JURNAL (WELLY DWIGA FITRIANDARI G0111086)
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE
Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan Harga Diri Remaja
Perempuan Pengguna Skin care di Kota Surakarta
The Relationship between Body Image and Lifestyle Consumptive with Self-esteem
Adolescent Girls Who Uses Skin care in Surakarta City
Welly Dwiga Fitriandari, Machmuroch, Pratista Arya Satwika
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebalas Maret
ABSTRAK
Harga diri merupakan dimensi global dari diri yang merupakan penilaian positif atau negatif yang
dibuat individu, yang menunjukkan sejauh mana individu menyukai diri sebagai individu yang mampu,
penting dan berharga. Harga diri remaja tidak terlepas dari pandangan remaja terhadap kondisi fisiknya
atau body image, sedangkan remaja menggunakan berbagai macam barang dan jasa yang mengarah
pada gaya hidup konsumtif untuk menunjang penampilan diri yang terkait dengan harga dirinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara body image, gaya hidup
konsumtif, dan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta.
Penelitian dilakukan pada lima skin care di kota Surakarta, yaitu: skin care N di Surakarta bagian
Barat, skin care E di Surakarta bagian Timur, skin care E di Surakarta bagian Selatan, skin care LB di
Surakarta bagian Utara, dan skin care L di Surakarta bagan Tengah, teknik pemilihan skin care dengan
menggunakan teknik cluster sampling. Sampel penelitian ini sebanyak 80 remaja perempuan pengguna
skin care di kota Surakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive insidental sampling.
Alat ukur yang digunakan ada 3 skala, yaitu skala harga diri, skala body image, dan skala gaya hidup
konsumtif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan bantuan
program SPSS versi 23.0.
Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image
dan gaya hidup konsumtif dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta
dengan signifikansi 0,000 (p Ftabel=3,115. Terdapat hubungan yang
signifikan antara body image dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta
dengan signifikansi 0,000 (p Ttabel=1,991. Terdapat hubungan yang
signifikan antara gaya hidup konsumtif dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota
Surakarta, dengan signifikansi 0,002 (p Ttabel= 1,991.
Kata kunci: Harga diri, Body image, Gaya hidup konsumtif.
PENDAHULUAN
Seiring
dengan
bertambahnya
masa anak-anak menuju masa dewasa yang
usia
dan
berkembangnya fisik yang dialami manusia
dalam menjalani kehidupan, manusia akan
melalui masa yang disebut dengan masa
remaja. Santrock (2003) mendefinisikan remaja
sebagai masa perkembangan transisi antara
dimulai dari usia 10 tahun sampai 13 tahun dan
berakhir antara usia 18 tahun sampai 22 tahun,
yang ditandai dengan perubahan biologis,
kognitif,
dan
sosial-emosional.
Perubahan
biologis mencakup perubahan dalam hakikat
fisik individu. Perubahan kognitif meliputi
1
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE
perubahan dalam pikiran, inteligensi dan
Salah satu faktor yang mempengaruhi harga
bahasa
diri individu adalah body image atau citra tubuh
tubuh.
Perubahan
sosial-emosional
meliputi perubahan dalam hubungan individu
(Santrock,
dengan manusia lain, yang meliputi emosi,
menjelaskan bahwa body image merupakan
kepribadian, dan peran dari konteks sosial
gambaran jasmani, citra mental seseorang
perkembangan.
mengenai tubuhnya sendiri. Individu dengan
Perkembangan fisik yang dialami pada masa
remaja akan menimbulkan berbagai
efek
psikologis.
yang
Hanya
sedikit
remaja
mengalami kateksis tubuh atau merasa puas
dengan tubuhnya.
Ketidakpuasan terhadap
perubahan fisik tersebut menjadi salah satu
penyebab timbulnya konsep diri yang negatif
dan kurangnya harga diri pada masa remaja
2007).
Widyatama
(2010)
body image negatif akan menganggap adanya
kekurangan dalam segi fisik. Hal ini menjadi
salah satu alasan para remaja untuk melakukan
perawatan di skin care. Oleh karena itu, tidak
heran jika saat ini banyak skin care, salon, spa
atau sejenisnya yang menawarkan berbagai
perawatan
tubuh
yang
dapat
menunjang
penampilan seseorang.
(Hurlock, 2004). Harga diri merupakan sikap
Skin care merupakan sebuah klinik kecantikan
terhadap diri sendiri yang diartikan sebagai
yang menawarkan pelayanan jasa di bidang
suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya
perawatan kesehatan dan kecantikan kulit,
yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang
rambut, kuku, yang ditangani oleh dokter
bernilai positif maupun negatif (Baron dan
spesialis.
Byrne, 2004). Selama masa transisi hidup,
penelitian yang telah dilakukan di salah satu
harga diri individu seringkali mengalami
skin care di kota Surakarta, perawatan tersebut
penurunan. Harga diri mengalami penurunan
dilakukan karena mereka ingin mengikuti
dari awal atau pertengahan hingga akhir SMA,
trend, dan untuk menunjang penampilan fisik
dan dari SMA hingga memasuki dunia kampus
agar lebih cantik dan menarik sehingga dapat
(Santrock, 2007)
diterima dan dihargai oleh orang-orang di
Grafik 1. Harga Diri Sepanjang Masa Hidup
Berdasarkan
hasil
survey
pra-
sekitarnya.
Perhatian terhadap penampilan diri merupakan
minat yang besar pada usia remaja, hal ini
ditunjukkan dengan perilaku membeli terhadap
barang-barang
yang
dapat
merawat
dan
meningkatkan penampilan dirinya (Hurlock,
2004).
Perilaku
membeli
barang
dan
menggunakan jasa tersebut dapat menimbulkan
suatu gaya hidup konsumtif (Djudiyah dan
Hadipranata,
2002).
Triyaningsih
(2011)
2
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE
menyatakan bahwa gaya hidup konsumtif
aspek-aspek yang terkandung dalam harga
merupakan sebuah perilaku membeli dan
diri yaitu :
menggunakan barang yang tidak didasarkan
a. Power (kekuatan)
pada pertimbangan yang rasional dan memiliki
Kekuatan
kecenderungan untuk mengonsumsi sesuatu
kemampuan
tanpa
orang
batas
dimana
mementingkan
faktor
individu
keinginan
lebih
daripada
dapat
diukur
individu
lain
berdasarkan
mempengaruhi
melalui
penguasaan
perilakunya. Kekuatan ini juga bisa
kebutuhan yang dapat memberikan kepuasan
ditunjukkan
dan kenyamanan fisik.
penerimaan, dan penghormatan dari orang
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik
untuk
melakukan
penelitian
mengenai
“Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup
Konsumtif
dengan
Harga
Perempuan Pengguna
Diri
Remaja
Skin care di kota
Surakarta”.
dalam
penghargaan,
lain. Individu yang mempunyai kekuatan
ini
akan
menunjukkan
sikap
asertif
mempunyai semangat yang tinggi.
b. Significance (keberartian)
Keberartian yang didapat individu dapat
dilihat
dari
penerimaan,
perhatian,
penghargaan, dan adanya kasih sayang
dari orang lain.
DASAR TEORI
c. Virtue (kebajikan)
Kebajikan ditunjukkan individu dengan
1. Harga Diri
Harga diri adalah dimensi global dari diri
yang merupakan penilaian positif atau
negatif yang dibuat individu. Tentang hal
yang
berkaitan
menunjukkan
dengan
sejauh
dirinya,
mana
yang
individu
menyukai dirinya sebagai individu yang
mampu, penting dan berharga. Secara
singkat harga
diri adalah
“personal
adanya kesesuaian dengan moral dan etika
yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
d. Competence (kompetensi)
Kompetensi dilihat pada individu yang
mempunyai kemampuan atau skill yang
cukup.
2. Body Image
Body
image
adalah
pikiran,
perasaan,
judgment” mengenai perasaan berharga atau
persepsi dan evaluasi individu terhadap
berarti yang di ekspresikan dalam sikap-
tubuh
sikap individu terhadap dirinya.
digambarkan dengan kepuasan tubuh dan
Burn (1993) menyatakan ada lima faktor
yang memengaruhi harga diri seseorang,
yaitu: Pengalaman, pola asuh, lingkungan
sosial, sosial ekonomi, dan body image.
Coopersmith (1998) menyebutkan bahwa
dan
penampilan
meliputi
penampilan
fisik
penilaian
secara
dirinya,
yang
keseluruhan
kehalusan
wajah,
kelangsingan tubuh, berat tubuh, dan tinggi
tubuh, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
biologis, psikologis, historis, sosiokultural
3
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE
berat badan yang digambarkan melalui
dan faktor individual.
Thompson (1990) mengemukakan bahwa
body image dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: tahap perkembangan, berat
badan dan persepsi derajat kekurusan dan
kegemukan,
tren
yang
berlaku
di
masyarakat, dan sosialisasi.
bahwa aspek-aspek body image adalah:
penampilan
(appearance
evaluation)
Penilaian individu terhadap penampilan
tubuh
secara
keseluruhan,
perasaan
menarik atau tidak menarik, memuaskan
atau tidak memuaskan, kenyamanan dan
ketidaknyamanan terdahap penampilan
tubuh.
b. Orientasi
e. Pengkategorian
ukuran
tubuh
(self
classified weight)
Menggambarkan bagaimana seseorang
mempersepsikan,
memandang,
dan
menilai mengenai berat badan mereka,
apakah kurus atau gemuk.
Cash dan Pruzinsky (2002) menyebutkan
a. Evaluasi
perilaku nyata dalam aktivitas sehari-hari
penampilan
(appearance
3. Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup konsumtif adalah pola perilaku
atau tindakan individu untuk mengonsumsi
barang atau jasa yang bukan merupakan
prioritas
kebutuhannya
dan
tanpa
diperhitungkan secara rasional sehingga
sifatnya menjadi berlebihan,
yang dapat
memberikan kepuasan, kenyamanan fisik
dan hasrat untuk memenuhi kesenangan.
Gaya hidup konsumtif tidak terlepas dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya.
orientation)
ditunjukkan
Menurut Kotler (2000) faktor yang dapat
perhatian
mempengaruhi gaya hidup konsumtif ada
terhadap penampilan diri, serta berbagai
dua, yaitu: faktor internal (usia, kepribadian,
usaha
untuk
keadaan ekonomi, motivasi, persepsi, dll)
meningkatkan
dan faktor eksternal (kebudayaan, kelas
penampilan diri agar mencapai tingkat
sosial, keluarga, kelompok acuan, peran dan
yang memuaskan.
status). Menurut Lina dan Rosyid (1997)
Orientasi
penampilan
individu
dalam
yang
tingkat
dilakukan
memperbaiki
dan
c. Kepuasan terhadap bagian atau area
aspek-aspek gaya hidup konsumtif, yaitu:
a. Pembelian Impulsif
tubuh (body area satisfaction)
Merupakan perasaan puas atau tidak
Pembelian impulsif ditunjukkan dengan
puas individu terhadap bagian tubuh
adanya perilaku membeli yang semata-
tertentu secara spesifik.
mata didasari atas keinginan sesaat yang
d. Kecemasan menjadi gemuk (overweight
tanpa
mempertimbangkan
terlebih dahulu dan tidak memikirkan apa
occupation)
Kecemasan
dilakukan
individu
terhadap
kegemukan dan kewaspadaan terhadap
yang akan terjadi ke depannya atau efek
jangka panjang.
4
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE
Utara, dan skincare L di Surakarta bagan
b. Pemborosan
Gaya hidup konsumtif sebagai salah satu
perilaku
yang
menghamburkan
ditandai
uang
tanpa
dengan
didasari
adanya kebutuhan yang jelas.
barang
3. Alat Ukur Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari tiga skala yaitu skala harga
c. Mencari kesenangan
Pembelian
Tengah.
didasari
atas
kesenangan semata, dan didasari atas
kenyamanan dan kebutuhan fisik.
diri, skala body image, dan skala gaya hidup
konsumtif. Model skala yang digunakan
adalah skala likert yang terdiri dari respon
jawaban sangat sesuai (SS). Sesuai (S), tida
sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS).
METODE PENELITIAN
Pernyataan
dalam
skala
penelitian
ini
mengandung
aitem
Penelitian ini menggunakan dua variabel
unfavourable.
Uji
bebas dan satu variabel tergantung. Variabel
menggunakan
teknik
tergantung dalam penelitian ini adalah harga
Pearson,
diri, sedangkan variabel bebasnya adalah
menggunakan formula Alpha
body image dan gaya hidup konsumtif.
dengan program Statistical Product and
1. Variabel Penelitian
favourable
validitas
sedangkan
dilakukan
Product
uji
dan
Moment
reliabilitas
Cronbach
Service Solution (SPSS) versi 23.0.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 80 remaja
4. Teknik Analisis
perempuan pengguna skin care di kota
Teknik analisis data yang digunakan dalam
Surakarta,
penelitian
yang dipilih
dengan
teknik
ini
adalah
analisis
regresi
dan
berganda, untuk mengetahui pengaruh atau
memenuhi kriteria sbb: remaja perempuan
hubungan antar ketiga variabel penelitian.
dengan rentang usia antara 15 sampai 21
Penggunaan teknik analisis regresi ganda
tahun, telah menggunakan produk atau jasa
karena penelitian ini terdiri dari dua variabel
di
tahun,
bebas, yaitu body image dan gaya hidup
berpendidikan minimal SMP (bisa membaca
konsumtif, serta satu variabel tergantung,
dan menulis).
yaitu harga diri. Perhitungan dilakukan
purposive
skin
insidental
care
lebih
sampling,
dari
dua
Sedangkan teknik pemilihan skin care dalam
penelitian ini menggunakan teknik cluster
dengan program Statistical Product and
Service Solution (SPSS) versi 23.0.
sampling, yaitu: skincare N di Surakarta
bagian Barat, skincare E di Surakarta bagian
Timur, skicare E di Surakarta bagian
Selatan, skincare LB di Surakarta bagian
5
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE
signifikansi (linearity) adalah 0,000
HASIL- HASIL
(p 5 mengindikasikan
0,05 atau 5% (Ghozali, 2012). Nilai
terjadi multikolinieritas. Hasil
signifikansi
multikolinieritas
yang
dihasilkan
adalah
ada
(VIF)
tidaknya
pada
hubungan
model
regresi.
uji
mendapatkan
nilai
0,685 (p>0,05), yang berarti bahwa
Variance Inflation Factor (VIF) kurang
dalam model regresi variabel penganggu
dari 5, maka mengindikasikan tidak
atau residual memiliki distribusi normal.
terjadi multikolinearitas.
b. Uji Linieritas
Uji
b. Uji heteroskedastisitas
linieritas
digunakan
untuk
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
mengetahui dua variabel mempunyai
menguji apakah dalam model regresi
hubungan
terjadi
linear
atau
tidak
secara
ketidaksamaan
dari
variance
signifikan. Pengujian linieritas dalam
residual. Metode pengujian untuk uji
penelitian ini menggunakan test of
heteroskedastisitas pada penelitian ini
linierity
dengan
bantuan
program
Statistical Product and Service Solution
(SPSS)
versi
23.0.
Dua
adalah dengan melihat titik-titik pada
pola scatterplots.
variabel
Gambar 1. Scatterpot
dikatakan linear jika signifikansinya
Scatterplot
(linearity) kurang dari 0,05.
Dependent Variable: Harga Diri
Hubungan antara body image dengan
harga diri menunjukan hubungan yang
linier, dikarenakan nilai signifikansi
(linearity)
adalah
0,000
(p
Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup Konsumtif dengan Harga Diri Remaja
Perempuan Pengguna Skin care di Kota Surakarta
The Relationship between Body Image and Lifestyle Consumptive with Self-esteem
Adolescent Girls Who Uses Skin care in Surakarta City
Welly Dwiga Fitriandari, Machmuroch, Pratista Arya Satwika
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebalas Maret
ABSTRAK
Harga diri merupakan dimensi global dari diri yang merupakan penilaian positif atau negatif yang
dibuat individu, yang menunjukkan sejauh mana individu menyukai diri sebagai individu yang mampu,
penting dan berharga. Harga diri remaja tidak terlepas dari pandangan remaja terhadap kondisi fisiknya
atau body image, sedangkan remaja menggunakan berbagai macam barang dan jasa yang mengarah
pada gaya hidup konsumtif untuk menunjang penampilan diri yang terkait dengan harga dirinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara body image, gaya hidup
konsumtif, dan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta.
Penelitian dilakukan pada lima skin care di kota Surakarta, yaitu: skin care N di Surakarta bagian
Barat, skin care E di Surakarta bagian Timur, skin care E di Surakarta bagian Selatan, skin care LB di
Surakarta bagian Utara, dan skin care L di Surakarta bagan Tengah, teknik pemilihan skin care dengan
menggunakan teknik cluster sampling. Sampel penelitian ini sebanyak 80 remaja perempuan pengguna
skin care di kota Surakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive insidental sampling.
Alat ukur yang digunakan ada 3 skala, yaitu skala harga diri, skala body image, dan skala gaya hidup
konsumtif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan bantuan
program SPSS versi 23.0.
Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image
dan gaya hidup konsumtif dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta
dengan signifikansi 0,000 (p Ftabel=3,115. Terdapat hubungan yang
signifikan antara body image dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota Surakarta
dengan signifikansi 0,000 (p Ttabel=1,991. Terdapat hubungan yang
signifikan antara gaya hidup konsumtif dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care di kota
Surakarta, dengan signifikansi 0,002 (p Ttabel= 1,991.
Kata kunci: Harga diri, Body image, Gaya hidup konsumtif.
PENDAHULUAN
Seiring
dengan
bertambahnya
masa anak-anak menuju masa dewasa yang
usia
dan
berkembangnya fisik yang dialami manusia
dalam menjalani kehidupan, manusia akan
melalui masa yang disebut dengan masa
remaja. Santrock (2003) mendefinisikan remaja
sebagai masa perkembangan transisi antara
dimulai dari usia 10 tahun sampai 13 tahun dan
berakhir antara usia 18 tahun sampai 22 tahun,
yang ditandai dengan perubahan biologis,
kognitif,
dan
sosial-emosional.
Perubahan
biologis mencakup perubahan dalam hakikat
fisik individu. Perubahan kognitif meliputi
1
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE
perubahan dalam pikiran, inteligensi dan
Salah satu faktor yang mempengaruhi harga
bahasa
diri individu adalah body image atau citra tubuh
tubuh.
Perubahan
sosial-emosional
meliputi perubahan dalam hubungan individu
(Santrock,
dengan manusia lain, yang meliputi emosi,
menjelaskan bahwa body image merupakan
kepribadian, dan peran dari konteks sosial
gambaran jasmani, citra mental seseorang
perkembangan.
mengenai tubuhnya sendiri. Individu dengan
Perkembangan fisik yang dialami pada masa
remaja akan menimbulkan berbagai
efek
psikologis.
yang
Hanya
sedikit
remaja
mengalami kateksis tubuh atau merasa puas
dengan tubuhnya.
Ketidakpuasan terhadap
perubahan fisik tersebut menjadi salah satu
penyebab timbulnya konsep diri yang negatif
dan kurangnya harga diri pada masa remaja
2007).
Widyatama
(2010)
body image negatif akan menganggap adanya
kekurangan dalam segi fisik. Hal ini menjadi
salah satu alasan para remaja untuk melakukan
perawatan di skin care. Oleh karena itu, tidak
heran jika saat ini banyak skin care, salon, spa
atau sejenisnya yang menawarkan berbagai
perawatan
tubuh
yang
dapat
menunjang
penampilan seseorang.
(Hurlock, 2004). Harga diri merupakan sikap
Skin care merupakan sebuah klinik kecantikan
terhadap diri sendiri yang diartikan sebagai
yang menawarkan pelayanan jasa di bidang
suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya
perawatan kesehatan dan kecantikan kulit,
yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang
rambut, kuku, yang ditangani oleh dokter
bernilai positif maupun negatif (Baron dan
spesialis.
Byrne, 2004). Selama masa transisi hidup,
penelitian yang telah dilakukan di salah satu
harga diri individu seringkali mengalami
skin care di kota Surakarta, perawatan tersebut
penurunan. Harga diri mengalami penurunan
dilakukan karena mereka ingin mengikuti
dari awal atau pertengahan hingga akhir SMA,
trend, dan untuk menunjang penampilan fisik
dan dari SMA hingga memasuki dunia kampus
agar lebih cantik dan menarik sehingga dapat
(Santrock, 2007)
diterima dan dihargai oleh orang-orang di
Grafik 1. Harga Diri Sepanjang Masa Hidup
Berdasarkan
hasil
survey
pra-
sekitarnya.
Perhatian terhadap penampilan diri merupakan
minat yang besar pada usia remaja, hal ini
ditunjukkan dengan perilaku membeli terhadap
barang-barang
yang
dapat
merawat
dan
meningkatkan penampilan dirinya (Hurlock,
2004).
Perilaku
membeli
barang
dan
menggunakan jasa tersebut dapat menimbulkan
suatu gaya hidup konsumtif (Djudiyah dan
Hadipranata,
2002).
Triyaningsih
(2011)
2
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE
menyatakan bahwa gaya hidup konsumtif
aspek-aspek yang terkandung dalam harga
merupakan sebuah perilaku membeli dan
diri yaitu :
menggunakan barang yang tidak didasarkan
a. Power (kekuatan)
pada pertimbangan yang rasional dan memiliki
Kekuatan
kecenderungan untuk mengonsumsi sesuatu
kemampuan
tanpa
orang
batas
dimana
mementingkan
faktor
individu
keinginan
lebih
daripada
dapat
diukur
individu
lain
berdasarkan
mempengaruhi
melalui
penguasaan
perilakunya. Kekuatan ini juga bisa
kebutuhan yang dapat memberikan kepuasan
ditunjukkan
dan kenyamanan fisik.
penerimaan, dan penghormatan dari orang
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik
untuk
melakukan
penelitian
mengenai
“Hubungan antara Body Image dan Gaya Hidup
Konsumtif
dengan
Harga
Perempuan Pengguna
Diri
Remaja
Skin care di kota
Surakarta”.
dalam
penghargaan,
lain. Individu yang mempunyai kekuatan
ini
akan
menunjukkan
sikap
asertif
mempunyai semangat yang tinggi.
b. Significance (keberartian)
Keberartian yang didapat individu dapat
dilihat
dari
penerimaan,
perhatian,
penghargaan, dan adanya kasih sayang
dari orang lain.
DASAR TEORI
c. Virtue (kebajikan)
Kebajikan ditunjukkan individu dengan
1. Harga Diri
Harga diri adalah dimensi global dari diri
yang merupakan penilaian positif atau
negatif yang dibuat individu. Tentang hal
yang
berkaitan
menunjukkan
dengan
sejauh
dirinya,
mana
yang
individu
menyukai dirinya sebagai individu yang
mampu, penting dan berharga. Secara
singkat harga
diri adalah
“personal
adanya kesesuaian dengan moral dan etika
yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
d. Competence (kompetensi)
Kompetensi dilihat pada individu yang
mempunyai kemampuan atau skill yang
cukup.
2. Body Image
Body
image
adalah
pikiran,
perasaan,
judgment” mengenai perasaan berharga atau
persepsi dan evaluasi individu terhadap
berarti yang di ekspresikan dalam sikap-
tubuh
sikap individu terhadap dirinya.
digambarkan dengan kepuasan tubuh dan
Burn (1993) menyatakan ada lima faktor
yang memengaruhi harga diri seseorang,
yaitu: Pengalaman, pola asuh, lingkungan
sosial, sosial ekonomi, dan body image.
Coopersmith (1998) menyebutkan bahwa
dan
penampilan
meliputi
penampilan
fisik
penilaian
secara
dirinya,
yang
keseluruhan
kehalusan
wajah,
kelangsingan tubuh, berat tubuh, dan tinggi
tubuh, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
biologis, psikologis, historis, sosiokultural
3
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE
berat badan yang digambarkan melalui
dan faktor individual.
Thompson (1990) mengemukakan bahwa
body image dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: tahap perkembangan, berat
badan dan persepsi derajat kekurusan dan
kegemukan,
tren
yang
berlaku
di
masyarakat, dan sosialisasi.
bahwa aspek-aspek body image adalah:
penampilan
(appearance
evaluation)
Penilaian individu terhadap penampilan
tubuh
secara
keseluruhan,
perasaan
menarik atau tidak menarik, memuaskan
atau tidak memuaskan, kenyamanan dan
ketidaknyamanan terdahap penampilan
tubuh.
b. Orientasi
e. Pengkategorian
ukuran
tubuh
(self
classified weight)
Menggambarkan bagaimana seseorang
mempersepsikan,
memandang,
dan
menilai mengenai berat badan mereka,
apakah kurus atau gemuk.
Cash dan Pruzinsky (2002) menyebutkan
a. Evaluasi
perilaku nyata dalam aktivitas sehari-hari
penampilan
(appearance
3. Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup konsumtif adalah pola perilaku
atau tindakan individu untuk mengonsumsi
barang atau jasa yang bukan merupakan
prioritas
kebutuhannya
dan
tanpa
diperhitungkan secara rasional sehingga
sifatnya menjadi berlebihan,
yang dapat
memberikan kepuasan, kenyamanan fisik
dan hasrat untuk memenuhi kesenangan.
Gaya hidup konsumtif tidak terlepas dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya.
orientation)
ditunjukkan
Menurut Kotler (2000) faktor yang dapat
perhatian
mempengaruhi gaya hidup konsumtif ada
terhadap penampilan diri, serta berbagai
dua, yaitu: faktor internal (usia, kepribadian,
usaha
untuk
keadaan ekonomi, motivasi, persepsi, dll)
meningkatkan
dan faktor eksternal (kebudayaan, kelas
penampilan diri agar mencapai tingkat
sosial, keluarga, kelompok acuan, peran dan
yang memuaskan.
status). Menurut Lina dan Rosyid (1997)
Orientasi
penampilan
individu
dalam
yang
tingkat
dilakukan
memperbaiki
dan
c. Kepuasan terhadap bagian atau area
aspek-aspek gaya hidup konsumtif, yaitu:
a. Pembelian Impulsif
tubuh (body area satisfaction)
Merupakan perasaan puas atau tidak
Pembelian impulsif ditunjukkan dengan
puas individu terhadap bagian tubuh
adanya perilaku membeli yang semata-
tertentu secara spesifik.
mata didasari atas keinginan sesaat yang
d. Kecemasan menjadi gemuk (overweight
tanpa
mempertimbangkan
terlebih dahulu dan tidak memikirkan apa
occupation)
Kecemasan
dilakukan
individu
terhadap
kegemukan dan kewaspadaan terhadap
yang akan terjadi ke depannya atau efek
jangka panjang.
4
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE
Utara, dan skincare L di Surakarta bagan
b. Pemborosan
Gaya hidup konsumtif sebagai salah satu
perilaku
yang
menghamburkan
ditandai
uang
tanpa
dengan
didasari
adanya kebutuhan yang jelas.
barang
3. Alat Ukur Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari tiga skala yaitu skala harga
c. Mencari kesenangan
Pembelian
Tengah.
didasari
atas
kesenangan semata, dan didasari atas
kenyamanan dan kebutuhan fisik.
diri, skala body image, dan skala gaya hidup
konsumtif. Model skala yang digunakan
adalah skala likert yang terdiri dari respon
jawaban sangat sesuai (SS). Sesuai (S), tida
sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS).
METODE PENELITIAN
Pernyataan
dalam
skala
penelitian
ini
mengandung
aitem
Penelitian ini menggunakan dua variabel
unfavourable.
Uji
bebas dan satu variabel tergantung. Variabel
menggunakan
teknik
tergantung dalam penelitian ini adalah harga
Pearson,
diri, sedangkan variabel bebasnya adalah
menggunakan formula Alpha
body image dan gaya hidup konsumtif.
dengan program Statistical Product and
1. Variabel Penelitian
favourable
validitas
sedangkan
dilakukan
Product
uji
dan
Moment
reliabilitas
Cronbach
Service Solution (SPSS) versi 23.0.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 80 remaja
4. Teknik Analisis
perempuan pengguna skin care di kota
Teknik analisis data yang digunakan dalam
Surakarta,
penelitian
yang dipilih
dengan
teknik
ini
adalah
analisis
regresi
dan
berganda, untuk mengetahui pengaruh atau
memenuhi kriteria sbb: remaja perempuan
hubungan antar ketiga variabel penelitian.
dengan rentang usia antara 15 sampai 21
Penggunaan teknik analisis regresi ganda
tahun, telah menggunakan produk atau jasa
karena penelitian ini terdiri dari dua variabel
di
tahun,
bebas, yaitu body image dan gaya hidup
berpendidikan minimal SMP (bisa membaca
konsumtif, serta satu variabel tergantung,
dan menulis).
yaitu harga diri. Perhitungan dilakukan
purposive
skin
insidental
care
lebih
sampling,
dari
dua
Sedangkan teknik pemilihan skin care dalam
penelitian ini menggunakan teknik cluster
dengan program Statistical Product and
Service Solution (SPSS) versi 23.0.
sampling, yaitu: skincare N di Surakarta
bagian Barat, skincare E di Surakarta bagian
Timur, skicare E di Surakarta bagian
Selatan, skincare LB di Surakarta bagian
5
FITRIANDARI / HARGA DIRI REMAJA PEREMPUAN PENGUNA SKIN CARE
signifikansi (linearity) adalah 0,000
HASIL- HASIL
(p 5 mengindikasikan
0,05 atau 5% (Ghozali, 2012). Nilai
terjadi multikolinieritas. Hasil
signifikansi
multikolinieritas
yang
dihasilkan
adalah
ada
(VIF)
tidaknya
pada
hubungan
model
regresi.
uji
mendapatkan
nilai
0,685 (p>0,05), yang berarti bahwa
Variance Inflation Factor (VIF) kurang
dalam model regresi variabel penganggu
dari 5, maka mengindikasikan tidak
atau residual memiliki distribusi normal.
terjadi multikolinearitas.
b. Uji Linieritas
Uji
b. Uji heteroskedastisitas
linieritas
digunakan
untuk
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
mengetahui dua variabel mempunyai
menguji apakah dalam model regresi
hubungan
terjadi
linear
atau
tidak
secara
ketidaksamaan
dari
variance
signifikan. Pengujian linieritas dalam
residual. Metode pengujian untuk uji
penelitian ini menggunakan test of
heteroskedastisitas pada penelitian ini
linierity
dengan
bantuan
program
Statistical Product and Service Solution
(SPSS)
versi
23.0.
Dua
adalah dengan melihat titik-titik pada
pola scatterplots.
variabel
Gambar 1. Scatterpot
dikatakan linear jika signifikansinya
Scatterplot
(linearity) kurang dari 0,05.
Dependent Variable: Harga Diri
Hubungan antara body image dengan
harga diri menunjukan hubungan yang
linier, dikarenakan nilai signifikansi
(linearity)
adalah
0,000
(p