Strain Hardening Baja Karbon AISI 1065 Akibat Beban Gelinding Geserk.

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Sambutan Dekan Fakultas Teknik
Ucapan Terima Kasih
Daftar Isi
Susunan Panitia
Susunan Acara
1.
2.

Technopreneur and Social-Entrepreneurship: “…based on product…”, Raldi
Artono Koestoer
Supply Chain Management: Tantangan dan Strategi, Nyoman Pujawan

ii
iii

iv
v
x
xi

1
7

Bidang Teknik Mesin
1. Metode Pemilihan Pompa Sebagai Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro, Anak Agung Adhi Suryawan, Made Suarda, I Nengah Suweden
1
2. Pengaruh Fraksi Volume Serat terhadap Kekuatan Tekan Komposit Fiberglass,
AAIA Sri Komaladewi, I Made Astika, I G K Dwijana
7
3. Pengaruh Variasi Diameter dan Sudut Kemiringan Pipa Inlet Terhadap Unjuk
Kerja Pompa Hidram, Sehat Abdi Saragih
14
4. Analisa Kerusakan pada Rotating Element Pompa Injeksi Air David Brown
DB34-D DI PT CPI Minas, Abrar Ridwan, Ridwan Chandra

21
5. Pengaruh Temperatur Pembakaran pada Komposit Lempung/Silika RHA terhadap
Sifat Mekanik (Aplikasi pada Bata Merah), Ade Indra, Nurzal, Hendri Nofrianto 34
6. Rancang Bangun Mesin Pemisah Dan Pencacah Sampah Organik (Daun-daunan)
dan Anorganik (Plastik, Kresek) untuk Menghasilkan Serpihan Sampah Organik
Lebih Kecil sebagai Bahan Kompos, I Gede Putu Agus Suryawan, Cok. Istri P.
Kusuma Kencanawati, I Gst. A. K. Diafari D. Hartawan
42
7. Peningkatan Nilai Kalor Biobriket Campuran Sekam Padi dan Dominansi Kulit
Kacang Mete dengan Metode Pirolisa, Arijanto
49
8. Perilaku Stress Tanki Toroidal Penampang Oval dengan Beban Internal Pressure,
Asnawi Lubis, Shirley Savetlana, and Ahmad Su’udi
60
9. Kekerasan Baja AISI 4118 setelah Proses Pack Karburising dengan Media
Karburasi Arang Tulang Bebek dan Arang Pelepah Kelapa, Dewa Ngakan Ketut
Putra Negara, I Dewa Made Krisnha Muku, AAIA Sri Komala Dewi
67
10. Quantum States At Juergen Model for Nuclear Reactor Control Rod Blade Based
On Thx Duo2 Nano-Material, Moh. Hardiyanto

73
11. Pengerasan Induksi pada Material AISI 4340 sebagai Material Bahan Baku
Industri HANKAM Nasional, Muhammad Dzulfikar, Rifky Ismail, Dian Indra
Prasetyo, dan Jamari
83
12. Studi Pengaruh Kemiringan Kolektor Surya Tipe Satu Laluan Udara Panas
Terhadap Proses Pengeringan Kerupuk Ubi, Eddy Elfiano, Muhd. Noor Izani
90
13. Pemanfaatan Limbah Tempurung Kelapa Sawit (Elacis Guinesis) sebagai Energi
Biomassa yang Terbarukan, Eko Yohanes, Sibut
96
14. Pengaruh Variasi Volume Serat Resam terhadap Kekuatan Tarik dan Impact
Komposit pada Matriks Polyester sebagai Bahan Pembuatan Dashboard Mobil,
Herwandi, Sugianto, Somawardi, Muhammad Subhan
102
15. Pemanfaatan Arang Kayu Bakar sebagai Media Karburasi pada Proses Pack
Karburising, I Dewa Made Krisnha Muku, AAIA Sri Komala Dewi
109

|v


Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013

16. Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar dengan Media Radiator pada Mesin Bensin
Bertipe Injeksi Terhadap Unjuk Kerja Mesin, I Gusti Ngurah Putu Tenaya, I
Gusti Ketut Sukadana, dan I Gusti Ngurah Bagus Surya Pratama
17. Strain-Hardening Baja Karbon AISI 1065 Akibat Beban Gelinding-Gesek, I Made
Astika, Tjokorda Gde Tirta Nindhia, I Made Widiyarta, I Gusti Komang
Dwijana dan I Ketut Adhi Sukma Gusmana
18. Pengaruh Temperatur Tuang Paduan Perunggu Terhadap Sifat Kekerasannya Pada
Proses Pembuatan Genta Dengan Metoda Pasir Cetak (Sand Casting), I Made
Gatot Karohika, I Nym Gde Antara
19. Ketahanan Aus Baja Carbon AISI 1065 dengan Pengerasan Permukaan Kontak
(Quench-Hardening) terhadap Beban Gelinding-Luncur, I Made Widiyarta, Tjok
Gde Tirta Nindia, I Putu Lokantara, I Made Gatot Karohika dan I Ketut Windu
Segara
20. Pengembangan Kurva P-h dalam Pemodelan Elemen Hingga Vickers Indentasi
untuk Memprediksi Kekerasan Vickers (HV), I Nyoman Budiarsa

21. Studi Profil Temperatur Reaktor Fluidized Bed Pada Gasifikasi Sewage Sludge,
I Nyoman Suprapta Winaya, I Nyoman Adi Subagia, Rukmi Sari Hartati
22. Pengaruh Pemasangan Ring Berpenampang Segiempat dengan Posisi Miring
pada Permukaan Silinder terhadap Koefisien Drag, Si Putu Gede Gunawan Tista,
Ketut Astawa, Ainul Ghurri
23. Pengaruh Perlakuan Diammonium Phosphate (DAP) Terhadap Ketahanan Api
Komposit Plastik Daur Ulang-Serat Alam, I Putu Lokantara, NPG Suardana
24. Analisa Pengaruh Viskositas Pelumas terhadap Permukaan Penampang Material
pada Proses Ekstrusi Pengerjaan Dingin, Jhonni Rahman
25. Simulasi Numerik Aero-Akustik Aliran Udara Yang Melalui Silinder Pada
Bilangan Reynolds 90000 Menggunakan Model Turbulensi Les Dan Model
Akustik FWH, M. Luthfi, Sugianto
26. Pengaruh Konsentrasi Kalium Hidroksida (KOH) pada Elektrolit terhadap
Performa Alkaline Fuel Cell, Made Sucipta, I Made Suardamana, I Ketut Gede
Sugita, Made Suarda
27. Makrostruktur dan Permukaan Patah dalam Uji Tarik terhadap Perlakuan Panas
pada Baja Karbon Rendah, Nofriady H. dan Ismet Eka P.
28. Model Penentuan Koefisien Serap (Absorbsi) dan Kekuatan Tarik Material
Komposit Epoxy dengan Pengisi Serat Rockwool sebagai Knalpot Rendah Bising
Secara Eksperimen, Nurdiana, Zulkifli , Mutya Vonnisa

29. Pengaruh Waktu Tahan dan Laju Pemanasan terhadap Besar Butir Austenit dan
Kekerasan pada Proses Heat Treatment Baja HSLA, Richard A.M. Napitupulu,
Otto H. S, Charles Manurung, Humisar Sibarani
30. Analisa Kualitas Permukaan Baja AISI 4340 terhadap Variasi Arus pada Electrical
Discharge Machining (EDM), Sobron Lubis, Sofyan Djamil, Ivan Dion
31. Rancangan Launcher Roket Air, Suherlan, Dzulfi S Prihartanto, Gede Eka
Lesmana, Yohannes Dewanto
32. Analisa Kerja Roket Air Satu Tingkat, Ahmad Hidayat Furqon, Mochammad
Ilham Attharik, Pirnardi, dan I Gede Eka Lesmana
33. Analisis Penggunaan Differensial Proteksi pada Motor-Motor Listrik, PLTU
Buatan China, Suryo Busono
34. Efektivitas Alat Penukar Kalor Double Pipe Bersirip Helical sebagai Pemanas Air
dengan Memanfaatkan Gas Buang Mesin Diesel, Zainuddin, Jufrizal, Eswanto

115

124

133


141
149
158

166
173
180

186

195
203

208

218
224
234
240
247

255

| vi

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013

STRAIN-HARDENING BAJA KARBON AISI 1065 AKIBAT BEBAN
GELINDING-GESEK
I Made Astika, Tjokorda Gde Tirta Nindhia, I Made Widiyarta,
I Gusti Komang Dwijana dan I Ketut Adhi Sukma Gusmana
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana
Kampus Bukit Jimbaran Badung Bali (0361) 703321
e-mail: imdastika@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh variasi putaran terhadap keausan dan
perilaku sifat kekerasan (strain hardening) baja karbon setelah mengalami beban gelinding
gesek. Bahan penelitian adalah baja karbon AISI 1065 dimana bahan tersebut setara dengan
rel kereta api. Rel dan roda kereta api merupakan dua komponen yang mengalami beban

gelinding gesek yang dapat menyebabkan keausan dan kegagalan. Variasi putaran yang
dilakukan adalah 1000, 5000 dan 10.000 cycles. Jarak titik indentasi kek erasan dari
permukaan pada 300, 700, 1100, 1500, 1900, 2300, 2700, 3100, 3500 dan 3900 µm. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin besar jumlah putaran pada uji keausan semakin besar
massa yang hilang. Sedangkan untuk uji kekerasan terjadi peningkatan kekerasan pada
permukaan baja karbon AISI 1065.
Kata kunci: Strain hardening, gelinding gesek, kekerasan, keausan.

1. PENDAHULUAN
Keausan dan kegagalan merupakan masalah yang sering dialami roda maupun rel
kereta api. Hal ini disebabkan karena beban yang diterima secara berulang-ulang. Keausan
dan kegagalan ini sering terjadi pada lintasan belok, sambungan rel dan persimpangan.
Pada roda, keausan dan cacat sering terjadi pada bagian flange roda. Keausan pada roda
maupun rel menyebabkan ketidak nyamanan penumpang, kebisingan dan yang lebih
berbahaya adalah keluarnya roda dari rel. Salah satu cara untuk mengurangi kegagalan
tersebut yaitu dengan cara meningkatkan sifat mekanis pada material [1].
Benda yang bergesekan seperti kontak gelinding gesek yang dialami roda dan rel
kereta api akan mengakibatkan material dibawah permukaan kontak mengalami deformasi
plastis (regangan geser). Deformasi plastis tersebut dapat merubah sifat mekanis material
(memberi kekerasan). Fenomena ini disebut material mengalami strain-hardening [2].

Adapun permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana perilaku sifat-sifat
kekerasan (strain-hardening) dari material baja karbon AISI 1065 setelah mengalami
beban gelinding-gesek dengan uji vicers dan gambaran struktur mikronya.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kontak Mekanik (Kontak Silinder)
Pada tipe kontak yang berbentuk dua bidang silinder dengan masing-masing poros
parallel yang dibebankan pada kontak sebagai gaya P per satuan panjang dan bidang
kontak membuat panjang kontak berputar pada luas bidang 2a dipaksakan paralel ke porosy. Ini adalah dasar dari dua dimensi permukaan [3]:

TM-18 | 124

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013

Gambar 1. Mekanisme kontak dua bidang permukaan silinder
(Sumber: 3)
Distribusi tekanan normal p(x) pada permukaan kontak ditentukan dengan teori Hertz
adalah:
(1)

Dimana p0 adalah tekanan maksimal pada pusat kontak dan pada setengah luas
bidang kontak.
Tekanan maksimal pada kontak dapat di tentukan dengan:
(2)
Dimana P adalah tekanan, P adalah total pembebanan gaya per satuan panjang (L)
pada bidang kontak dan dapat didefinisikan dengan:
(3)
Juga dapat ditentukan dengan:
a=

(4)

Equivalent modulus Elastisitas E*, sudah ditetapkan dengan:
=

+

(5)

Dimana v adalah poison rasio, E adalah modulus young, dan mengacu pada bidang
1 dan 2 secara berurutan.
Persamaan R dapat ditentukan dengan:
= +
(6)
2.2 Slip roll-ratio
Perbandingan putaran dari dua buah disc yang menerima beban kontak gelinding
gesek. Jika suatu material menerima rolling-sliding contact serta adanya pengaruh slip-roll
ratio secara berulang-ulang akan menimbulkan adanya gesekan pada material di
permukaan dan di bawah permukaan kontak mengalami regangan geser dan terakumulasi
sangat besar. Apabila regangan geser ini terakumulasi dan mencapai titik kritis regangan
geser material maka kegagalan material dapat terjadi, seperti keausan (wear) dan
kegagalan akibat kelelahan (fatigue).
Untuk menentukan slip-roll ratio dapat ditentukan dengan persamaan [2]:
Sr =

(7)

dimana:
Sr = slip roll-ratio
V1 = kecepatan disc 1
V2 = kecepatan disc 2
TM-18 | 125

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013

2.3 Kekerasan
Kekerasan suatu bahan sampai saat ini masih merupakan peristilahan yang kabur,
yang mempunyai banyak arti tergantung pada pengalaman pihak-pihak yang terlibat. Pada
umumnya, kekerasan menyatakan ketahanan terhadap deformasi, dan untuk logam dengan
sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap defornasi plastik atau deformasi
permanen. Untuk orang-orang yang berkecimpung dalam mekanika pengujian bahan,
banyak yang mengartikan kekerasan sebagai ukuran ketahanan terhadap lekukan. Untuk
para insinyur perancang, kekerasan sering di artikan sebagai ukuran kemudahan dan
kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari
suatu logam. Adapun definisi kekerasan sangat tergantung pada cara pengujian tesebut
dilakukan [4].
2.3.1 Kekerasan Vickers
Pengujian yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah uji vickers. Uji
kekerasan Vickers menggunakan penumbuk piramida intan yang dasarnya berbentuk
bujur sangkar. Besarnya sudut antara permukaan-permukaan piramid yang saling
berhadapan adalah 136 . Sudut ini dipilih, karena nilai tersebut mendekati sebagian
besar nilai pebandingan yang diinginkan antara diameter lekukan dan diameter bola
penumbuk pada uji kekerasan Brinell. Karena bentuk penumbuknya piramid, maka
pengujian ini sering dinamakan uji kekerasan piramida intan. Angka kekerasan
piramida intan (DPH) atau angka kekerasan Vickers (HVN), didefinisikan sebagai
beban dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya luas ini dihitung dari
pengukuran mikroskopik panjang diagonal jejak. HV (Hardness Vickers) dapat di
tentukan dari persamaan [4] sebagai berikut:
Hv =

2
P
d2
dimana A = d
=
o
A
1,8544
2 cos 22

Jadi Hv = 1,8544. P
d

(8)

2

Dimana:
Hv = angka kekerasan Vickers (kg/mm2 ).
P = beban yang besarnya 1 kg
A = luas indentasi (mm2 ).
d = diagonal rata-rata.

d=

d1 + d 2
2

Karena jejak yang dibuat dengan penumbuk piramida serupa secara geometris
dan tidak terdapat persoalan mengenai ukurannya, maka HV tidak tergantung pada
beban.
Pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada beban yang sangat ringan. Beban
yang biasanya di gunakan pada uji Vickers berkisar antara 1 hingga 120 kg, tergantung
kepada kekerasan yang akan diuji. Hal-hal yang menghalangi keuntungan pemakaian
metode Vickers adalah uji kekerasan Vickers tidak dapat digunakan untuk pengujian
rutin karena pengujian tersebut lamban, memerlukan persiapan permukaan benda uji
yang hati-hati dan terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan
panjang diagonal. Lekukan yang benar yang dibuat oleh penumbuk piramida intan
harus bebentuk bujur sangkar. Akan tetapi, penyimpangan yang telah dijelaskan secara
berkala karena keadaan demikian terdapat pada logam-logam yang dilunakkan dan
mengakibatkan pengukuran panjang diagonal yang berlebihan. Bentuk demikian
diakibatkan oleh penimbunan diatas logam- logam di sekitar pemukaan penumbuk [5].

TM-18 | 126

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
P

136o

d1

d2

Gambar 2. Pengujian Kekerasan Vickers
(Sumber: 5)
Pengujian metode kekerasan berdasarkan ASTM E384 standar, ketika melakukan
test kekerasan jarak minimum dan jarak dari indentasi yaitu 2.5d, ke permukaan spesimen
harus diperhitungkan terlebih dahulu untuk menghindari interaksi daerah kerja yang
mengeras dan efek dari permukaan
3. METODE
3.1 Bahan
Material yang digunakan sebagai bahan uji adalah baja karbon AISI 1065. Bentuk
specimen uji keausan berdasarkan standart Railway and Vehicle Dynamic.

Gambar 3. Skema spesimen uji keausan dan kekerasan

Gambar 4. Foto spesimen benda uji keausan dan kekerasan

TM-18 | 127

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013

3.2 Alat Pengujian

Gambar 5. Skema mesin uji keasuan kontak dua disc (Twint dic test)
3.3 Uji Kekerasan Vickers Material Di bawah Permukaan Kontak
Pengujian kekerasan ini dilakukan untuk mengetahui perilaku sifat mekanik
(kekerasan material) dekat permukaan kontak akibat keausan.

Gambar 6. Jarak dan arah pengujian kekerasan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil pengujian keausan pada gelinding gesek

No

Spesimen

1

AISI 1065

Tabel 1. Hasil pengujian keausan
Jumlah
Massa awal Massa akhir
cycles
(g)
(g)
1.000
175,58
175,08
5.000
175,26
174,95
10.000
175,99
175,32

Massa yang
hilang (g)
0,5
0,31
0,67

Massa yang hilang pada setiap spesimen yang telah ngalami uji keausan terus
bertambah mulai dari 1000 cycles, 5000 cycles dan 10.000 cycles seperti gambar 7:

TM-18 | 128

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013

Gambar 7. Grafik hubungan jumlah siklus terhadap massa yang hilang
4.2 Hasil pengujian kekerasan Vickers
Tabel 2. Data hasil pengujian kekerasan baja karbon AISI 1065
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jarak dari permukaan
kontak (µm)
300
700
1100
1500
1900
2300
2700
3100
3500
3900

Tanpa Uji Keausan
196,734
196,734
196,734
196,734
196,734
196,734
196,734
196,734
196,734
196,734

HVN
1000 cycles
212.573
199.920
192.651
189.164
185.771
184.660
186,892
195,874
195,832
196,271

5000 cycles
214,36
199.092
196.235
189,930
187,664
183.925
186.557
197.087
196.277
197,494

10.000 cycles
216,215
199.135
195.430
190,316
186,892
183.234
185.069
198,723
196.639
198.680

Nilai kekerasan dihitung berdasarkan metode vickers hardness dengan penambahan
400µm dari tiap-tiap indentasi, yaitu dengan jarak dari permukaan specimen dimulai dari
300µm. Jarak dari permukaan yang dimaksud adalah dimana dihitung dari ujung permukaan
menuju titik indentasi yang pertama yaitu 300µm, kemudian dilanjutkan dengan titik indentasi
yang kedua dengan penambahan jarak 400µm. Beban yang digunakan pada saat pengujian
adalah 1 kg. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dari masing-masing specimen.
Pada specimen yang tidak mengalami uji keausan hanya diambil 4 titik saja
kemudian dirata-ratakan dan dibandingkan dengan specimen yang mengalami uji keausan
mulai dari 1000 cycles, 5000 cycles dan 10.000 cycles. Hasilnya disajikan gambar 8.

Gambar 8. Grafik hasil pengujian kekerasan baja karbon AISI 1065
TM-18 | 129

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013

4.3 Hasil Pengamatan Struktur Mikro
4.3.1 Pengamatan tanpa uji keausan

(a) 100 x pembesaran

(b) 400 x pembesaran

Gambar 9. Struktur mikro AISI 1065 tanpa uji keausan
Pada gambar 9 (a) dan (b) menunjukkan bahwa baja karbon AISI 1065 tidak
menunjukkan adanya regangan geser dan pemampatan pada partikel-partikelnya karena
spesimen belum mengalami uji keausan.
4.3.2 Pengamatan setelah 1000 cycles

(a) 100 x pembesaran

(b) 400 x pembesaran

Gambar 10. Struktur mikro AISI 1065 1000 cycles
Pada gambar 10 (a) dan (b) menunjukkan bahwa baja karbon AISI 1065 yang
mengalami uji keausan 1000 cycles tidak menunjukkan adanya regangan geser akibat
gesekan namun sudah mulai terlihat terjadi pemampatan pada partikel – partikelnya
dimana partikel Pearlite (partikel berwarna hitam) sudah mulai termampatkan ke atas
mendekati permukaan akibat pembebanan pada saat pengujian keusan dan partikel Ferrite
(partikel berwarna putih) sudah mulai menghilang menuju ke bagian bawah permukaan.

TM-18 | 130

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013

4.3.3 Pengamatan setelah 5000 cycles

(a) 100 x pembesaran

(b) 400 x pembesaran

Gambar 11. Struktur mikro AISI 1065 5000 cycles
Pada gambar 11 (a) dan (b) menunjukkan bahwa baja karbon AISI 1065 yang
mengalami uji keausan 5000 cycles tidak menunjukkan adanya regangan geser akibat
gesekan namun sudah mulai terlihat bertambah pemampatan pada partikel-partikelnya
dimana partikel Pearlite (partikel berwarna hitam) sudah mulai termampatkan ke atas
mendekati permukaan akibat pembebanan pada saat pengujian keusan dan partikel Ferrite
(partikel berwarna putih) sudah mulai menghilang menuju ke bagian bawah permukaan.
4.3.4 Pengamatan setelah 10. 000 cycles

(a) 100 x pembesaran

(b) 400 x pembesaran

Gambar 12. Struktur mikro AISI 1065 10.000 cycles
Pada gambar 12 (a) dan (b) menunjukkan bahwa baja karbon AISI 1065 yang
mengalami uji keausan 10.000 cycles tidak menunjukkan adanya regangan geser akibat
gesekan namun sudah mulai terlihat semakin bertambahnya pemampatan pada partikel –
partikelnya dimana partikel Pearlite (partikel berwarna hitam) sudah mulai termampatkan
ke atas mendekati permukaan akibat pembebanan pada saat pengujian keusan dan partikel
Feritte (partikel berwarna putih) sudah mulai menghilang menuju ke bagian bawah
permukaan.

TM-18 | 131

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013

Dari pengamatan struktur mikro yang dilakukan pada baja karbon AISI 1065 baik
yang tanpa uji keausan maupun yang dengan uji keausan 1000, 5000 dan 10.000 cycles
menunjukkan struktur mikro yang sama, struktur mikro hanya mengandung struktur
pearlite (gelap) dan feritte (putih) dan tidak mengalami regangan geser tetapi hanya terjadi
pemampatan partikel pada permukaan.
5. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian perilaku sifat kekerasan baja karbon material AISI 1065,
dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Terjadi peningkatan kekerasan pada bagian permukaan yang telah mengalami
perubahan sifat mekanis material akibat beban pada saat uji keausan dimana semakin
besar jumlah cycle maka semakin besar pula massa yang hilang.
2. Pemampatan partikel pada permukaan spesimen dimana struktur Pearlite semakin
termampatkan ke atas mendekati permukaan dan strukur Ferrite menuju ke bawah
permukaan sehingga bagian permukaan menjadi sangat keras akibat beban pada saat
mengalami uji keausan.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.PTKAI/rel. co.id.(2011)). Diakses tanggal 1 Juli 2012
2. Tyfour, W.R, et al, (1996), “Deterionatoin Of Rolling Contack Fatigue Life Of
Pearlitic Rail Steel Due To Dry-Wet Rolling-Sliding Line Contack”, Department Of
Mechanical And Proses Engineering, The University Of Sheffield, UK.
3. Kalker, J.J.A, (1982), “Fast Algoritma For The Simplifield Theory Of Rolling
Contack (FASTSIM) Vehicle System Dynamic”, Vol: 11, Swets & Zeitlinger, B. V,
Lisse.
4. Tata Surdia, Sinroko Saito,” Pengetahuan Bahan Teknik 1995” cetakan keenam, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta
5. George E. Dieter, Sriati Djaprie, “ Mechanical Metallurgy ”, 3rd edition ., (Jakarta:
Erlangga, 1990).
6. Dieter, George E. “Mechanical Metallurgy”. McGraw Hill Book Co. 1988.
7. ASTM E384, “Standar Test Method for Knoop and Vickers Hardness of Materials”

TM-18 | 132