Performance Test of Gasoline Engine (On Chassis) by Use Mixed Premium and Ethanol

  

Uji Performansi Motor bakar Bensin (On Chassis)

Menggunakan Campuran Premium dan Etanol

Fintas Afan Agrariksa,

  Bambang Susilo, dan Wahyunanto Agung Nugroho

  

Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya

Jl. Veteran, Malang 65145

ABSTRAK

Ada pendapat dari masyarakat yang menyatakan bahwa hanya dengan memakai

bahan bakar premium yang ada saat ini kendaraan yang mereka miliki sudah bisa

berjalan. Akan tetapi dalam penelitian ini penulis ingin mengajak masyarakat untuk

lebih memahami situasi yang terjadi pada satu atau dua generasi ke depan. Tujuan

dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh campuran bahan bakar bensin dan

etanol terhadap unjuk kerja motor bakar bensin berdasarkan nilai kalor bahan bakar.

Prosedur pengujian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: Pengujian nilai kalor bahan

bakar; Pengujian motor bensin; Pengujian emisi gas buang. Pengujian menggunakan

bahan pencampuran bensin dan bioetanol (0%, 5%, 15%, 25% etanol). Hasil pengujian

nilai kalor bahan bakar diperoleh nilai kalor premium 11.414,453 kal/gram; campuran

etanol 5% = 8905,921 kal/gram; campuran etanol 15% = 8717,552 kal/gram; campuran

etanol 25% = 8358,941 kal/gram. Hasil pengujian performansi diperoleh daya

tertinggi ada pada campuran 15% yaitu 9,02 kW dan mampu menghabiskan 10 ml

bahan bakar dalam waktu 35,87 detik. Hasil pengujian emisi gas buang diperoleh nilai

CO terendah ada pada campuran 25% etanol yaitu 0,85% volume udara; nilai CO

  2 tertinggi ada pada campuran 25% etanol yaitu 10,6% volume udara.

  Kata Kunci: Etanol, Oktan, Bom Kalorimeter, Hofman Dynatest

Performance Test of Gasoline Engine (On Chassis) by Use

Mixed Premium and Ethanol

  

ABSTRACT

There are opinions from people who claim that only by using premium fuel existing vehicles that

they have been able to walk. However, in this study the author would like to invite the public to

better understand the situation that occurs in one or two generations ahead. The purpose of this

study was to determine the effect of a mixture of gasoline and ethanol to gasoline combustion

engine performance based on fuel heating value. The testing procedure is divided into three

stages, namely: Testing calorific value of the fuel; testing gasoline motors; Testing of exhaust

emissions. The tests would using the material mixing gasoline and ethanol (0%, 5%, 15%, 25%

ethanol). The test results obtained calorific value fuel heating value premium 11414.453 cal /

gram; 5% ethanol blend = 8905.921 cal / gram; mixture of 15% ethanol = 8717.552 cal / gram;

mixture of 25% ethanol cal = 8358.941 / gram. Performance testing results obtained supreme

power is in a mixture of 15% ie 9.02 kW and able to spend 10 ml of fuel in 35.87 seconds.

Exhaust emissions test results obtained by the value of the lowest CO exist in a mixture of 25%

ethanol is 0.85% by volume of air; highest CO

  2 value is in a mixture of 25% ethanol is 10.6% by volume of air.

  Key Word: Ethanol, Octane, Bomb Calorimeter, Hofmann Dynatest

  

PENDAHULUAN

  Etanol merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui. Sebagai salah satu bahan bakar, etanol bisa dihasilkan dari fermentasi glukosa yang bisa didapatkan dari tanaman-tanaman yang banyak mengandung karbohidrat. Termasuk bahan dari selulosa meskipun membutuhkan langkah awal untuk dapat merubah struktur karbonnya menjadi karbohidrat.

  Nilai Dalam sebuah studi, kontrol mesin yang kompleks ditambah sirkulasi ulang pipa gas buang yang ditingkatkan bisa meningkatkan rasio kompresi sampai 19,5 dengan bahan bakarnya etanol murni sampai E50. Hal ini nantinya akan menghasilkan mobil etanol sama dengan ekonomi bahan bakar mobil bensin (Brusstar, 2008). Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan pengujian motor bensin dengan menggunakan campuran bahan bakar premium dan etanol dengan memanfaatkan secara maksimal peralatan laboratorium yang memadai.

BAHAN DAN METODE

  Bahan

  Bahan yang menjadi obyek pengujian adalah bensin jenis premium dari pertamina dan ethanol hidrat 96% dengan komposisi campuran (0%, 5%, 15%, 25% etanol).

  Alat

  Alat yang dipakai dalam eksperimental ini terdiri dari: Mesin otto 4-langkah 1-silinder merk Yamaha Vega R-110 3S0/4D7; Bom kalorimeter untuk mengukur nilai kalor bahan bakar; Untuk emisi gas buang menggunakan alat uji multi gas analizer;Alat bantu perbengkelan;

  

Pipette fuel consumption ; Hofmann Dynatest, untuk mengukur torsi motor dalam keadaan on

chassis .

  Metode

  Pengujian nilai kalor bahan bakar menggunakan metode standard benzoid. Yaitu pengujian dibagi menjadi dua langkah; yang pertama menentukan standard benzoid dengan mencari nilai kalor rata-rata benzoid, kedua menguji nilai kalor bahan bakar yang akan diuji tanpa melakukan pengulangan. Sehingga bisa dimasukkan ke dalam rumus: EE = 6318 x Massa Benzoit

  ……….......(1) ( Selisih Suhu) Nilai Kalor=(EEx

  ∆T)–(Acid)–(Fulse)….(2) Massa bahan

  Pengujian performansi motor bensin dilakukan pada 2 variasi putaran mesin yaitu 2000 dan 3000 rpm. Untuk pengujian performansi motor bensin menggunakan rangkaian alat Hofmann

  Dynatest yang terdiri dari:

   Roller set sensor dengan diameter 1 m berfungsi sebagai pembebanan roda belakang  Panel power sebagai pengatur sumber tegangan  Klem hidrolik untuk menjepit roda depan motor  Blower sebagai pengganti fungsi pendingin udara  Seperangkat komputer dilengkapi dengan pemrograman Hofmann Dynatest Program untuk menampilkan hasil pengujian  Port Magnetic Tachometer sebagai sensor pengukur rpm IR Remote control untuk menyalakan blower.

  Pengujian emisi gas buang yang dilakukan meliputi kadar CO, CO 2 , HC, O 2 dan NOx yang terdapat pada hasil pembakaran bahan bakar. Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan pengujian performansi motor bakar bensin. Sementara metode pengujian emisi gas buang yang dilakukan pada putaran idle berdasarkan SNI 19-7118.3-2005. Pengujian emsi gas buang yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat multi gas analizer.

  Gambar 1. Skema pengujian performansi motor bensin on chassis

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar

  Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan (suhu awal dan suhu akhir) yang telah diperoleh pada pengujian “bom kalorimeter” selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai kalor bahan bakar dengan persamaan (2). Pada pengujian pertam a bahan

  

bakar premium diperoleh d ata temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan serta

  hasil perhitungan nilai kalor bahan bakar campuran premium dan etanol 0%, 5%, 15%, 25% dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Data hasil pengujian dan perhitungan bom kalorimeter

  Sisa Nilai Kalor Campuran Suhu awal Suhu akhir Massa o o ΔT ( o

  C) kawat Bahan Bakar Etanol (

  C) (

  C) bahan (gr) (cm) (kal/gram)

  0% 29,32 32,37 3,05 0,64 0,8 11414,453 5% 26,23 28,50 2,27 0,61 1,3 8905,921

  10% 25,98 28,42 2,44 0,67 1,2 8717,552 25% 26,19 28,46 2,27 0,65 2 8358,941

  Pengujian Performansi Motor Bakar Bensin

  Hasil pengolahan data pengujian motor bensin empat langkah dibuat dalam bentuk grafik hubungan. Data hasil yang didapat merupakan data hasil yang terbaik dari pengujian yang sudah dilakukan.

  Daya Mesin dan Daya Roda

  Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan daya keluaran mesin, dan daya keluaran roda pada putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 berikut ini:

  Gambar 2. Grafik hubungan antara jumlah campuran etanol dengan daya mesin Gambar 3. Grafik hubungan antara jumlah campuran etanol dengan daya roda

  Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa daya tertinggi yang mampu dihasilkan mesin ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan daya terendah ada pada campuran etanol 25% dan pada putaran input 2000rpm. Hal yang sama juga dapat dilihat pada Gambar 3 menunjukkan bahwa daya tertinggi yang dihasilkan melalui roda ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan daya terendah roda ada pada campuran 25% dan pada putaran input 2000rpm.

  Adanya peningkatan daya tersebut terjadi karena adanya penambahan oktan pada premium setelah ditambahkan etanol. Oleh karena oktan yang tinggi dapat meningkatkan rasio kompresi, maka ketika mesin bekerja terjadi efisiensi termal (Brusstar, 2008). Yaitu kemampuan etanol meredam temperatur pembakaran yang dibutuhkan oleh mesin agar bisa mengeluarkan daya optimal. Dan puncak efisiensi terjadi pada campuran premium dan etanol 15%, sehingga menghasilkan daya mesin 9,02 kW dan pada daya keluaran roda sebesar 7,23 kW. Sedangkan penurunan daya yang terjadi pada campuran 25% lebih disebabkan adanya kelebihan kadar air pada campuran bahan bakar. Namun pada dasarnya hasil yang ada pada grafik tidak banyak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Yang artinya penambahan etanol pada bahan bakar premium tidak banyak mempengaruhi kemampuan motor bensin.

  Konsumsi Bahan Bakar Spesifik

  Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan waktu menghabiskan bahan bakar sejumlah 10 ml, konsumsi bahan bakar, dan konsumsi bahan bakar spesifik pada putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6 berikut ini: Gambar 4. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan waktu menghabiskan bahan bakar 10 ml Gambar 5. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan konsumsi bahan bakar

  Gambar 6. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan konsumsi bahan bakar spesifik Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa waktu terlama motor bensin dalam menghabiskan 10 ml bahan bakar ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan waktu paling singkat motor bensin dalam menghabiskan 10 ml bahan bakar ada pada campuran etanol 0% atau premium murni dan pada putaran input 2000rpm. Sementara hal berbeda dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai tertinggi konsumsi bahan bakar maupun konsumsi bahan bakar spesifiknya ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran input 2000rpm. Sedangkan nilai konsumsi bahan bakar dan konsumsi bahan bakar spesifik terendah ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000 rpm.

  Konsumsi bahan bakar erat hubungannya dengan nilai kalor bahan bakar. Yaitu semakin besar nilai kalor bahan bakar, maka nilai konsumsi bahan bakar semakin kecil (Turnip,2009). Akan tetapi dalam penelitian ini, campuran premium dan etanol yang mampu menghasilkan tenaga yang lebih besar sama dengan premium murninya, akan didapatkan nilai konsumsi bahan bakar yang lebih rendah dari nilai konsumsi bahan bakar premium itu sendiri. Yang mana membuktikan bahwa penambahan etanol pada bahan bakar premium mampu memberikan efisiensi termal pada reaksi pembakaran dalam mesin (Brusstar,2008). Dengan adanya efisiensi termal, pemborosan panas yang terjadi pada mesin akibat hasil pembakaran bahan bakar yang melebihi suhu yang dibutuhkan menjadi berkurang. Sehingga kerja mesin semakin irit bahan bakar.

  Efisiensi Termal Efektif (pada Mesin)

  Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan efisiensi efektif pada putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini: Gambar 7. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan efisiensi efektif

  Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa efisiensi efektif tertinggi yang mampu dihasilkan mesin ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan efisiensi efektif terendah yang dihasilkan mesin ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran input 2000rpm.

  Tingginya nilai efisiensi efektif pada campuran premium dan etanol 15% disebabkan oleh nilai oktan yang tinggi sehingga bahan bakar dapat terbakar sempurna (Firman,2007). Sehingga dapat menghasilkan daya efektif yang tinggi pula. Sedangkan pada campuran etanol 0% atau premium murni yang memiliki oktan rendah, terjadi detonasi pada proses pembakaran. Sehingga daya efektif yang dihasilkan lebih kecil. Sementara pada campuran premium dan etanol 25%, kandungan air yang mencapai 1% menghasilkan timbunan uap air berlebih pada mesin. Sehingga dapat menurunkan nilai kalor hasil pembakaran.

  Efisiensi Termal Brake (pada Roda)

  Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan efisiensi termal brake pada roda pada putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 8. Di sini karena beban pengereman pengujian on chassis ada di roda maka digunakan daya roda sebagai perhitungannya. Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa efisiensi pengereman tertinggi yang mampu dihasilkan mesin ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan efisiensi pengereman terendah yang dihasilkan mesin ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran input 2000 rpm.

  Gambar 8. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan efisiensi termal brake

  Pengujian Emisi Gas Buang

  Hasil pengujian emisi gas buang pada motor bensin menggunakan alat multi gas analizer bertujuan untuk mengetahui nilai emisi CO(%V), CO 2 (%V), HC(ppm), NOx(ppm) dan kandungan O (%V) pada gas buang. Hasil pengujian dapat ditunjukkan melalui grafik hungan 2 antara campuran etanol dengan CO, CO 2 , HC, O 2 , dan NOx.

  Emisi CO

  Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan emisi CO pada putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini: Gambar 9. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan emisi CO

  Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa emisi CO tertinggi yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran input 2000rpm. Sedangkan emisi CO terendah yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 25% dan pada kondisi idle. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar campuran etanol ke dalam premium, maka emisi CO semakin menurun (Bourne,2007). Hal ini terjadi bila proses pembakaran kurang optomal akibat dari kekuaran oksigen sehingga bahan bakar tidak terbakar sempurna (Turnip,2009). Dengan adanya penambahan etanol dapat mengoptimalkan reaksi pembakaran. Hasil reaksi pembakaran tak sempurna berupa CO berubah menjadi pembakaran sempurna yang menghasilkan CO 2 . Dan membuktikan bahwa etanol dapat mengurangi emisi gas buang, setidaknya untuk zat yang lebih bersifat racun bagi lingkungan.

  Emisi CO 2 Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan emisi CO pada putaran 2 input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 10 berikut ini:

  Gambar 10. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan CO 2 Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa emisi CO 2 tertinggi yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 25% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan emisi CO 2 terendah yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran input 3000rpm. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar campuran etanol ke dalam premium, maka emisi CO semakin meningkat. Dalam suatu reaksi kimia premium 2 menghasilkan CO 2 lebih banyak dari etanol. Akan tetapi energi yang dihasilkan etanol hanya 80% dari energi yang mampu dihasilkan premium (Popa, 2009). Sehingga dalam penelitian ini motor bensin yang mampu mengeluarkan daya yang hampir sama (dapat dilihat pada Gambar 11) akan menghasilkan emisi CO 2 yang lebih banyak dari bahan bakar premium saja. Kecuali pada kondisi idle yang mana pada saat tersebut motor belum mengeluarkan daya maksimal.

  Emisi HC

  Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan emisi HC pada putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 11 berikut ini: Gambar 11. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan emisi HC

  Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa emisi HC tertinggi yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 25% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan emisi HC terendah yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 2000rpm. Pada grafik emisi HC tersebut tidak nampak perbedaan yang begitu mencolok. Yang artinya bahwa penambahan etanol ke dalam bahan bakar premium tidak mempengaruhi tingkat emisi HC. Sementara pengaruh perbedaan jumlah HC lebih dipengaruhi oleh tingkat tenaga yang dihasilkan motor bensin. Tetapi berbeda hasilnya pada keadaan idle (mesin berputar bebas). Menurut Turnip (2009), pengaruh pencampuran bahan bakar dan udara lebih berperan besar terhadap nilai HC. Yang mana ketika terjadi campuran bahan bakar dan udara miskin (kecepatan aliran udara dan bahan bakar rendah) pada suhu pembakaran yang rendah, mengakibatkan bahan bakar tidak terbakar sempurna. Ditambah dengan etanol hidrat yang masih mengandung air. Ketika perbandingan bahan bakar dan udara tidak memenuhi kebutuhan pembakaran bahan bakar, penambahan etanol hidrat akan menghambat pembakaran. Sehingga emisi HC yang semakin meningkat pada campuran etanol menunjukkan adanya fenomena bahan bakar yang tidak bisa terbakar.

  Emisi NOx

  Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan emisi NOx pada putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:

  2 Gambar 1

  2 . Grafik hubungan antara campuran etanol dengan emisi NOx

  Pada Gambar 1

  2 dapat dilihat bahwa emisi NOx tertinggi yang keluar dari knalpot gas

  buang ada pada campuran etanol 25% dan pada putaran input 2000rpm. Sedangkan emisi NOx terendah yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran input 2000rpm.

  Kandungan O pada gas buang 2 Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan kandungan O 2 pada gas buang pada putaran input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini:

  Gambar 1

  3 . Grafik hubungan antara campuran etanol dengan emisi O 2 Pada Gambar 1 3 dapat dilihat bahwa emisi O 2 tertinggi yang keluar dari knalpot gas buang

  ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan emisi O 2 terendah yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran input 2000rpm. Pada proses pembakaran pada suatu motor bakar lebih cenderung berlangsungnya pada campuran bahan bakar dan udara yang miskin. Yaitu adanya kelebihan udara yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan proses pembakaran. Sehingga dalam gas buang hasil pembakaran masih mengandung sisa O 2 . Sementara pada kondisi idle, tidak adanya tarikan gas mengakibatkan rendahnya suplai udara ke dalam campuran bahan bakar sehingga sisa oksigen yang keluar dari knalpot gas buang menjadi sedikit.

  Berdasarkan “Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama Pasal 3”, dijelaskan bahwa metode pengujian kandungan CO dan HC untuk kendaraan bermotor kategori L (sepeda motor) pada kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.3-2005. Dan parameter ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor kategori L berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Kendaraan bermotor kategori L Kategori Tahun Parameter Metode Uji

  Pembuatan CO(%) HC(ppm)

  Sepeda motor 2 langkah <2010 4.5 12000 idle Sepeda motor 4 langkah <2010 5.5 2400 idle Sepeda motor (2 langkah dan 4 4.5 2000 idle

  ≥2010 langkah) Sumber:Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006

  Di sini dapat dibandingkan antara hasil pengujian emisi CO (dapat dilihat pada Gambar 18) dan emisi HC (dapat dilihat pada Gambar 11) dengan ambang batas emisi CO dan HC kendaraan bermotor (dapat dilihat pada Tabel 2). Hasil pengujian yang didapat menunjukkan bahwa nilai CO dan HC tidak melebihi ambang batas yang sudah ditentukan. Sehingga dapat dikatakan kesemua hasil pengujian emisi gas buang masih memenuhi standar nasional.

  

SIMPULAN

  Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan di antaranya: Nilai kalor premium murni 11.414,453 kal/gram; campuran etanol 5% = 8905,921 kal/gram; campuran etanol 15% = 8717,552 kal/gram; campuran etanol 25% = 8358,941 kal/gram. Penambahan etanol tidak banyak mempengaruhi daya keluaran motor, akan tetapi mampu meningkatkan daya keluaran motor meskipun sedikit. Kecuali pada campuran etanol 25% yang terdapat kelebihan kadar air. Penambahan etanol menurunkan konsumsi bahan bakar dari 1,59 kg/jam menjadi 0,75 kg/jam. Sehingga bisa dikatakan dengan penambahan etanol, motor menjadi 50% lebih irit. Penambahan etanol dapat meningkatkan efisiensi daya motor terhadap energi yang mampu dihasilkan bahan bakar. Penambahan etanol mampu menciptakan pembakaran yang lebih sempurna. Pada hal ini terbukti dengan penurunan nilai emisi gas buang CO dan peningkatan emisi CO 2 .

DAFTAR PUSTAKA

  Brusstar, M, M. Bakenhus. 2008. Economical, High-Efficiency Engine Technologies for Alcohol Fuels . Journal U. S. Environmental Protection Agency. Nu’man dan Indra Herlamba Siregar. 2013. Performa Mesin Dan Emisi Gas Buang Motor

  Bensin Berbahan Bahan Bakar LPG Dengan Penambahan Gas HHO . Jurnal Teknik Mesin Volume 01 Nomor 02 (Hal: 271-276). Surabaya:Universitas Negeri Surabaya.

  Popa, Bogdan. 2009. Emissions: Gasoline vs. Diesel vs. Bioethanol. autoevolution.com.

  (Retrieved 27 December 2010). Diambil dari id.wikipedia.org. (Diakses tanggal 8 Mei 2013)

  SNI 19-7118.3-2005 Turnip, Jekson. 2009. Pengujian dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan

  Biodiesel Dimethil Ester B-01 dan B-02 . Medan: Skripsi Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

  Yulianto, Firman. 2007. Skripsi:Pengaruh Variasi Fraksi Volume Etanol-Bensin Terhadap

  Unjuk Kerja dan Emisi Gas Buang Motor Otto 4 Langkah . Malang:Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.