EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI-STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DAN METODE AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR).

KNPM 6

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI-STUDENT
CENTERED LEARNING (SCL) DAN METODE AUDITORY
INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)
Ni Made Asih1
Jurusan Matematika,FMIPA Universitas Udayana, asihmath77@gmail.com

1

Abstrak

Pada Jurusan Matematika mata kuliah Fungsi Kompleks merupakan mata kuliah wajib di
semester tiga. Nilai fungsi kompleks dikategorikan rendah dan standar, hal ini dikarenakan
model pembelajarannya. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor interen dan
eksteren. Faktor interen salah satunya adalah dari siswa sendiri berupa kesiapan siswa dalam
menghadapi perkuliahan atau proses belajar mengajarnya(PBM), sedangkan factor
eksterennya salahsatunya yaitu kegiatan siswa diluar kelas dalam mengikuti suatu
organisasi,keadaan keluarga, dan lainnya. Untuk keaktifan siswa dalam Proses Belajar

Mengajar akan dilaksanakan dengan kombinasi metode Demostrasi dan metode Student
Centered Learning (SCL), dibandingkan dengan metode Audiotory Intellectualy Repetition
(AIR) , metode demonstrasi adalah model pembelajaran yang mendemokan, memaparkan,
menjelaskan baik berupa alat peraga, objek ataupun mendemokan materi/Konsep dan Metode
Student Centered Learning (SCL) adalah Model Pembelajaran yang berfokus pada kreatifitas
siswa dalam proses belajar mengajar,sedangkan Model pembelajaran (Auditory Intellectually
Repetition) AIR adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar
siswa, dimana siswa secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun
kelompok dan diharapkan siswa lebih aktif dan berperan serta dalam Proses belajar mengajar
(PBM). Sampel yang akan digunakan adalah mahasiswa yang mengambil mata kuliah fungsi
kompleks tahun ajaran 2011, mahasiswa akan dibagi menjadi 2 kelompok kelas, yaitu kelas
A terdiri dari 22 orang dan kelas B terdiri dari 22 orang, dengan kategori kedua kelas
mempunyai kemampuan yang sama dan diberikan perlakuan berbeda dari kedua metode
tersebut. Keefektifan metode akan di ujikan dengan uji dua sampel berpasangan (two paired
sample).Hasil penelitian setelah diberikan pembelajaran dari kombinasi Metode Demostrasi
dan metode Student Centered Learning (SCL), menunjukkan dikelas A memperoleh p value
0,329 dan dikelas B dengan metode Audiotory Intellectualy Repetition (AIR) memperoleh
p value 0,485, yang artinya kedua kelas tidak ada pengaruh diadakannya metode
pembelajaran tersebut. Hasil pengujian hipotesis penelitian untuk kedua kelas yaitu
memperoleh p value 0,199 yaitu menolak Ho yang artinya dari kedua kelas tidak ada

perbedaan hasil belajar, hal ini bukan berarti kedua metode tidak efektif, tetapi kesiapan
siswanya yang kurang dalam menghadapi model pembelajaran yang baru, waktu yang kurang
lama, dan materi yang padat, serta factor eksteren lainnya.
Dengan kata lain peneliti dapat menyarankan bahwa untuk melakukan pembelajaran dengan
metode Demostrasi dan metode Student Centered Learning (SCL), dibandingkan dengan
metode Audiotory Intellectualy Repetition (AIR), diharapkan kesiapan siswa dipersiapkan
dulu, menyediakan waktu yang cukup lama, materi yang sudah dipersiapkan dengan baik,
dan jadwal yang padat dalam mengikuti organisasi.
Kata kunci: Keberhasilan Belajar , Model pembelajaran Demonstrasi, Model pembelajaran
SCL,Model pembelajaran AIR.

1

KNPM 6

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

PENDAHULUAN
Di Tingkat Perguruan tinggi , khususnya di Universitas Udayana sistem pembelajaran
sudah mulai dikembangkan. Di tingkat universitas, kategori usia siswa dan pola berpikir,

tingkah laku dapat dikatakan dewasa dan mandiri. Proses belajar mengajar pun diusahkan
menyenangkan dan tidak membosankan dan berjalan secara mandiri dengan saran dan
prasarana yang tersedia. Dijurusan matematika Fakultas MIPA Universitas Udayana, seluruh
siswa yang memilih jurusan matematika otomatis sudah pasti senang dan menyenangi
matematika walaupun mata ajar ini dianggap sulit oleh beberapa siswa lain. Hanya saja
bagaimana cara Dosen yang memberikan PBM dan melaksanakan perkuliahan agar kelas
menjadi bergairah dan menyenangkan, supaya prestasi siswa meningkat. Sebagai mata kuliah
yang akan dipakai objek dalam PBM ini adalah mata Kuliah Fungsi Kompleks, mata kuliah
ini keluar setiap semester tiga dan merupakan mata kuliah wajib. Mata kuliah fungsi
kompleks selama ini memperoleh keberhasilan belajar yang masih dikategorikan rendah,
disamping mata kuliah ini memang agak berat dalam pemahaman konsep, materi yang
banyak. Dosen ingin mengubah model pembelajaran yang berlangsung selama ini yaitu
metode pembelajaran konvensional yang

hanya mentransfer ilmu secara monoton dan

menjenuhkan, model pembelajaran yang akan diperkenalkan yaitu

kombinasi model


pembelajaran demonstrasi dan SCL yang akan dibandingkan dengan model pembelajaran
metode AIR. Keberhasilan belajar dan keefektifan proses belajar mengajarnya akan dianalisis
dengan uji dua sampel berpasangan (two paired sample).

TINJAUAN PUSTAKA
Keberhasilan belajar diketahui dari hasil evaluasi,artinya pencapaian tingkat keberhasilan
sudah mencapai tujuan dan tolak ukur yang ditetapkan suatu program. Keberhasilan belajar
yaitu tercapainya keadaan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang banyak dijadikan sebagai tolak
ukur keberhasilan adalah daya serap siswa terhadap pelajarannya.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan dari test prestasi,
digolongkan kedalam jenis penilaian yaitu :(a). Tes Formatif; test ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan anak dalam waktu dan hal tertentu seperti ulangan hariann dari
gurunya;, (b). Tes Subsumatif;tes ini digunakan dalam mengisi hasil beljar pada laporan rapot
dengan beberapa materi saja dalam waktu tertentu(UTS), (c). Tes Sumatif; test ini bertujuan
untuk mengetahui ranking dalam kenaikan kelas dengan waktu tertentu dan berlangsung satu

2

KNPM 6


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

semester/lebih (UAS).

Metode pembelajaran Demonstrasi
Pengertian model pembelajaran demonstrasi menurut Jusuf Djajadisastra,dkk(1989)
mengemukakan bahwa model demonstrasi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran
dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau cara melakukan kegiatan, atau
prosesnya. Sedangkan menurut Nana Sudjana(2000) mengatakan bahwa model demonstrasi
adalah metode mengajar yang efektif, sebab membantu para siswa mencari jawaban dengan
usaha sendiri berdasarkan olahan yang benar, nyata benar. Dari Syaiful Bahri Djamariah dan
aswan Zain (1996) mengemukakan bahwa model demonstrasi adalah cara penyajian bahan
pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada para siswa suatu proses
memperoleh hasil, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.Dengan model demonstrasi ini
siswa dapat menerima pelajaran dengan kesan yang mendalam, membentuk pengertian
dengan baik dan sempurna. Berdasarkan beberapa pendapat tentang model demonstrasi ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa model demonstrasi adalah suatu cara menyajikan bahan
pelajaran dengan memepertunjukkan secara langsung objeknya, atau cara melakukan suatu

kegiatan atau prosesnya.
Tujuan penggunaan metode demonstarsi ialah untuk menjelaskan suatu bahan pelajaran
yang tidak mungkin hanya diberikan secara lisan saja.Hal ini erat sekali hubungannya denagn
penjelasan penjelasan yang bersangkutan dengan bentuk, warna, sususnan, bagian bagian dan
proses kerja dari objek yang didemonstrasikan.Langkah langkah pelaksanaan metode ini
adalah pertamapersiapan/perencanaan untuk menciptakan kondisi belajar untuk pelaksanaan
pembelajaran, kedua pelaksanaan dengan tahapan menjelaskan prosedur atau proses, diamati
dan diikuti oleh siswa, sikap kritis siswa, tanya jawab, memberikan siswa untuk bergantian
mendemokan materi dan soal, membuat penilaian, dan ketiga memberika tugas baik secara
lisan maupun tertulis dalam evaluasi yang baik dan benar.(Desak dan asih,2013)

Model Pembelajaran SCL
Berikut ini beberapa pengertian SCL dari berbagai literatur; Rogers (1983), SCL
merupakan hasil dari transisis perpidahan kekuatan dalam proses pembelajaran, dari kekuatan
dosen sebagai pakar menjadi kekuatan mahasiswa sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi
setelah banyak harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan siswa
menjadi pasif, bosan dan resisten, Kember (1997), SCL merupakan sebua kutub proses
3

KNPM 6


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

pembelajaran yang menekankan mahasiswa sebagai pembangun pengetahuan sedangkan
kutub yang lain adalah dosen sebagai agen yang memberikan pengetahuan, Harden dan
Crosby (2000), SCL menekankan pada Mahasiswa sebagai pembelajar dan apa yang
dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru.
Dari berbagai definisi tersebut dapat dipahami bahwa Student Centered Learning (SCL)
adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses
belajar. Model pembelajaran ini berbeda dari model belajar Instructor-Centered Learning
yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif bersikap pasif.
Dalam menerapkan konsep Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan sebagai
peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif
untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat
menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan
kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya menekankan pada minat, kebutuhan dan
kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk
membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Model belajar ini sekaligus dapat
mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti
kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam

berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian teknis, serta wawasan
global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan.
Materi dan model penyampaian pembelajaran dalam SCL secara lengkap meliputi 3 aspek,
yaitu (1) isi ilmu pengetahuan (IPTEK), (2) sikap mental dan etika yang dikembangkan, dan
(3) nilai-nilai yang diinternalisasikan kepada para mahasiswa. Di dalam proses SCL terdapat
hubungan

“tarik-menarik”

antara

learner

support

dan

learner

control


(http//google.com.2014.Pendidikan-Konsep SCL).

Model Pembelajaran Kooperatif AIR
Model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) adalah suatu model
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa, dimana siswa secara aktif
membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok, dengan cara
mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Menurut Herdian model pembelajaran AIR mirip
dengan SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectually) dan VAK (Visualization Auditory
Kinesthetic), bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman,

perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
Istilah AIR diambil dari kependekan unsur-unsurnya yaitu Auditory, Intellectually dan
4

KNPM 6

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Repetition. Adapun penjelasan mengenai unsur-unsur AIR adalah sebagai berikut :


a. Auditory (A);Auditory adalah belajar dengan berbicara dan mendengarkan, menyimak,
presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Menurut Meier ada
beberapa gagasan untuk meningkatkan penggunaan auditory dalam belajar, diantaranya
(Yusuf dan juntika,2005). Auditory yang dimaksud disini yaitu ketika kita membuat suara
sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif
b. Intellectually ( I ); Intellectually adalah belajar dengan berfikir untuk menyelesaikan
masalah, kemampuan berfikir perlu dilatih dengan latihan bernalar, menciptakan,
memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapakan. Menurut Meier Intellectually
dalam belajar akan terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam aktivitas memecahkan
masalah, menganalisis pengalaman, mencari dan menyaring informasi, merumuskan
pertanyaan (Ali dan Asrori,2011).
c. Repetition ( R ); Repetition merupakan pengulangan yang bermakna mendalami,
memantapkan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Dengan adanya
latihan dan pengulangan akan membantu proses mengingat. Pengulangan yang dilakukan
tidak berarti dilakukan dengan bentuk pertanyaan atau informasi yang sama, melainkan
dalam bentuk informasi yang bervariatif sehingga tidak membosankan. Dengan pemberian
soal dan tugas, siswa akan mengingat informasi-informasi yang diterimanya dan terbiasa
untuk


menyelesaikan

permasalaha-permasalahan

matematika

(http://jaul4blog.wordpress.com,2013).
Langkah-langkah model pembelajaran AIR adalah sebagai berikut :(a). Siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok 4-5 anggota; (b). Siswa
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru; (c). Setiap kelompok mendiskusikan
tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil dari hasil diskusi tersebut dan
selanjutnya untuk dipresentasikan didepan kelas (Auditory) ; (d). Saat diskusi berlangsung,
siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi[15]; (e). Masingmasing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan
kemampuan mereka untuk menyelesaikan maslah dari guru (Intellectual); (f). Setelah selesai
berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis
tiap individu (Repetition) )http://annieck-dheh.blogspot.com,2013).
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun yang menjadi
kelebihan dari model pembelajaran AIR adalah sebagai berikut: (1) Melatih pendengaran dan
keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat (Auditory); (2) Melatih siswa untuk
memecahkan masalah secara kreatif (Intellectually); (3) Melatih siswa untuk mengingat
5

KNPM 6

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

kembali tentang materi yang telah dipelajari (Repetition); (4) Siswa menjadi lebih aktif dan
kreatif.
Sedangkan yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran AIR adalah dalam model
pembelajaran AIR terdapat tiga aspek yang harus diintegrasikan yakni Auditory,
Intellectually, Repetition sehingga secara sekilas pembelajaran ini membutuhkan waktu yang

lama. Tetapi, hal ini dapat diminimalisir dengan cara pembentukan kelompok pada aspek
Auditory dan Intellectually (http://widyoktivia.blogspot.com,2013).

Uji Statistik dua sampel berpasangan (Two paired sampel).
Adapun peneliti juga melakukan uji statistik yaitu uji t dua sampel berpasangan untuk
mengetahui signifikansinya dari metode pembelajaran

ini. Langkah-langkahnya adalah;

(1).Menentukan nilai evaluasi dari masing masing kelompok pada kelompok A (Kombinasi
metode demonstrasi dan SCL) dan kelompok B (metode AIR);
(2).Menguji nilai masing masing kelompok dengan uji dua sampel berpasangan, kemudian
membandingkan kedua nilai kedua kelompok dengan uji t dua sampel berpasangan, dengan
selang kepercayaan 5% atau alpha 0,05(Walpole).
Hipotesis yang dipakai;
H0 = Ada pengaruh metode yang diberikan terhadap hasil belajar
H1 = Tidak ada pengaruh metode yang diberikan terhadap hasil belajar
(3).Menyimpulkan hasil perbandingan dari p value yang didapatkan dari kedua kelompok
yaitu kelas A dan kelas B dengan metode yang berbeda.
Observasi Pembelajaran (Deskriptif).
Beberapa aspek yang akan dinilai dari pelaksanaan pembelajaran antara lain adalah;
a. Partisipasi (Kehadiran Penuh dan Tidak hadir)
b. Tanggung Jawab (Penuh dan Cukup)
c. Ketrampilan/Psikomotorik
d. Kemandirian (Mandiri, Cukup)
e. Kriteria Keaktifan (Aktif, Cukup Aktif, Tidak Aktif)

METODE DAN HASIL PENELITIAN
Jenis dan Sumber data pada penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data
yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya, yang
diperoleh dari hasil kombinasi pembelajaran metode demonstrasi- metode SCL, dan model
6

KNPM 6

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

pembelajaran AIR. Sampel yang akan dipakai adalah mahasiswa yang mengambil mata
kuliah Fungsi Kompleks. Dalam pelaksanaanya kombinasi model demonstrasi dan SCL
dibentuk kelompok A, serta dari metode AIR juga ada kelompok B, dengan kata lain kelas
Fungsi kompleks akan dipecah menjadi dua kelompok. Kelompok A terdiri dari 22
mahasiswa yang akan diberikan pembelajaran dengan metode Demonstrasi dan SCL, dan
kelompok B akan diberikan pembelajaran dengan metode AIR yang terdiri dari 22
mahasiswa. Kedua kelompok terdiri dari mahasiswa dengan keadaan kemampuannya yang
sama. Materi yang akan diberikan juga sama, jam atau waktu pelaksanaanya juga sama (6
bulan)/satu semester.
Adapun variable yang akan dinilai adalah Proses pelaksanaan metode, yaitu dapat dilihat dari
table 1.
Tabel 1. Penilaian proses Pembelajaran pada Metode Demonstrasi dan SCL.
No

1.

Aspek yang dinilai

Jumlah
Jumlah Persentase
(orang)
(%)

Partisipasi
a.Kehadiran Penuh
b.Tidak hadir
Tanggung Jawab
a.Penuh
b.Cukup
Ketrampilan/Psikomotorik
Kemandirian
a.Mandiri
b.Cukup
Kriteria Keaktifan
a. Aktif
b.Cukup Aktif
c.Tidak Aktif

2.

3.
4.

5.

22
0

100
0

20
2
22

90,9
9,09
100

18
4

36,36
18,18

18
2
2

36,36
9,09
9,09

Tabel 1 mengartikan bahwa kelas A terdiri dari 22 mahasiswa,

Partisipasi 100%,

Tanggung jawab 90%., Ketrampilan /Psikomotorik 100%, Kemandirian 36,36%, Keaktifan
penuh 36,36%, hal ini menandakan kelas A dengan semangat dan aktif , senang dengan
model pembelajaran yang baru. Sedangkan untu hasil pembelajaran pada kelas B dapat
dilihat pada table 2, sebagai berikut;
Tabel 2. Penilaian proses Pembelajaran pada Metode AIR.
No

Aspek yang dinilai

Jumlah
Jumlah Persentase
(orang)
(%)

7

KNPM 6
1.

2.

3.
4.

5.

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Partisipasi
a.Kehadiran Penuh
b.Tidak hadir
Tanggung Jawab
a.Penuh
b.Cukup
Ketrampilan/Psikomotorik
Kemandirian
a.Mandiri
b.Cukup
Kriteria Keaktifan
a. Aktif
b.Cukup Aktif
c.Tidak Aktif

22
0

100
0

18
4
15

36,36
18,18
68,18

15
7

68,18
31,81

15
4
3

68,18
18,18
13,63

Tabel 2 mengartikan bahwa kelas B terdiri dari 22 mahasiswa,

Partisipasi 100%,

Tanggung jawab 36,36%., Ketrampilan /Psikomotorik 68,18%, Kemandirian 68,18%,
Keaktifan penuh 68,18%, hal ini menandakan kelas B dengan lebih semangat dan aktif ,
senang dengan model pembelajaran yang baru.
Hasil dari ujian atau test untuk kelas A ditunjukkan dari table 3.
Tabel 3. Data Nilai Tes 1 dan Test 2 pada Metode Demonstrasi dan SCL
Klp Interval
Nilai Nilai

1.
2.
3.
4.

Kategori

80-100
Amat baik
70-79
Baik
56-69
Cukup
0-55
Kurang
Jumlah

Jumlah
UTS- test 1
Frekuensi

%

6
6
1
9

27,72
27,27
4,54
40,9

Jumlah
UAS – test 2
Frekuensi
%
11
2
3
6

0,5
9,09
13,63
27,27

Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari 27,72% pada ujian 1 menjadi 50%
pada ujian 2, walaupun adanya sedikit peningkatan dan peningkatannya pun tidak sampai
80%, akan tetapi sudah 50% mahasiswa sudah mampu dalam hasil belajarnya ( kurang
efektif dilaksanakan).
Hasil Uji t dari sampel kelas A menunjukkan bahwa nilai P adalah 0,329 mengidikasikan
bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran ini dengan madel konvensional yang PBM
selama ini dilaksanakan
Sedangkan dari kelas B terlihat pada table 4 sebagai berikut;
Tabel 4. Data Nilai Tes 1 dan 2 pada Metode AIR.

8

KNPM 6

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Klp Interval
Nilai Nilai

1.
2.
3.
4.

Kategori

80-100
Amat baik
70-79
Baik
56-69
Cukup
0-55
Kurang
Jumlah

Jumlah
UTS
Frekuensi

%

6
5
6
5

27,27
22,72
27,27
22,72

Jumlah
UAS
Frekuensi
%
9
2
3
8

40,9
9,09
13,63
36,36

Tabel 4 , dari kelas B menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari 27,27% pada ujian 1
menjadi 40,9% pada ujian 2, walaupun adanya sedikit peningkatan dan peningkatannya pun
tidak sampai 80%, akan tetapi sudah 40,9% mahasiswa sudah mampu dalam hasil belajarnya
( kurang efektif dilaksanakan ).
Kelas B menunjukkan bahwa nilai P adalah 0,485 mengidikasikan bahwa tidak ada
pengaruh model pembelajaran ini dengan model konvensional yang PBM selama ini
dilaksanakan.
Hasil Uji t dua sampel berpasangan dari kelas A dan Kelas B adalah ;
Paired T for C8 - C3
N

Mean

St.Deviasi

Kelas B

22

-3.14

20.67

4.41

Kelas A

22

3.36

15.77

3.36

Selisih

22

-6.50

22.96

4.90

SE Mean

95% CI for mean difference: (-16.68, 3.68)
T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -1.33 P-Value = 0.199
Nilai p adalah 0,199 artinya bahwa tidak ada pengaruh perbedaan model pembelajaran dari
kedua metode yang dilaksanakan dari kelas A dan kelas B, artinya kedua metode sama
baiknya untuk dilaksanakan dalam pembelajara mata kuliah Fungsi kompleks.

DAFTAR PUSTAKA

Djajadisastra,Jusuf.1989.Administrasi
pendidikan
dan
Pengajaran.Bandung:Proyek BPG tertulis,Depdikbud

Metodologi

Marpaung, Y. 1999. Mengejar Ketertinggalan Kita dalam PendidikanMatematika.
Mengutamakan Proses Berpikir dalamPembelajaran Matematika.
Makalah Disampaikan dalamUpacara Pembukaan Program S3
Pendidikan Matematika UNESA, Tanggal 10 September 1999.

9

KNPM 6

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Nana,Sudjana.1996.Cara Belajar siswa Aktif dalam proses belajar Mengajar. Bandung:Sinar
Baru Algensindo
Nilakusmawati,Desak Nila dan Asih Ni Made.2013.Kajian Teoritis Beberapa Model
Pembelajaran.Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana.
Muhibbin Syah, 2005,Psikologi Belajar , Jakarta:Pt.Raja Grafindo Persada
Priyatno,Dwi.2008.SPSS(statistical Product and Service Solution) untuk analisis data dan uji
statistika .Diterbitkan oleh MediaKom.Yogyakarta.
Sudjana,Prof Dr.1992.Metode Statistika .Edisi kelima.Penerbit Tarsito Bandung.
Varberg,Dale dan Edwin J Purcell dan Steven E.Rigdon.2010.Kalkulus II.Edisi kesembilan
jilid I.Penerbit Erlangga (IKAPI)
-----------------------.http//google.com.2014.Pendidikan-Konsep
agustus 2010.

SCL.ditulis

tanggal

28

http://jaul4blog.wordpress.com/2013/02/25/285/ diakses pada tanggal 05 November 2013
http://annieck-dheh.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
diakses pada tanggal 05 November 2013
http://windyoktivia.blogspot.com/2013/04/model-pembelajaran-air.html diakses pada tanggal
19 Januari 2014
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 246
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 42-43

10