Penigkatan Aktifitas dan Hasil Belajar Materi Dunia Hewan Melalui Strategi Kooperatif Pada Siswa Kelas X Akselerasi

  

Penigkatan Aktifitas dan Hasil Belajar Materi Dunia

Hewan Melalui Strategi Kooperatif Pada Siswa Kelas X

Akselerasi

  (1)

  Ifah Turistiana

  1 SMAN 1 Blitar

  1 Email: ifahturistiana@gmail.com,

  DOI: https://doi.org/10.28926/riset_konseptual.v2i3.59

ABSTRAK

  

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas X

Akselarasi SMA Negeri 1 Blitar melalui strategi kooperatif. Jenis penelitian yang digunan

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Instrumen digunakan lembar observasi dan soal

tes. Teknik analisis data yang digunakan analisis data kualitatif model Milles dan Huberman

yang meliputi data reduction, data display, dan conclution drawing/verification., Hasil penelitan

menunjukkan strategi kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa

yang ditunjukkan dengan nilai aktivitas belajar 69,7 dan hasil belajar 71,84 pada siklus pertama.

Pada siklus kedua aktivitas belajar 71,67 dan hasil belajar 84,9. Pada siklus ke tiga diperoleh

aktivitas belajar siswa 76,3 dan hasil belajar 84,9. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya

peningkatan aktivitas dan hasil belajar Biologi melalui strategi kooperatif pada siswa kelas x

akselerasi Kata kunci: aktifitas, hasil belajar, startegi kooperatif

PENDAHULUAN

  Di era perkembangan global keterlambatan merespon kebutuhan akan peningkatan mutu pembelajaran akan menyebabkan ketertinggalan yang akhirnya akan memperlemah daya saing bangsa, oleh karena itu peran guru sangat diharapkan agar dapat mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di masyarakat. Guru di sekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan dengan keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran ilmu pengetahuan alam di SMA yang menuntut peserta didik bukan hanya sekedar memahami teori atau kognitif saja tetapi juga ketrampilan atau psikomotor

  Berdasar hasil studi lapangan peneliti mencermati apa yang terjadi di lapangan menemukan bahwa mengajar kelas X-Akselerasi merupakan tantangan yang cukup besar bagi peneliti sebagai guru karena memerlukan kerja keras agar pembelajaran biologi dapat dipahami oleh siswa dalam waktu yang singkat. Program Akselerasi yang diselesaikan dalam waktu 2 tahun menuntut siswa untuk menyelesaikan pembelajarannya dalam 1 semester dalam 4 bulan, sehingga guru merasa tergesa-gesa dan kurang memperhatikan tingkat keberhasilan belajar siswa. Di sisi lain siswa merasakan materi pelajaran terlalu banyak dan semakin sulit.

  Guru sudah melakukan berbagai pendekatan dan strategi dalam pembelajaran dengan harapan ada peningkatan hasil belajar, namun ternyata perolehan hasil belajar materi yang telah diajarkan di kelas Akselerasi rata-ratanya dan ketuntasanya masih kurang memuaskan. Hasil belajar siswa kelas x akselerasi pada semester I diperoleh nilai rata-ratanya dan ketuntasannya mengalami penurunan dari ulangan harian pertama nilai rata-rata 82,6 dengan ketuntasan 70%, pada ulangan harian kedua nilai rata-rata 73,7 dengan ketuntasan 45%, dan ulangan harian ke tiga nilai rata-rata 72,1 dengan ketuntasan 45%.

  Perolehan hasil belajar siswa kurang maksimal diduga karena selama pembelajaran lakukan lebih banyak menggunakan metode ceramah secara klasikal, meskipun diselingi dengan tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, namun aktifias guru masih mendominasi, akibatnya siswa pasif, kurang aktif, serta tampak sekali siswa di dalam kelas ini lebih bekerja secara individual, kurangnya kerjasama dan juga komunikatif sesame teman, yang ditunjukan dengan beberapa indikator diantaranya (1) saat pemberian tugas jarang terjadi diskusi atau saling tanya antar teman, (2) Hasil pekerjaan rumah yang diberikan masih terdapat beberapa siswa yang belum memperoleh nilai yang baik, (3) saat terjadi kegiatan pembelajaran jarang ada siswa yang bersedia menjawab meskipun mereka bisa, mereka akan menjawab jika ditunjuk guru. Pemilihan strategi mengajar yang kurang tepat lah yang diduga penyebab ketidakefektifan pembelajaran di kelas. Sehingga perlu pemilihan strategi yang tepat untuk melibatkan siswa secara maksimal untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya (Udin S. Winataputra & Tita Rosita, 1995: 124).

  Upaya memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa Akselerasi SMA Negeri 1 Blitar inilah peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi dunia hewan (kingdom animalia) dengan menggunakan strategi kooperatif sebagai solusi yang paling tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Strategi kooperatif (cooperative learning) juga dapat diartikan sebagai struktur bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok (Solihatin, E. dan Rahardjo, 2007: 4). Strategi kooperatif dianggap bisa digunakan untuk menuntaskan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa, serta dapat menciptakan interaksi yang baik antar guru dan siswa.

  

METODE

  Penelitian yang dilakukan ini adalah Penelitian Tindakan kelas (PTK) atau

  

Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu

  pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama (Arikunto, 2009:3). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam tiga siklus. Adapun rancangan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

  

Gambar 1 Langkah-Langkah PTK dengan 2 Siklus

  Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan selesai dalam waktu sekitar 3 bulan, yakni bulan Januari sampai dengan Maret 2013, mulai dari perencanaan sampai selesainya penyusunan laporan. Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada Minggu ke IV bulan Januari 2013 dan sikklus II dilaksanakan pada minggu ke II bulan Pebruari 2013 dan siklus III dilaksanakan pada minggu ke III bulan Pebruari 2013. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas kelas X akselerasi SMA Negeri 1 Blitar semester 1 tahun pelajaran 2012/ 2013. Jumlah siswa yang diteliti adalah siswa 19 orang yang terdiri dari 10 orang siswa putri dan 9 orang siswa putra.

  Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu instrumen soal tes dan angket observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi, wawancara, tes dan catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu menggambarkan kenyataan atau data sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan aktivatas belajar dan hasil belajar siswa. Langkah-langkah analisis yang dikembangkan sesuai dengan yang dikemukan Milles dan Huberman (1992:18) yang terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) mereduksi data, (2) menyajikan data, dan (3) menarik kesimpulan.

  Pada kegiatan reduksi data, peneliti mengumpulkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran yang menggunakan strategi belajar kooperatif dan hasil belajar siswa pada siklus 1, 2 dan 3 Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi, dengan menyusun secara narasi sekumpulan informasi yang diperoleh dari hasil reduksi hingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Informasi memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Informasi yang dimaksud adalah apakah penerapan strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap kegiatan pembelajaran, serta hasil yang diperoleh sebagai akibat dari pemberian tindakan. Sajian data selanjutnya ditafsirkan dan dievaluasi untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

  

HASIL

Pra Siklus

  Sebelum melaksanakan penelitian perlunya pengumpulan data dari informasi tentang subjek penelitian yakni nama siswa Kelas X, hasil observasi aktivitas belajar siswa, hasil wawancara dengan siswa, dan pre test nilai belajar Biologi. Pengumpulan data nilai pretest diperoleh nilai rata-rata sebesar 65,9. Dari 19 siswa, hanya 6 siswa yang mendapatkan nilai diatas 76. Ini berartu hanya 31,6% siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar, karena Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) telah ditentukan sebesar

  76. Daftar frekuensi nilai pretest hasil belajar siswa biologi kelas X akselerasi SMA Negeri 1 Blitar pada kondisi awal adalah 1 siswa atau 5% yang mendapat nilai antara 86-90, ada 5 siswa atau 26% yang mendapat nilai 76-80, ada 1 siswa atau 5% yang mendapat nilai antara 71-75, serta yang paling banyak ada 10 siswa atau 53% yang mendapat nilai > dari 65. Dengan ketentuan nilai KKM 76, maka dapat disimpulkan jika pencapaian prestasi nilai 76-100 hanya 31% yang merupakan hasil rendah. Berdasarkan wawancara dengan siswa diperoleh simpulan bahwa siswa kurang berminat dalam kegiatan pembelajaran, Guru lebih sering menggunakan ceramah sehingga siswa merasa jenuh dan bosan, akibatnya minat siswa untuk belajar biologi berkurang sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Bedasarkan hasil observasi aktivas belajar ditemukan siswa masih pasif, kurang aktif, lebih individualis, kurang kerjasama dan juga kurang komunikatif, yang bisa ditunjukan dengan pemberian tugas yang jarang diskusi, ada bebarapa siswa yang tidak mengumpulkan pekerjaan

  Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan, dapat dikemukakan hal pokok yang perlu diatasi, yaitu menumbukan aktivitas belajar siswa untuk belajar biologi dengan cara kegiatan kelompok sehingga siswa mampu berdiskusi, bekerjasama, dengan teman dalam belajar biologi yang mana nanti diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa.

  

Siklus I

  Pelaksanaan siklus I yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 29 Januari 2013 di kelas X akselerasi SMA Negeri Blitar. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Langkah peneliti antara lain adalah menyiapkan Rencana Pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar lembar kegiatan, soal

  post test dan lembar observasi aktivitas siswa

  Adapun prosentase hasil observasi Aktifitas Belajar Siklus I dapat dilihat padat Tabel 1.

  

Tabel 1 Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No Aktifitas yang diamati Prosentase (%) Keterangan

  1. Kegairahan dalam kelompok 84% Baik

  2. Kerjasama dalam memecahkan masalah 57% Kurang

  3. Keberanian mengemukakan pendapat 26% Kurang

  4. Siswa duduk di dalam kelompok 100% Baik

  5. Berkomunikasi dengan teman sekelompoknya 100% Baik

  6. Berkomunikasi dengan guru 47% Kurang

  7. Tenggang rasa 89% Baik

  8. Tidak mendominasi 68% Cukup

  9. Dapat menyelesaikan beda pendapat 26% Kurang

  10. Membagi tugas 100% Baik Rata-rata kelas 69,7%

  Kualifikasi Nilai 76 : Baik

  • – 100 65- 75 : cukup

  : kurang

  • – 64

  Hasil rekapitulasi data lembar observasi aktifitas belajar kooperatif siswa Tabel 1 pada siklus I diperoleh prosentase rata-rata kelas sebesar 69,7 yang berarti termasuk kualifikasi cukup, hal ini disebabkan masih kurang munculnya sikap kooperatif siswa, masih adanya siswa yang suka mendominasi diskusi tetapi ada siswa yang masih malas berbicara dalam kelompoknya dan kurang bisa menanggapi masalah dalam kelompoknya

  Hasil post test pada siklus pertama dapat menjadi perhitungan persentase peningkatan hasil belajar siswa. Dengan acuan penilaian tetap berdasarkan nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu paling sedikit siswa memperoleh nilai 76. Adapun rekapitulasi hasil test siklus I adalah sebagai berikut:

  

Tabel 2 Perolehan Nilai Pos test

  No Deskripsi Nilai

  1 Jumlah Nilai 1365

  2 Rata-rata Hasil Post Test 71,84

  3 Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (76)

  8

  4 Presentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM (76) 42,1%

  5 Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (76)

  11

  6 Presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (76) 57,9% Hasil nilai pos test 1 pada Tabel I didapatkan nilai rata-rata kelas 71,84 dengan prosentase ketuntasan kelas 42,1. Sehingga perlu adanya perbaikan tindakan pada siklus berikutnya melalui pemberian motivasi kepada siswa agar mempersiapkan materi pelajaran yang akan dipelajari dan mengganti model diskusi kelompok example

  

non example dengan model diskusi problem possing dengan maksud lebih

menggairahkan dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran kooperatif.

  

Siklus II

  Berdasarkan hasil refleksipada siklus I, disepakati bahwa siklus kedua perlu dilaksanakan. Pada siklus 2 ini perlunya pemberian motivasi kepada siswa agar mempersiapkan materi pelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya serta mengganti model diskusi kelompok example non example dengan model diskusi

  

problem possing dengan maksud lebih menggairahkan dan mengaktifkan siswa dalam

  proses pembelajaran kooperatif. Pelaksanaan siklus II yang dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Pebruari 2013 di kelas X akselerasi SMA Negeri Blitar. Proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Guru membuka pelajaran dengan baik, menyampaikan tujuan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dengan model diskusi problem possing serta mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai kemampuan aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas dalam kelompoknya.

  Adapun prosentase hasil observasi dalam pelaksanaan percobaan pada siklus II dapat dilihat dari Tabel 3

  

Tabel 3 Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No Aktifitas yang diamati Prosentase (%) Keterangan

  1. Kegairahan dalam kelompok 94,4 Baik

  2. Kerjasama dalam memecahkan masalah 55,6 Kurang

  3. Keberanian mengemukakan pendapat 33,3 Kurang

  4. Siswa duduk di dalam kelompok 100 Baik

  5. Berkomunikasi dengan teman sekelompoknya 55,6 Baik

  6. Berkomunikasi dengan guru 27,8 Kurang

  7. Tenggang rasa 100 Baik

  8. Tidak mendominasi 88,9 Cukup

  9. Dapat menyelesaikan beda pendapat 61,1 Kurang

  10. Membagi tugas 100 Baik Rata-rata kelas 71,67 Cukup

  Hasil rekapitulasi data observasi aktifitas belajar kooperatif siswa Tabel 2 pada siklus II diperoleh prosentase rata-rata kelas sebesar 71,67 yang berarti mengalami peningkatan prosentase aktifitas belajar dari siklus I ke siklus II.

  Hasil post test pada siklus pertama dapat menjadi perhitungan prosentase peningkatan hasil belajar siswa. Dengan acuan penilaian tetap berdasarkan nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu paling sedikit siswa memperoleh nilai 76. Adapun rekapitulasi hasil test siklus II adalah sebagai berikut:

  

Table 4 Perolehan Nilai Post Test

No Deskripsi Nilai

  1 Jumlah Nilai 1665

  2 Rata-rata Hasil Post Test 92,50

  3 Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (76)

  16

  4 Presentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM (76) 84,2%

  5 Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (76)

  2

  6 Presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (76) 10,5%

  Hasil perolehan nilai pos test 2 pada Tabel 4.11 didapatkan nilai rata-rata kelas 84,9 dengan prosentase ketuntasan kelas 66,7 yang berarti terjadi peningkatan perolehan nilai pos test pada siklus I ke siklus II.

  Pada tindakan siklus II secara keseluruhan telah terjadi peningkatan aktifitas belajar dan hasil perolehan nilai pada tugas kelompok, nilai presentasi dan perolehan nilai pos test tetapi bagi peneliti hal ini masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena peningkatan aktifitas belajar siswa pada siklus II masih sama kualifikasinya dengan siklus I yaitu cukup, sedangkan dari perolehan nilai pos tes 2 ketuntasan kelas belum mencapai 85 %, sehingga peneliti perlu melanjutkan penelitian tndakan kelas ini ke siklus III dengan merubah model diskusi kelompok problem

  possing dan cooperative script di siklus II menjadi model diskusi kelompok Student Teams Achievement Divisions (STAD).

  

Siklus III

  Berdasarkan hasil refleksipada siklus II, disepakati bahwa siklus kedua perlu dilaksanakan. Pelaksanaan siklus III yang dilaksanakan pada hari Selasa , 19 Pebruari 2013 di kelas X akselerasi SMA Negeri Blitar. Pada siklus 3 ini peneliti merubah model diskusi kelompok problem possing dan cooperative script menjadi model diskusi kelompok Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan maksud agar lebih banyak melibatkan aktifitas belajar siswa pada saat diskusi kelompok

  Adapun prosentase hasil observasi dalam pelaksanaan percobaan pada siklus II dapat dilihat dari Tabel bawah ini:

  

Tabel 5 Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No Aktifitas yang diamati Prosentase (%) Keterangan

  1. Kegairahan dalam kelompok 100 Baik

  2. Kerjasama dalam memecahkan masalah 62,5 Kurang

  3. Keberanian mengemukakan pendapat

  50 Kurang

  4. Siswa duduk di dalam kelompok 100 Baik

  5. Berkomunikasi dengan teman sekelompoknya 100 Baik

  6. Berkomunikasi dengan guru 37,5 Kurang

  7. Tenggang rasa 100 Baik

  8. Tidak mendominasi 56,3 Cukup

  9. Dapat menyelesaikan beda pendapat 56,3 Kurang

  10. Membagi tugas 100 Baik Rata-rata kelas 76,3 Baik

  Hasil rekapitulasi data lembar observasi aktifitas belajar kooperatif siswa Tabel 3 diperoleh prosentase rata-rata kelas sebesar 76,3 yang berarti mengalami peningkatan prosentase aktifitas belajar dari siklus I ke siklus II dan ke siklus III mengalami kenaikan prosentase rata-ratayang mana bias dikualifikasikan baik, hal ini disebabkan sudah munculnya sikap kooperatif siswa dalam kegiatan diskusi kelompok dan sudah ada kenaikan jumlah siswa yang berani berbicara dan sudah bisa menanggapi masalah dalam kelompoknya

  Hasil post test pada siklus pertama dapat menjadi perhitungan persentase peningkatan hasil belajar siswa. Dengan acuan penilaian tetap berdasarkan nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu paling sedikit siswa memperoleh nilai 76. Adapun rekapitulasi hasil test siklus III adalah sebagai berikut:

  

Table 6 Perolehan Nilai Post Test

  No Deskripsi Nilai

  1 Jumlah Nilai 1619

  2 Rata-rata Hasil Post Test 95,24

  3 Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (76)

  17

  4 Presentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM (76) 89,5%

  5 Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (76)

  6 Presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (76) 0,0% Perolehan nilai pos test 3 pada Tabel 6 didapatkan nilai rata-rata kelas 95,2 dengan prosentase ketuntasan kelas 89,5 yang berarti terjadi peningkatan perolehan nilai pos test dari siklus I siklus II ke siklus III.

  Pada tindakan siklus II secara keseluruhan telah terjadi peningkatan aktifitas belajar dan hasil perolehan nilai pada tugas kelompok, nilai presentasi dan perolehan nilai pos test tetapi bagi peneliti hal ini masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena peningkatan aktifitas belajar siswa pada siklus II masih sama kualifikasinya dengan siklus I yaitu cukup, sedangkan dari perolehan nilai pos tes 2 ketuntasan kelas belum mencapai 85 %, sehingga peneliti perlu melanjutkan penelitian tndakan kelas ini ke siklus III dengan merubah model diskusi kelompok problem

  

possing dan cooperative script di siklus II menjadi model diskusi kelompok student

teams achievement divisions (STAD).

PEMBAHASAN

  Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan melalui tiga tahapan yakni tahap perencanaan, pekasanaan dan tahap refleksi. Pada siklus I melalui tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun lembar kerja siswa, menyiapkan lembar observasi, serta menyusun alat evaluasi berupa soal yang mencakup seluruh materi. Tahap pelaksanaan dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, membentuk kelompok belajar yang heterogen, menyiapkan alat bantu pengajaran yang diperlukan, membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran ketika pelaksanaan tindakan sedang berlangsung. Selama proses pembelajaran dilakukan observasi terkait dengan aktifitas belajar siswa.

  Tahap Refleksi yang dilakukan menghasilkan rekapitulasi aktifitas belajar siswa dan hasil pekerjaaan siswa. Hasil observasi aktifitas belajar pada siklus I diperoleh prosentase rata-rata kelas sebesar 69,7 yang berarti termasuk kualifikasi cukup. Hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata kelas 71,84 dengan prosentase ketuntasan kelas 42,1.

  Pada siklus ini diperoleh kendala belum munculnya sikap kooperatif siswa, adanya siswa yang suka mendominasi diskusi tetapi ada siswa yang masih malas berbicara dalam kelompoknya dan kurang bisa menanggapi masalah dalam kelompoknya.

  Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk meningkatkan aktifitas belajar dengan pemberian motivasi kepada siswa agar mempersiapkan materi pelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya serta melaksanakan pembelajaran pada siklus II, dengan mengganti model diskusi kelompok example non example dengan model diskusi problem possing dengan maksud lebih menggairahkan dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran kooperatif.

  Pelaksanaan Siklus II dilakukan hal yang sama dengan siklus I yakni melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap refleksi. Hal yang membedakan pada tahap ini adalah penggunaan strategi pembelajaran. Pada tahap refleksi diperoleh Hasil observasi aktifitas belajar siswa prosentase rata-rata kelas sebesar 71,67 yang berarti mengalami peningkatan prosentase aktifitas belajar dari siklus I ke siklus II, tetapi kenaikan prosentase rata-rata tersebut masih dalam kualifikasi cukup. Hasil perkerjaan siswa diperoleh nilai rata-rata kelas 84,9 dengan prosentase ketuntasan kelas 66,7 yang berarti terjadi peningkatan perolehan nilai pos test pada siklus I ke siklus II. Pada siklus ini terdapat kendala dimana belum munculnya sikap kooperatif siswa, terdapat siswa yang belum berani berbicara dan kurang bisa menanggapi masalah dalam kelompoknya Hasil obresvasi dan pekerjaan siswa dirasa belum cukup memuaskan. Karena peningkatan aktifitas belajar siswa pada siklus II masih sama kualifikasinya dengan siklus I yaitu cukup. maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan pembelajaran pada siklus III, dengan merubah model diskusi kelompok

  

problem possing dan cooperative script di siklus III menjadi model diskusi kelompok

Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan maksud agar lebih banyak

  melibatkan aktifitas belajar siswa pada saat diskusi kelompok, sehingga bisa berpengaruh terhadap peningkatan perolehan nilai pos tes yang mempengaruhi juga jumlah siswa yang tuntas.

  Hasil siklus III observasi aktifitas belajar kooperatif siswa diperoleh prosentase rata-rata kelas sebesar 76,3 yang berarti mengalami peningkatan prosentase aktifitas belajar dari siklus II ke siklus III dan kenaikan prosentase rata-rata tersebut dalam kualifikasi baik, hal ini disebabkan sudah munculnya sikap kooperatif siswa dalam kegiatan diskusi kelompok dan sudah ada kenaikan jumlah siswa yang berani berbicara dan sudah bisa menanggapi masalah dalam kelompoknya. Hasil nilai pos

  

test 3 diperoleh nilai rata-rata kelas 92,4 dengan prosentase ketuntasan kelas 84,2

yang berarti terjadi peningkatan perolehan nilai pos test pada siklus II ke siklus III.

  Berdasarkan hasil pengolahan data-data dan hasil observasi pada siklus III dapat diketahui bahwa semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kemajuan aktifitas belajar kooperatif siswa mengalami peningkatan rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 0,49 sedangkan dari siklus II ke siklus III sebesar 4,6. kemajuan hasil belajar individu yang diukur dari perolehan nilai rata-rata pre test sebesar 65,98 dan nilai rata-rata antara

  

pos test 1, pos test 2 dan pos test 3 sebesar 83,05 yang dilaksanakan setiap akhir

  siklus. Strategi kooperatif yang dilakukan terbukti mampu meningkatkan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa

  

KESIMPULAN

  Berdasarkan pemaparan hasil dan pembahasan dalam penelitian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu penggunaan strategi kooperatif dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar materi dunia hewan pada siswa kelas X akselerasi semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 di SMA Negeri 1 Blitar.

  

SARAN

  Penggunaan strategi kooperatif dalam proses pembelajaran di kelas karena dapat menyebabkan siswa lebih aktif, berani mengeluarkan ide /pendapat, tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan, terbentuk kerjasama serta menimbulkan rasa percaya diri. mendorong guru lebih siap melaksanakan pembelajaran. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut. untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN

  Arikunto, Suharsimi, & Suhardjono. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning Analisis Moodel Pembelajaran IPS.

  Jakarta: Bumi Aksara. Udin S. Winataputra, Tita Rosita. 1995. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta Depdikud Dirjend. Dikdasmen.