STUDI KASUS PENATAAN RUANG DESA ADAT (Kasus Kampung Naga-Tasikmalaya)

  STUDI KASUS PENATAAN RUANG DESA ADAT (Kasus Kampung Naga-Tasikmalaya) Kerangka Berpikir Kerangka Berpikir

  Pola Kampung Naga

  Adat di Kampung Naga Gambar disamping adalah Kaum lelaki melakukan mandi basah di tepi Sungai Ciwulan.

  

Kegiatan ini dilakukan oleh kaun laki-laki di Kampung Naga. Tahapan mandi ini sifatnya

wajib karena untuk melakukan suatu upacara sakral diperlukan kesucian jasmanai maupun

rohani. Upacara ini dipandu oleh seorang ”Kuncen”.

  

Kegiatan ini dimulai ketika ”kuncen” selesai unjuk-unjuk kemudian ia mempersilahkan paea

peserta untuk mandi bersama-sama. Pada waktu mandi, badan tidak boleh digosok dengan

sabun atau alat pembersih lainnya, kecuali menggunakan leuleueur. Maksud mandi ini

adalah untuk membersihkan badan dari segala kotoran dan najis yang menmpel di tubuh.

  

Setelah selesai mandi kemudian para peserta megambil wudlu dan kemudian langsung

mengenakan pakaina khsuus upacara, tanpa mengeringkan badan terlebih dahulu. Mereka

beranggapan bahwa dengan mengeringkan badan terlebih dahulu maka makna dari

bebersih atau sesuci tersebut akan hilang.

  Potensi Adat di Kampung Naga Potensi Adat di Kampung Naga

  1. Terbangan

  1. Terbangan

  • Deskripsi :

  Terbangan disajikan dalam bentuk nyanyian biasanya penabuh terbang sekaligus jadi penyanyi. Terbang yang digunakan ada 4 buah yang berurutan besarnya dan ditabuh oleh

keempat orang yang membentuk suatu irama sesuai dengan nyanyian yang dibawakan. Ke-4

nyanyian biasanya diambil dari bahsa Arab yang berupa puji-pujian, yaitu mengagungkan kebesaran Tuhan dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW yang diambil dari Kitab Suci Al-Quran. Nyanyian dibawakan bersama-sama diiringi pukulan terbang. Lagu-lagu yang biasanya dibawakan dala mkesenian terbangan ini adalah ”Allahu”-an, Syarobana, Qoyum dan sebagainya.

Kesenian terbangan di Kampung Naga biasanya dimainkan oelh laki-laki walaupun tidak ada

larangan dimainkan oleh perempuan. Pertunjukan ini dilakukan di dalam ruangan (mesjid)

maupun di lapangan terbuka tengah-tengah kampung. Kadang-kadang juga seseorang yang

membawakan lagu dan yang lainnya memberikan alok pada setiap akhir dari setiap bait lagu

dengan menyanyikan bersama-sama penyanyi semula.

  • Demikianlah setelah selesai membawakan sebuah lagu, kemudian dilanjutkan dengan lagu-

    lagu lainnya sampai selesainya pertunjukan secara keseluruhan. Pertunjukkan biasanya dimulai ”sabada” shalat Isya dan berakhir kira-kira pukul 24.00 tengah malam.

  NEXT BACK MENU PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M NEXT BACK MENU PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M NEXT BACK MENU PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M NEXT BACK MENU PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M

  Terbangan Fungsi/Dilakukan :

  

Pesta perkawinan

Khitanan

Mengiringi pada waktu akan dimasukan dala leuit (lumbung padi)

Sebagai tanda syukur atas keberhasilan panen

  

Upcara hajat Sasih

Ziarah ke makan leluhur

Hari besar Islam

  2. Angklung

  2. Angklung

  • Deskripsi :

  Angkulung disajikan dalam bentuk instrumen dalam iring-iringan pawai 17 Agustus juga pada wkatu membawa padi dari sawah menuju lumbung padi. Akan tetapi sering pula angklung dipertunjukkan sebagai hiburan seperti terbangan dan kadang-kadang pula diiringi dengan nyanyian canda yang berbentuk ”sisindiran”. Angklung ini pun terdiri dari beberapa ukuran.

Pemain angklung seklaigus menjadi penyanyi dalam arak-arakan, pemain juga

berjalan sesuai dengan irama dari lagu atau nyanyian yang dimainkan dengan

diiringi ”alok” atau ”engklok”, sehingga suasana menjadi bertambah ramai. Angklung ini dimainkan 4 orang laki-laki. Walaupun tidak ada larangan bagi wanita namun karena beratnya angklung tersebut, maka hanya laki-laki yang mampu memainkannya.

  • Fungsi/Dilakukan : – Sebagai tanda syukur atas keberhasilan panen – Mengiringi padi waktu dimasukkan ke dalam lumbung padi – Acara 17 Agustus

3. Beluk

   Deskripsi : Beluk disajikan apabila ada yang melahirkan dengan maksud menunggui bayi dan ibu yang baru saja melahirkan sebelum mereka tidur. Kesenian Beluk ini biasanya disajikan pada waktu malam hari dengan membawa cerita yang diambil dari Kitab ”Wawacan” yang ditulis memakai huruf Arab. Pemain beluk tidak terbatas, semua yang hadir bisa saja bersama-sama atau bergiliran menyajikan bait demi bait cerita wawacan yang disajikan. Akan tetapi sebagai pemain pkok dalam kesenian beluk terdiri dari dua orang, seorang membacakan satu bait dari cerita itu dan yang seorang lagi menyajikan bait yang dibacakan tadi, sedangkan pada bait-bait tertentu semua yang hadir ikut bersama-sama menyanyikan (pada kahir bait).

  Demikianlah bait demi bait dinyanyikan dan biasanya acara ini berlanjut hingga jauh malam atau kadang-kadang sampai subuh. Kemudian hari esoknya pun kesenian ini masih terus dilakukan tergantung keluarga yang bersangkutan yang meminta (biasanya >2 malam).

  Dalam proses penyajian beluk baim penyaji maupun hadirin berlaku bebas, ada yang duduk, versila, tidur-tiduran, bahakan ada yang terus tertidur. Demikian juga di sipembaca cerita biasanya sambil ”ngadepong” membacakan cerita tersebut.

   Fungsi/Dilakukan :

  • Saat kelahiran anak

4. Puasa Bicara

  Deskripsi : Dilarang membicarakan mengenai leluhur atau nenek moyang, adat istiadat dan kepercayaan karena hal tersebut sangat tabu untuk dibicarakan. Karena sangat tabu sehingga tidak ada alasan yan jeals mengapa mereka harus melakukan puasa bicara.

  Fungsi/Dilakukan : Dilakukan pada hari Selas, Rabu dan Sabtu

5. Upacaran Panen

   Deskripsi : Upacara ini dilakukan sebagai ungkapa rasa syukur kepada Tuhan dan sekaligus penghormatan terhadap Dewi Sri atas kesuburan dan panenan padi yan gtelah mereka hasilkan.

  Upacara ini dimulai ketika memanen tangkai padi pertama sampai seluruh padi diantar ke lumbung (leuit) yang biasanya diiringi musik Angklung.

   Fungsi/Dilakukan : Saat panen padi

  6.

  6. Upacara Hajat Sasih

Upacara Hajat Sasih

  Deskripsi : Upacara ini meripakan perayaan yang dilaksanakan selama dua

  • Deskripsi :

  Upacara ini meripakan perayaan yang dilaksanakan selama dua bulan sekali berdasarkan perhitungan waktu kalender Islam, yaitu bulan sekali berdasarkan perhitungan waktu kalender Islam, yaitu meliputi Bulan Muharam, Maulud, Jumadil Akhir, Rewah, Syawal, meliputi Bulan Muharam, Maulud, Jumadil Akhir, Rewah, Syawal, dan Rayagung. Upacara ini dilakukan dalam bentuk ziarah kubur ke dan Rayagung. Upacara ini dilakukan dalam bentuk ziarah kubur ke makam nenek moyang atau leluhur masyarakat Kampung Naga. makam nenek moyang atau leluhur masyarakat Kampung Naga.

  Upacara ini dilakukan dengan menggunakan pakaian adat, berdoa Upacara ini dilakukan dengan menggunakan pakaian adat, berdoa di mesjid dan membawa sapu lidi untuk membersihkan makam di mesjid dan membawa sapu lidi untuk membersihkan makam sampai diakhiri dengan makan bersama di mesjid. sampai diakhiri dengan makan bersama di mesjid.

  Fungsi/Dilakukan : Muharam, tanggal 26, 27 dan 28 Muharam, tanggal 26, 27 dan 28 Maulud, tanggal 12, 13 dan 14 Maulud, tanggal 12, 13 dan 14 Jumadil Akhir, tanggal 16,17 dan 18 Jumadil Akhir, tanggal 16,17 dan 18

  • Fungsi/Dilakukan :

7. Upacara Perkawinan

   Fungsi/Dilakukan : Saat ada perkawinan

   Deskripsi : Terdapat upacara perkawinan :

  • – Upacara saweran
  • – Upacara ”Nincak endog”
  • – Upacara ”buka pintu”
  • – Upacara ”riungan”
  • – Upacara ”Ngampar”
  • – Upacara munjungan

8. Gotong Royong

  Deskripsi : Sikap gotong royong masyarakat Kampung Naga yang mencerminkan sikap paguyuban Fungsi/Dilakukan : Misalnya dalam pembuatan rumah

  Budaya Kampung Naga yang Kontradiksi dengan Ajaran Islam (Doni Pribadi, Skripsi) 1.

  Anggapan tidak melakukan ibadah Haji ke Mekkah, melainkan dengan cukup menjalankan atau melaksanakan upacara ”Hajat Sasih” yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha tanggal 10 Rayagung.

2. Percaya adanya makhluk halus yang menenpati tempat-

  tempat tertentu 3. Puasa bicara pada hari Selasa, Rabu dan Sabtu 4. Percaya pada Dewi Sri sebagai penentu berhasil tidaknya panenan

  5. ziarah ke makam leluhur sebagai upacara dan memohon kepada leluhur mereka dengan menyampikan maksud tertentu

  Fenomena Ketabuan dalam Masyarakat Kampung Naga (Doni Pribadi, Skripsi)

  1. Pertunjukan kesenian Terbangan dan Angklung pada hari Selasa, Rabu, dan Sabtu.

  2. Dilarang mempertunjukkan kesenian selain seni Terbangan dan Angklung di lingkungan wilayah Kampung Naga.

  3. Merusak alam lingkungan hutan yang berada di Kampung Naga.

  4. Hari Selasa, Rabu dan Sabtu tabu untuk membicarakann

hal-hal yan berkaitan dengan asal-usul dan sejarah Kmpung

Naga dan leluhur mereka.

  5. Tabu mewarnai rumah dnegan cat.

  6. Penggunaan atap pada arsitektur rumah adat masyarakat Kampung Naga selain dari daun rumbia dan jeami serta ukuran dan bentuk rumah pantang untuk dirubah.

  7. Tabu menambah rumah baru di areal Kampung Naga yang luasnya sangat terbatas yaitu 1,5 Ha.

  Upaya Pengembangan Wisata dengan Pertimbangan Aspek Sosial Budaya (Doni Pribadi, Skripsi)

  1. Melakukan zoning dalam rangka memisahkan kegiatan kepariwisataan dengan kegiatan lainnya.

  2. Pola pengembangannya dilakukan secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masyarakat

Kampung Naga dan sekitanya.

  3. Menampung dan mengembangkan nilai hubungan sosial yang berakar dari tradisi masyarakat lokal Kampung Naga dan sekitarnya.

  Dampak Terhadap Lingkungan Geofisik-Kimia Dampak Terhadap Lingkungan Geofisik-Kimia

1. Perubahan tata guna lahan

  2. Perubahan ekosistem alami menjadi ekosistem

buatan. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pada

iklim mikro yang mencakup pada suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan angin.

  3. Perubahan mutu dan jumlah air yang disertai dengan meningkatknya pencemaran baik pada tahap konstruksi maupun tahap operasinya.

  4. Perubahan pada pola drainase alam yang dapat mengakibatkan bahaya banjir atau bahaya pengikisan permukaan tanah (erosi)

  5. Adanya gangguan lalu lintas berupa kemacetan dan kebisingan

  6. Meningkatnya niali atau harga lahan di sekitar kawasan

  Dampak Terhadap Lingkungan Sosial-Ekonomi

  1. Meningkatnya lapangan pekerjaan baik langsungmaupun tidak langsung

  2. Meningkatnya pendapatan pemerintah daerah dari retibusi parkir dan SIUP 3.

  Meningkatnya pendapatan masyarakat 4. Menurunnya estetika lingkungan pada kawasan di luar kawasan penyangga

  5. Meningkatnya pendidikan masyarakat setempat akibat adanya peningkatan pendapatan dan komunikasi 6.

  Keinginan warga untuk lebih maju dan berkembang lagi, akibat interaksi dengan wisatawan dan mulai besarnya kesempatan berkomunikasi

  7. Berubahnya pola budaya pola hidup ke arah yan lebih konsumtif

  8. Terjadinya keresahan apabila ada peningkatan kerawanan karena faktor keamanan dan ketertiban masyarakat yang negatif 9.

  Meningkatnya jumlah penduduk terutama oleh faktor in-imigrasi 10. Keuntungan ekonomi lokal yang dinikmati sebagai penunjuk cerita (guide), penjualan kerajinan, penampilan atraksi, menyediakan tikar, menjual makanan- minuman, menjual hasil bumi/oleh-oleh, bagi hasil parkir

  Matriks Analisis SWOT Kawasan Wisata Budaya Matriks Analisis SWOT Kawasan Wisata Budaya Kampung Naga Kampung Naga

  Sketsa Sketsa

  Lokasi Lokasi

  Kampung Kampung

  Naga Naga

  Sketsa Pembagian Zona Kawasan

  Peta Kampung Naga