Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau P

SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX - 2012
Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate
Food and Energy Crisis
Su r ab ay a, 1 0 Ju ly 2 0 1 2

Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Privat Permukiman
Dalam Menyerap CO2 dan Memenuhi Kebutuhan O2 Manusia di
Surabaya Utara (Studi Kasus: Kecamatan Kenjeran)
Adequacy Analysis of Privat Recidences Green Space In Absorbing
CO2 Emission and Fullfilling the Human Nedds of O2 in North
Surabaya (Case Study: Kenjeran District)
Siti Rahmatia Pratiwi a, Rahmat Boedisantoso b, dan Joni Hermana c
a
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS, Surabaya-60111
b dan c
Dosen Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS, Surabaya-60111
Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111
siti_08@enviro.its.ac.id
Abstrak
Sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia, kota Surabaya banyak mengalami
perkembangan terutama pada bidang pembangunan. Hal tersebut mempengaruhi kepadatan

penduduk dan laju urbanisasi yang menyebabkan kebutuhan lahan permukiman meningkat.
Persebaran lahan terbangun permukiman yang semakin meluas mengakibatkan kurangnya
porsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat dan meningkatkan pelepasan emisi karbon dioksida
(CO2) berlebih ke udara bebas. Penelitian ini menganalisis keberadaan RTH privat
permukiman dalam menjalankan fungsinya sebagai penyerap emisi CO2 dan memenuhi
kebutuhan O2 manusia, sehingga dapat diketahui RTH privat ideal dalam memenuhi kedua
fungsi tersebut. Penelitian dilakukan melalui pengamatan langsung dilapangan dengan
mengambil beberapa sampel yang terdiri dari tiga tipe rumah di wilayah studi yaitu, mewah,
menengah dan sederhana. Besarnya emisi CO2 yang bersumber dari konsumsi energi
berupa bahan bakar, peralatan elektronik dan limbah dari septictank dihitung dengan
pendekatan nilai faktor emisi dan metode box model. Sedangkan kemampuan serapan CO2
oleh tumbuhan dihitung berdasarkan luas tutupan vegetasi dan jenis pohon dominan. Hasil
penelitian menunjukkan besar emisi CO2 yang dihasilkan berdasarkan box model sebesar 60
% dari rumah sederhana, 28 % rumah menengah dan rumah mewah 12 % dari total emisi
266,080 gram/detik. Luas RTH privat eksisting rumah sederhana rata-rata memiliki 6,071 m2,
menengah 18,860 m2 dan mewah 22,097 m2. Dalam penyerapannya, berdasarkan luas
tutupan vegetasi dan jenis pohon tidak mencukupi dalam menyerap emisi CO2 tersebut.
Dalam memenuhi kebutuhan O2 RTH privat ideal untuk tipe rumah sederhana sebesar 23 %
dari luas tanah, menengah 16 % dan mewah 3 %. Sedangkan untuk menyerap CO2, RTH
ideal untuk rumah sederhana 45 % dari luas tanah, menengah 17 % dan mewah 4 %.

Kata Kunci: Emisi CO2 Permukiman, Kebutuhan O2 Manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Privat
Abstract
As the second largest metropolitan city in Indonesia, Surabaya city experienced many
developments, especially in the field of development. It affects the population density and the
rate of urbanization are causing increased housing land requirement. Distribution of land up
the expanding settlements resulted in a lack of portion of Private Green Space (RTH) and
increase the release of carbon dioxide (CO2) excess to the atmosphere. This study analyzes
the existence of settlements in the private green space to function as an absorber of CO2
emissions and fulfilling the human needs of O2, so it can be seen in the ideal of private green
space fullfilling both of the functions. The study was conducted through direct observation in
the field by taking a sample consisting of three types of houses in the study area, luxury,
ISBN XXXX-XXXX

1

ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY SCIENTIFIC CONFERENCE IX - 2012
Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate
Food and Energy Crisis
Su r ab ay a, 1 0 Ju ly 2 0 1 2


medium and simple. The amount of CO2 emissions resulting from energy consumption of
fuel, electronic equipment and waste from the septic tank approach the value calculated with
emission factors and methods of box model. While the ability of CO2 uptake by plants was
calculated based on the extensive vegetation cover and the dominant tree species. The
results showed that CO2 emissions by the model box for 60% of the simple, 28% of the
middle and luxury12% of the total emissions of 266.080 grams / sec. Vast green space of the
existing private on simple homes the average is 6.071 m2, medium 18.860 m2 and luxury
22.097 m2. In absorption, based on extensive vegetation cover and tree species insufficient
to absorb the CO2 emissions. In fulfilling the human needs of O2, private green space ideal
for a simple type is 23% of land area, 16% for middle and luxury 3%. While to absorb CO2,
green space ideal for a simple home is 45% of land area, 17% for the middle and luxury 4%.
Keywords: CO2 Emissions Recidences,
(RTH)
1.

The human needs of O2, Private Green Space

PENDAHULUAN


Kota Surabaya banyak mengalami perkembangan terutama pada bidang pembangunan.
Perkembangan ini meliputi pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat untuk berbagai
fasilitas perkotaan sehingga mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
Peningkatan tersebut akan mengakibatkan kebutuhan lahan meningkat. Kecamatan
Kenjeran merupakan salah satu wilayah di Surabaya Utara dengan tingkat urbanisasi yang
cukup tinggi hal ini disebabkan karena keberadaan Jembatan Nasional Suramadu yang
terdapat di wilayah tersebut yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura.
Persebaran lahan terbangun yang sangat luas mengakibatkan kurangnya porsi Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dan dapat meningkatkan pelepasan emisi karbon dioksida (CO2)
berlebih ke udara bebas yang dihasilkan oleh aktivitas dari berbagai sektor. Salah satu
upaya untuk mereduksi CO2 di daerah perkotaan adalah mengurangi emisi karbon dengan
Ruang Terbuka Hijau (Ismaun dan Joga, 2011).
Menurut Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka
Hijau (RTH) minimal harus memiliki luasan 30% dari luas total wilayah dengan porsi 20%
sebagai RTH publik dan 10% sebagai RTH privat. Dalam upaya pemenuhan target luasan
itu, seringkali hanya RTH publik yang diperhatikan proporsinya. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis kemampuan RTH privat sebagai penyerap emisi CO2 dari kegiatan
permukiman yang didasarkan pada konsumsi energi dibandingkan dengan kecukupan RTH
privat dalam memenuhi kebutuhan oksigen (O2) manusia.
2.


METODOLOGI

Analisis yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan yaitu melalui studi literatur yang terkait
dengan penelitian ini, pengumpulan data, dan analisis dari data yang dikumpulkan. Data
yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer yaitu luas tanah dan tinggi
bangunan tiap responden, jenis, jumlah, luas tajuk dan tinggi pohon serta luas tajuk perdu
yang terdapat pada RTH privat permukiman penduduk di Kecamatan Kenjeran, Surabaya
Utara, selain itu jumlah penghuni dalam satu rumah dan besar penghasilan responden juga
dibutuhkan. Data primer tersebut diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dengan
menggunakan kuisioner terhadap 70 responden (rumah) yang terdiri dari tiga tipe rumah
yaitu, mewah, menengah dan sederhana. Sedangkan data sekunder berupa konsumsi
energi kegiatan permukiman yang diperoleh dari hasil penelitian terdahulu, data dari instansi
terkait. Setelah data diperoleh lalu dianalisis menggunakan metode perhitungan dengan
menggunakan rumus dari literatur yang ada.

2

ISBN XXXX-XXXX


SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX - 2012
Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate
Food and Energy Crisis
Su r ab ay a, 1 0 Ju ly 2 0 1 2

Emisi CO2 primer berupa emisi CO2 yang berasal dari pemakaian bahan bakar rumah tangga
yaitu LPG dan minyak tanah. Perhitungan emisi bahan bakar dilakukan dengan pendekatan
melalui faktor emisi dan NCV seperti pada persamaan (1) untuk bahan bakar LPG dan
persamaan (2) untuk bahan bakar minyak tanah yang bersumber dari IPCC (2006).
Pey = Fcy x EF CO2 x NCV LPG ......................................(1)
Dimana:
Pey = total emisi CO2 (gr karbon)
Fcy
= konsumsi emisi CO2 (kg)
EF CO2 = faktor emisi LPG 63,1 (gr karbon/MJ)
NCV = berat bersih LPG 47,3 (MJ/kg)
Bey = EF kero x FC kero x NCV kero .........................(2)
Dimana:
Bey
= total emisi CO2 (gr karbon)

EF kero = faktor emisi minyak tanah 71,9 (gr karbon/MJ)
FC kero = konsumsi kerosene (kg)
NCV kero = 43,8 (MJ/kg)
Emisi CO2 primer juga berasal dari septictank. Perhitungan emisi CO2 dari kegiatan tersebut
dilakukan dengan perhitungan emisi CH4 limbah septictank dalam IPCC (2006) yang
dikonversikan menjadi gas CO2. Rumus yang digunakan adalah persamaan (3).
Emisi CH4 = [∑�,�(�� � ��, � � ���)] (TOW – S)..............(3)
Dimana:
Emisi CH4 = Emisi CH4 (kg CH4/tahun)
TOW
= Total kandungan bahan organik pada air limbah (kg BOD/tahun)
S
= Komponen zat organik yang telah menjadi lumpur (kg BOD/tahun)
Ui
= Fraksi populasi ke-i, dapat dilihat dalam IPCC (2006)
Ti,j
= tingkat pemanfaatan perawatan/debit jalur atau sistem. j, untuk masing masing
fraksi populasi (in income group or inventory year)
= Faktor emisi (kg CH4/kg BOD)
EFj

R
= Total CH4 recovery (kg CH4/tahun)
Dalam penelitian ini kedua emisi tersebut
selanjutnya dijumlahkan dan dimasukkan
dalam perhitungan box model. Gambar 1
merupakan visualisasi persebaran emisi
pencemar berdasarkan metode box model.
Dimana emisi pencemar yang dihasilkan
oleh kontributor (q) menyebar dalam suatu
Gambar 1 Visualisasi Box Model
batasan ruang berupa box dengan volume
tertentu.
Didalam penyebarannya, emisi pencemar juga dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin
(U). Untuk menghitung besarnya konsentrasi pencemar digunakan persamaan (4).
C (t) =

��
(�
��


− �(−��)/� ) .................................................(4)

Dimana:
C(t)
= konsentrasi pencemar (mg/m3)
q
= rata-rata emisi pencemar per
meter persegi (mg/m2/detik)
L
= panjang kotak (m)
H
= tinggi pencampuran udara (m)

W
U
t

= lebar kotak
= rata-rata
kecepatan

(meter/detik)
= waktu tempuh (detik)

angin

Selanjutnya untuk menghitung laju serapan per satuan luas (S) berdasarkan Luasan RTH
privat (tutupan vegetasi) digunakan persamaan (5) dalam Konstruksi Model Matematika
Tangkapan O2 pada Tanaman Hutan Kota Pentury (2003).
ISBN XXXX-XXXX

3

ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY SCIENTIFIC CONFERENCE IX - 2012
Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate
Food and Energy Crisis
Su r ab ay a, 1 0 Ju ly 2 0 1 2

S= 0,2278 e (0,0048.I) ...................................................(5)
Dimana:
I

= intensitas cahaya (kal/cm2/hari)
0,0048 = koefisien intensitas cahaya
e
= bilangan pokok logaritma natural
0,2278 = konstanta perjumlahan
Selain berdasarkan luas tutupan vegetasi kemampuan serapan RTH dapat dihitung
berdasarkan jenis pohon dengan mengetahui kemampuan daya serap CO2 berbagai jenis
pohon berdasarkan hasil riset Pentury, (2003).
Sedangkan untuk menghitung luasan RTH ideal yang diperlukan demi memenuhi kebutuhan
O2 manusia setiap harinya dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (6)
berdasarkan pendekatan metode Gerakis (1974) yang dimodifikasi Wisesa (1988) dalam
Adiastari (2010).
��+��+��
Lt = (��)(�,����)(�) m2 ......................................................(6)

dimana:
Lt
=
Pt
=
Kt
=
Tt
=
54
=

luasan RTH pada tahun ke-t (m2)
jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke-t
jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ke-t
jumlah kebutuhan oksigen bagi ternak pada tahun ke-t
ketetapan yang menunjukkan bahwa 1 m2 luas lahan menghasilkan 54 gram berat
kering tanaman perhari
0,9375 = ketetapan yang menunjukkan bahwa 1 gram berat kering tanaman adalah setara
dengan produksi oksigen 0,9375 gram
2
= jumlah musim di Indonesia
3.
3.1

HASIL DAN PEMBAHASAN
Emisi CO2 Permukiman

Emisi yang dianalisis akan terserap oleh RTH privat bersumber dari konsumsi bahan bakar
rumah tangga berupa LPG dan minyak tanah serta emisi dari septictank. Untuk menghitung
emisi CO2 dari bahan bakar menggunakan persamaan (1) dan persamaan (2). Hasil
perhitungan menunjukkan rata-rata emisi CO2 bahan bakar untuk tipe rumah sederhana
adalah 0,020 gr/detik, rumah menengah 0,018 gr/detik dan rumah mewah 0,012 gr/detik.
Dari hasil tersebut nampak bahwa tipe rumah sederhana memiliki nilai terbesar. Hal-hal yang
mempengaruhi besarnya emisi tersebut antara lain tingginya konsumsi bahan bakar itu
sendiri dan life style dari penghuni menyangkut aktivitas memasak dan aktivitas lainnya
dalam menggunakan bahan bakar.
Setelah emisi dari penggunaan bahan bakar diketahui dilakukan perhitungan emisi CO2 dari
septictank yang diperoleh dengan menggunakan persamaan (3). Dapat diperoleh emisi CO2
septictank untuk tipe rumah sederhana 0,0000791 gr CO2/detik, menengah 0,0000649 gr
CO2/detik, dan mewah 0,0000551 gr CO2/detik. Tipe rumah sederhana menghasilkan emisi
terbesar. Dalam pendekatan yang digunakan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil perhitungan diantaranya adalah jumlah penghuni dan pendapatan penduduk.
Selanjutnya diperoleh besarnya total emisi yang terdapat di wilayah studi. Total emisi
tersebut merupakan jumlah dari total emisi bakar dan septictank yang telah disesuaikan
dengan jumlah rumah yang ada di Kecamatan Kenjeran. Hasil perhitungan untuk rumah
sederhana adalah 0,0201873 gr/detik, rumah menengah 0,0176327 gr/detik, dan mewah
0,0118002gr/detik.
3.2

Emisi CO2 Permukiman Dalam Box Model

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan emisi CO2 tipe rumah sederhana berdasarkan
metode box model dalam persamaan (4). Emisi CO2 untuk rumah sederhana 158,615
4

ISBN XXXX-XXXX

SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX - 2012
Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate
Food and Energy Crisis
Su r ab ay a, 1 0 Ju ly 2 0 1 2

gr/detik, rumah menengah 74, 888 gr/detik, dan mewah 32,576 gr/detik. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah emisi CO2 di udara setelah dihitung
berdasarkan box model. Hal ini disebabkan karena box model merupakan batas penyebaran
maksimal emisi tersebut di udara. Jika dihitung selisihnya maka selisih tersebut merupakan
emisi yang keberadaannya di luar dari volume box yaitu 37 %.
3.3

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat Permukiman

Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat permukiman yang dihitung adalah luas tutupan
vegetasi berupa pohon dan perdu yang terdapat di permukiman penduduk wilayah studi.
Hasil perhitungan rata-rata luas tutupan vegetasi untuk rumah sederhana adalah 6,071 m2,
rumah menengah 18,860 m2 dan mewah 22,097 m2. Meski jumlah rumah sederhana
memiliki jumlah terbanyak di Kecamatan Kenjeran, namun hal ini merupakan kondisi
eksisting yang ada di wilayah tersebut. Menurut hasil pengamatan di lapangan rumah
sederhana merupakan tipe rumah yang sebagaian besar tidak memiliki RTH privat.
Sebagian besar rumah sederhana di wilayah tersebut tidak memiliki tanaman hijau di
pekarangannya.
3.3.1 Kemampuan RTH Privat Dalam Menyerap Emisi CO2
3.3.1.1 Berdasarkan Tutupan Vegetasi
Untuk menghitung kemampuan penyerapan luas tutupan vegetasi perlu diketahui intensitas
cahaya Kota Surabaya. Intensitas yang digunakan sesuai dengan kondisi iklim Kota
Surabaya. Kota Surabaya beriklim tropis sehingga intensitas cahaya yang digunakan adalah
intensitas cahaya garis lintang khatulistiwa. Intensitas cahaya yang digunakan dalam
perhitungan dikonversikan dalam satuan watt/m2, dimana nilai 1 kal/cm2/hari sama dengan
0,485 watt/m2.
Selanjutnya dihitung laju serapan CO2 dengan persamaan (5). Hasil perhitungan
menunjukkan rata-rata laju serapan CO2 dalam kurun waktu satu tahun per detik adalah
0,000000027834 gr/cm2/detik. Laju serapan tersebut kemudian dikalikan dengan luas
tutupan vegetasi sehingga diperoleh kemampuan serapan CO2. Hasil perhitungan
kemampuan serapan CO2 untuk tipe rumah sederhana adalah 0,00169 gr/detik, menengah
0,00525 gr/detik dan rumah mewah 0,00615 gr/detik. Kemudian total emisi CO2
dibandingkan dengan kemampuan serapan emisi CO2. Perbandingan tersebut menunjukkan
total emisi yang dihasilkan per detiknya melebihi kemampuan serapan tiap tipe rumah yang
ada di Kecamatan Kenjeran.
3.3.1.2 Berdasarkan Jenis Pohon
Dalam penelitian ini, perhitungan kemampuan serapan pohon dilakukan guna
membandingkan hasil kemampuan serapan pohon tersebut dengan kemampuan serapan
berdasarkan tutupan vegetasi. Dalam analisis ditemukan kekurangan data pendukung
berupa kemampuan penyerapan pohon lain, sehingga untuk mengetahui kemampuan
penyerapan pohon dalam perhitungan ini hanya menggunakan pohon mangga. Berdasarkan
identifikasi jenis pohon dari hasil survei di wilayah penelitian, pohon mangga merupakan
pohon dominan dan menurut Pentury (2003), pohon mangga termasuk pohon yang memiliki
kemampuan cukup besar dalam menyerap CO2 yaitu 4182,308 mg/m3.
Hasil perhitungan kemampuan penyerapan pohon mangga di rumah sederhana adalah
267,786 gr/detik, menengah 128,053 gr/detik dan mewah 103,055 gr/detik. Selanjutnya hasil
perhitungan kemampuan penyerapan pohon mangga di tiap tipe rumah tersebut
dibandingkan dengan total emisi CO2. Setelah dibandingkan diperoleh hasil bahwa pohon
mangga mampu menyerap emisi CO2 yang ada.
ISBN XXXX-XXXX

5

ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY SCIENTIFIC CONFERENCE IX - 2012
Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate
Food and Energy Crisis
Su r ab ay a, 1 0 Ju ly 2 0 1 2

3.3.2 RTH Privat Ideal
3.2.2.1 RTH Ideal Berdasarkan Serapan Emisi CO2 oleh Luas Tutupan Vegetasi
Dalam hal ini RTH privat ideal dihitung berdasarkan laju serapan dengan intensitas cahaya
yang terdapat dalam perhitungan sebelumnya. Luas RTH privat diperoleh dengan membagi
emisi CO2 yang dihasilkan tiap tipe rumah dengan laju serapan. Hasil perhitungan
menunjukkan luas RTH yang dibutuhkan untuk rumah sederhana dalam menyerap emisi
CO2 adalah 45,864 m2, menengah 40,044 m2 dan rumah mewah 26,799 m2. RTH privat ideal
untuk menyerap emisi CO2 bila dibandingkan dengan luas tanah eksisting untuk tipe rumah
sederhana adalah 87 % dari luas tanah, rumah menengah 53 % dan mewah 18 %. Besarnya
nilai tersebut dapat didukung dengan hasil pengamatan langsung selama melakukan survei
di Kecamatan Kenjeran, rumah-rumah sederhana di wilayah penelitian sebagian besar tidak
memiliki RTH privat.
3.2.2.2 RTH Ideal Untuk Memenuhi Kebutuhan O2 Manusia
Untuk menghitung luasan RTH ideal yang diperlukan demi memenuhi kebutuhan O2 manusia
setiap harinya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Gerakis (1974)
yang dimodifikasi dalam Wisesa (1988) pada persamaan (5) dengan kebutuhan O2 manusia
rata-rata perhari sebanyak 840 gr/hari. Dalam hal ini keberadaan manusia di rumah perhari
diasumsikan selama 12 jam. Sehingga kebutuhan O2 yang akan disuplai oleh RTH adalah ½
dari kebutuhan O2 dalam satu hari, yaitu 420 gr/hari.
Kebutuhan O2 manusia perhari untuk tiap tipe rumah sederhana adalah 1952 gr/hari, rumah
menengah 78540 gr/hari dan mewah 2100 gr/hari. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan O2 tersebut yaitu keberadaan penghuni (jam/hari) dan jumlah
penguni di tiap rumah. Dari kebutuhan O2 diperoleh RTH yang dibutuhkan untuk tipe rumah
sederhana seluas 19,283 m2, menengah 38,321 m2 dan mewah 20,741 m2. Bila
dibandingkan dengan luas tanah eksistingnya, RTH privat ideal untuk tipe rumah sederhana
adalah 23 % dari luas tanah, menengah 16 % dan mewah 3 %. Hasil tersebut dipengaruhi
oleh keberadaan RTH eksisting.
4.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan RTH privat dalam menyerap CO2 tidak mencukupi sedangkan
dalam memenuhi kebutuhan O2 manusia mencukupi. Dalam memenuhi kebutuhan O2 RTH
privat ideal untuk tipe rumah sederhana sebesar 23 % dari luas tanah, menengah 16 % dan
mewah 3 %. Sedangkan untuk menyerap CO2, RTH ideal untuk rumah sederhana 45 % dari
luas tanah, menengah 17 % dan mewah 4 %.
5.

DAFTAR PUSTAKA

Adiastari, R. 2010. Kajian Mengenai Kemampuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dalam
Menyerap Emisi Karbon Di Kota Surabaya. Surabaya: Teknik Lingkungan ITS.
Anonim. 2007. Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Jakarta
Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC). 2006. Waste-IPCC Guidelines for
National Greenhouse Gas Inventories (IPCC Guidelines). Japan
Ismaun I. dan Joga, N. 2011. RTH 30 %! Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta
Pentury, T. 2003. Konstruksi Model Matematika Tangkapan CO2 Pada Tanaman Hutan Kota.
Surabaya: Universitas Airlangga

6

ISBN XXXX-XXXX

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63