Sistem Investasi Bagi Hasil Dalam Akad Mudharabah Pada Asuransi Syariah Berdasarkan PERMA No.2 Tahun 2008 tentang KHES dan Fatwa DSN MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

SISTEM INVESTASI BAGI HASIL DALAM AKAD MUDHARABAH
PADA ASURANSI SYARIAH BERDASARKAN PERATURAN
MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KOMPILASI
HUKUM EKONOMI SYARIAH DAN FATWA DSN MUI NOMOR 21/DSNMUI/X/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH
ABSTRAK
Akad Mudharabah secara umum diatur pada Peraturan Mahkamah
Agung No.2 Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
(KHES), sedangakan akad mudharabah pada asuransi syariah diatur
pada Fatwa DSN MUI No 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah. Pada asuransi syariah terdapat dua sistem pengelolaan
dana, pertama sistem dengan unsur tabungan, dimana premi peserta
terdiri dari dana tabungan dan dana tabarru’. Kedua sistem tanpa unsur
tabungan, dimana premi peserta hanya terdiri dari dana tabarru’. Danadana tersebut diinvestasikan pada instrumen syariah sesuai dengan
bagian kedelapan Fatwa DSN MUI No.21/DSN-MUI/X/2001. Dana yang
diinvestasikan dengan akad mudharabah, keuntungannya harus dibagi
hasilkan berdasarkan nisbah sesuai dengan bagian keenam Fatwa DSN
MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 dan Pasal 194 ayat (3), Pasal 198 ayat (1),
Pasal 199 ayat (1) KHES, yang menjelaskan bahwa keuntungan dari akad
mudharabah merupakan hak para pihak sehingga harus dibagi hasilkan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu
penelitian hukum yang dilaksanakan melalui penelitian kepustakaan yang

dititikberatkan pada analisis terhadap peraturan perundang-undangan
serta data-data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara,
sehingga penelitian ini dispesifikasikan ke dalam penelitian yang bersifat
deskriptif analitis, dengan tahap-tahap penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan.
Hasil penelitian ini adalah: pertama, kedudukan akad mudharabah
pada asuransi syariah memiliki kekuatan hukum berdasarkan pada
Peraturan Mahkamah Agung No. 2 tahun 2008 tentang KHES. Kedua,
Perusahaan asuransi syariah menginvestasikan dana peserta pada
instrumen syariah. Klausul nisbah bagi hasil dalam akad mudharabah
sudah dibakukan oleh perusahaan asuransi syariah. Pada asuransi
dengan unsur tabungan, penerapan bagi hasil dengan akad mudharabah
dari keuntungan dana peserta sudah sesuai dengan KHES dan Fatwa
DSN MUI No.21/DSN-MUI/X/2001, sedangkan pada asuransi syariah
tanpa unsur tabungan, penerapan akad mudharabah kurang transparan
serta bagi hasil dengan akad mudharabah dari keuntungan dana tabarru’
hanya pada peserta yang tidak mengajukan klaim dan tidak
mengundurkan diri pada masa pertanggungan, hal ini kurang sesuai
dengan KHES dan Fatwa DSN MUI No.21/DSN-MUI/2001 tentang
Pedoman Umum Asuransi Syariah.


iv