STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN TENAGA AKADEMDX PERGURUAN TINGGI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI : Studi Kasus di Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta.

STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
TENAGA AKADEMDX PERGURUAN TINGGI

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

(Studi Kasus di Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
PPS Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk memenuhi Sebagian dari Persyaratan Program S2
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

EL Djohan Sjarief
NomorPokok 9332070

PROGRAM PASCA SARJANA


DSfSTITUT KEGURUAN DAN DLMU PENDEDIKAN BANDUNG
1996

STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN

TENAGA AKADEMDX PERGURUAN TINGGI
DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDDDDXAN TINGGI

(Studi Kasus di Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis

PPS Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk memenuhi Sebagian dari Persvaratan Program S2
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh


H. Djohan Sjarief
NomorPokok 9332070

Pembimbitig

Yof. Dr. Engkoswara

Prof. Dr. Achmad Sanusi

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN DLMU PENDIDDCAN BANDUNG
1996

LEMBAR PERSETUJUAN

DISETUJUI UNTUK
MENEMPUH UJIAN TAHAP II

Koordinator Program Studi Administrasi Pendidikan


Prof. Dr. Achmad Sanusi

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN T DAN DLMU PENDDDDXAN BANDUNG
1996

ABSTRAKSI
STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
TENAGA AKADEMTK PERGURUAN TINGGI

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDDXAN TINGGI

(Studi Kasus di Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta)

Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi mutu pendidikan tinggi terletak
pada pembangunan sumber daya manusia terutama tenaga akademik (dosen) oleh
karena itu peningkatan mutu, relevansi dan produktivitas tenaga akademik di
perguruan tinggi perlu dikembangkan secara terencana, terpola dan terpadu dalam

satu sistem pegelolaan perguruan tinggi, sehingga mampu memberikan sumbanga
yang berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional.

Sejauh ini, telah banyak upaya yang dilakukan dalam meningkatkan mutu tenaga
akademik di perguruan tinggi, terutama dalam rangka mengantisipasi tuntutan
kosntituensi perguruan tinggi, khususnya PTS di daerah Ibu Kota Jakarta,
sedangkan tujuan penelitian ini ialah untuk membuat deskripsi dan analisis terhadap
visi, misi dan strategi peningkatan mutu tenaga akademik dan pelaksanaannya,
terutama dikaji dari konsep perencanaan sumber daya mnusia yang dikaitkan dengan
konsep-konsep manajemen strategik (MS), manajemen mutu terpadu (MMT) dan
konsep perilaku organisasi, serta konsep pengembangan tenaga akademik bagi
perguruan tinggi.
Penelitian ini diarahkan terhadap 51 PTS (30% dari 171 PTS di Jakarta, menurut
data 1994) yang berkaitan dengan upaya pembinaan dan pengembangan tenaga
akademik yang terdiri dari 17 Universitas, 4 Institut 18 Sekolah Tinggi dan 12
Akademi. Yang tidak menjawab karena berbagai alasan ialah sebanyak 9 PTS (4
Universitas, 2 Institut dan 3 Sekolah Tinggi) atau yang menjawab dan
mengembalikan koesioner sebanyak 42 PTS (hampir 80%) responden, yang terdiri
dari unsur pimpinan perguruan tinggi/yayasan (4-10 orang), dosen (10-20 orang)
baik yang telah maupun belum pernah mengalami pembinaan/peningkatan mutu dan

juga mahasiswa (20-40 orang). Dengan demikian dapat dianggap sebagai cukup
representatif. Teknik analisis data menggunakan pendekatan kualitatif melalui daftar
isian serta pendekatan kualitatif melalui wawancara dan observasi, yang kemudian
diolah dengan statistika presentasi.

Temuan yang diperoleh ialah :
(a) Semua pimpinan PTS responden sepakat bahwa peningkatan mutu tenaga

akademik sebagai suatu strategi peningkatan mutu pendidikan tinggi yang
dianggap paling efektif dan sebagian besar dari responden setuju indikator
utamanya ialah penguasaan atau keahlian dalam bidang ilmu yang terkait di

Vll

tingkat pasca sarjana baik didalam negeri maupun di luar negeri dan kemampuan
didaktik metodik pengajaran.

(b) Semua tenaga akademik yang menjadi responden mempunyai persepsi yang sama
bahwakedudukan dan harapan yang dilimpahkan kepada mereka sangat penting
dalam melaksanakan program mutu proses dan keluaran pendidikan tinggi.

Mereka sependapat pengembangan dosen seyogiyannya ditempuh dengan
meneruskan keprogram S-2 dan yang sudah lulus S-2 meneruskan ke program
S-3 yang terkait dengan program S-l. Lebih disukai pengembangan tenaga
akademik dilakukan di dalam negeri karena berbagai kendala antara lain
persyaratan Bahasa Inggris dan kepentingan keluarga. Kebanyakan tenaga
akademik yang dikembangan adalah berpendidikan S-l dan S-2 yang masih
yunior, dan sebagian terbesar kembali ke perguruan tinggi masing-masing setelah
menyelesaikan studinya.

(c) Sebagian besar mahasiswa responden berpendapat bahwa dosen yang dianggap
paling berdedikasi memberikan layanan paling memuaskan ialah dosen senior
lulusan S-l dan S-2, karena mereka memberikan pengertian yang mudah
ditangkap dan umumnya mengajak berpikir kritis disamping suka menyediakan
waktu untuk konsultasi.

Penelitian ini menarik beberapa kesimpulan dan memberikan saran sebagai berikut :
(a) Hal ihwal mutu pendidikan tinggi amat banyak dimensi tali-temalinya, pada
umumnya indikator dan kriteria mutu pendidikan tinggi secara harfiah adalah
sama, karena pendidikan tinggi itu tergolong industri jasa atau pelayanan yang
kebermutuannya diindentifikasikan dan dibatasi oleh aspek-aspek manajemen,

perilaku dan instruksional.

(b) Perlu kesepakatan yang bulat antara pimpinan yayasan dan perguruan tinggi
tentang visi, misi dan strategi pembinaan dan pengembangan mutu tenaga
akademik sesuai dengan kondisi dan tahap perkembangan masing-masing
perguruan tinggi dalam upaya mempertahankan keberadaan dan kelangsungan
hidup perguruan tingginya dengan mengindahkan berbagai konsep yang telah
berhasil diterapkan di dunia bisnis seperti konsep-konsep pengembangan sumber
daya manusia (PSDM) manajemen strategik, (MS), manajemen mutu terpadu
(MMT), serta didukung oleh aplikasi konsep perilaku organisasi, sehingga dapat
disusun suatu konsep pengembangan tenaga akademik bagi perguruan tinggi.
(c) Disarankan agar kepada dosen selain pembinaan dan peningkatan mutu dibidang

ilmu masing-masing ke program S-2 dan S-3, perlu pula dibekali dengan
penguasaan Bahasa Inggris dan konsep manajemen mutu terpadu yang
dibudayakan dalam profesinya sehari-hari.

(d) Upaya pembinaan dan pengembangan tenaga akademik di perguruan tinggi
seyogiyanya dituangkan dalam suatu Rencana Strategik yang berjangka panjang
dan didukung oleh dana yang memadai serta dilaksanakan secara bersungguhsungguh oleh pimpinan yayasan/perguruan tinggi.


vin

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan
Kata Pengantar
Abstraksi

ii
iii
vii

BAB I. PENDAHULUAN

l

A. Latar Belakang Masalah


1

B. Masalah

5

C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Yang Diharapkan

7
7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

9

A. Konsep Administrasi Pendidikan

9


B. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia
C. Konsep Manajemen Strategik
D. Konsep Manajemen Mutu Terpadu
E. Konsep Perilaku Organisasi
1. Kajian Hawthorne
2. Gerakan Hubungan Manusiawi
3. Organisasi informal
F. Konsep Pengembangan Tenaga Akademik
G. Kesimpulan Studi Kepustakaan (Premis)

12
14
19
21
22
24
25
27
34


BAB III. PROSEDUR PENELITIAN

36

A. Metodologi Penilitian

36

B. Unit Analisis dan Sumber Data

37

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

40

D. Pelaksanaan Penelitian

41

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

44

A. Wawasan Pimpinan

44

1. Profil perguruan tinggi

45

2. Visi dan misi perguruan tinggi serta saran dimasa mendatang

51

3. Strategi yang ditempuh

55

B. Wawasan Tenaga Akademik (Dosen)

57

C. Wawasan Mahasiswa

59

D. Kesepadanan Antara Teori dan Praktek Lapangan

68

BABV KESIMPULAN DAN SARAN

73

A. Kesimpulan
B. Saran

73
76

KEPUSTAKAAN

78

RIWAYAT HIDUP PENELITI
LAMPIRAN:

KUESIONER PENELITIAN

VI

82
87

STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
TENAGA AKADEMIK PERGURUAN TINGGI
DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDDDDXAN TINGGI

(Studi Kasus di Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi dari pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Sedangkan
perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
(PP No. 30/1990). Selanjutnya dikemukakan bahwa pendidikan tinggi adalah:

(1) menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.

(2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau

kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan tarap kehidupan
masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Makna yang tersirat dalam rumusan tujuan tersebut mengimplementasikan bahwa

pendidikan tinggi dituntut untuk menghasilkan manusia terdidik yang mampu
meningkatkan tarap hidup masyarakat. Dalam konteks itulah perguruan tinggi
diasumsikan mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam pembangunan nasional.

Seorang ahli bernama Kerr (1982) menggambarkan perguruan tinggi sebagai
institut yang di dalamnya terdiri dari masyarakat ilmuwan, masyarakat humanis,

masyarakat profesional, masyarakat personal non-akademik dan masyarakat

administrator. Berbagai ragam kegiatan akan terdapat di dalamnya mulai dari kegiatan
pengajaran, memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian dan pengembangan,
memperiuas kesadaran nasional dan intemasional sampai kepada pengabdian dan
pelayanan sosial kemasyarakatan.

Pemikiran Kerr mungkin sekali sejalan dengan pasal 3 Peraturan Pemerintah No.

30 tahun 1990 yang menyatakan bahwa perguruan tinggi menyelenggarakan pendidikan

tinggi, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Dari sudut lain, tiga misi pokok
perguruan tinggi tersebut dapat ditinjau analoginya dengan pandangan Perkins (1966)
yang mengemukakan ketiga aspek pengetahuan yakni pemerolehan (acquisition),

pengalihan (transition), dan penerapan (application). Pengetahuan diperoleh melalui
proses penelitian, dan pengetahuan yang diperoleh tersebut dialihkan dari generasi satu
ke generasi berikutnya supaya dapat dipelihara kelangsungannya (survival) melalui

kegiatan pendidikan dan pengajaran. Selanjutnya pengetahuan yang diperoleh dan

dialihkan ini diaplikasikan agar tidak steril serta dapat bermanfaat bagi masyarakat

melalui program dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga misi pokok
tersebut yang lebih dikenal dengan sebutan Tri Dharma Perguruan Tinggi pada
hakekatnya menunjukkan konsep tentang peranan dan fiingsi perguruan tinggi dalam
pembangunan nasional.

Penerapan perguruan tinggi dalam pembangunan nasional sekurang-kurangnya
dapat dilihat dari tiga sudut, yaitu :

(a) sebagai penghasil agen-agen perubahan yang mampu merancang, mendorong
dan memelopori perubahan dalam berbagai aspeknya menuju masyarakat
modern,

(b) pencipta dan pendukung ide-ide baru yang selalu hidup, dan

(c) pemberi sumbangan bagi kemajuan intelektual dan sosial di masyarakat
(Sonhaji: 1990).

Ketiga peran tersebut mengisyaratkan perguruan tinggi sebagai pusat
pengembangan sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi serta perwujudan
dinamika masyarakat sehingga memberikan sumbangan yang berarti bagi keberhasilan
pembangunan nasional.

Oleh sebab itu pendidikan tinggi harus terus dibina dan dikembangkan untuk

menyiapkan perserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan atau profesional, serta kemampuan kepemimpinan yang tanggap terhadap
kebutuhan pembangunan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berjiwa
penuh pengabdian dan memiliki rasa tanggungjawab yang besar terhadap masa depan
bangsa dan negara (GBHN : 1993).

Dengan perkataan lain, sebagai konsekuensinya perguruan tinggi hendaknya
diusuhakan dan dikelola agar mampu menyelenggarakan pendidikan, melakukan
penelitian dan pengkajian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan
pengabdian kepada masyarakat yang bermanfaat bagi kemanusian dan sesuai dengan
kebutuhan pembangunan. Untuk itu maka upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi
hendaknya ditelusuri dari keterandalan perguruan tinggi dalam melakukan tridharma
perguruan tinggi dalam kaitannya dengan tujuan pembangunan nasional.

Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi mutu pendidikan tinggi terletak
pada pengembangan sumberdaya manusia terutama tenaga akademik atau tenaga
pengajar (dosen). Oleh sebab itu peningkatan mutu, relevansi dan produktivitas tenaga
akademik (dosen) di perguruan tinggi perlu dikembangkan secara terencana, terpola
dan terpadu dalam satu sistem pengelolaan perguruan tinggi. Dalam GBHN dinyatakan
bahwa "Pendidikan, pengadaan dan pembinaan guru serta tenaga kependidikan

lainnya pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan dikembangkan untuk
meningkatkan kualitaspendidikan diseluruh tanah air" (GBHN : 1993).

Upaya Pemerintah dalam meningkatkan mutu tenaga akademik di perguruan
tinggi telah banyak dilakukan. Upaya tersebut antara lain berupa penataran dan
lokakarya, program pencangkokan, pendidikan lanjutan ke S2 dan S3 baik didalam
maupun diluar negeri, Akta Mengajar, Applied Approach dan Pusat Antar Universitas

untuk Sistem Instruksional. Upaya peningkatan mutu dosen ini nampaknya akan terus

ditingkatkan sebagaimana diisyaratkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada
Rapat Kerja Para Pembantu Rektor Bidang Akademik, Koordinator Kopertis Wilayah
dan Konsorsium Keilmuan di Bandung di penghujung tahun 1993.

Dinyatakan dalam kertas kerja Direktur Pembinaan Sarana Akademik, Ditjen
Dikti, bahwa pada pelita VI nanti direncanakan peningkatan jumlah dosen S2/S3
menjadi 50% dan sebagian beasiswa akan diberikan kepada PTS dengan kualifikasi S2
dan S3 meningkat dari 8% menjadi 15% (Dikti : 1993).

Yang jadi persoalan adalah : Apakah usaha-usaha peningkatan mutu dosen ]

(tenaga akademik) sebagaimana prinsip atau konsep yang dikemukan di atas telah I
menjamin peningkatan mutu pendidikan tinggi ? Adakah kendala dan hambatan dalam

upaya pengembangan tenaga akademik itu baik sebelumnya maupun setelah mereka

selesai dan kembali dari program S-2/S3 itu? Adakah usaha lain yang lebih strategik
dalam membina dan mengembangkan mutu tenaga akademik yang dapat secara
langsung meningkatkan mutu pendidikan tinggi ?

Studi ini akan mencoba menelusuri pertanyaan tersebut melalui kajian teoritik dan
empirik.

B. Masalah

Masalah yang berkaitan

dengan tenaga akademik (dosen) dalam rangka

peningkatan mutu pendidikan tinggi berkisar pada prestasi dan kepuasan kerja, baik
dalam pelaksanaan tugas-tugas akademik maupun tugas-tugas yang berkaitan dengan
manajerial pendidikan. Jumlah dan kualifikasi dosen menyatakan tersedianya dosen
yang memiliki kualifikasi yang disyaratkan berdasarkan rasio dosen mahasiswa. Makin

kecil rasio dosen mahasiswa diduga akan semakin meningkatkan mutu proses dan
output pendidikannya.

Mutu dosen berkaitan dengan kemampuan akademik yang dimilikinya baik dilihat

dari tingkat pendidikannya, dalam hal ini lulusan S2/S3, jabatan akademik yang
disandang, maupun kompetensinya sebagai pengajar, ilmuwan dan peneliti yang
profesional, dan tingkat motif berprestasinya. Perkerjaan diperhatikan dari sudut

kepuasan yang dirasakan mahasiswa dan pihak -pihak lain. Dengan relevansi
dimaksudkan adanya kesesuaian antara kemampuan dan keahlian yang dimiliki dosen

dengan tuntutan dan kebutuhan perguruan tinggi baik dalam hal keilmuannya maupun
tugas-tugas akademik dan tugas-tugas profesionalnya. Produktifitas berkaitan dengan
jumlah dan mutu kegiatan yang dihasilkan dosen, dalam hal ini yang telah selesai

menempuh program S2/S3, sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab baik sebagai
tenaga pengajar, peneliti dan ilmuwan maupun sebagai tenaga pengelola pendidikan di

perguruan tinggi. Sedangkan motivasi dan kepuasan kerja berkaitan dengan semangat

dosen dan pihak-pihak lain untukberkerja dan berkarya menunjang kehidupannya.

Pembinaan dan pengembangan mutu tenaga akademik/dosen yang mencakup
semua dimensi yang dikemukakan diatas harus dilakukan secara terencana, terpola dan

bersinambung baik oleh dosen yang bersangkutan maupun unsur-unsur lain pada
perguruan tinggi. Untuk itu strategi dan pengembangan mutu tenaga akademik/dosen

hendaknya dilakukan secara simultan dan terpadu dalam satu sistem pengelolaan
pendidikan tinggi mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai
pada tahap pengawasan dan pengendalian.

Sejalan dengan pokok pikiran di atas, maka dalam penelitian ini diajukan
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

(1) Dengan visi, misi dan tujuan apa, juga dengan menggunakan strategi apa, para

pimpinan yayasan dan perguruan tinggi membina dan mengembangkan tenaga
akademik dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan itu?

(2)

Bagaimana kebijakan program pembinaan dan pengembangan tenaga akademik
tersebut dilaksanakan dalam kesatuan sistem pengelolaan perguruan tinggi ?

(3)

Hal-hal apakah yang menjadi perhatian utama atau prioritas dalam melakukan

pembinaan dan pengembangan tenaga akademik dari sudut harapan dan
kebutuhan mereka maupun perguruan tinggi yang bersangkutan?
(4) Apakah upaya peningkatan mutu/kualitas tenaga akademik yang selama ini telah
dilakukan memenuhi harapan dan kebutuhan mereka baik dilihat dari tuntutan

pribadinya, tuntutan profesinya, maupun harapan dan kebutuhan perguruan tinggi
yang bersangkutan ?

(5) Potensi, kekuatan, kelemahan, ancaman dan kendala apa yang dihadapi dalam
melaksanakannya serta bagaimana cara memanfaatkannya atau mengatasinya?
Penelitian dibatasi pada perguruan tinggi swasta yang ada di DKI Jakarta,

mengambil sampel dan kasus di beberapa perguruan tinggi yang diduga telah
melakukan upaya-upaya peningkatan mutu tenaga akademik.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi dan analisis

mengenai visi, misi, tujuan, strategi dan kebijakan peningkatan mutu tenaga akademik

(dosen)

dan

pelaksanaannya,

terutama ditinjau dari

sudut

konsep-konsep

pengembangan sumber daya manusia, konsep manajemen strategik, konsep manajemen
mutu terpadu dan perilaku organisasi. Di kemudian hari diharapkan studi dapat

dilanjutkan dengan tujuan lain, yaitu menemukan alternatif-alternatif model pembinaan
dan pengembangan mutu tenaga akademik yang dikaitkan dengan upaya meningkatkan
mutu pendidikan tinggi.

Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang:

(1) Indikator-indikator tentang mutu tenaga akademik dan mutu pendidikan tinggi,
(2) Profil tentang strategi pembinaan dan pengembangan tenaga akademik,
(3) Profil pelaksanaan dan pengembangan tenaga akademik,

(4) Kendala yang dihadapi dalam pembinaan dan pengembangan tenaga akademik
dan upaya pemecahannya.

D. Manfaat Yang Diharapkan

Hasil penelitian tentang strategi pembinaan dang pengembangan tenaga akademik

perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi dengan mengambil
sebagai studi kasus di perguruan tinggi swasta yang berada di Daerah Khusus Ibu Kota

Jakarta ini, diharapkan akan bermanfaat baik bagi tenaga akademik (dosen) yang
bersangkutan sendiri maupun bagi pimpinan dan para pembinanya dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan tinggi. Bagi dosen diharapkan hasil penelitian ini dapat
meningkatkan wawasan, sikap dan kemampuan profesional, sehingga mendorong

motivasi dan kepuasan kerja mereka di dunia perguruan tinggi. Bagi pimpinan
perguruan tinggi dan pembinanya, dalam hal ini yayasan atau badan penyelenggara

pendidikan tinggi, perguruan tinggi dan atau instansi pembina yang terkait diharapkan
hasil penelitian ini bermanfaat dalam rangka menentukan standar (baku) mutu
kualifikasi dan kinerja tenaga akademik (dosen) sehubungan dengan peningkatan mutu

profesi dan layanannya serta untuk keperluan akreditasi perguruan tinggi tempat
mereka bekerja.

Khusus bagi peneliti sendiri hasil penelitian ini selain akan memperiuas wawasan

tentang strategi pembinaan dan pengembangan tenaga akademik perguruan tingi dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan tinggi, lebih lanjut diharapkan dapat pula
memperiuas wawasan dan sekaligus memotivasi untuk melakukan studi lebih lanjut

dalam aspek yang sama atau berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan tenaga
akademik perguruan tinggi atau barangkali juga perlu meluaskan studi lebih lanjut
mengenai mutu pendidikan tinggi itu sendiri baik melalui studi mandiri atau dalam

rangka mencapai gelar tertinggi pada strata tiga dalam Administrasi Pendidikan.

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka langkah pertama adalah perlu mempertajam

konsep dan menuangkan konsep-konsep itu dalam suatu kerangka pikiran teoritis.
Kerangka pemikiran teoritis itu dituangkan sehingga membentuk kerangka berupa

premis, dan premis yang telah dibentuk itu kemudian dikaji dan diuji dengan data
empirik di lapangan. Kerangka pemikiran yang dimaksud akan dituangkan secara
khusus dalam bab tersendiri.

Untuk memperoleh data empirik yang sesuai dengan ruang lingkup masalah

sebagaimana ditinjau dengan berbagai konsep yang dijelaskan dimuka, dan juga agar
dapat diperoleh jawaban

pertanyaan terhadap penelitian, akan digunakan metode

deskriptif analitik melalui kuesioner atau daftar isian, wawancara dan pengamatan

langsung, metode penelitian demikian ini tepat digunakan mengingat masalah yang
diteliti adalah masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan; artinya

hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan paket program pengembangan tenaga
akademik (dosen) yang sedang terjadi dan dapat diamati di lingkungan perguruan
tinggi.

Instrumen atau alat pengumpul data yang akan digunakan terdiri dari kuesioner
atau daftar isian, studi

dokumentasi,

wawancara dan observasi/pengamatan.

Wawancara yang intensif dilakukan terhadap unsur pimpinan perguman tinggi untuk

mengungkap upaya yang telah dan akan dilakukan dalam pembinaan dan

pengembangan tenaga akademik di perguman tinggi masing-masing. Daftar isian
diberikan kepada dosen terutama unmk mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

perlakuan yang diterimanya dalam upaya peningkatan kemampuan profesional, harapan

36

dan kebutuhannya berkaitan dengan mnmtan pribadi dan mntutan profesional serta
motivasi dan kepuasan kerja di perguman tinggi. Studi dokumentasi digunakan unmk
mengungkap potensi perguman tinggi berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan

tenaga akademik. Sedangkan observasi temtama unmk mengungkap segi-segi kualitatif
dari berbagai sumberdaya serta yang menunjang upaya pembinaan dan pengembangan

tenaga akademik, termasuk proses penyelengaraan pendidikan dan kemampuan dosen
dalam mengajar.

B. Unit Analisis dan Sumber Data

Untuk keperluan penelitian ini ditetapkanlah populasi penelitian yaitu semua
karakteristik yang berkaitan dengan upaya pembinaan dan pengembangan tenaga
akademik di semua perguruan tinggi swasta yang ada di Daerah Khusus Ibu Kota

(DKI) Jakarta. Jumlah perguruan tinggi yang ada di DKI Jakarta pada saat penelitian ini
dilaksanakan (sesuai dengan daftar perguruan tinggi swasta pada akhir Desember tahun

1994) menurut informasi yang diperoleh dari Kantor Koordinator Kopertis Wilayah III
DKI Jakarta terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1 : Jumlah perguruan tinggi swasta di DKI Jakarta (1994)

No.

Kategori Perguruan Tinggi

Jumlah

1 Universitas

37 buah

8buah

2 Institut

3

Sekolah Tinggi

53 buah
77 buah

4 Akademi

Jumlah

171 buah

37

Sampel penelitian ini dipilih berdasarkan metode stratified random sampling.
Strafikasi berdasarkan jenis perguman tinggi yakni universitas, institut, sekolah tinggi
dan akademi yang memperoleh minimal status terdaftar di lingkungan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Sesuai dengan ciri-ciri PTS, maka akan dibuatkan pula
stratifikasi berdasarkan akreditasi yakni terdaftar, diakui dan disamakan. Dengan

demikian unit sampel dalam penelitian ini adalah universitas, institut, sekolah tinggi dan
akademi berdasarkan status yang dimiliki PTS dan kemudian ditentukan secara random

dengan jumlah yang proporsional. Teknik yang digunakan berikutnya adalah simple
random sampling (SRS) melalui undian. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh unit
sampel sebagaimana terlihat dalam tabel sebagai berikut:

38

Tabel 2: Unit Sampel Penelitian
Nama Perguruan Tinggi

Kategori PTS

No.

1 Universitas

2 Institut

3

Sekolah Tinggi

4 Akademi

Pimpinan

Dosen
4

20

40

2. Jaya Baya

4

20

40

3. Katolik Atmajaya

4

20

40

4. Krisnadwipayana

4

20

40

5. Kristen Indonisia

4

20

40

6. Mercubuana *)

4

20

40

7. Muhammadiyah Jakarta

4

20

40

8. Nsional

4

20

40

9. Pancasila

4

20

40

10. Prof. Doktor Moestopo (Beragama)

4

20

40
40

11. Persada Indonesia ")

4

20

12. Taruma Negara

4

20

40

13. Trisakti*)

4

20

40

14. Islam Assyafiiyah

4

20

40

15. Islam Jakarta

4

20

40

16. Sahid*)

4

20

40

17. Yarsi

4

20

40

1. Institut Ilmu Sosial & Ilmu Politik

4

20

40

2. IKIP Muhammadiyah Jakarta *)

4

20

40

3. Institut Sain dan Teknologi Nasional *)

4

20

40

4. Institut Teknologi Indonesia

4

20

40

1. STIE Bhakti Pembangunan

3

15

30

2. STIE Gunadarma *)

3

15

30

3. STIE Indonesia

3

15

30

4. STIE IBEK

3

15

30

5. STIE Gunung Sewu

3

15

30

6. STIE Keuangan dan Perbankan (STEKPI)

3

15

30

7. STIE Perbanas

3

15

30

8. STIE YAI *)

3

15

30

9. STIE Swadaya

3

15

30

10. STIMYLPG

3

15

30

11. STIMIK Bina Nusantara

3

15

30

12. STIMiKBudiluhur

3

15

30

13. STIMIK Gunadarma*)

3

15

30

14. STIAYapan

3

15

30

15. STIMIK Swadarma

3

15

30

16.STISIPWiduri

3

15

30

17. STTDirgantara

3

15

30

18. STT Jakarta

3

15

30
20

1. Akademi Akuntansi Trisakti

10

2. Akademi Akuntansi YAI

10

20

3. Akademi Keuangan & Perbankan Patrisia

10

20

4. ASMI

10

20

5. Akademi Sekretaris LPK Tarakanita

10

20

6. A. Akuntansi Artawiyata Indonesia LPI

10

20

7. A. Akuntansi Muahammadiyah

10

20

8. ABA Pertiwi Indonesia

10

20

- 10

20

10. Akademi Maritim Indonesia

10

20

11. Akademi Pariwisata Trisakti

10

20

12. Akademi Teknologi Grafika Indonesia

10

20

810

1620

9. Akademi Perawatan St. Carolus

Jumlah

Mahasiswa

1. Borobudur

51

150

*) PTS yang tidak menjawab/tidak bersedia menjawab
39

Seluruhnya berjumlah 51 PTS atau sekitar 30% dari total jumlah PTS di DKI
Jakarta yang dipandang agak maju dan berkemungldnan telah mengembangkan tenaga

akademiknya. Namun dari 51 PTS im ada 9 (4 Universitas, 2 Institut dan 3 Sekolah
Tinggi) PTS yang tidak bersedia menjadi sampel atau tidak bersedia menjawab dengan
berbagai alasan. Responden terdiri dari unsur pimpinan perguruan tinggi dan Yayasan
atau badan hukum, dosen baik dosen yang telah maupun belum pernah mengalami

pembinaan/peningkatan mutu, dan juga mahasiswa. Jumlah responden disesuaikan
dengan ketentuan dan keberadaannya di lapangan. Unsur pimpinan untuk setiap unit
sampel sekitar 4-10 orang, dosen sekitar 10-20 orang , mahasiswa antara 20-40 orang

dari perguruan tinggi sampel . Dengan demikian jumlah responden terdiri dari 150
orang unsur pimpinan, dan 810 orang dosen serta 1.620 orang mahasiswa. Seluruhnya
yang telah menjawab kuesioner ialah 42 PTS atau 25% dari total PTS di DKI Jakarta
atau 80% dari total PTS yang menjadi sampel penelitian.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik analisis data menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan kuantitatif

dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif terutama digunakan untuk data
kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Analisis dilakukan dengan
cara menelaah dan menafsirkan nilai esensial dari data sebagaimana adanya . Sedangkan

untuk data kuantitatif yang diperoleh melalui daftar isian dan studi dokumentasi diolah
dengan pendekatan kuantitatifmelalui statistika persentasi.

Langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
(1) Pemeriksaan data, artinya memeriksa setiap jawaban responden terhadap setiap
pertanyaan yang diajukan.

40

(2) Klasifikasi data, artinya menggolongkan setiap jawaban responden terhadap
pertanyaan yang diajukan berdasarkan masalah dan variabel penelitian,

(3) Tabulasi unmk jawaban responden yang telah digolongkan berdasarkan variabel
dan masalah penelitian,

(4)

Analisis dan interprestasi data sebagaimana adanya berdasarkan kepentingan
penelitian

(5) Merumuskan hasil-hasil atau temuan penelitian disesuaikan dan atau didasarkan
kepada masalah dan tujuan penelitian.

D. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tentang

"Strategi

Pembinaan

dan

Pengembangan

Tenaga

Akademik Perguruan Tinggi Dalam Meningatkan Mutu Pendidikan Tinggi"
untuk DKI Jakarta dikalsanakan dalam tiga tahapan, yakni (1) tahap orientasi, (2)

tahap eksplorasi dan (3) tahap pengecekan.

(1) Tahap orientasi

Pada tahap ini di'akukan penjajakan lapangan untuk memudahkan penentuan
masalah penelitian. Hal ini dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

a. menyusun rancangan penelitian
b. memilihwilayah penelitian

c. mengurus izin penelitian (khususnya dari Koordinator Kopertis Wilayah III di DKI
Jakarta)

41

d. memilih dan memanfaatkan tenaga banman untuk menyebarkan dan pengumpulan
isian kuesioner

e. menyiapkan perlengkapan penelitian

(2) Tahap eskplorasi

Pada tahap ini dikumpulkan semua data yang berkaitan dengan tujuan

penelitian, termasuk berbagai informasi melalui wawancara, observasi dan studi
dukumentasi. Semuanya itu dilakukan dengan perlunya pemahaman tentang latar

penelitian dan persiapan yang dilakukan oleh peneliti sendiri serta tata-cara/tata-krama
yang kemungkinan dihadapi di lapangan, khususnya wilayah DKI Jakarta yang justru
terkenal dengan gayanya yang khas akan keangkuhan atau sikap snobisme.

(3) Tahap pengecekan

Unmk keperluan kecermatan pengambilan data maka perlu pula pemantapan

akan kepercayaan yang diperoleh secara umum dalam pelaksanaan penelitian ini;

dengan pengertian bahwa data dan informasi yang diperoleh adalah benar dan
merupakan fakta tanpa keraguan. Dalam upaya pengecekan ini dilakukan langkah chek
dan re-check sehingga mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi.

Unmk keperluan penyusunan data agar dapat ditaksirkan dengancermat, baik
dan bermakna, digunakan banman komputer dan pemograman yang sesuai, khususnya

dalam tabulasi dan rekapitulasi data yang diperoleh dari ketiga unsur responden

penelitian yaitu unsur pimpinan perguman tinggi/yayasan, unsur tenaga akademk
(dosen) dan unsur mahasiswa.

42

Dengan upaya dan berbagai langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan

penelitian ini diharapkan akan diperoleh kesimpulan melalui analisa data empirik yang

diperoleh sehingga dapat dijadikan dasar bagi kebijakan pembinaan dan pengembangan
tenaga akademik oleh pergumantinggi maupun oleh institusi dan juga oleh dosen atau
juga untuk keperluan penelitian lebihlanjut.

43

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari temuan dan pembahasan yang diuraikan dalam bab terdahulu dan dengan
mengingat tujuan dari penelitian ini dapatlah dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai
berikut.

1. Pemahaman tentang pentingnya konsep adminstrasi pendidikan atau lazim

digunakan oleh sebagian pakar pendidikan yaitu manajemen pendidikan perlu
penegasan lebih lanjut baik istilah maupun fungsi dan peranannya dalam pengelolaan
pendidikan khsususnya pendidikan tinggi sehingga tidak menimbulkan kerancuan dalam
pengertian maupun penggunaannya dalam praktek sehati-hari.

2. Di masa mendatang konstituensi perguruan tinggi akan semakin meningkatkan

tuntutannya terhadap mutu pendidikan tinggi, oleh karena itu organisasi/lembaga yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi perlu menajamkan visi, misi dan strategi
pendidikan tinggi yang dikelolanya agar tetap dapat berkiprah dalam dunia pendidikan
tinggi secara terus-menerus.

3. Mutu pendidikan tinggi, demikian juga mutu layanan yang dikeijakan di

perguman tinggi oleh pimpinan dan manajemen, tata usaha, tenaga akademik, dan

mahasiswa, yang semuanya mempunyai arti hubungan fungsional sebagai jasa timbal

balik, dan sebagai layanan kepada pihak-pihak luar atas nama perguruan tinggi atau pun
atas nama kelompok-kelompok sivitas akademika, ternyata amat banyak dimensi dan
tali-temalinya.

4. Menurut konsep dasarnya juga menurut para responden pada umumnya,
indikator dan kriteria mutu pendidikan tinggi im secara harfiah atau retoriknya sama
atau sempa. Berhubung pendidikan tinggi im termasuk industri jasa atau pelayanan,

maka kebermutuannya diidentifikasikan dan dibatasi pada aspek-aspek manajemen dan
aspek-aspek belajar mengajar (instruksional), terutama yang menyangkut apakah dan
sejauh manakah :

a. jasa atau layanan manajemen dan instruksional itu berjalan lancar,
b. jasa atau layanan manajemen dan instruksional itu sesuai aturan, kaidah
standar, dan tujuan yang ditetapkan semula,

c. jasa atau layanan manajemen dan instruksional itu disertai usaha perbaikan
terus-menerus.

d. jasa atau layanan manajemen dan instruksional itu termasuk yang terbaik atau
tanpa kesalahan sejak awalnya.

e. jasa atau layanan manajemen dan instruksional itu dirasakan memuaskan oleh

pihak-pihak lain yang punya kepentingan dan aspirasi dalam hubungan dengan
perguruan tinggi yang bersangkutan

5. Diakui bahwa dengan kesepakatan yang bulat oleh pimpinan Yayasan (badan

hukum) dan perguruan tinggi, bahwa pembinaan dan pengembangan mutu tenaga

akademik adalah strategi yang amat potensial dan efektif dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan tinggi. Adapun penerjemahannya dalam wujud program dan rencana,

apalagi dalam wujud operasional atau perilaku, amat terganmng pada visi dan misi
pimpinan serta kondisi dari tahap perkembangan tiap perguruan tinggi.

6. Sebagian besar responden berpendapat amat tepat bahwa, meskipun bukan
satu-satunya mekanisme, peningkatan mutu tenaga akademik dilakukan lewat

pendidikan lanjutan di tingkat S2 dan/atau S3, jika ada peluang untuk S3 dilakukan di

luar negeri. Dalam kaitan ini, para dosen yang telah lulus program S2-S3 menganggap

74

bahwa kelulusannya im mereka sungguh-sungguh mempunyai arti dan makna yang luas
dari pada hanya terkait dengan tujuan atau kepentingan meningkatkan mutu belajar
mahasiswa semata atau mutu pada perguruan tinggi yang bersangkutan.

7. Keterbatasan visi masa depan, relasi domestik dan global, informasi yang
mutakhir, demikian juga keterbatasan dalam dana dan kemampuan dalam penguasaan
bahasa Inggris merupakan kendala dan hambatan untuk melaksanakan peningkatan
mutu tenaga akademik secara berencana, terarah dan terus-menerus.

8. Adapun sebagian terbesar dari mahasiswa, yang menyebutkan tujuannya supaya
mudah mencari pekerjaan, mendapat gelar, memperoleh nilai yang baik, dan memahami
iptek, berpendapat bahwa perkuliahan serta penilaian dari sebagian besar dosen senior

lulusan SI, ialah karena pengalamannya yang lebih lama, dan oleh karena itu lebih
memberi kepuasan bagi mahasiswa dari pada perkuliahan dan penilaian yang diberikan
oleh dosen yunior yang lulusan S2 dan S3.

9. Kesimpulan yang paling mendasar dan dapat dikemukakan sesungguhnya mutu
tenaga akademik (dosen), mutu pendidikan dan mutu perguruan tinggi dapat dibina dan

mencapai tingkat keunggulan kompetitif atau komparatif, jika semua pihak (pimpinan
yayasan/perguruan tinggi) beserta seluruh sivita akademika makin hari makin menyadari

dan mengamalkan budaya mutu dengan semangat hendak menjalankan tugas yang
terbaik, sehingga dapat memuaskan pihak-pihak yang berhubungan disertai dengan
komitmen yang tinggi dalam ikatan kerja sama berwujud suatu tim.

75

B. Saran

1. Pimpinan yayasan dan satuan penyelenggara pendidikan tinggi perlu memahami
dengan cermat dan menerapkan konsep manajeman strategik (MS), dan manajemen
mutu terpadu (MMT), konsep perilaku organisasi serta konsep pengembangan tenaga
akademik yang didasarkan pada azas dan konsep pengembangan sumber daya manusia
yang strategik sebagaimana yang sejauh ini telah berhasil diterapkan dikalangan yang
telah berhasil di dunia bisnis agar mendapat memenuhi kehendak konstituensi

perguruan tinggi yang tuntutannya terhadap mutu pendidikan tinggi selalu meningkat
serta juga untuk memenuhi pembangunan nasional.

2. Karena mutu tenaga akademik merupakan faktor utama dan tahap

perkembangan serta kondisi internal tiap perguruan tinggi berbeda-beda, maka strategi
meningkatkan mum dosen itu hendaknya dipilih dari alternatif-alternatif program atau
paket yang paling sesuai. Oleh karena mempunyai peluang untuk paling efektif,
seyogiayanya strategi perbaikan mutu yang berlangsung terus-menerus (countinous

quality improvement) hendaknya diutamakan di semua perguruantinggi.

3. Dimana pun jika terbuka peluang untuk diterima sebagai siswa program S2
dan/atau S3 hendaknya peluang im dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, karena
sumbangan dari para lulusan S2 dan S3 kepada budaya mutu PBM dan lembaga jelas
akan membawa nilai-tambah yang lebih besar. Khusus bagi dosen yunior perlu pula

diberikan

program

kemampuan

mengajar (didaktik

metodik)

agar

dapat

mengembangkan profesinya secara patut dan layak.

4. Alternatif lain unmk pengembangan mum dosen yang dianjurkan menjelang
melanjutkan ke program S2 dan/atau S3 ialah latihan bahasa Inggris dan membaca teks
ilmiah, yang diberi bantuan atau fasilitas oleh perguman tinggi, baik diselenggarakan di

76

dalam kampus sendiri maupun secara terorganisasi antara beberapa lembaga yang telah
merasa mempunyai kepentingan yang sama.

5. Seyogianya pengembangan tenaga akademik di perguruan tinggi disusun dalam
suatu Rencana Strategik yang beijangka panjang secara rasional disertai dengan
dukungan tersedianya dana pengembangan tenaga akademik

(terutama) dan

administratif yang terencana sesuai dengan visi, misi, tujuan dan strategi PTS yang
bersangkutan.

6.

Perlu

diadakan

diskusi

atau

seminar

tingkat

nasional

mengenai

berkembangnya dua istilah yang menyangkut pengelolaan pendidikan yang sehari-

harinya ada yang menggunakan istilah

adminstrasi pendidikan dan manajemen

pendidikan, sehingga ada kesepakatan nasional tentang pembakuan istilah terhadap

pengelolaan pendidikan baik sebagai suatu disiplin atau bidang studi, sebagai orang
maupun sebagai karir.

77

KEPUSTAKAAN

Achmad Sanusi : Mutu dan Keterpaduan Pendidikan di Propinsi Jawa Barat, Kasus
Kota Madya dan Kabupaten Bandung, 1993.
Austin, Alexander W. : What Matters in College? (for Critical Years) Revisited:
Jossey-Bass Publisher, San Francisco 1993
Bowen, Howard R.: The Cost of Higher Education; Jossey-Bass Publisher, San
Francisco 1981

, : Invesment in Learning, Jossey-Bass Publisher, San Francisco,
(1983).

Banghardt, Frank W and Trill, Albert Jr; Education Planning, The MacMilan Company,
New York, 1973.

Boyan, Norman J, : Handbook of Research on Educational Administration, Longman,
New York, 1988.

Boy dan Gilford: Teacher Supplay, Demand and Quality National Research Council,
Washington D.C, 1992.

Bahan Rapat Kerja Bidang Akademis, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 12-22
Desember 1993 di Bandung.
, (1993). Pembahasan Badan Nasional Akreditasi, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi,

Bogue, E Grady and Sounders L. Robert: the Evidence for Quality: Jossey-Basse
Publishers, San Francisco 1992.

Centra, John A.: Determining Faculty Effectiviness, Jossey-Bass, San Francis, 1982.
Chailt dan Ford: Beyond Traditional Tenure, Jossy-Bass, San Francisco, 1982

Departemen Penerangan RI : Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No.
II/MPR/1993, tentang Garis Besaer Haluan Negara, 1993.
, (1994). Pidato Presiden RI Soeharto di depan Dewan Perwakilan
Rakyat 16 Agustus 1994 tentang APBN.

78

Dubrin, Andrew J. : Essential of Management Southwestern Publishing Co, Cincinnati
Ohio, 1990

Dressell, Paul R. : Improving Degree Program , Jossey-Bass Publisher, San Francisco
1993.

Eble, Keneth A,: Professor As Teacher, Jossey-Bass Publiser, San Francisco 1986

, (1985). Improving Undergraduate Education Through Faculty
Development, Jossey-Bass Publisher , San Francisco.
Efendi, Sofian dkk : Membangun Martabat Manusia; Peranan Ilmu Sosial Dalam
Pembangunan; Gadjah Mada University Press 1993

Engkoswara : Dasar-dasar Adminstrasi Pendidikan, PLPTK Depdikbud, Jakarta, 1987.
___, Kecederungan Kehidupan di Indonesia menjelang Tahun 2000
dan Implikasi Terhadap Sistem Pendidikan, CV. Intermedia, Jakarta, 1996.
Fortundo dan Waldell : Personel Administration in Higher Education, Jossey- Bass
Publisher, San Francisco, 1981.

Garden John W: Excellence, Revised Edition, W W Norton Co., New York 1987

Glenn L, Immegart,

Fransis J. Pilecki: An Intmduction to

System for The

Educational Adminstration, McGraw Hil Book INC, New York, 1984.

Hanson Mark E.; Educational Administrationa and Organizational Behavior, Allyn and
Bachon, Massachusetts, Edisi 3, 1991.

Indanoe, Suwandi dan kawan-kawan : Perencanaan Strategi Perguruan Tinggi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1995.

Kerlinger, Fred N,: Fundation of Behavioral Research, 3th Edition, Holt, Rinehart and
Winston, 1986.

Kopertis Wilayah III, Depdikbud : Daftar Perguruan Tinggi Swasta di Lingkunga
Kopertis Wilayah III 1993.

Kerr C: The Uses of The University, Cambridge, Massachusett, Harvard University
Press, 1982.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0686/U/1991 tentang
"Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi"

79

j

(No. 053/U/1993) tentang "Pendidikan Doktor di Perguruan

Tinggi"

, (No. 036/U/1993) tentang "Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan
Tinggi"

, (No.0109/U/1992). tentang "Kerjasama Antar Perguruan Tinggi.
Kotler, P. : Marketing Management, Edisi VIII, Prentice Hall, N. Y. 1994

Kumpulan Bahan-bahan Rapat Kerja Rektor Universitas/Institut, Ketua Sekolah
Tinggi, Direktur Akademi Negeri, Koordinator Kopertis se-Indonesia, 1989,
1990, 1991, 1992.

Kopertis Wilayah III, Depdikbud, Pola Pendidikan Karir Tenaga Pengajar Perguruan
Tinggi di Indonesia, 1990.

McKeachie: Improving Undergraduate Education Through
Jossey-Bass Publisher San Francisco, 1985

Faculty Development,

Nagai, Michio: Pergulatan Jepang Dalam Modemisasi Pendidikan PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta 1993.

Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1990 tentang Perguruan Tinggi.

, No.
Penjelasannya".

38 tahun

1992 tentang Tenaga "Kependidikan dan

, No. 39 tahun 1992 tentang "Peran Masyarakat Dalam Pendidikan
Nasional dan Penjelasannya".
Peterson, Marvin W and Mets, Lisa A: Key Resources on Higher Educational
Governance, Management and Leadership: Jossey-Bass Publisher, San
Francisco 1987

,: The Organization Contect for Teaching and Learning, University of
Michigan, 1986.
Powers : Instmctor Excellence, Jossey-Bass, San Francisco, 1982.

Psacharopoulos, George and Woodhall Maureen : Educational Development And
Analysis of Invesment Choice; A W world Bank Publication, Oxford
University Press New York, 1985

80

Purwanto, M. Ngalim : Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1995.

Sallis, Edwarsd : Total Quality Managament in Education, Kogan Page, London 1993
Scarvia, B Anderson Samuel Ball, Richard T. Murphy and Associates: Encyclopedia of
Educational Evaluation, Jossey-Bass Publisher, San Francisco

Soehendro, Bambang : Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang,
Depdikbud, 1996.

Sher, Laurance A dan Teeter, Deborah J : Total Quality Management in Higher
Education, New Direction for Institutional Research, Jossey-Basse Publisher
1992

Sudjana, Nana dan Susanto, Edi: Pendekatan Sistem Bagi Administrator Pendidikan PT
Sinar Baru. Bandung 1989.
Son Haji : Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan, Makalah IKIP Malang, 1990
Sumantri, Jujun S, Surya: Systems Thingking, Bina Cipta, Bandung 1992.
Silalahi, Bennt N.B. : Perencanaan dan Pembinaan Tenaga Kerja Perusahaan, PT.
Pustaka Binaman Presindo, Jakarta 1994.

Tilaar, H.A..R. : Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan, PT.
Ramaja Rosdakarya, Bandung, 1994.
Unesco Regional Office for Education In Asia; Group Training Course in Educational
Planning, The Application of The Educational Simulation Model, Bangkok,
1973.

Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Vogel, Carol D.: Teaching and Learning, Issue and Search of Research, The University
of Michigan, 1986.
Wheelen T.L. and Hunger D; Strategic Management and Business Policy, Addison
and Wesley, N.YEdisi4, 1992.

Wirakusumah, Sambas : Akreditasi Perguruan Tinggi Yang Relevan Dengan Tuntutan
Pembangunan Era Tinggal Landas, 1993.