Journal of Bone and Mineral Metabolism, 291-299. Retrieved November 16, 2014, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16816923
SDKI. (2007). Retrieved February 15, 2014, from http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=2
(23)
Sherwood, L. (2010). Human Physiology: From Cells to Systems. (M. Arbogast, L. Oliveira, & S. Arvin, Eds.) Yolanda Cossio.
Shukla, S., Bhargava, A., Chatterjee, A., Srivastava, J., Singh, N., & Singh, S. (2006). Mineral Profile and Variability in Vegetable Amaranth (Amaranthus tricolor L.). Plant Foods for Human Nutrition, 23-28.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2014). Principles of Anathomy and Physiology (14th ed.). New York: Wiley.
Wang, L., Nancollas, G., Hennerman, Z., Klein, E., & Weiner, S. (2006). Nanosized Particles in Bone and Dissolution Insensitivity of Bone Mineral. Biointerphases, 106-11. Retrieved November 17, 2014, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20408623
Weaver, C. M., & Heaney, R. P. (1999). Modern Nutrition in Health and Disease (9th ed.). (M. E. Shils, J. A. Olson, M. Shike, & A. C. Ross, Eds.) Baltimore: Williams & Wilkins.
Weisel, J. W., & Litvinov, R. I. (2013). Mechanism of Fibrin Polymerization and Clinical Implication. American Society of Hematology.
WHO. (2012, May). Maternal Mortality. Retrieved January 10, 2014, from World Health Organization Web Site: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/
Yadav, S., & Sehqal, S. (1995). Effect of Home Processing on Total and Extractable Calcium and Zinc Content of Spinach (Spinach oleracia) and Amaranth (Amaranthus tricolor) Leaves. Plant Foods For Human Nutrition, 65-72.
(1)
Pendarahan yang terjadi pada persalinan berhubungan dengan asupan nutrisi, salah satunya adalah kalsium. Proses pembekuan darah diatur salah satunya oleh adanya faktor-faktor koagulasi. Kalsium memunyai peranan penting dalam aktivasi faktor-faktor koagulasi ini. Kalsium darah dalam tubuh, dibagi 3 komponen yaitu kalsium yang terikat protein sekitar 45%, kalsium yang menjadi kompleks inorganik sekitar 5%, dan kalsium bebas sekitar 50% dalam tubuh (2). Kalsium bebas merupakan komponen kalsium yang aktif dalam metabolisme (2). Kalsium merupakan nutrien yang penting untuk ibu hamil dan ibu menyusui. Pada masa gestasi, ibu hamil membutuhkan kurang lebih 30 gram kalsium (3). Pada trimester ketiga, ibu hamil membutuhkan kebutuhan kalsium paling banyak sekitar 80 % dari kebutuhan kalsium total di masa gestasi (3). Hal ini disebabkan karena puncak pertumbuhan tulang janin terjadi pada trimester ketiga. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak di dalam tubuh, tetapi densitas tulang ibu hamil dan janin akan berkurang, jika tidak menjaga asupan kalsium (4). Kalsium tidak hanya dapat membantu proses pembekuan darah, tetapi kalsium juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada ibu hamil, sehingga dapat bermanfaat dalam mencegah kasus preeklamsia/eklamsia (5).
Kalsium tersedia dalam beberapa bentuk sediaan suplemen. Masa kehamilan merupakan masa yang rentan terhadap konsumsi obat-obatan. Terapi herbal menjadi salah satu solusi untuk mencukupi kebutuhan mikronutrien, karena sifatnya
yang relatif aman. Bayam merah merupakan herbal yang telah dipercaya masyarakat secara empiris menjadi asupan yang aman dan bernutrisi (6). Bayam merah mengandung mikronutrien yang tinggi, salah satunya adalah kalsium (7).
BAHAN DAN CARA
Pada penelitian ini, bahan baku yang digunakan adalah bayam merah sediaan kering dengan cara mengeringkan menggunakan sinar matahari secara tidak langsung, lalu dimasukkan ke dalam oven pengeringan dengan suhu 40 0C. Sediaan kering tersebut dibuat infusa di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Subjek penelitian ini adalah tikus betina galur Wistar diadaptasikan dalam suasana laboratorium selama 7 hari. Tikus dipelihara dalam kandang yang berisi sekam padi, diberi makan pelet, dan minum air suling. Hewan coba tikus dilakukan pengamatan awal dan pengambilan darah di vena orbita. Darah tikus didiamkan selama 30 menit kemudian dilakukan sentrifugasi 1500 rpm selama 5 menit. Serum dipisahkan dari sel darah kemudian dimasukkan ke dalam tabung aliquot dan dibawa dalam termos es dengan suhu 2-8 0C ke Laboratorium Klinik
untuk diperiksa kadar kalsium total darah tikus.
Pengamatan akhir dan pengambilan data kadar kalsium total darah tikus, dilakukan dengan prosedur sama seperti pengamatan dan pengambilan data awal.
(2)
ANALISIS
Analisis data menggunakan “t” test berpasangan, dengan α=0,05 , dan kemaknaan berdasarkan p<0,05 menggunakan program komputer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian efek dari bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) pada tikus betina galur wistar adalah sebagai berikut
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata kadar kalsium total sebelum pemberian bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) adalah 8,12 mg/dL dan rata-rata kadar kalsium total setelah perlakuan pemberian bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) adalah 8.48 mg/dL.
Tabel 4.2 Hasil Uji “t” Tes Berpasangan N Correlation Sig. Post-Calcium
& Pre-Calcium 30 .853 .000 Pada tabel 4.2, hasil statistic uji “t” berpasangan didapatkan bahwa pemberian bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) pada tikus betina galur Wistar meningkatkan kadar kalsium total sangat signifikan secara
statistik (p=0,000) yaitu sebesar 0,3516 mg/dL.
Pada penelitian ini, pemberian bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) dapat meningkatkan kadar kalsium total pada tikus. Penelitian ini didukung oleh penelitian dari Yadav SK dan Sehqal S. Yadav SK dan Sehqal S. meneliti bahwa pada proses pengeringan dan pemasakan, dapat meningkatkan ekstraksibilitas kalsium oleh HCl. Pada proses pengeringan dan pemasakan, kandungan oksalat dalam bayam merah akan hilang, sehingga proses ekstraksibilitas kalsium oleh HCL tidak terganggu. Hasil yang berbeda terdapat pada penelitian Torben Larsen, Shakuntala H. Thilsted, Sunil K. Biswas, dan Inge Tetens. Menurut penelitian Larsen et al, bayam merah mengurangi sediaan kalsium dan mengurangi fungsi retensi atau penghambatan penyerapan kalsium kembali di ginjal. Hal ini dapat disebabkan perbedaan metode penelitian dan pemrosesan sediaan bayam merah yang digunakan. Pada penelitian Larsen et al pemrosesan sediaan bayam merah hanya berupa pemasakan dengan cara tradisional dan pengeringan biasa dengan sinar matahari, sehingga kandungan oksalat tidak hilang. Oksalat yang terdapat pada bayam merah akan mengurangi kemampuan tubuh untuk absorbsi dan retensi kalsium. Hal ini mengakibatkan bayam merah menjadi penghambat retensi kalsium yang poten. Seperti yang telah disebutkan diatas, sayuran seperti bayam merah memiliki kalsium yang terikat pada oksalat. Hal ini dapat menghambat absorbsi kalsium. Oksalat yang mengikat kalsium akan hilang jika sayuran tersebut dimasak atau dikeringkan (8). Oleh karena itu, bayam merah yang digunakan pada penelitian ini dibuat sediaan kering, setelah itu diuapkan dan dibuat infusa. Dengan demikian, penyerapan kalsium tidak 8.12 8.48 7.9 8 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.6
Pre test Post test
Total
Kalsium
(MG/Dl)
Tabel 4.1 Kadar Kalsium Total Sebelum dan Sesudah Perlakuan
(3)
terganggu oleh ikatan dengan oksalat. Bayam merah diharapkan dapat menjadi suplementasi kalsium.
SIMPULAN
Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
• Bayam merah meningkatkan kadar kalsium total darah pada tikus betina galur Wistar.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Maternal Mortality. World Health Organization Web Site. [Online] May 2012. [Cited: January 10, 2014.] http://www.who.int/mediacentre/factsh eets/fs348/en/.
2. Medscape. Serum Calcium. eMedicine Medscape. [Online] September 7, 2012. [Cited: Februari 16, 2014.] http://emedicine.medscape.com/article/ 2087447-overview#showall.
3. Calcium and Bone Metabolism in Pregnancy and Lactation. Kovacs, C. S. Canada : s.n., 2001, The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, pp. 2344-2348.
4. Effect of Calcium Supplementation to Undernourished Mothers During Pregnancy on The Bone Density of The Neonates. Raman, Leela, et al. 1978, The American Journal of Clinical Nutrition, p. 467.
5. Long Term Effect of Calcium Supplementation During Pregnancy on The Blood Pressure of Offspring: Follow Up of a Randomised Controlled Trial. Belizán, José M., et al. 1997, British Medical Journal.
6. DeMaeyer, E. M., et al. Preventing and Controling Iron Deficiency Anaemia Through Primary Healthcare. Geneva : World Health Organization, 1989. 7. Mineral Profile and Variability in
Vegetable Amaranth (Amaranthus tricolor L.). Shukla, S., et al. Dordrecht : s.n., 2006, Plant Foods for Human Nutrition, pp. 23-28.
8. O'Brien, G. Kelly, Prince, Martin L. and Yarger, Larry. Amaranth Grain and Vegetable Types. North Fort Myers : ECHO, 1983. Technical Note.9. SDKI. [Online] 2007. [Cited: February 15, 2014.]
http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPer s.aspx?SiaranPersID=2.10. Guyton, Arthur C. and Hall, John E. Textbook of Medical Physiology. 12th. Philadelphia : Elsevier Saunders, 2011.
(4)
30
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004).
Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Belizán, J. M., Villar, J., Bergel, E., Pino, A. d., Fulvio, S. D., Galliano, S. V., &
Kattan, C. (1997). Long Term Effect of Calcium Supplementation During
Pregnancy on The Blood Pressure of Offspring: Follow Up of a Randomised
Controlled Trial.
British Medical Journal
.
Caruso, J., Patel, R., Julka, K., & Parish, D. (2007). Health-behaviour Induced
Disease: Return of The Milk-alkali Syndrome.
Journal of General Internal
Medicine
, 1053-5.
Committee to Review Dietary Reference Intakes for Vitamin D and Calcium, F. a.
(2010). Dietary Reference Intakes for Calcium and Vitamin D. Washington:
National Academy Press.
DeMaeyer, E. M., Dallman, P., Gurney, J. M., Hallberg, L., Sood, S. K., & Srikantia,
S. G. (1989).
Preventing and Controling Iron Deficiency Anaemia Through
Primary Healthcare.
Geneva: World Health Organization.
Doohan, J. (2000).
Hemostasis
. (McGrah-Hill Company Inc.) Retrieved January 21,
2014, from BioMed 108 Human Physiology:
http://www.biosbcc.net/doohan/sample/htm/Hemostasis.htm
Fauci, A. S., Kasper, D. L., Braundwald, E., Hauser, S. L., Longo, D. L., Jameson, J.
L., & Loscalzo, J. (2008). Bone and Mineral Metabolism in Health and
Disease. In A. S. Fauci, & D. L. Longo,
Harrison's Principles of Internal
Medicine
(17th ed., Vol. II). United States of America: McGraw-Hill
Companies.
Ganong, W. F. (2001).
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
(20th ed.). (H. M.
Widjajakusumah, Ed., H. M. Widjajakusumah, D. Irawati, M. Siagian, D.
Moeloek, & B. U. Pedit, Trans.) Jakarta: EGC.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2011).
Textbook of Medical Physiology
(12th ed.).
Philadelphia, Pennysylvania: Elsevier Saunders.
Harmening, D. M., Escobar, C. E., & McGlasson, D. L. (2009). Introduction to
Hemostasis. In D. M. Harmening,
Clinical Hematology and Fundamentals of
(5)
31
Universitas Kristen Maranatha
Kovacs, C. S. (2001). Calcium and Bone Metabolism in Pregnancy and Lactation.
The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism
, 2344-2348.
Larsen, T., Thilsted, S. H., Biswas, S. K., & Tetens, I. (2003). The Leafy Amaranth
(Amaranthus gangeticus L.) Is A Potent Inhibitor of Calcium Aviability and
Retention In Rice Based Diets.
British Journal of Nutrition
, 521-527.
Lind, L., & Ljunghall, S. (1995). Parathyroid Hormone and Blood Pressure Is There a
Relationship.
Nephrol Dial Transplant
, 450-451.
Medscape. (2012, September 7).
Serum Calcium
. (M. Eric B Staros, Editor)
Retrieved Februari 16, 2014, from eMedicine Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/2087447-overview#showall
Narasaruju, T. S., & Phebe, D. E. (1996). Some Physico-Chemical Aspect of
Hydroxyapatite.
Journal of Material Science
, 1-21.
Nieves, J. W. (2005). Osteoporosis: The Role of Micronutrient.
The American
Journal of Clinical Nutrition
. Retrieved November 21, 2014, from
http://ajcn.nutrition.org/content/81/5/1232S.full
O'Brien, G. K., Prince, M. L., & Yarger, L. (1983).
Amaranth Grain and Vegetable
Types.
North Fort Myers: ECHO.
Peacock, M. (2010). Calcium Metabolism in Health and Disease.
Clinical Journal of
The American Society of Nephrology
.
Raman, L., Rajalaskmi, K., Krishnamachari, K., & Sastry, J. G. (1978). Effect of
Calcium Supplementation to Undernourished Mothers During Pregnancy on
The Bone Density of The Neonates.
The American Journal of Clinical
Nutrition
, 467.
Ross, A. C., Taylor, C. L., Yaktine, A. L., & Del Valle, H. B. (2011).
Dietary
Reference Intakes for Calcium and Vitamin D.
Institute of Medicine of The
National Academies. Washington: National Academy of Science.
Sato, T., Yamamoto, H., Sawada, N., Nashiki, K., Tsuji, M., Nikawa, T., . . . Takeda,
E. (2006). Immobilization Decrease Duodenal Calcium Absorption Through a
1,25-dihydroxyvitamin D-dependent Pathway.
Journal of Bone and Mineral
Metabolism
, 291-299. Retrieved November 16, 2014, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16816923
SDKI. (2007). Retrieved February 15, 2014, from
http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=2
(6)
32
Universitas Kristen Maranatha