PEMBERITAHUAN EKSPOR BARANG (PEB) SEBAGAI DOKUMEN YANG KEDUDUKANNYA DAPAT DIPERSAMAKAN DENGAN FAKTUR PAJAK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.42 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI.
ABSTRAK
PEMBERITAHUAN EKSPOR BARANG (PEB) SEBAGAI DOKUMEN YANG
KEDUDUKANNYA DAPAT DIPERSAMAKAN DENGAN FAKTUR PAJAK
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 42 TAHUN 2009 TENTANG
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (UU PPN)
MONICA SISKANIATI
110111100031
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) merupakan dokumen pabean
yang digunakan untuk memberitahukan pelaksanaan ekspor barang yang
dibuat oleh eksportir. Penulis menyoroti dokumen PEB tersebut apakah
merupakan dokumen yang pada umumnya tergolong dalam dokumen penting
yang ada dalam perdagangan internasional. Sedangkan dalam mekanisme
pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dalam kegiatan Ekspor, dokumen PEB
digunakan sebagai pengganti Faktur Pajak. Sesuai dengan Peraturan Jendral
Pajak Nomor PER-67/PJ/2010 menyatakan bahwa Dokumen PEB
merupakan salahsatu dokumen yang kedudukannya dapat dipersamakan
dengan Faktur Pajak.
Pemasalahannya yaitu ketika Petugas Ditjen Pajak melakukan
pemeriksaan SPT Masa PPN PT. Delphi, Petugas Ditjen Pajak mengoreksi
dan menetapkan bahwa dokumen PEB sebagai pengganti Faktur Pajak
tersebut tidak lengkap, padahal dokumen PEB tersebut terlebih dahulu sudah
difiat oleh petugas Ditjen Bea dan Cukai, dan seharusnya tidak kembali
dipermasalahkan. Dalam Surat Ketetapan Pajak tersebut Ditjen Pajak juga
membebankan sanksi administratif terhadap ketidaklengkapan dokumen PEB
tersebut sebagai faktur pajak yang tidak lengkap berdasarkan UU KUP.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif yang menitikberatkan pada penggunaan data
sekunder, serta spesifikasi penelitian yang digunakan adalah dengan
deskriptif analitis yaitu memaparkan tentang peraturan perundang-undangan
yang berlaku serta teori hukum yang perlu untuk diterapkan dalam mencapai
kepastian hukum terhadap permasalahan yang diangkat penulis. Analisis
data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif.
Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa PEB bukan
merupakan dokumen yang pada umumnya digunakan dalam perdagangan
internsional tetapi dokumen PEB tersebut hanya dipergunakan dalam
mekasisme kegiatan ekspor. Terkait Pajak Pertambahan Nilai, seharusnya
Ditjen Pajak tidak dapat membebankan sanksi administratif terhadap
ketidaklengkapan dokumen PEB tersebut karena tidak relevan terlebih
dokumen PEB tersebut sudah difiat oleh Ditjen Bea dan Cukai artinya
dokumen tersebut seharusnya sudah dinyatakan sebagai dokumen yang
lengkap.
iv