1b. PMP Pend. Agama Kristen dan BP SD

B. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan kurikulum pendidikan dilakukan dengan tujuan utama untuk
meningkatkan mutu pendidikan Nasional, agar lulusan pendidikan nasional
memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu
pendidikan nasional maupun internasional. Kurikulum 2013 yang
dilaksanakan secara bertahap mulai Juli 2013 diharapkan dapat mengatasi
masalah dan tantangan berupa kompetensi riil yang dibutuhkan oleh
dunia kerja, globalisasi ekonomi pasar bebas, membangun kualitas
manusia Indonesia yang berakhlak mulia, dan menjadi warga negara yang
bertanggung jawab. Pada hakikatnya pengembangan Kurikulum 2013
adalah upaya yang dilakukan melalui salah satu elemen pendidikan, yaitu
kurikulum untuk memperbaiki kualitas hidup dan kondisi sosial bangsa
Indonesia secara lebih luas. Jadi, pengembangan Kurikulum 2013 tidak
hanya berkaitan dengan persoalan kualitas pendidikan saja, melainkan
kualitas kehidupan bangsa Indonesia secara umum.
Di bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK), perubahan ini sejalan dengan
arah perubahan PAK yang bersifat dogmatis indoktrinatif menjadi PAK
yang membebaskan peserta didik untuk mengembangkan spiritualitas

dinamis yang tampak melalui kreativitas berpikir, kemerdekaan dalam
bersikap dan bertindak sesuai dengan isi ajaran iman kristiani.
Pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mulai dilakukan sejak Juli 2013
menuntut kesiapan guru-guru untuk mampu menjadi ujung tombak bagi
keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Guru membutuhkan acuan
yang dapat menuntun mereka melaksanakan kurikulum ini. Untuk
kepentingan itulah buku pedoman mata pelajaran PAK disusun dan
diharapkan buku pedoman ini membantu guru-guru dalam melaksanakan
Kurikulum PAK 2013.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan buku ini adalah:
1. Mengembangkan wawasan guru dalam memahami Kurikulum 2013;
2. Membantu guru dalam mengimplementasikan Kurikulum PAK 2013
menyangkut perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
dan penilaian;
3. Membantu guru untuk lebih mahir dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran PAK.
C. Ruang Lingkup
Buku pedoman ini berisi sejumlah komponen yaitu:
pendahuluan,

karakteristik matapelajaran termasuk di setiap satuan pendidikan,
Kurikulum 2013, desain pembelajaran, model pembelajaran, penilaian,
media dan sumber belajar, guru sebagai pengembang budaya sekolah,
dan penutup.
Pendahuluan memuat tentang latar belakang disusunnya buku pedoman
serta rasional perubahan kurikulum sehingga diperlukan perubahan pola
pikir dan pelaksanaannya dalam pola mengajar; tujuan, ruang lingkup dan
sasaran pengguna pedoman.
-36-

Karakteristik mata pelajaran memuat rasional mata pelajaran serta
relevansi dengan konteks sekarang, tujuan penyusunan buku pedoman
dan ruang lingkup buku pedoman.
Kurikulum 2013 berisi pengantar tentang alur pengembangan Kompetensi
Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap jenjang, diantaranya memuat:
lingkup kompetensi dan materi mata pelajaran di SD.
Desain pembelajaran memuat kerangka pembelajaran, pendekatan
pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, serta rancangan
pembelajaran. Model pembelajaran memuat karakteristik masing-masing
model pembelajaran, pemilihan model, serta kaitan materi-materi dan

model pembelajaran. Penilaian dalam kurikulum 2013 yaitu penilaian yang
menekankan pada otentisitas dalam aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Penilaian memandu guru untuk mengetahui apa yang harus
dinilai dalam aspek tertentu kemudian masuk ke bentuk-bentuk penilaian
yang mengacu pada standar penilaian yang meliputi: a) strategi penilaian,
b) bentuk penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta c)
pelaporan hasil penilaian.
Media dan sumber belajar meliputi media sebagai praktik, alat atau
saluran yang digunakan, sedangkan sumber belajar meliputi referensi
seperti perpustakaan, masyarakat, kelompok sasaran tertentu yang akan
diadakan perubahan, pemitraan, dikaitkan dengan lingkungan masyarakat
sekitarnya.
Guru sebagai pengembang budaya sekolah meliputi pengembangan
budaya
berpikir
kritis,
kreatif
dan konstruktif,
memanfaatkan
perpustakaan, lingkungan alam, sosial dan budaya sebagai sumber

belajar, membuat catatan pribadi, serta mengembangkan kemandirian
peserta didik dalam belajar. Selain itu guru juga berperan penting dalam
pembentukan spiritualitas dan
karakter peserta didik melalui
keteladanan.
Bagian terakhir adalah penutup yang memuat rekomendasi pemanfaatan
buku.
D. Sasaran
Buku ini digunakan oleh dinas pendidikan, pengawas PAK, kepala sekolah,
guru PAK, orangtua, dan pemangku kepentingan lainnya.

-37-

BAB II
KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
A. Dasar Pertimbangan
Pendidikan Agama Kristen (PAK) menjadi tanggung jawab keluarga, gereja,
dan sekolah formal. Ketiga lembaga tersebut memiliki target capaiannya
masing-masing

meskipun
ketiganya
tidak
bisa
dipisahkan.
Penyelenggaraan PAK di sekolah berada di bawah koordinasi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama RI, tetapi isi ajaran
(dogma) diserahkan kepada gereja. Oleh karena itu kerjasama yang
bersinergi antara keluarga, gereja dan sekolah perlu terus dibangun.
Penyelenggaraan PAK di masa kini menghadapi tantangan yang cukup
berat menyangkut berbagai perkembangan yang ada yang dapat
mempengaruhi kehidupan iman dan spiritualitas anak-anak Kristen
Indonesia. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita menghadapi
berbagai permasalahan yang kompleks, seperti konflik yang seringkali
diikuti dengan kekerasan, bahaya perpecahan atau disintegrasi bangsa,
pelanggaran HAM, ketidakadilan sosial, pelecehan terhadap hukum,
diskriminasi terhadap masyarakat marginal, kekerasan kepada perempuan
dan anak-anak, reformasi dan demokratisasi yang disinyalir “jalan di
tempat”, serta kemiskinan yang semakin membuat terpuruknya
kehidupan bangsa ini.

Menghadapi berbagai permasalahan tersebut, kita diperhadapkan pada
pertanyaan yang penting dan mendesak, yaitu: Bagaimana cara
menghasilkan PAK yang mampu memperbarui penghayatan serta
panggilan kita sebagai umat Kristen serta sekaligus memberikan
sumbangan bagi kehidupan bersama sebagai satu bangsa? Hal ini penting
direnungkan karena umat Kristen Indonesia adalah bagian dari bangsa
Indonesia yang turut serta membidani, melahirkan, dan mengukir sejarah
serta patut proaktif memelihara perjalanan bangsanya.
Melalui PAK, diharapkan kebutuhan spiritual peserta didik tidak sekadar
terpenuhi tetapi juga memperoleh pencerahan hidup. Melalui pencerahan
itu mereka mampu menemukan solusi atas berbagai permasalahan nyata
dalam kehidupannya, antara lain:
a. Globalisasi yang menawarkan dimensi baru pengetahuan dan otoritas
yang kemudian turut mempengaruhi pola pikir dan gaya hidup anak
dan remaja.
b. Pergeseran pemahaman dan penerapan nilai-nilai dan moral
kehidupan, antara lain semakin menipisnya kejujuran, semakin
maraknya penyalahgunaan kekuasaan, melemahnya penghargaan
terhadap sesama, dll.
c. Perubahan pemahaman dan sikap seksualitas termasuk: pelecehan

seksual, ketidakadilan jender, seksisme, komodifikasi seks dan tubuh,
dll.
d. Penyimpangan perilaku sosial di dalam masyarakat dan sekolah seperti
diwarnai oleh antara lain : tawuran remaja, pertikaian antara kelompok
yang
berakhir
dengan
kekerasan,
tayangan
media
yang
mengeksploitasi kekerasan.
e. Meningkatnya fanatisme agama, golongan dan kelompok yang sempit.
f. Konsumerisme, materialisme, dan hedonisme yang kian mengemuka
dalam kehidupan keseharian.
-38-

Berbagai permasalahan yang disebutkan di atas turut mempengaruhi
kehidupan anak dan remaja. Oleh karena itu, penyusunan Kurikulum PAK
sedapat mungkin mampu menolong peserta didik untuk siap dan mampu

menemukan solusi atas berbagai persoalan tersebut.
B. Deskripsi mata pelajaran PAK
Pendidikan Agama Kristen merupakan wahana pembelajaran yang
memfasilitasi peserta didik untuk mengenal Allah melalui karya-Nya serta
mewujudkan pengenalannya akan Allah Tritunggal melalui sikap hidup
yang mengacu pada nilai-nilai kristiani. Dengan demikian, melalui PAK
peserta didik dibimbing mengalami perjumpaan dengan Allah Tritunggal
yang dikenal, dipercaya dan diimaninya. Perjumpaan itu diharapkan
mampu mempengaruhi peserta didik untuk bertumbuh menjadi pribadi
dewasa serta berperan sebagai garam dan terang kehidupan.
PAK merupakan mata pelajaran yang bersumber dari Alkitab yang dapat
mengembangkan berbagai kemampuan dan kecerdasan peserta didik,
antara lain dalam memperteguh iman kepada Tuhan Allah, mempunyai
kedamaian batin, memiliki budi pekerti luhur, menghormati serta
menghargai semua manusia dengan segala persamaan dan perbedaannya
termasuk sikap setuju untuk tidak setuju.
C. Hakikat Pendidikan Agama Kristen
Hakikat PAK seperti yang tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi PAK di
Indonesia tahun 1999 adalah: “Usaha yang dilakukan secara terencana
dan berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta

didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan
menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan
dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya”.
Setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki
keterpanggilan untuk mewujudkan kebenaran dan tanda-tanda Kerajaan
Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas
dalam konteks masyarakat majemuk.
D. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan
agama dan pendidikan keagamaan, disebutkan bahwa: pendidikan agama
berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga
kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama
(Pasal 2 ayat 1). Selanjutnya disebutkan bahwa pendidikan agama
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Pasal 2 ayat
2).
Mata pelajaran PAK berfungsi untuk:
a. Memperkenalkan Allah Tritunggal dan karya-karya-Nya agar peserta

didik bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah dalam
hidupnya.
b. Menanamkan pengertian tentang Allah Tritunggal dan karya-Nya
kepada peserta didik, sehingga mampu memahami, menghayati, dan
mengamalkannya.

-39-

Tujuan PAK:
a.

Membentuk peserta didik yang dapat memahami kasih Allah
Tritunggal di dalam Yesus Kristus dan mengasihi Allah dan sesama.
b.
Membangun manusia Indonesia yang mampu menghayati
imannya secara bertanggung jawab serta berakhlak mulia dalam
masyarakat majemuk.
PAK di sekolah disajikan dalam dua ruang lingkup, yaitu Allah Tritunggal
dan karya-Nya, dan Nilai-nilai kristiani. Secara holistik, pengembangan
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar PAK pada pendidikan Dasar dan

Menengah mengacu pada pengajaran tentang Allah Tritunggal dan karyaNya. Pemahaman terhadap Allah Tritunggal dan karya-Nya harus tampak
pula dalam nilai-nilai kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan
keseharian peserta didik.
E. Landasan Teologis
PAK telah ada sejak pembentukan umat Allah yang dimulai dengan
panggilan terhadap Abraham. Hal ini berlanjut dalam lingkungan dua
belas suku Israel sampai dengan komunitas gereja di zaman Perjanjian
Baru. Sinagoge atau rumah ibadah orang Yahudi bukan hanya menjadi
tempat ibadah melainkan menjadi pusat kegiatan pendidikan bagi anakanak dan keluarga orang Yahudi. Selain merupakan wadah untuk
beribadah dan bersekutu, gereja juga menjadi lingkungan bagi warga
jemaat untuk pembelajaran.
Beberapa nas Alkitab di bawah ini dipilih untuk mendukungnya, yaitu:
a. Ulangan 6:4-9.
Allah memerintahkan keluarga umat-Nya untuk mengajarkan tentang
kasih Allah kepada anak-anak dan kaum muda. Perintah ini kemudian
menjadi kewajiban normatif bagi umat Kristen dan lembaga gereja
untuk mengajarkan kasih Allah. Dalam kaitannya dengan PAK bagian
Alkitab ini telah menjadi dasar dalam menyusun dan mengembangkan
kurikulum dan pembelajaran PAK.
b. Amsal 22: 6
Dalam nas ini dikatakan: “Didiklah orang muda menurut jalan yang
patut baginya maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang
dari pada jalan itu.” Betapa pentingnya penanaman nilai-nilai iman
yang bersumber dari Alkitab bagi generasi muda, seperti tumbuhan
yang sejak awal pertumbuhannya harus diberikan pupuk dan air,
demikian pula kehidupan iman orang percaya harus dimulai sejak dini.
Bahkan sebagaimana dikatakan oleh Horace Bushnell (1802-1876)
pendidikan agama harus diberikan sejak dalam kandungan Ibu sampai
akhir hidup seseorang, sehingga seorang anak belajar sedemikian rupa
agar dapat mengetahui apa yang baik sejak dini (Boehlke, 1997).
c. Matius 28:19-20
Tuhan Yesus Kristus memberikan amanat kepada tiap orang percaya
untuk pergi ke seluruh penjuru dunia, menuntun orang menjadi muridNya dan mengajarkan kasih Allah untuk diwujudkan dalam perbuatan
nyata. Perintah ini telah menjadi dasar bagi tiap orang percaya untuk
turut bertanggung jawab terhadap PAK.
Sejarah perjalanan agama Kristen turut dipengaruhi oleh peran PAK
sebagai pembentuk sikap, karakter dan iman umat Kristen dalam
-40-

keluarga, gereja dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu, lembaga
gereja, lembaga keluarga dan sekolah secara bersama-sama bertanggung
jawab dalam tugas mengajar dan mendidik anak-anak, remaja, dan kaum
muda untuk mengenal Allah Tritunggal Pencipta, Penyelamat, Pembaharu,
dan mewujudkan ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.
F. Landasan Psikologis
Dalam PAK, seperti dalam mata pelajaran lainnya, kebanyakan
pembelajaran diberlakukan secara klasikal, artinya, semua peserta didik
menerima materi yang sama dan diajarkan dengan metode yang juga
sama, tanpa mempertimbangkan bahwa setiap peserta didik adalah
pribadi yang unik. Sementara itu, setiap peserta didik memiliki kebutuhan
dan gaya belajar yang bisa saja berbeda dengan kebutuhan dan gaya
belajar peserta didik lainnya. Keunikan yang tidak diakui akan membuat
peserta didik menemui kesulitan dalam mengikuti pembelajaran;
sebaliknya, keunikan yang diakui akan membuat peserta didik merasa
dihargai, dan ini menjadi dorongan baginya untuk mengaktualisasikan
segenap kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Ini adalah dasar
pendidikan yang diteladankan oleh Yesus Guru Agung serta yang juga
diajarkan oleh para ahli pendidikan sejak beberapa abad yang lalu (lihat
misalnya Dewey, 1931; Mills, 1887).
Secara psikologis, ada sejumlah aspek perubahan yang dialami setiap
individu dalam perkembangannya dari saat lahir sampai ke tahap usia
yang paling lanjut. Wujud aspek-aspek ini berbeda-beda sejalan dengan
pertumbuhan yang dialaminya dari satu periode usia ke periode usia
berikutnya. Adapun aspek-aspek perkembangan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Aspek fisik, yaitu pertumbuhan fisik yang mencakup juga kemampuan
motorik (gerakan), perseptual (kemampuan melihat atau memandang),
seksual.
b. Aspek intelektual, yaitu kemampuan berpikir, termasuk juga
kemampuan berbahasa.
c. Aspek emosi, yaitu kemampuan untuk mengenali dan mengekspresikan
perasaan.
d. Aspek sosial, yaitu kemampuan untuk menjalin hubungan (interaksi)
dengan orang lain.
e. Aspek moral, yaitu kemampuan untuk memahami dan menghayati
nilai-nilai luhur dan mulia.
f. Aspek spiritual, yaitu kemampuan meresponi panggilan Allah Tritunggal
untuk menyembah, memuliakan serta mentaati perintah-perintah-Nya.
g. Aspek identitas diri, yaitu kemampuan untuk mengenali keberadaan
dirinya di tengah-tengah kebersamaannya dengan orang lain.
Dengan demikian, materi dan penyampaian PAK serta penuangannya
dalam proses belajar-mengajar hendaknya memperhatikan aspek-aspek
perkembangan ini. Untuk lengkapnya, dicantumkan dalam Tabel 1.
tentang kebutuhan individu berdasarkan tahap perkembangannya, dan
bagaimana ini harus dipertimbangkan dalam proses belajar-mengajar.
Untuk mengenali kebutuhan peserta didik, di bawah ini tertera tabel yang
berisi kebutuhan individu berdasarkan usianya.

Tabel 1. Kebutuhan Individu
-41-

Kekhususan anak berusia 4 - 5 tahun
Aspek
Hal-hal yang
perkembanga
Karakteristik khusus
dipertimbangkan dalam
n
proses belajar-mengajar
1.
Perkembangan
1. Kegiatan untuk peserta
motorik diawali dari arah
didik yang berusia 4-5
Fisik
kepala, ke lengan dan
tahun harus banyak
sekitar panggul, ke kaki
melibatkan gerakan(cephalocaudal trend) dan
gerakan tubuh, dan
dari arah pusat tubuh ke sisi
melatih keterampilan
tubuh (kepala, panggul,
menggunakan alat tulis.
tangan mendahului tangan
2. Karena pada usia ini belum
dan jari) (proximodistal
tentu peserta didik sudah
trend). Dapat dikatakan
mampu membaca dan
bahwa perkembangan
menulis, hendaknya
motorik kasar (gross motor
aktivitas yang diberikan
development) muncul
mempertimbangkan hal
mendahului perkembangan
ini. Misalnya saja, tidak
motorik halus (fine motor
mencantumkan kalimat
development).
yang terlalu panjang, atau
2.
Keterampilan fisik
ukurannya terlalu kecil.
yang dimiliki merupakan
3. Hendaknya peserta didik
hasil dari beberapa faktor:
diingatkan untuk menjaga
perkembangan susunan
tubuh tetap sehat dengan
syaraf pusat, kemungkinan
cara beristirahat dan tidur
bergeraknya tubuh, tugas
yang cukup, makan yang
yang dimiliki anak dalam
teratur, serta merawat
benaknya, dan dukungan
tubuh tetap bersih.
lingkungan terhadap
keterampilan tersebut.
1.
Memiliki
1. Memberi kesempatan
keingintahuan yang luas,
peserta didik
Intelektual
karena itu banyak bertanya.
mengembangkan
2.
Memiliki daya
keingintahuannya, jangan
konsentrasi yang singkat,
terlalu banyak
umumnya sekitar 2-3 menit,
memberikan larangan.
walaupun ada yang sanggup 2. Aktivitas tidak perlu
sampai 7 menit atau lebih.
memakan waktu terlalu
3.
Cukup jeli
banyak, asalkan memberi
mengamati apa yang terjadi
kesempatan cukup untuk
di sekitarnya, dan meniru
peserta didik melatih
apa yang dilihatnya, karena
kemampuan berpikir
memahami dan menyimpan
melalui mengamati,
dalam benak jauh lebih
bertanya, dsb.
banyak daripada apa yang
3. Pendidik perlu menjadi
terlihat dari luar.
teladan yang baik,
4.
Mengalami
terutama dalam hal seharipertumbuhan yang pesat
hari yang langsung dilihat
dalam kemahiran berbahasa
dengan mudah oleh
(misalnya penggunaan
peserta didik. Misalnya,
kalimat menjadi semakin
mencuci tangan dan
lengkap, pertambahan kosa
berdoa sebelum makan,
kata terus terjadi). Karena
makan sampai apa yang
itu ada yang mulai
ada di piringnya habis,
mengajarkan bahasa kedua
menggunakan kata-kata
dan seterusnya mulai pada
yang baik (bukan sumpah
-42-

Kekhususan anak berusia 4 - 5 tahun
Aspek
Hal-hal yang
perkembanga
Karakteristik khusus
dipertimbangkan dalam
n
proses belajar-mengajar
usia ini.
serapah, kata-kata kotor,
bentakan), dsb.
Emosi
1.
Membutuhkan
1. Perlu mendapatkan kasih
kasih sayang dan rasa aman
sayang yang tidak hanya
agar dapat tumbuh menjadi
dinyatakan (secara
pribadi yang percaya diri.
verbal), tapi juga
2.
Belajar
diungkapkan dengan
mengungkapkan emosi yang
pelukan.
lebih beragam daripada
2. Perlu bimbingan agar
sekedar takut dan senang
dapat mengekspresikan
yang lebih tergolong emosi
emosi dengan cara yang
dasar.
baik, tidak melukai orang
3.
Mulai
lain.
mengungkapkan perasaan
yang dimiliki, lepas dari
“tepat/tidaknya” perasaan
itu dimiliki.
Sosial
1. Mulai berani bergaul dengan 1. Perlu mendapatkan
orang lain di luar keluarga
kesempatan bertemu
dekat (ikut kelompok
dengan orang lain di luar
bermain, taman kanakanggota keluarganya.
kanak, dsb.).
2. Perlu dibimbing untuk
2. Masih bermain paralel,
belajar membagikan
belum bisa berbagi (sharing)
sesuatu kepada anak
terutama dengan anak
sebaya.
seusia.
Moral
1. Mulai mengaitkan tindakan
1. Membacakan cerita
dengan alasan, misalnya
pendek dengan pesan
karena lapar, makan, karena
moral yang tunggal agar
sayang, memeluk.
tidak membingungkan.
2. Sulit menerima ekspresi
2. Memberi kesempatan
marah dari orang yang
untuk berkomentar
menurutnya mengasihinya.
terhadap cerita yang
Jadi, kalau ia dimarahi, ia
didengarnya. Komentar
menganggap bahwa orang
bisa tentang hal-hal baik
yang memarahinya
yang dikerjakan tokoh
membencinya.
dalam cerita, atau tentang
3. Ada perasaan kagum
kesalahan yang
terhadap sesuatu yang
dilakukannya, dan juga
belum tentu
tentang akibat dari
dilihatnya/diketahuinya.
melakukan suatu hal.
1. Dapat merespon dan
1.Perlu mengajari mereka
mengenal kasih Allah melalui
dengan penuh kasih.
Spiritual
Yesus Kristus dan melalui
2.Guru menjadikan dirinya
kasih orang dewasa
pribadi yang dapat
terhadapnya.
dipercaya oleh anak didik.
2.Iman terhadap Allah
3.Aturlah kegiatan belajar
dinyatakan melalui rasa
melalui ibadah,
percaya terhadap orang
menceritakan ajaran
dewasa.
Alkitab dan melalui doa.
3.Belajar mengenal kasih
4.Jawablah kebutuhan
-43-

Aspek
perkembanga
n

Identitas diri

Kekhususan anak berusia 4 - 5 tahun
Hal-hal yang
Karakteristik khusus
dipertimbangkan dalam
proses belajar-mengajar
Allah melalui ibadah,
anak didik untuk
mendengarkan cerita Alkitab
memahami dosa,
dan doa.
pelanggaran dan
4.Memiliki kesadaran tertentu
pengampunan Allah.
terhadap hal yang salah dan
benar.
Melihat dirinya sebagai bagian 1. Perlu memberi
dari orangtua, belum memiliki
kesempatan pada peserta
pemahaman diri
didik untuk menguatkan
pengenalan dirinya,
misalnya dengan
mengajarkan dia sebagai
bagian dari keluarga,

Setiap orang adalah khas (sesuai dengan tahapan usia yang sedang
dilaluinya) dan unik (sesuai dengan karakteristik kepribadiannya).
Kekhususan anak berusia 6 - 9 tahun
Aspek
perkembangan
Fisik

Intelektual

Hal-hal yang
Karakteristik khusus
dipertimbangkan dalam
proses belajar-mengajar
1.
Pertumbuhan fisik anak 1. Dibandingkan dengan
perempuan lebih cepat
peserta didik pria, yang
daripada anak laki-laki dan
perempuan lebih
ini berlanjut sampai usia
meluangkan waktu untuk
remaja. Ini juga terkait
memperhatikan
dengan pertumbuhan
penampilannya.
emosi yang terjadi lebih
2. Masih perlu diberikan
cepat pada anak
kesempatan untuk
perempuan dibandingkan
beraktivitas dengan
dengan anak laki-laki.
menggunakan gerakan
2. Anak laki-laki senang
tubuh.
dengan aktivitas yang
menggunakan seluruh
tubuhnya.
1. Pengalaman belajar secara 1. Mulai senang aktivitas
lebih formal merupakan
belajar secara lebih
dunia baru bagi anak,
formal, daripada sekedar
punya dampak panjang
bermain.
dalam kehidupan
2. Guru perlu membuat
selanjutnya, artinya, bila ia
suasana belajar
menyukai belajar, maka
menyenangkan untuk
dapat diharapkan ia akan
semua peserta didik.
tetap menyukai belajar.
3. Guru perlu memberikan
2. Pertumbuhan fisik anak
kesempatan agar peserta
perempuan lebih cepat
didik melakukan eksplorasi
daripada anak laki-laki dan
dan mengajukan banyak
ini berlanjut sampai usia
pertanyaan.
remaja.
3. Eksplorasi tetap kuat,
-44-

Kekhususan anak berusia 6 - 9 tahun
Aspek
perkembangan

Emosi

Sosial

Karakteristik khusus
bahkan makin
menunjukkan kreativitas
dan kritisnya, bila
lingkungan mendukung.
4. Banyak bertanya, karena
ingin kepastian bahwa apa
yang dikerjakan sesuai
dengan yang
diperintahkan, selain juga
melatih cara bertanya dan
pengungkapan diri.
5. Membentuk “teori” sendiri
tentang apa yang terjadi
dalam lingkungan,
mungkin tidak merasa
perlu dicek kebenarannya
dengan orang lain/tokoh
otoritas. Ini adalah dasar
dari active learning,
dimana individu
diharapkan
mengembangkan sikap
mau belajar.
Karakter kepribadian mulai
terlihat melalui apa yang
disukai, diminati, sifat-sifat,
dsb. dari cara bicara,
bersikap, mengungkapkan
emosi, dsb.

Hal-hal yang
dipertimbangkan dalam
proses belajar-mengajar

Lingkungan perlu
mencermati karakter mana
yang baik dan mana yang
tidak dan memberikan
masukan kepada peserta
didik agar yang baik dapat
terus dikembangkan, dan
yang tidak baik dapat
dikurangi bahkan
dihilangkan.
1. Pada usia 6-7 tahun,
1. Guru mengadakan
peserta didik masih mau
kegiatan dimana peserta
bergaul dengan lawan
didik perempuan diminta
jenis, namun perempuan
berbaur dengan yang lakidan laki-laki tidak langsung
laki.
mau bergaul karena
2. Guru membuat kegiatan
merasa lawan jenis adalah
dimana peserta didik
makhluk yang berbeda
mengerjakan bersamadengan dirinya.
sama dengan seseorang
2. Mulai membandingkan diri
atau beberapa orang
sendiri dengan anak
teman sekelasnya,
sebaya, merasakan
sehingga melatih mereka
memiliki kelebihan dan
untuk saling mengenali
kekurangan.
kekhususan masing3. Mulai akrab dengan teman
masing.
sebaya, dan ini makin
meningkat terutama pada
masa remaja dimana
-45-

Kekhususan anak berusia 6 - 9 tahun
Aspek
perkembangan

Moral

Karakteristik khusus
teman/sahabat dirasakan
lebih dekat dan lebih
memahami daripada
orangtua.
1. Keinginan untuk lebih
banyak melakukan hal-hal
terkait dengan ibadah dan
menolong sesama.
2. Konsep tentang siapa
Tuhan dan apa yang Tuhan
lakukan mulai
berkembang.
3. Pemahaman moral
bertumbuh, tapi lebih
banyak berorientasi pada
hadiah dan hukuman,
artinya, melakukan yang
baik karena berharap
dapat hadiah, dan
sebaliknya menghindari
yang buruk karena takut
mendapatkan hukuman.

Spiritual

1. Menaruh minat tentang
kebaikan, kebenaran dan
hukuman, dan tentang
patokan yang benar dengan
yang salah.
2.Belajar membedakan kisah
nyata dalam Alkitab dengan
kiasan, lukisan dan mitos.
3. Pengalaman rohani anak
masih meniru tingkah laku
dan teladan orang dewasa.

Identitas diri

Mulai mengenali keunikan
yang dimilikinya, misalnya
dalam hal bentuk fisik, sifat,
kebiasaan, budaya, dsb.

-46-

Hal-hal yang
dipertimbangkan dalam
proses belajar-mengajar

1. Guru membuat kegiatan
yang melatih siswa
mengembangkan nilai-nilai
moral. Perlu diperhatikan
agar peserta didik
diberikan penjelasan
tentang mengapa sesuatu
baik untuk dilakukan, dan
sesuatu yang lain harus
dihindarkan, sehingga
pemahaman tentang nilai
moral semakin bertumbuh,
bukan sekedar karena
mendapatkan hadiah atau
menghindarkan hukuman.
2. Pembahasan tentang
Tuhan sebagai sang
Pencipta mulai bisa
disampaikan kepada
peserta didik.
1.Beri kesempatan bagi
anak memahami kebenaran
Alkitab tentang kebaikan,
kebenaran dan hukuman
secara jujur dengan
pendekatan dialogis.
2.Memotivasi anak didik
mengembangkan sikap
hormat dan kritis terhadap
Alkitab firman Allah.
3. Guru menjadikan dirinya
teladan iman dan moral
serta dalam pengalaman
rohani.
Guru membuat kegiatan
dimana peserta didik
mengerjakan bersama-sama
dengan seseorang atau
beberapa orang teman
sekelasnya, sehingga
melatih mereka untuk saling
mengenali kekhususan
masing-masing.

Kekhususan anak berusia 10 - 12 tahun
Hal-hal yang
Aspek
Karakteristik khusus
dipertimbangkan dalam
perkembangan
proses belajar-mengajar
Fisik
1. Tumbuh ketertarikan
1. Peserta didik dilengkapi
terhadap hal-hal yang
dengan informasi tentang
membedakan laki-laki dan
perbedaan fisik antara
perempuan, termasuk hallaki-laki dan perempuan ,
hal yang berkaitan dengan
dan bahwa masing-masing
seksual.
jenis kelamin tidak ada
2. Permpuan mendapatkan
yang lebih unggul dari
haid pertama: merasa diri
jenis kelamin lainnya.
jauh lebih dewasa daripada 2. Peserta didik
sebelumnya.
mendapatkan informasi
apa yang boleh diketahui,
apa yang tidak boleh
diketahui tentang hal-hal
yang terkait dengan
seksual.
Intelektual
1. Tidak puas dengan apa
1. Memberikan pengalaman
yang disodorkan orang lain,
belajar dimana peserta
tapi ingin mencoba dan
didik mendapatkan
mengalami sendiri: proses
kesempatan mencari apa
lebih penting daripada hasil
yang ingin diketahuinya
akhir.
dari berbagai sumber, lalu
2. Minat baca berkembang
mencoba dan menemukan
dan mencari bahan-bahan
sendiri apa yang ingin
lain di luar apa yang
diketahuinya.
dibahas di sekolah.
Emosi
1. Mulai peka terhadap hal-hal 1. Memberi banyak
yang menjadi keunikannya
kesempatan kepada
(kekuatan dan
peserta didik untuk
kelemahannya; merasa
menyatakan pendapat dan
bangga bila menyadari
perasaannya terhadap
kekuatannya, dan merasa
suatu hal, diikuti dengan
rendah diri bila
memberikan penjelasan
menemukan
mengapa ia berpendapat
kelemahannya.
dan merasa seperti itu.
2. Kalau diberi kesempatan
2. Memberi kesempatan
mengerjakan sesuatu dan
untuk mengerjakan
berhasil, akan makin
sesuatu tapi tidak dinilai
bertumbuh kepercayaan
bagus atau tidaknya
diri.
(penilaian produk
kerja/karya), melainkan
kesungguhan dalam
mengerjakannya
(penilaian unjuk kerja).
Sosial
Memiliki rahasia yang dibagi
Memberi kesempatan
dengan teman dekat/sahabat. mengerjakan tugas secara
Fungsi teman menggantikan
berkelompok, dan kelompok
orangtua, terutama dalam
bisa ditukar, tidak selalu
memperoleh jalan mengatasi harus berkelompok dengan
masalah.
anggota yang sama, agar
terjalin hubungan yang
akrab dengan sesama
-47-

Aspek
perkembangan
Moral

Spiritual

Identitas diri

Kekhususan anak berusia 10 - 12 tahun
Hal-hal yang
Karakteristik khusus
dipertimbangkan dalam
proses belajar-mengajar
teman sekelas.
Melakukan hal-hal sesuai
1. Memberi kesempatan
moral demi kebaikan
untuk merancang tindakan
bersama, yaitu sesuai dengan
yang menolong orang lain
apa yang diharapkan
(sama dengan berbuat
lingkungan atau sesuai
kebaikan) dan melakukan
dengan aturan/hukum yang
hal itu sampai selesai.
berlaku.
2. Memberi tugas membaca
cerita kepahlawanan, baik
dari tokoh Alkitab maupun
tokoh dunia/bangsa.
1.Mulai kritis dan realistis
1.Bicarakanlah besarnya
untuk menerima kasih
kasih karunia Allah yang
karunia Allah di dalam Yesus
menyelamatkan diri dan
Kristus.
mengampuni dosanya.
2.Memuja tokoh-tokoh atau
2.Ajarkan tokoh-tokoh iman
pahlawan iman yang
dalam Alkitab untuk meniru
dikisahkan Alkitab terutama
teladan hidup mereka yang
Tuhan Yesus.
baik.
3.Memiliki kehausan rohani
3.Ajari anak mendalami
sehingga termotivasi untuk
nilai-nilai Kristiani dan
mendalami nilai-nilai Kristiani. menuliskan pengalaman
4.Dapat menerima
iman yang diperoleh.
pengajaran Alkitab yang lebih 4.Bukalah peluang bagi nara
mendalam untuk memuaskan didik untuk membahas
hati dan pikiran.
pengamatan dan
5.Memberi perhatian kepada
penganalisaannya terhadap
keberadaan rohani orang lain. Alkitab.
5.Ajar anak untuk
mendoakan orang lain dan
berbagi kisah pengalaman
iman di dalam Tuhan Yesus
secara sopan dan santun.
1.

Mulai membayangkan
1. Memberi kesempatan
masa depan,
untuk membaca riwayat
memperhitungkan sumber
hidup (biografi) dari tokohyang dimiliki dalam
tokoh berbagai bidang
lingkungannya.
(pengetahuan, seni,
2.
Mulai mampu menekuni
agama) supaya memiliki
minatnya.
wawasan yang luas.
2. Memberi kesempatan
memilih tugas yang mau
dikerjakan sesuai
minatnya, dengan terlebih
dulu ditanyakan alasan
nya mengapa memilih
tugas tertentu.

G. Ruang Lingkup PAK
Sejarah perkembangan PAK diwarnai oleh dua pemetaan pemikiran yang
mana masing-masing pemikiran memiliki pembenarannya dalam sejarah.
-48-

Pertama, pemikiran bahwa ruang lingkup pembahasan PAK seharusnya
mengacu pada kronologi Alkitab, dan kedua pembahasan PAK seharusnya
mengacu pada tema-tema tertentu menyangkut problematika kehidupan.
Dua pemikiran ini dikenal dengan sebutan “Bible oriented” dan “issue
oriented”. Jika ditelusuri sejak zaman PL, PB sampai dengan sebelum
Reformasi, pengajaran iman Kristen umumnya mengacu pada kronologi
Alkitab namun sejak Reformasi berbagai tema kehidupan telah menjadi
lingkup pembahasan PAK. Artinya terjadilah perluasan wawasan dari
“Bible oriented” ke “issue oriented” agar bersifat integratif. Hal ini
berkaitan dengan pemahaman bahwa iman harus mewujud didalam
tindakan, atau praksis kehidupan. Menurut Groome praksis bukan sekedar
tindakan atau aksi, melainkan praktik kehidupan yang melibatkan ranah
kognitif, afektif maupun psikomotorik secara menyeluruh (Groome, 2010).
Berkaitan dengan dua pemikiran tersebut, ruang lingkup pembahasan PAK
di SD dipetakan dalam dua ruang lingkup, yaitu Allah Tritunggal dan karyakarya-Nya serta nilai-nilai kristiani. Dua ruang lingkup ini mengakomodir
ruang lingkup pembahasan PAK yang bersifat pendekatan yang berpusat
pada Alkitab dan tema-tema penting dalam kehidupan. Melalui
pembahasan inilah diharapkan peserta didik dapat mengalami
“perjumpaan dengan Allah”. Hasil dari perjumpaan itu adalah terjadinya
transformasi kehidupan.
Pemetaan ruang lingkup PAK yang mengacu pada tema-tema kehidupan
ini tidak mudah untuk dilakukan karena amat sulit merubah pola pikir
kebanyakan teolog, pakar PAK maupun guru-guru PAK. Umumnya mereka
masih merasa asing dengan berbagai pembahasan materi yang mengacu
pada tema-tema kehidupan,misalnya demokrasi, hak asasi manusia,
keadilan, jender, ekologi. Seolah-olah pembahasan mengenai tema-tema
tersebut bukanlah menjadi ciri khas PAK. Padahal, teologi yang menjadi
dasar bagi bangunan PAK baru berfungsi ketika bertemu dengan realitas
kehidupan. Jadi, pemetaan lingkup pembahasan PAK tidak dapat
mengabaikan salah satu dari dua pemetaan tersebut diatas baik “issue
oriented” maupun “Bible oriented”.
Mengacu pada hasil Lokakarya tentang Strategi PAK di Indonesia yang
diadakan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) bersama
dengan Departeman Agama RI isi PAK di sekolah membahas nilai-nilai
iman tanpa mengabaikan tradisi, dogma atau ajaran. Namun,
pembahasan mengenai tradisi dan ajaran (dogma) secara lebih spesifik
diserahkan pada gereja (menjadi bagian dari pembahasan PAK di Gereja).
Keputusan tersebut muncul berdasarkan pertimbangan:
 Gereja Kristen di Indonesia terdiri dari berbagai denominasi dengan
berbagai tradisi dan ajaran, karena itu menyangkut ajaran (dogma)
yang lebih spesifik tidak diajarkan di sekolah.
 Menghindari tumpang tindih (overlapping) materi PAK di sekolah dan di
gereja.
Adapun ruang lingkup kompetensi dan materi PAK di Sekolah Dasar kelas I
- VI pada setiap tingkatan sebagai berikut:
Tingkat
Tingkat
Kompetens
Kompetensi
Ruang Lingkup Materi
Kelas
i
1
I-II
Allah Tritunggal dan karya- Memahami Allah
Nya
adalah pencipta
Allah pencipta manusia dan
serta manusia dan
alam adalah
alam
-49-

Tingkat
Tingkat
Kompetens
Kelas
i

Kompetensi
ciptaan Allah
- Membiasakan diri
menghormati
orang yang lebih
tua serta menjaga
kerukunan dalam
kaitannya dengan
nilai-nilai kristiani

2

III-IV

- Meyakini
kehadiran Allah
dan kekuasaanNya dalam
berbagai
fenomena
kehidupan
- Menunjukkan
berbagai perilaku
yang
menunjukkan
nilai-nilai kristiani
dalam kaitannya
dengan kehadiran
dan kekuasaan
Allah

- Menjelaskan
manusia berdosa
-50-

Ruang Lingkup Materi
- Allah mengasihiku
- Allah memeliharaku melalui
keluarga
- Keluarga sebagai
pemberian Allah
- Kegunaan anggota tubuh
ciptaan Allah
Nilai-nilai kristiani
- Aku merawat tubuhku
- Hidup rukun di sekolah dan
rumah
- Menghormati orangtua dan
orang yang lebih tua
- Mengasihi keluarga dan
teman
- Melakukan tanggung jawab
di rumah dan di sekolah
Allah Tritunggal dan karyaNya
- Allah Maha Kuasa
- Kehadiran Allah melalui
iklim dan gejala alam
- Kehadiran Allah melalui
keberagaman flora dan
fauna
- Kehadiran Allah melalui
kepelbagaian: budaya,
suku,agama dan bangsa
- Menggantungkan hidup
pada kekuasaan Allah
- Manusia makhluk terbatas.
Nilai-nilai kristiani
- Mengasihi dan toleran
terhadap sesama tanpa
memandang perbedaan
- Menolong orang yang
menderita
- Tanggung jawab
memelihara flora dan fauna
yang ada di sekitarnya
- Jujur mengakui
keterbatasannya sebagai
manusia sebagai
wujudhidup orang beriman
- Disiplin dan bertanggung
jawab
Allah Tritunggal dan karyaNya

Tingkat
Tingkat
Kompetens
Kelas
i

3

V-VI

Kompetensi
diselamatkan
Allah melalui
YesusKristus
- Membiasakan diri
menyembah Allah
baik dalam ibadah
formal maupun
dalam sikap hidup
yang berdasarkan
nilai-nilai kristiani

Ruang Lingkup Materi
- Allah penyelamat manusia
- Peran Roh Kudus
dalampertobatan
- Allah adalah Tuhan yang
patut disembah
- Membina hubungan yang
akrab dengan Allah
- Allah berkuasa melalui
berbagai peristiwa alam
- Hidup bergantung pada
kuasa Allah
Nilai-nilai kristiani
- Makna hidup baru bagi
orang yang telah
diselamatkan
- Ibadah sebagai bentuk
ketaatan pada Allah
- Melayani sesama sebagai
wujud ibadah
- Menghormati sesama
sebagai wujud ibadah

-51-

BAB III
KURIKULUM 2013
A. Karakteristik Kurikulum 2013
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang
kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai
tantangan yang dihadapi baik tantangan internal maupun tantangan
eksternal. Disamping itu, di dalam menghadapi tuntutan perkembangan
zaman, dirasa perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan
tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Dalam hal
pembelajaran dan penilaian yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya
penguatan proses pembelajaran dan penyesuaian beban belajar agar
dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dan apa yang
diharapkan. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran
2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Membangun keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik;
2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai salah satu sumber belajar;
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Intikelas yang dirinci
lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar mata pelajaran;
6. Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) Kompetensi Dasar, dimana semua Kompetensi Dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam Kompetensi Inti;
7. Kompetensi Dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar
mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal).
Selain itu Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pikir dengan ciri sebagai berikut:
1.

2.

Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap,
keterampilan, dan pengetahuan) yang terkait satu dengan yang lain
serta memiliki Kompetensi Dasar yang diikat oleh Kompetensi Inti tiap
kelas;
Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-52-

3.
4.

5.

6.
7.
8.
9.

pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi
yang sama;
Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakatlingkungan alam, sumber/media lainnya);
Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan saintific). Pendekatan pembelajaran adalah
Student centered yaitu proses pembelajaran berpusat pada peserta
didik, guru berperan sebagai fasilitator atau pendamping dan
pembimbing peserta didik dalam proses pembelajaran. Active and
cooperative learning artinya bahwa dalam proses pembelajaran
peserta didik harus aktif untuk bertanya, mendalami, dan mencari
pengetahuan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui
pengalaman dan eksperimen pribadi dan kelompok, metode
observasi, diskusi, presentasi, melakukan proyek sosial dan
sejenisnya. Contextual maksudnya pembelajaran harus mengaitkan
dengan konteks sosial di mana peserta didik hidup, yaitu lingkungan
kelas, sekolah, keluarga, dan masyarakat. Melalui pendekatan ini
diharapkan dapat menunjang capaian kompetensi peserta didik
secara optimal;
Konsep dasar pembelajaran mengedepankan pengalaman individu
melalui
observasi
(meliputi
menyimak,
melihat,
membaca,
mendengarkan),
bertanya,
asosiasi,
menyimpulkan,
mengkomunikasikan, menalar, dan berani bereksperimen yang tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik.
Pendekatan ini lebih dikenal dengan sebutan pembelajaran berbasis
pengamatan (observation-based learning). Selain itu proses
pembelajaran juga diarahkan untuk membiasakan peserta didik
beraktivitas secara kolaboratif dan berjejaring untuk mencapai suatu
kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik pada aspek
pengetahuan (kognitif) yang meliputi daya kritis dan kreatif,
kemampuan analisis dan evaluasi. Aspek sikap (afektif) yaitu
mencakup religiusitas, mempertimbangkan nilai-nilai moralitas dalam
melihat sebuah masalah, mengerti dan toleran terhadap perbedaan
pendapat. Aspek keterampilan (psikomotorik) meliputi terampil
berkomunikasi, ahli dan terampil dalam bidang kerja;
Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;
Pola pembelajaran berbasis klasikal tanpa mengabaikan kebutuhan
pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi
khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines),
dengan demikian memfasilitasi pembelajaran terintegrasi;
Penilaian untuk mengukur kemampuan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan hidup peserta didik yang diarahkan untuk menunjang
dan memperkuat pencapaian kompetensi yang dibutuhkan oleh
peserta didik di abad ke-21. Dengan demikian, penilaian yang
dilakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran adalah penunjang
pembelajaran itu sendiri. Dengan proses pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik, sudah seharusnya penilaian juga dapat
dipersiapkan sedemikian rupa hingga menarik, menyenangkan, dan
tidak menegangkan;

-53-

10. Membangun rasa percaya diri dan keberanian peserta didik dalam
berpendapat, serta membangun pola pikir kritis,kreatif dan
komprehensif.
B. Perubahan Kurikulum PAK
PERUBAHAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
NO
1.
2.

3.

4.
5.

6.

KURIKULUM 2006
Silabus disusun oleh
sekolah.
Pengembangan KD
berdasarkan esensi
mata pelajaran.

KURIKULUM 2013
Silabus disusun oleh pemerintah pusat.

Asesmen atau
penilaian meliputi
penilaian proses dan
hasil namun dalam
implementasinya
penilaian lebih banyak
pada hasil.
Buku pelajaran lebih
dominan bersifat
informasi.
Ruang lingkup materi
yang tertulis lebih
cenderung bersifat
pengetahuan saja.
Guru lebih cenderung
pemberi informasi.

Asesmen atau penilaian meliputi penilaian
proses dan hasil, namun penekanannya pada
penilaian otentik sepanjang proses
pembelajaran yang menggambarkan dunia
nyata bukan dunia sekolah.

Pengembangan KD berdasarkan Kompetensi
Inti (KI) yang meliputi aspek pengetahuan,
keterampilan sebagai dampak dari
pengetahuan, sikap spiritual dan sikap sosial
sebagai dampak pengiring dari aspek
pengetahuan tersebut.

Buku pelajaran bersifat informasi dan kegiatan
belajar.
Ruang lingkup materi yang tertulis secara
berimbang memuat pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Guru berperan sebagai fasilitator.

C. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui Kompetensi Inti, integrasi vertikal berbagai
Kompetensi Dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan
Kompetensi Intimenggunakan notasi sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi

Inti-1
Inti-2
Inti-3
Inti-4

(KI-1)
(KI-2)
(KI-3)
(KI-4)

untuk
untuk
untuk
untuk

Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi

Inti
Inti
Inti
Inti

sikap spiritual;
sikap sosial;
pengetahuan; dan
keterampilan.

D. Kompetensi Dasar
Rumusan Kompetensi Dasar PAK disusun sedemikian rupa sehingga
memotivasi peserta didik untuk:
 Mengembangkan diri sebagai pribadi Kristiani yang tangguh, yang
mampu memahami siapa dirinya di hadapan Allah Tritunggal,
mengenali potensi diri serta mampu mengembangkan citra diri secara
positif.

-54-

 Mampu mengekspresikan kasih yang tulus kepada Tuhan Allah,
Pencipta, Penebus dan Pembaharu dengan berbagai cara dan
kesempatan.
 Peduli dan peka merespon kebutuhan sesama dan lingkungan
berdasarkan iman yang diyakininya.
 Tidak bersikap fanatik sempit, sebaliknya dengan kasih dan kebenaran
membangun solidaritas dan toleransi dalam pergaulan sehari-hari
tanpa kehilangan identitas diri sebagai murid Kristus.
 Memiliki kesadaran dan proaktif dalam turut serta mewujudkan
demokrasi dan HAM di Indonesia.
 Memiliki kesadaran untuk turut serta memelihara serta menjaga
kelestarian alam ciptaan Allah sebagai ketaatan kepada-Nya.
 Memiliki kesadaran akan keadilan dan kesetaraan jender serta
mewujudkannya dengan sikap jujur dan hormat dalam kehidupan.
 Memiliki kesadaran dalam mengembangkan kreativitas dalam berpikir,
menilai, bersikap dan bertindak.
 Tidak kehilangan ciri khas sebagai anak-anak dan remaja Kristen
Indonesia ketika diperhadapkan dengan berbagai tawaran nilai-nilai
kehidupan yang bertentangan dengan iman Kristiani.
E. Kaitan antara
Pembelajaran

Kompetensi

Inti

(KI),

Kompetensi

Dasar

(KD),

dan

Kompetensi Inti merupakan kompetensi yang mengikat seluruh mata
pelajaran dalam satu kesatuan kelas. Kompetensi Dasar dirumuskan untuk
mencapai Kompetensi Inti. Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan
dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
serta ciri dari suatu matapelajaran. Kompetensi Dasar dibagi menjadi
empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan Kompetensi Inti pada
setiap tingkat.
Penyusunan Kompetensi Dasar (KD) untuk semua mata pelajaran harus
mengacu pada Kompetensi Inti dengan mempertimbangkan ciri khas tiap
mata pelajaran. Kata kerja yang ada dalam Kompetensi Inti sedapat
mungkin tercakup dalam rumusan Kompetensi Dasar (KD) tiap mata
pelajaran termasuk mata pelajaran PAK. Selanjutnya, penyusunan materi
pembelajaran mengacu pada KD. Pada kurikulum 2013 fungsi indikator
sebagai wahana untuk mengukur tercapainya kompetensi dicantumkan
dalam RPP. Rumusan KD disusun dengan mempertimbangkan usia dan
kemampuan peserta didik serta perkembangannya secara keseluruhan
dan KD yang bermuara pada materi pembelajaran. Di bidang PAK hal itu
menolong memperkuat peran PAK sebagai pencerah kehidupan karena
agama berkaitan dengan hampir semua bidang kehidupan. Dengan
demikian, ketika belajar ilmu-ilmu lainnya, peserta didik Kristen diperkuat
oleh nilai-nilai imannya sehingga dalam mengembangkan kemampuan
berpikir dan kecakapan hidup, peserta didik mampu melakukannya
sebagai orang beriman.

-55-

BAB IV
DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PAK
A. Desain Pembelajaran PAK
Ada persepsi yang perlu diluruskan dalam pemahaman sebagian orang
seolah-olah pembelajaran pendidikan agama cenderung menghafal
sejumlah doktrin atau ajaran (dogma) yang bersifat kognitif dimana
implementasinya mewujud didalam kesetiaan beribadah secara formal.
Pelajaran pendidikan agama seperti itu hanya akan menghasilkan manusia
yang pandai menghafal ajaran agama namun tidak pandai mewujudkan
ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, pelajaran
pendidikan agama malahan menyebabkan peserta didik terasing dari
kehidupan. Oleh karena itu, dalam kurikulum Pendidikan Agama Kristen
2013, rumusan Kompetensi Dasar diupayakan menghantar peserta didik
untuk memahami nilai-nilai agama yang bersentuhan dengan realitas
kehidupan nyata. Berbagai isu kontemporer yang dihadapi oleh
masyarakat masa kini, maupun oleh anak-anak dan remaja dibahas dari
sisi ajaran Alkitab. Nilai-nilai agama yang lahir dari ajaran iman Kristen
berperan sebagai cahaya yang menerangi setiap sudut kehidupan.
Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka pembelajaran PAK di sekolah
diharapkan
mampu
menghasilkan
sebuah
proses
transformasi
pengetahuan, nilai dan sikap. Hal itu memperkuat nilai-nilai kehidupan
yang dianut oleh peserta didik terutama dengan dipandu oleh ajaran iman
Kristen, sehingga peserta didik mampu menunjukkan kesetiaannya
kepada Allah, menjunjung tinggi nasionalisme dengan taat kepada
Pancasila dan UUD 1945.
Oleh sebab itu pembahasan isi kurikulum perlu selalu dimulai dari lingkup
yang paling kecil, yaitu diri peserta didik sebagai ciptaan Allah. Kemudian
akan dibahas keluarga, teman, lingkungan di sekitar peserta didik,
masyarakat di lingkungan sekitarnya dan bangsa Indonesia serta dunia
secara keseluruhan dengan berbagai dinamika persoalan. Proses belajarmengajar lebih menekankan pendekatan induktif yang secara konsisten
dipakai sejak jenjang SD, SMP, sampai SMA/SMK.

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa ruang lingkup PAK adalah:
Keluarga, gereja, dan sekolah. Dalam praktiknya PAK lebih banyak
dibebankan kepada sekolah. Karena itu, mengacu pada ruang lingkup PAK,
seharusnya pelaksanaan PAK di sekolah juga melibatkan gereja dan
terutama keluarga. Ada kecenderungan keluarga untuk menyerahkan
pendidikan agama bagi anak-anaknya kepada sekolah dan lembaga
agama (gereja). Sudah saatnya keluarga mengambil peran aktif dalam
pendidikan agama bagi anak-anaknya. Mengacu kepada pendapat Pater
J.I.G.M. Drost, SJ. (dalam Sekolah Mendidik atau Mengajar? ,1998) sekolah
-56-

berperan membantu orangtua dalam mendidik anak-anak. Pendidik
pertama dan utama adalah orangtua sejak seorang anak berada dalam
kandungan ibunya sampai dengan usia dewasa. Namun mengubah
persepsi masyarakat tentang peran orangtua dalam pendidikan,
khususnya pendidikan agama tidaklah mudah. Oleh karena itu, penting
bagi penentu kebijakan untuk mengatur instrumen pelaksanaan PAK yang
melibatkan keluarga dalam proses belajar-mengajar PAK. Strategi ini telah
dilakukan oleh beberapa lembaga pendidikan di Jakarta, tetapi belum ada
observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan strategi ini sehingga belum
diketahui tingkat keberhasilannya.
Selanjutnya, ada dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan yang
berpusat pada guru dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik. Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered)
dimana guru cenderung mendominasi proses pembelajaran sedangkan
pes