Analisis Asas Kepastian Pajak Pertambaha
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis Asas Kepastian Pajak Pertambahan Nilai Atas Batubara Dengan
Diterbitkanya Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
UAS PPN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister
RIJAL RIVALDI
1506814601
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN PAJAK
DEPOK
OKTOBER 2016
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan jika terjadi pelanggaran atas asas
kepastian dalam pengenaan pajak pertambahan Nilai berkaitan dengan diterbitkannya
peraturan pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang
Tidak Dikenakan PPN. Penelitianya dilakukan dengan metode kualitatif dengan cara
melakukan perbadingan data hasil studi literature dari beberapa sumber yang ada
berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini menemukan beberapa kondisi jika
penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan
Jasa yang Tidak Dikenakan PPN menimbulkan ketidakpastian bagi wajib pajak
bidang pertambangan batubara.
Pendahuluan
diberlakukan
Pajak pertambahan nilai merupakan
untuk
menggantikan
pajak penjualan yang berlaku.
salah satu jenis pajak yang diterapkan
Dalam teknis
di Indonesia, dalam sejarahnya pajak
dapat dipungut beberapa kali pada
pertambahan nilai yang kemudian
berbagai mata rantai jalur perusahaan.
disingkat menjadi PPN, merupakan
Kendatipun dipungut beberapa kali,
pengganti dari pajak penjualan yang
tetapi karena pengenaannya hanya
dianggap
terhadap
tidak
efektif
dalam
pelaksanaanya
pertambahan
nilai
PPN
yang
mengadaptasi kemajuan di masyarakat.
timbul pada setiap penyerahan barang
Sistem Pajak Penjualan tidak lagi
atau
memadai untuk menampung kegiatan
berikutnya, maka beban pajak ini pada
masyarakat
akhirnya
sasaran
dan
belum
kebutuhan
antara lain untuk
mancapai
jasa
pada
jalur
tidaklah
perusahaan
lebih
berat.
pembangunan,
Pertambahan nilai itu sendiri timbul
meningkatkan
karena
dipakainya
faktor-faktor
penerimaan
negara,
mendorong
produksi di setiap jalur
ekspor,
dan
pemerataan
dalam
menyiapkan,
perusahaan
menghasilkan,
pembebanan pajak. Dalam rangka
menyalurkan, dan memperdagangkan
itulah dengan dilandasi pertimbangan
barang
yang seksama tentang kemampuan
jasa kepada para konsumen. Semua
rakyat, rasa keadilan dan kebutuhan
biaya
pembangunan serta untuk mendorong
mempertahankan laba termasuk bunga
dan meningkatkan daya saing komoditi
modal, sewa tanah, upah kerja, dan
ekspor non minyak di pasaran luar
laba pengusaha adalah merupakan
negeri, dengan dukungan kondisi dan
unsur pertambahan nilai yang menjadi
kemampuan aparat perpajakan yang
dasar pengenaan PPN.
atau
pemberian
untuk
pelayanan
mendapatkan
dan
terus berkembang, pajak penjualan
dengan sistem pengenaan PPN dan
pajak penjualan atas barang mewah
Pertambangan
sebagai
salah
satu
penompang perekonomian negara pun
tidak luput dari pengenaan pajak
penghasilan, beberapa jenis barang
tambang masih tergolong ke dalam
melakukan pemungutan atas PPN.
kategori yang dikenai PPN, namun
Namun pada perkembangan terjadi
kondisi
barang
perubahan dimana dikeluarkan aturan
tambang tersebut tekah masuk pada
yang menetapkan batubara sebelum
masa pengolahan, dari bahan tambang
diproses
yang lansung diambil dari sumbernya
sebagai Barang Tidak Kena Pajak
menjadi barang ekonomis yang telah
(BTKP), menimbulkan konsekuensi
mengalami
nilai
Pajak Masukan atas perolehan BKP
sebagaimana diatur dalam peraturan
dan JKP oleh Kontraktor batubara
pemerintah.
hasil
tidak dapat dikreditkan. Pada masa
tambang yang lansung di ambil dari
awal mula Peraturan Pemerintah ini
sumbernya bukan merupakan barang
diterbitkan,
kena pajak, sebagaimana diatur dalam
Generasi Pertama telah merasakan
Peraturan
144
tambahan beban akibat tidak dapat
Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan
dikreditkannya Pajak Masukan yang
Jasa yang Tidak Dikenakan PPN
telah dibayar. Kondisi ini muncul
mengelompokan barang hasil tambang
karena buruknya pemerataan sumber
yang tidak dikenakan atas PPN yaitu
daya
Barang hasil pertambangan atau hasil
direktorat jenderal pajak. Setiap kantor
pengeboran, yang diambil langsung
pemungutan pajak memilki persepsi
dari sumbernya. Salah satunya yang
yang
terkena
perubahan aturan ini. Banyak petugas
peraturan
ini
berlaku
jika
pertambahan
Namun
untuk
Pemerintah
dampak
atas
pemerintah
Nomor
munculnya
ini
adalah
batubara.
manusia
berbeda
briket
batubara
kontraktor
PKP2B
dalam
dalam
lingkungan
menanggapi
kantor pajak memberikan jawaban
yang berbeda pada setiap pengusaha
tambang
Dalam
menjadi
sejarahnya
batubara
pada
awalnya tergolong sebagai barang
kena pajak dan pengusaha batubara di
kelompokan sebagai pengusaha kena
pajak yang mendapatkan kewajiban
batubara,
menimbulkan
atas
perbedaan
pengenaan
menimbulkan
yang
rasa
PPN
akhirnya
perlakuan
yang
ketidakpastian
hukum pada wajib pajak.
Sebagai
pemegang
pemajakan
Selatan 269,4 juta ton atau 4,21%;
mempunyai
Jerman sebesar 201,9 juta ton atau
menjamin
3,16%; Polandia sebesar 145,8 juta ton
daya
mineral
atau 2,28%; dan Kazakhtan sebesar
kontribusi
terhadap
pemerintah
tanggung
bahwa
kewenangan
jawab
untuk
sumber
memberikan
penerimaan publik. Di samping itu
pemerintah
juga
menciptakan
menarik
iklim
dan
berkewajiban
investasi
mampu
yang
merangsang
investor global, ini menjadi penting
untuk diperhatikan jika mengacu pada
data dari BP Statistical Review of
World Energy June 2008 pada Tabel
4.5
menunjukan
berada
bahwa
dalam urutan
sebagai
negara
Indonesia
ke
terbesar
delapan
produsen
batubara. Produksi batubara Indonesia
pada akhir tahun 2007 menurut data
tersebut adalah 174,8 juta ton atau
3,4% dari total produksi batubara
dunia
sebesar
Produsen
6.395,6
terbesar
juta
adalah
ton.
China
sebesar 2.536,7 juta ton atau 39,66%
dari total produksi batubara dunia,
selanjutnya
berturut-turut
adalah
Amerika Serikat 1.039,2 juta ton atau
16,24%; India sebesar 478,2 juta ton
atau 7,48%; Australia sebesar 393,9
juta ton atau 6.16%; Russia sebesar
314,2 juta ton atau 4,91%; Afrika
94,4 juta ton atau 1,48%.
Besarnya potensi investasi pada bidang
usaha tambang batubara haruslah di
dukung
oleh
iklim
bisnis
yang
nyaman, pasti dan berkeadilan, salah
satunya dengan menerapkan sistem
pajak yang memenuhi asas kepastian
dan
keadilan
sehingga
dalam
pengusaha
pemungutan,
yang
akan
melakukan investasi pada bidang ini
dapat semakin bertambah mengingat
besarnya potensi batubara yang kita
miliki namun belum di kelola dengan
baik. Penerapan sistem pengenaan
pajak yang baik juga akan menjamin
kesinambungan dari penerimaan pajak
itu sendiri, sesuai dengan tujuan
pemerintah
untuk
mengoptimalkan
penerimaan dari sektor pajak.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini akan menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan
melakukan pengumpulan data secara
studi literature dengan mengaitkan
jurnal
mengenai
batubara,
pertambangan
Undang-undang
pemerintah
yang
baru,
mengenai
pajak
barang dan jasa yang tidak dikenakan
penghasilan dan Peraturan pemerintah
atas pajak pertambahan nilai yang
mengenai barang kena pajak pada hasil
salah satu berpengaruh pada wajib
tambang serta dokumen pemerintah.
pajak yang bergerak dalam usaha
Penelitian
batubara.
kualitatif
seperti
Penelitian
ini
akan
didefinisikan Cresswell sebagai sebuah
mengangkat jika kemunculan aturan
proses penyelidikan untuk memahami
tersebut yang tidak di ikuti dengan
masalah
kesiapan
sosial,
berdasarkan
pada
pada
sumber
daya
penciptaan gambaran holistik lengkap
manusianya pada akhirnya membawa
yang
dibentuk
melaporkan
dengan
kata-kata,
dampak pada ketidakpastian hukum
pandangan
informan
atas
pengenaan
PPN
atas
hasil
secara terperinci, dan disusun daam
tambang batubara yang berakhir pada
sebuah latar alamiah.
munculnya restitusi PPN dalam jumlah
Pendekatan kualitatif adalah sebuah
yang besar.
proses penyelidikan untuk memahami
masalah sosial atau masalah manusia,
berdasarkan
pada
penciptaan
Pembahasan
yang
Pajak pertmabahan nilai sebagaimana
dibentuk dengan kata-kata melaporkan
dikutip dari buku Haula Rosdiana dan
pandangan informan secara terperinci
Edi selamet dijelaskan sebagai pajak
dan
latar
penjualan yang dipungut atas dasar
memiliki
nila tambah yang timbul pada semua
gambaran
holistik
disusun
alamiah.
dalam
Penelitian
lengkap
sebuah
ini
pendekatan kualitatif dimana teori
jalur
tidak berposisi sebagai panduan bagi
Pengenaan PPN berlaku pada setiap
peneliti dalam melakukan analisis
kenaikan harga pada setiap lapisan
penelitian, tetapi lebih difokuskan
produksi maupun distribusi. Perlakuan
pada data yang ditemukan.
pengenaan PPN sama halnya dengan
Penelitian ini mencoba membangun
pajak penghasilan menekankan pada
deskripsi
kemudahan administrasi, salah satunya
atas
munculnya
aturan
produksi
dan
distribusi.
yaitu kepastian, baik itu bagi petugas
Dikenakan PPN yang salah satunya
pajak maupun bagi wajib pajak dan
menyinggung
seluruh
tambang khususnya batubara telah
masayarakat,
sebagaimana
mengenai
barang
yang akan diuraikan dalam penelitian
menimbulkan
suatu
kondisi
ini yang menemukan adanya fenomena
ketidakpastian,
karena
adanya
jika telah terjadi ketidakpastian dalam
pertentangan aturan sektoral mengenai
perlakuan PPN setelah diterbitkanya
pertambangan
Peraturan
berkaitan dengan perpajakan.
Pemerintah
Nomor
144
Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan
Jasa yang Tidak Dikenakan PPN.
dan
aturan
yang
Dalam pelaksanaannya pertambangan
khususnya pada batubara diatur dalam
Asas kepastian sendiri antara lain
satu Instrumen Hukum Pertambangan
mencakup kepastian mengenai siapa-
khusus di Indonesia yaitu Perjanjian
siapa yang harus dikenakan pajak, apa-
Karya
apa saja yang dijadikan sebagai objek
Batubara (PKP2B)
pajak, serta besarnya jumlah pajak
dibuat antara Pemerintah Indonesia
yang harus dibayar dan bagaiaman
dengan perusahaan kontraktor swasta.
jumlah pajak yang terutang harus
Antara
dibayar. Artinya,
bukan
mengatur beberapa aturan mengenai
kepastian
pemamfaatan tambang batubara sesuai
mengenai subjek paajk maupun objek
dengan tahun perjanjiannya antara
pajak, dasar pengenaan pajak serta
lain:
hanya
kepastian
menyangkut
besarnya tariff pajak, tetapi juga
menegnai
prosedur
kewajibanya
antara
pembayaran
dan
pelaksanaan
pemenuhan
lain
prosedur
pelaporan
hak-hak
serta
perpajakan.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis
Barang
dan
Jasa
yang
Tidak
Pengusahaan
lain
Pertambangan
Perjanjian ini
instrument
tersebut
Pertama, PKP2B Generasi Pertama
(sebelum
1983)
PKP2B
Generasi
Pertama yaitu periode sebelum tahun
1983
disebut
operation
dengan
Agreement
Coal
Co-
(CCA)
ditandatangani sebelum tahun 1983
dan mengacu kepada Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 1953 atau yang
dikenal
dengan
Undang-Undang
hal kontraktor atau orang lain atas
Pajak Penjualan (PPn) Tahun 1951.
nama kontraktor, apakah untuk tujuan
Kewajiban perpajakan yang tercantum
kelancaran atau tujuan lain membayar
pada kontrak karya PKP2B Generasi
suatu pajak tersebut di atas yang
Pertama terdapat pada pasal 11 (Taxes
dibebaskan
and Sharing of production). Sesuai
berdasarkan persetujuan ini, maka
pasal 11 Kontraktor akan membayar
batubara akan membayarnya kembali
pajak-pajak kepada Pemerintah antara
kepada kontraktor atau orang lain yang
lain Pajak Penjualan atas jasa-jasa
melakukan pembayaran itu dalam
yang diberikan kepada kontraktor di
waktu 60 hari setelah diterimanya
Indonesia
undang-
faktur yang bersangkutan. Dalam Pasal
undang dan peraturan-peraturan yang
4 Keputusan Presiden Nomor 49
berlaku di Indonesia dengan tarif tidak
Tahun
melebihi 5% (lima persen).
Ketentuan
Pokok
Perjanjian
Kerjasama
Pengusahaan
Tambang
Demikian
sesuai
pula
dengan
dalam
Pasal
11
Kontraktor harus membayar pajak
penjualan atas barang yang dibeli oleh
Kontraktor
tersebut
di
Indonesia.
Selanjutnya Pasal 11 angka 3 PKP2B
menentukan
bahwa,
dengan
pengecualian pajak-pajak sebagaimana
Swasta,
ketentuan-
Kontraktor
diwajibkan
membayar pajak-pajak dan pungutan
kepada Pemerintah diantaranya adalah
Pajak Penjualan.
atas
PKP2B
Generasi
Kedua
pun
dalam
PKP2B Generasi Kedua periode tahun
batubara
akan
1983-1995 disebut denggan Kontrak
serta
Karya Batubara (Coal Contract of
membebaskan kontraktor dari semua
Work) ditandatangani setelah tahun
pajak, bea, sewa dan royalti yang
1983 (setelah reformasi perpajakan
dipungut oleh pemerintah sekarang
pertama)
maupun di masa mendatang. Dalam
Undang-Undang PPN Nomor 8 Tahun
persetujuan
membayar
mana
tentang
Tambang Batubara dan Kontraktor
Kedua,
di
1981
kontraktor
Batubara antara Perusahaan Negara
ditentukan dalam Pasal 11 angka 2 di
dan
atas
ini,
dan
menanggung
dan
mengacu
kepada
1983 dan aturan pelaksanaannya yaitu
a.Melaporkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
1985. Dalam PKP2B ini diatur secara
Pajak.
khusus mengenai kewajiban-kewajiban
pajak
perusahaan
termasuk
kontrak
PPN.
Generasi
Pada
Kedua,
karya
PKP2B
kewajiban
usahanya
b.Memungut,
untuk
menyetor
dan
melaporkan PPN atas penyerahan BKP
dan/atau JKP
pada
dengan tarif 10% (sepuluh persen) atau
kontrak karya PKP2B diatur dalam
tarif lain, sesuai dengan Undang-
pasal 11 (Pajak, Bea dan Pungutan
undang PPN No 42 tahun 2009 dan
Negara).
peraturan pelaksanaannya.
perpajakan
Ketiga,
yang
PKP2B
tercantum
Generasi
Ketiga
c.Memungut,
menyetorkan,
PKP2B Generasi Ketiga yaitu periode
melaporkan
1995 sampai sekarang ditandatangani
Penjualan atas Barang-barang mewah,
setelah tahun 1994 (setelah reformasi
sebagaimana
perpajakan kedua), disebut dengan
berdasarkan
PKP2B
1994 dan peraturan pelaksanaannya.
dan
Undang-Undang
Tahun
mengacu
PPN
1994
pelaksanaannya
kepada
Nomor
beserta
yaitu
11
aturan
Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994.
Sesuai Pasal 14 angka 6 PKP2B
dengan
memperhatikan
kewajiban
umum yang dimaksud dalam Undangundang PPN 1994 dan peraturan
pelaksanaannya,
berkewajiban untuk :
kontraktor
PPN
dan/atau
dan
Pajak
Pemungut
Pajak
Undang- undang PPN
d.Kontraktor dikenakan PPN dan/atau
Pajak Penjualan atas Barang Mewah
atas impor atau pembelian BKP atau
perolehan
JKP
yang
berdasarkan
Undang-undang
PPN
1994
peraturan
pelaksanaannya
dan
terutang
PPN dan/atau Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
e.Dalam hal Pajak Masukan lebih
besar dari Pajak Keluaran untuk suatu
masa pajak, maka kelebihan Pajak
Masukan tersebut dikompensasikan
batubara sebelum diproses menjadi
dengan Pajak Keluaran untuk masa
briket
pajak berikutnya kecuali kelebihan
PPN. Penetapan batubara sebelum
pembayaran
diproses
Pajak Masukan
disebabkan
ekspor
yang
batubara
tidak
menjadi
briket
dikenakan
batubara
dan/atau
sebagai Barang Tidak Kena Pajak
penyerahan kepada Pemungut PPN
(BTKP), menimbulkan konsekuensi
dapat
permohonan
Pajak Masukan atas perolehan BKP
pengembalian pada setiap Masa Pajak.
dan JKP oleh Kontraktor batubara
diajukan
Dalam beberapa klausulnya instrument
hukum
yang
mengatur
mengenai
kontrak karya perusahaan tambang
batubara
ini,
menetapkan
peraturan
yang
berlaku
jika
berkaitan
dengan perpajakan adalah peraturan
dimana
ketika
ditandatangani.
kontrak
inilah
itu
awal mula Peraturan Pemerintah ini
diterbitkan,
kontraktor
PKP2B
Generasi Pertama telah merasakan
tambahan beban akibat tidak dapat
dikreditkannya Pajak Masukan yang
telah dibayar.
yang
Pajak Masukan yang tidak dapat
menjadi pokok utama dalam timbulnya
dikreditkan ini menimbulkan biaya
beberapa kondisi yang tidak ideal
tambahan bagi
dalam pengenaan pajak pertambahan
sebab harga pokok produksi akan
nilai
meningkat
atas
Dan
karya
tidak dapat dikreditkan. Pada masa
batubara.
Pengusahan
para
menjadi
Kontraktor
10% (Sepuluh
batubara khususnya dalam hal ini pada
Persen). Untuk mengatasi masalah ini
kelompok
para Kontraktor yang tergabung dalam
generasi
pertama
tetap
mengacu pada peraturann perpajakan
Asosiasi
ketika aturan ini ditandangani yang
Indonesia (APBI) mengajukan uji
masih
batubara
materiil atas Peraturan Pemerintah
sebagai barang kena pajak yang dapat
tersebut kepada Mahkamah Agung
dikreditkan.
dengan surat No. 019/TH/2004 tanggal
mengelompokan
Berdasarkan
Nomor
144
Peraturan
Tahun
Pemerintah
2000,
maka
Pertambangan
24 Januari 2004.
Batubara
Mahkamah Agung melalui surat Ketua
Agung Bidang ULDILTUN Nomor :
Muda
Bidang
2/Td. TUN/III/2004 tanggal 23 Maret
Nomor
2004 hal Permohonan Pertimbangan
Mahkamah
Agung
ULDILTUN
2/Td.TUN/III/2004 tanggal 23 Maret
Hukum yang
2004 memberikan pendapat kepada
Direktur
Direktur
pertimbangan hukum (legal opinion)
APBI
bahwa
walaupun
ditujukan
APBI
merupakan
tenggang waktu untuk melakukan uji
dan
materiil atas Peraturan Pemerintah
Mahkamah Agung yang mempunyai
Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis
kekuatan
Barang
Dengan
dan
Jasa
yang
Tidak
bukan
kepada
merupakan
hukum
yang
Putusan
mengikat.
demikian,
Peraturan
Dikenakan PPN telah lewat, Ketua
Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
Muda
Bidang
tentang Jenis Barang dan Jasa yang
memberikan
Tidak Dikenakan PPN masih tetap
Mahkamah
ULDILTUN
Agung
tetap
pertimbangan hukum dan berpendapat
berlaku
sebagaimana
bahwa Peraturan Pemerintah Nomor
Apabila
terdapat
144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang
Kontraktor PKP2B
dan Jasa yang Tidak Dikenakan PPN
pembetulan Surat Pemberitahuan Masa
sesungguhnya
PPN
secara
substansial
dengan
mestinya.
Wajib
Pajak
yang melakukan
cara
antara
memang benar telah bertentangan
melakukan
dengan peraturan yang lebih tinggi
Masukan
yaitu Undang-undang oleh karena itu
pengembalian
Peraturan Pemerintah tersebut batal
kelanjutan dari terbitnya Surat Ketua
demi hukum sejak dikeluarkan dan
Muda
tidak dapat diberlakukan secara umum.
ULDILTUN
Menanggapi
surat
Ketua
Muda
Mahkamah Agung tersebut, Direktur
Jenderal Pajak melalui Surat Edaran
Nomor SE-03/PJ.51/2004 menegaskan
bahwa Surat Ketua Muda Mahkamah
pengkreditan
lain
dan
Pajak
kemudian
meminta
(restitusi)
sebagai
Mahkamah
Agung
tersebut,
Bidang
maka
pembetulan Surat Pemberitahuan Masa
PPN dan atau permohonan restitusi
tersebut
dapat
agar
ditolak
dan
tidak
ditindaklanjuti Tindak lanjut
dari tidak dapat dikreditkannya Pajak
Masukan tersebut, maka Kontraktor
Batubara PKP2B Generasi Pertama
Jenderal
menahan
Ditjen
sebagian
Dana
Hasil
Pajak
di
Kantor
Jakarta1.
Pajak
Penetapan
Produksi Batubara (DHPB) sebagai
Peraturan
kompensasi
tidak
Tahun 2000 yang mengelompokan
kelebihan
batubara sebelum diproses menjadi
atas
dikembalikannya
pembayaran pajak.
adalah pasal 1425, 1426, 1427 dan
KUH
ketentuan
Perdata
mengenai
perjumpaan
piutang/kompensasi.
pertambangan
utang
Kontraktor
batubara
beralasan
mereka mempunyai piutang kepada
negara berupa PPN, sebagai suatu
jenis pajak baru yang tidak disebut
secara jelas dalam Kontrak PKP2B,
yang dibayar atas perolehan BKP dan /
atau JKP yang harus dikembalikan
oleh
Pemerintah
Nomor
144
briket batubara merupakan penyerahan
Dasar hukum tindakan Kontraktor ini
1429
Pemerintah
Pusat
sesuai
dengan
yang tergolong BTKP menimbulkan
ketidakpastian
dalam
sistem
perpajakan Indonesia. Padahal dalam
pemungutan
kepastian
dalam
pajak
terdapat
asas
sehingga
memudahkan
pelaksanaan
administrasi
perpajakan. Kepastian ini meliputi
kejelasan
dan
ketegasan
penentuan
subyek,
dalam
obyek,
dasar
pengenaan pajak, tarif, dan prosedur
sehingga tidak bermakna ganda dan
tidak bisa ditafsirkan lain.
Pemerintah
perlu
membuat
suatu
ketentuan yang diatur dalam Pasal 11.
sistem perpajakan yang mendukung
PKP2B Generasi Pertama. Di sisi lain,
stabilitas
Departemen
adanya arus penerimaan pajak yang
Keuangan
menilai,
stabil
alasan untuk menahan royalti kepada
kesempatan
negara. Terlebih lagi, pemerintah tidak
bagian penghasilan yang lebih besar
memiliki utang pembayaran restitusi
apabila perusahaan mendapatkan laba
PPN
yang tinggi. Di sisi lain perusahaan
kepada
perusahaan
dapat
dengan
restitusi PPN tidak bisa dijadikan
batubara
dan
makroekonomi
untuk
diprediksi
dan
mendapatkan
PKP2B generasi pertama, sebagaimana
1 economy.okezone.com. “penghitungan
dikatakan Darmin Nasution, Direktur
pembayaran royalty batubara kelar November”
diakses pada selasa 20 Desember 2016 pukul 14.00
wib
yang
memerlukan
seluruh pembelian baik barang modal
yang
dapat
maupun jasa. Agar dapat berkompetisi
diprediksi, stabil dan didasari pada
secara global maka hampir semua
aturan hukum yang pasti sehingga
negara pengekspor mineral memilih
keputusan yang diambil didasari oleh
untuk meniadakan pajak pada ekspor
alasan yang tepat. Perusahaan juga
mineral. Cara untuk meniadakan pajak
menghendaki kebijakan pemerintah
ini
yang dapat menimimalisir distorsi
administrasi
ekonomi. PPN merupakan pajak atas
kompleks.
konsumsi dan bukan pajak transaksi
untuk menghilangkan pengaruh pajak
antar perusahaan karena pajak yang
ini
diperoleh pada saat pembelian barang
produk tersebut.
kebijakan
berinvestasi
pemerintah
dapat dikreditkan oleh perusahaan
tersebut. Mekanisme ini membuat PPN
tidak mendistorsi harga pembelian dan
penjualan barang. Suatu pengenaan
PPN dikatakan komprehensif apabila
pengenaannya
meliputi
seluruh
aktivitas ekonomi, mulai dari tahap
paling awal yaitu pertanian dan hak
penambangan sampai dengan tahap
pedagang eceran. Sebagai Pajak tidak
langsung atas konsumsi, tax base PPN
diterapkan seluas mungkin, kecuali
hanya yang menjadi kebutuhan pokok,
yaitu produk pertanian yang belum
diolah.
bervariasi
dan
melibatkan
perpajakan
Cara
adalah
paling
dengan
yang
sederhana
mengecualikan
PPN merupakan pajak yang dikenakan
terhadap pertambahan nilai dari barang
atau jasa. Suatu pertambahan nilai
tercipta karena untuk menghasilkan,
menyalurkan dan memperdagangkan
barang
ataupun
pelayanan
jasa,
membutuhkan faktor-faktor produksi
pada berbagai tingkatan produksi.
Setiap faktor-faktor produksi tersebut
menimbulkan
dinamakan
pengeluaran
biaya
dan
yang
biaya
ini
merupakan pertambahan nilai yang
menjadi
unsur
pengenaan
Artinya
proses
penambahan
pajak.
nilai
selalu timbul karena adanya biaya-
Negara yang menerapkan PPN (VAT)
biaya yang dikeluarkan mulai dari
biasanya
bahan baku menjadi bahan setengah
mengenakannya
kepada
jadi hingga menjadi bahan jadi yang
perpajakan, konsepsi nilai tambah
selanjutnya siap dijual dengan tingkat
(added value) atas bahan mentah
laba yang diharapkan.
tambang batubara belum memenuhi
Barang hasil pertambangan termasuk
batubara
sesungguhnya
memiliki
nilai tambah, karena setelah barang
tersebut
diambil
langsung
dari
sumbernya, barang hasil pertambangan
tersebut menjadi mempunyai nilai
ekonomis.
Apabila
barang
hasil
hingga batubara tersebut siap untuk
dikonsumsi yaitu dalam bentuk briket
batubara karena hal ini sesuai dengan
konsepsi PPN sebagai pajak konsumsi
yaitu pajak yang dikenakan pada saat
barang atau jasa dikonsumsi.
Asosiasi
Pengusaha
pertambangan yang masih berwujud
Indonesia
mentah tersebut diolah menjadi barang
batubara dikategorikan barang bukan
jadi yang siap digunakan dan atas
kena
penyerahannya menjadi terutang pajak,
penarikan pajak berganda atas barang
maka pembebasan pengenaan PPN
dan jasa yang sama. Ketua APBI
tersebut sifatnya hanya sementara,
Jeffrey Mulyono,
yaitu hanya pada saat barang hasil
Forum
tambang tersebut masih mentah. Pada
Tambang,
saat barang tersebut telah jadi, maka
ditulis dalam www.kontan.co.id, jika
nilai tambah atau nilai ekonomis yang
batubara dinyatakan sebagai BKP
telah dimiliki pada saat barang tersebut
maka Pajak
masih mentah juga ikut terkena PPN.
dari vendor atau kontraktor, sub
Namun
ternyata
untuk
keperluan
pengamanan penerimaan, Pemerintah
menetapkan
status
batubara
dari
semula BKP menjadi BTKP sehingga
Wajib Pajak pertambangan
batubara
tidak dapat merestitusi Pajak Masukan
atas Pajak Keluaran. Menurut otoritas
(APBI)
Batubara
pajak
maka
Reklamasi
kontraktor,
akan
jika
terjadi
sekarang
Ketua
Lahan
Bekas
mengatakan sebagaimana
Masukan yang ditarik
dan
dikompensasikan
keluaran.
menilai,
Selain
supplier,
dapat
dengan
PPN
itu,
proses
pertambangan batubara tidak termasuk
barang yang diambil langsung dari
sumbernya.
Supriatna
Suhala
mengatakan
dalam
proses
penambangan batubara terdapat biaya
menaikan penerimaan negara dalam
pembelian peralatan atau sewa alat
penerimaan
untuk menambang, bahan bakar, biaya
bukanlah pilihan yang tepat. Dalam
crushing dan washing atau biaya sub-
analisis penulis, perubahan tersebut
kontraktor. Biaya-biaya ini menjadikan
cenderung membawa pada resistensi
batubara memiliki nilai tambah dari
dari pengusaha perpajakan terhadap
batubara
dalam
pemerintah dalam hal ini menteri
menjadi
batubara
bentuk
bongkah
yang
sudah
keuangan
dari
dan
sektor
tambang
direktorat
jenderal
degrading dan siap diangkut untuk
pajak, karena menganggap mereka
dipasarkan. Namun
mengalami perlakuan yang tidak adil
ditegaskan
maka
saat
kepada
hal
pihak
ini
DJP,
Fathurrochman mengatakan
kebijakan
DJP
untuk
menjadikan
dalam
kewajiban
pajak
yang
ditanggungkan pada mereka. Sehingga
yang
timbul
buknlah
peningkatan
batubara sebelum diproses menjadi
penerimaan namun perlawanan dengan
briket batubara sebagai BKP masih
berbagai cara yang dilakukan oleh
dalam kajian. Menurut Fathurrochman,
wajib pajak terhadap pemerintah.
konsepsi nilai tambah, tidak sematamata menjadikan suatu barang dan
atau jasa merupakan obyek PPN.
Pemerintah memiliki wewenang untuk
menentukan suatu barang-barang lain
yang
berdasarkan
pertimbangan
ekonomi, sosial dan budaya, tidak
dikenakan PPN2.
Dalam
kasus
ini
pada
akhirnya
memunculkan ketidakpastian dalam
hal pemungutan pajak, disatu sisi
pengusaha tambang sebagai wajib
pajak ingin melaksanakan kewajiban
namun
mereka
kondisi
peraturan
dibunturkan
yang
pada
mengarah
untuk merugikan mereka. Pada sisi
Dari paparan atas beberapa kondisi
pemerintah
dalam kasus perubahan status batubara
aturan
dari barang kena pajak menjadi barang
controversial
tidak kena pajak yang ditujukan untuk
berdampak destruktif dari tujuan awal
2 nasional.kontan.co.id “asosiasi-batubara-minta-
pemerintah untuk menjaga stabilitas
batubara-terkena-ppn” diakses pada selasa 20 desember
2016 pukul 10.00 wib.
sendiri
yang
memunculkan
bisa
semacam
dikatakan
ini
akan
bisnis batubara dengan memberikan
tentang Jenis Barang dan Jasa yang
aturan
bisa
Tidak Dikenakan PPN yang membawa
pada
kosukuensi jika batubara berubah dari
yang
baik,
menimbulkan
bahkan
kerugian
pemerintah karena pada akhirnya harus
sebelumnya
membayarkan restitusi PPN terhadap
membawa dampak panjang dalam tata
pengusaha batubara atas kondisi yang
laksana
perpajakan
tidak pasti ketika diawal munculnya
bahkan
akan
peraturan
menimbulkan
pemerintah
Nomor
144
BKP
menjadi
di
Indonesia,
memiliki
potensi
wanprestasi
pada
Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan
pemerintah
Jasa yang Tidak Dikenakan PPN, yang
pembayaran restitusi dan melakukan
bahkan belum terselesaikan sampai
penahanan royalti. Oleh karena itu
saat ini.
dalam sudut pandang peneliti, ada
baiknya
Kesimpulan
dengan
BTKP
menuntut
pemerintah
menerima
bebebarapa pertimbangan yang ada,
Asas Kepastian dalah syarat mutlak
jika batubara memenuhi beberapa
dalam mendukung kemudahan dalam
syarat untuk menjadi barang kena
administrasi
pajak
perpajakan.
Memunculkan
mengarah
aturan
pada
yang
dan
mecabut
peraturan
akan
pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
kecenderungan
tentang Jenis Barang dan Jasa yang
ketidakpastian seharusnya tidak pernah
Tidak
dijadikan pilihan pemerintah dalam
bertentangan
mengatur tata laksana perpajakannya,
diatasnya, dan mengembali batubara
karena
sangat
menjadi BKP, hal ini semata-mata
destruktif dari tujuan pemungutan
demi menjaga asas kepastian dalam
pajak
tata laksana pemungutan pajak di
dengan
dampaknya
itu
sendiri.
akan
Seperti
munculnya
halnya
peraturan
pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
Dikenakan
Indonesia.
dengan
PPN
yang
peraturan
Refrensi
Rosdiana, Haula dan Edi Slamet I. 2012.Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan
implementasi di Indonesia.PT Raja grafindo Persada. Jakarta.
Nugraha. 2009. Tesis Analisa Perlakuan Pajak pertambahan nilai Bagi Kontraktor
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara Khususnya Generasi
Pertama. Jakarta.
Sukardji, Untung. 2015. Pajak Pertambahan Niali Edisi Revisi 2015. Rajawali Pers.
Jakarta.
Undang-undang republik indonesia nomor 42 tahun 2009 tentang perubahan ketiga
atas undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai barang
dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah.
www.hukumonline.com. Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 144 tahun
2000 tentang jenis-barang yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai. 20
desember 2016 (10.00 Wib).
Analisis Asas Kepastian Pajak Pertambahan Nilai Atas Batubara Dengan
Diterbitkanya Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
UAS PPN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister
RIJAL RIVALDI
1506814601
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN PAJAK
DEPOK
OKTOBER 2016
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan jika terjadi pelanggaran atas asas
kepastian dalam pengenaan pajak pertambahan Nilai berkaitan dengan diterbitkannya
peraturan pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang
Tidak Dikenakan PPN. Penelitianya dilakukan dengan metode kualitatif dengan cara
melakukan perbadingan data hasil studi literature dari beberapa sumber yang ada
berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini menemukan beberapa kondisi jika
penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan
Jasa yang Tidak Dikenakan PPN menimbulkan ketidakpastian bagi wajib pajak
bidang pertambangan batubara.
Pendahuluan
diberlakukan
Pajak pertambahan nilai merupakan
untuk
menggantikan
pajak penjualan yang berlaku.
salah satu jenis pajak yang diterapkan
Dalam teknis
di Indonesia, dalam sejarahnya pajak
dapat dipungut beberapa kali pada
pertambahan nilai yang kemudian
berbagai mata rantai jalur perusahaan.
disingkat menjadi PPN, merupakan
Kendatipun dipungut beberapa kali,
pengganti dari pajak penjualan yang
tetapi karena pengenaannya hanya
dianggap
terhadap
tidak
efektif
dalam
pelaksanaanya
pertambahan
nilai
PPN
yang
mengadaptasi kemajuan di masyarakat.
timbul pada setiap penyerahan barang
Sistem Pajak Penjualan tidak lagi
atau
memadai untuk menampung kegiatan
berikutnya, maka beban pajak ini pada
masyarakat
akhirnya
sasaran
dan
belum
kebutuhan
antara lain untuk
mancapai
jasa
pada
jalur
tidaklah
perusahaan
lebih
berat.
pembangunan,
Pertambahan nilai itu sendiri timbul
meningkatkan
karena
dipakainya
faktor-faktor
penerimaan
negara,
mendorong
produksi di setiap jalur
ekspor,
dan
pemerataan
dalam
menyiapkan,
perusahaan
menghasilkan,
pembebanan pajak. Dalam rangka
menyalurkan, dan memperdagangkan
itulah dengan dilandasi pertimbangan
barang
yang seksama tentang kemampuan
jasa kepada para konsumen. Semua
rakyat, rasa keadilan dan kebutuhan
biaya
pembangunan serta untuk mendorong
mempertahankan laba termasuk bunga
dan meningkatkan daya saing komoditi
modal, sewa tanah, upah kerja, dan
ekspor non minyak di pasaran luar
laba pengusaha adalah merupakan
negeri, dengan dukungan kondisi dan
unsur pertambahan nilai yang menjadi
kemampuan aparat perpajakan yang
dasar pengenaan PPN.
atau
pemberian
untuk
pelayanan
mendapatkan
dan
terus berkembang, pajak penjualan
dengan sistem pengenaan PPN dan
pajak penjualan atas barang mewah
Pertambangan
sebagai
salah
satu
penompang perekonomian negara pun
tidak luput dari pengenaan pajak
penghasilan, beberapa jenis barang
tambang masih tergolong ke dalam
melakukan pemungutan atas PPN.
kategori yang dikenai PPN, namun
Namun pada perkembangan terjadi
kondisi
barang
perubahan dimana dikeluarkan aturan
tambang tersebut tekah masuk pada
yang menetapkan batubara sebelum
masa pengolahan, dari bahan tambang
diproses
yang lansung diambil dari sumbernya
sebagai Barang Tidak Kena Pajak
menjadi barang ekonomis yang telah
(BTKP), menimbulkan konsekuensi
mengalami
nilai
Pajak Masukan atas perolehan BKP
sebagaimana diatur dalam peraturan
dan JKP oleh Kontraktor batubara
pemerintah.
hasil
tidak dapat dikreditkan. Pada masa
tambang yang lansung di ambil dari
awal mula Peraturan Pemerintah ini
sumbernya bukan merupakan barang
diterbitkan,
kena pajak, sebagaimana diatur dalam
Generasi Pertama telah merasakan
Peraturan
144
tambahan beban akibat tidak dapat
Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan
dikreditkannya Pajak Masukan yang
Jasa yang Tidak Dikenakan PPN
telah dibayar. Kondisi ini muncul
mengelompokan barang hasil tambang
karena buruknya pemerataan sumber
yang tidak dikenakan atas PPN yaitu
daya
Barang hasil pertambangan atau hasil
direktorat jenderal pajak. Setiap kantor
pengeboran, yang diambil langsung
pemungutan pajak memilki persepsi
dari sumbernya. Salah satunya yang
yang
terkena
perubahan aturan ini. Banyak petugas
peraturan
ini
berlaku
jika
pertambahan
Namun
untuk
Pemerintah
dampak
atas
pemerintah
Nomor
munculnya
ini
adalah
batubara.
manusia
berbeda
briket
batubara
kontraktor
PKP2B
dalam
dalam
lingkungan
menanggapi
kantor pajak memberikan jawaban
yang berbeda pada setiap pengusaha
tambang
Dalam
menjadi
sejarahnya
batubara
pada
awalnya tergolong sebagai barang
kena pajak dan pengusaha batubara di
kelompokan sebagai pengusaha kena
pajak yang mendapatkan kewajiban
batubara,
menimbulkan
atas
perbedaan
pengenaan
menimbulkan
yang
rasa
PPN
akhirnya
perlakuan
yang
ketidakpastian
hukum pada wajib pajak.
Sebagai
pemegang
pemajakan
Selatan 269,4 juta ton atau 4,21%;
mempunyai
Jerman sebesar 201,9 juta ton atau
menjamin
3,16%; Polandia sebesar 145,8 juta ton
daya
mineral
atau 2,28%; dan Kazakhtan sebesar
kontribusi
terhadap
pemerintah
tanggung
bahwa
kewenangan
jawab
untuk
sumber
memberikan
penerimaan publik. Di samping itu
pemerintah
juga
menciptakan
menarik
iklim
dan
berkewajiban
investasi
mampu
yang
merangsang
investor global, ini menjadi penting
untuk diperhatikan jika mengacu pada
data dari BP Statistical Review of
World Energy June 2008 pada Tabel
4.5
menunjukan
berada
bahwa
dalam urutan
sebagai
negara
Indonesia
ke
terbesar
delapan
produsen
batubara. Produksi batubara Indonesia
pada akhir tahun 2007 menurut data
tersebut adalah 174,8 juta ton atau
3,4% dari total produksi batubara
dunia
sebesar
Produsen
6.395,6
terbesar
juta
adalah
ton.
China
sebesar 2.536,7 juta ton atau 39,66%
dari total produksi batubara dunia,
selanjutnya
berturut-turut
adalah
Amerika Serikat 1.039,2 juta ton atau
16,24%; India sebesar 478,2 juta ton
atau 7,48%; Australia sebesar 393,9
juta ton atau 6.16%; Russia sebesar
314,2 juta ton atau 4,91%; Afrika
94,4 juta ton atau 1,48%.
Besarnya potensi investasi pada bidang
usaha tambang batubara haruslah di
dukung
oleh
iklim
bisnis
yang
nyaman, pasti dan berkeadilan, salah
satunya dengan menerapkan sistem
pajak yang memenuhi asas kepastian
dan
keadilan
sehingga
dalam
pengusaha
pemungutan,
yang
akan
melakukan investasi pada bidang ini
dapat semakin bertambah mengingat
besarnya potensi batubara yang kita
miliki namun belum di kelola dengan
baik. Penerapan sistem pengenaan
pajak yang baik juga akan menjamin
kesinambungan dari penerimaan pajak
itu sendiri, sesuai dengan tujuan
pemerintah
untuk
mengoptimalkan
penerimaan dari sektor pajak.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini akan menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan
melakukan pengumpulan data secara
studi literature dengan mengaitkan
jurnal
mengenai
batubara,
pertambangan
Undang-undang
pemerintah
yang
baru,
mengenai
pajak
barang dan jasa yang tidak dikenakan
penghasilan dan Peraturan pemerintah
atas pajak pertambahan nilai yang
mengenai barang kena pajak pada hasil
salah satu berpengaruh pada wajib
tambang serta dokumen pemerintah.
pajak yang bergerak dalam usaha
Penelitian
batubara.
kualitatif
seperti
Penelitian
ini
akan
didefinisikan Cresswell sebagai sebuah
mengangkat jika kemunculan aturan
proses penyelidikan untuk memahami
tersebut yang tidak di ikuti dengan
masalah
kesiapan
sosial,
berdasarkan
pada
pada
sumber
daya
penciptaan gambaran holistik lengkap
manusianya pada akhirnya membawa
yang
dibentuk
melaporkan
dengan
kata-kata,
dampak pada ketidakpastian hukum
pandangan
informan
atas
pengenaan
PPN
atas
hasil
secara terperinci, dan disusun daam
tambang batubara yang berakhir pada
sebuah latar alamiah.
munculnya restitusi PPN dalam jumlah
Pendekatan kualitatif adalah sebuah
yang besar.
proses penyelidikan untuk memahami
masalah sosial atau masalah manusia,
berdasarkan
pada
penciptaan
Pembahasan
yang
Pajak pertmabahan nilai sebagaimana
dibentuk dengan kata-kata melaporkan
dikutip dari buku Haula Rosdiana dan
pandangan informan secara terperinci
Edi selamet dijelaskan sebagai pajak
dan
latar
penjualan yang dipungut atas dasar
memiliki
nila tambah yang timbul pada semua
gambaran
holistik
disusun
alamiah.
dalam
Penelitian
lengkap
sebuah
ini
pendekatan kualitatif dimana teori
jalur
tidak berposisi sebagai panduan bagi
Pengenaan PPN berlaku pada setiap
peneliti dalam melakukan analisis
kenaikan harga pada setiap lapisan
penelitian, tetapi lebih difokuskan
produksi maupun distribusi. Perlakuan
pada data yang ditemukan.
pengenaan PPN sama halnya dengan
Penelitian ini mencoba membangun
pajak penghasilan menekankan pada
deskripsi
kemudahan administrasi, salah satunya
atas
munculnya
aturan
produksi
dan
distribusi.
yaitu kepastian, baik itu bagi petugas
Dikenakan PPN yang salah satunya
pajak maupun bagi wajib pajak dan
menyinggung
seluruh
tambang khususnya batubara telah
masayarakat,
sebagaimana
mengenai
barang
yang akan diuraikan dalam penelitian
menimbulkan
suatu
kondisi
ini yang menemukan adanya fenomena
ketidakpastian,
karena
adanya
jika telah terjadi ketidakpastian dalam
pertentangan aturan sektoral mengenai
perlakuan PPN setelah diterbitkanya
pertambangan
Peraturan
berkaitan dengan perpajakan.
Pemerintah
Nomor
144
Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan
Jasa yang Tidak Dikenakan PPN.
dan
aturan
yang
Dalam pelaksanaannya pertambangan
khususnya pada batubara diatur dalam
Asas kepastian sendiri antara lain
satu Instrumen Hukum Pertambangan
mencakup kepastian mengenai siapa-
khusus di Indonesia yaitu Perjanjian
siapa yang harus dikenakan pajak, apa-
Karya
apa saja yang dijadikan sebagai objek
Batubara (PKP2B)
pajak, serta besarnya jumlah pajak
dibuat antara Pemerintah Indonesia
yang harus dibayar dan bagaiaman
dengan perusahaan kontraktor swasta.
jumlah pajak yang terutang harus
Antara
dibayar. Artinya,
bukan
mengatur beberapa aturan mengenai
kepastian
pemamfaatan tambang batubara sesuai
mengenai subjek paajk maupun objek
dengan tahun perjanjiannya antara
pajak, dasar pengenaan pajak serta
lain:
hanya
kepastian
menyangkut
besarnya tariff pajak, tetapi juga
menegnai
prosedur
kewajibanya
antara
pembayaran
dan
pelaksanaan
pemenuhan
lain
prosedur
pelaporan
hak-hak
serta
perpajakan.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis
Barang
dan
Jasa
yang
Tidak
Pengusahaan
lain
Pertambangan
Perjanjian ini
instrument
tersebut
Pertama, PKP2B Generasi Pertama
(sebelum
1983)
PKP2B
Generasi
Pertama yaitu periode sebelum tahun
1983
disebut
operation
dengan
Agreement
Coal
Co-
(CCA)
ditandatangani sebelum tahun 1983
dan mengacu kepada Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 1953 atau yang
dikenal
dengan
Undang-Undang
hal kontraktor atau orang lain atas
Pajak Penjualan (PPn) Tahun 1951.
nama kontraktor, apakah untuk tujuan
Kewajiban perpajakan yang tercantum
kelancaran atau tujuan lain membayar
pada kontrak karya PKP2B Generasi
suatu pajak tersebut di atas yang
Pertama terdapat pada pasal 11 (Taxes
dibebaskan
and Sharing of production). Sesuai
berdasarkan persetujuan ini, maka
pasal 11 Kontraktor akan membayar
batubara akan membayarnya kembali
pajak-pajak kepada Pemerintah antara
kepada kontraktor atau orang lain yang
lain Pajak Penjualan atas jasa-jasa
melakukan pembayaran itu dalam
yang diberikan kepada kontraktor di
waktu 60 hari setelah diterimanya
Indonesia
undang-
faktur yang bersangkutan. Dalam Pasal
undang dan peraturan-peraturan yang
4 Keputusan Presiden Nomor 49
berlaku di Indonesia dengan tarif tidak
Tahun
melebihi 5% (lima persen).
Ketentuan
Pokok
Perjanjian
Kerjasama
Pengusahaan
Tambang
Demikian
sesuai
pula
dengan
dalam
Pasal
11
Kontraktor harus membayar pajak
penjualan atas barang yang dibeli oleh
Kontraktor
tersebut
di
Indonesia.
Selanjutnya Pasal 11 angka 3 PKP2B
menentukan
bahwa,
dengan
pengecualian pajak-pajak sebagaimana
Swasta,
ketentuan-
Kontraktor
diwajibkan
membayar pajak-pajak dan pungutan
kepada Pemerintah diantaranya adalah
Pajak Penjualan.
atas
PKP2B
Generasi
Kedua
pun
dalam
PKP2B Generasi Kedua periode tahun
batubara
akan
1983-1995 disebut denggan Kontrak
serta
Karya Batubara (Coal Contract of
membebaskan kontraktor dari semua
Work) ditandatangani setelah tahun
pajak, bea, sewa dan royalti yang
1983 (setelah reformasi perpajakan
dipungut oleh pemerintah sekarang
pertama)
maupun di masa mendatang. Dalam
Undang-Undang PPN Nomor 8 Tahun
persetujuan
membayar
mana
tentang
Tambang Batubara dan Kontraktor
Kedua,
di
1981
kontraktor
Batubara antara Perusahaan Negara
ditentukan dalam Pasal 11 angka 2 di
dan
atas
ini,
dan
menanggung
dan
mengacu
kepada
1983 dan aturan pelaksanaannya yaitu
a.Melaporkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
1985. Dalam PKP2B ini diatur secara
Pajak.
khusus mengenai kewajiban-kewajiban
pajak
perusahaan
termasuk
kontrak
PPN.
Generasi
Pada
Kedua,
karya
PKP2B
kewajiban
usahanya
b.Memungut,
untuk
menyetor
dan
melaporkan PPN atas penyerahan BKP
dan/atau JKP
pada
dengan tarif 10% (sepuluh persen) atau
kontrak karya PKP2B diatur dalam
tarif lain, sesuai dengan Undang-
pasal 11 (Pajak, Bea dan Pungutan
undang PPN No 42 tahun 2009 dan
Negara).
peraturan pelaksanaannya.
perpajakan
Ketiga,
yang
PKP2B
tercantum
Generasi
Ketiga
c.Memungut,
menyetorkan,
PKP2B Generasi Ketiga yaitu periode
melaporkan
1995 sampai sekarang ditandatangani
Penjualan atas Barang-barang mewah,
setelah tahun 1994 (setelah reformasi
sebagaimana
perpajakan kedua), disebut dengan
berdasarkan
PKP2B
1994 dan peraturan pelaksanaannya.
dan
Undang-Undang
Tahun
mengacu
PPN
1994
pelaksanaannya
kepada
Nomor
beserta
yaitu
11
aturan
Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994.
Sesuai Pasal 14 angka 6 PKP2B
dengan
memperhatikan
kewajiban
umum yang dimaksud dalam Undangundang PPN 1994 dan peraturan
pelaksanaannya,
berkewajiban untuk :
kontraktor
PPN
dan/atau
dan
Pajak
Pemungut
Pajak
Undang- undang PPN
d.Kontraktor dikenakan PPN dan/atau
Pajak Penjualan atas Barang Mewah
atas impor atau pembelian BKP atau
perolehan
JKP
yang
berdasarkan
Undang-undang
PPN
1994
peraturan
pelaksanaannya
dan
terutang
PPN dan/atau Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
e.Dalam hal Pajak Masukan lebih
besar dari Pajak Keluaran untuk suatu
masa pajak, maka kelebihan Pajak
Masukan tersebut dikompensasikan
batubara sebelum diproses menjadi
dengan Pajak Keluaran untuk masa
briket
pajak berikutnya kecuali kelebihan
PPN. Penetapan batubara sebelum
pembayaran
diproses
Pajak Masukan
disebabkan
ekspor
yang
batubara
tidak
menjadi
briket
dikenakan
batubara
dan/atau
sebagai Barang Tidak Kena Pajak
penyerahan kepada Pemungut PPN
(BTKP), menimbulkan konsekuensi
dapat
permohonan
Pajak Masukan atas perolehan BKP
pengembalian pada setiap Masa Pajak.
dan JKP oleh Kontraktor batubara
diajukan
Dalam beberapa klausulnya instrument
hukum
yang
mengatur
mengenai
kontrak karya perusahaan tambang
batubara
ini,
menetapkan
peraturan
yang
berlaku
jika
berkaitan
dengan perpajakan adalah peraturan
dimana
ketika
ditandatangani.
kontrak
inilah
itu
awal mula Peraturan Pemerintah ini
diterbitkan,
kontraktor
PKP2B
Generasi Pertama telah merasakan
tambahan beban akibat tidak dapat
dikreditkannya Pajak Masukan yang
telah dibayar.
yang
Pajak Masukan yang tidak dapat
menjadi pokok utama dalam timbulnya
dikreditkan ini menimbulkan biaya
beberapa kondisi yang tidak ideal
tambahan bagi
dalam pengenaan pajak pertambahan
sebab harga pokok produksi akan
nilai
meningkat
atas
Dan
karya
tidak dapat dikreditkan. Pada masa
batubara.
Pengusahan
para
menjadi
Kontraktor
10% (Sepuluh
batubara khususnya dalam hal ini pada
Persen). Untuk mengatasi masalah ini
kelompok
para Kontraktor yang tergabung dalam
generasi
pertama
tetap
mengacu pada peraturann perpajakan
Asosiasi
ketika aturan ini ditandangani yang
Indonesia (APBI) mengajukan uji
masih
batubara
materiil atas Peraturan Pemerintah
sebagai barang kena pajak yang dapat
tersebut kepada Mahkamah Agung
dikreditkan.
dengan surat No. 019/TH/2004 tanggal
mengelompokan
Berdasarkan
Nomor
144
Peraturan
Tahun
Pemerintah
2000,
maka
Pertambangan
24 Januari 2004.
Batubara
Mahkamah Agung melalui surat Ketua
Agung Bidang ULDILTUN Nomor :
Muda
Bidang
2/Td. TUN/III/2004 tanggal 23 Maret
Nomor
2004 hal Permohonan Pertimbangan
Mahkamah
Agung
ULDILTUN
2/Td.TUN/III/2004 tanggal 23 Maret
Hukum yang
2004 memberikan pendapat kepada
Direktur
Direktur
pertimbangan hukum (legal opinion)
APBI
bahwa
walaupun
ditujukan
APBI
merupakan
tenggang waktu untuk melakukan uji
dan
materiil atas Peraturan Pemerintah
Mahkamah Agung yang mempunyai
Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis
kekuatan
Barang
Dengan
dan
Jasa
yang
Tidak
bukan
kepada
merupakan
hukum
yang
Putusan
mengikat.
demikian,
Peraturan
Dikenakan PPN telah lewat, Ketua
Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
Muda
Bidang
tentang Jenis Barang dan Jasa yang
memberikan
Tidak Dikenakan PPN masih tetap
Mahkamah
ULDILTUN
Agung
tetap
pertimbangan hukum dan berpendapat
berlaku
sebagaimana
bahwa Peraturan Pemerintah Nomor
Apabila
terdapat
144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang
Kontraktor PKP2B
dan Jasa yang Tidak Dikenakan PPN
pembetulan Surat Pemberitahuan Masa
sesungguhnya
PPN
secara
substansial
dengan
mestinya.
Wajib
Pajak
yang melakukan
cara
antara
memang benar telah bertentangan
melakukan
dengan peraturan yang lebih tinggi
Masukan
yaitu Undang-undang oleh karena itu
pengembalian
Peraturan Pemerintah tersebut batal
kelanjutan dari terbitnya Surat Ketua
demi hukum sejak dikeluarkan dan
Muda
tidak dapat diberlakukan secara umum.
ULDILTUN
Menanggapi
surat
Ketua
Muda
Mahkamah Agung tersebut, Direktur
Jenderal Pajak melalui Surat Edaran
Nomor SE-03/PJ.51/2004 menegaskan
bahwa Surat Ketua Muda Mahkamah
pengkreditan
lain
dan
Pajak
kemudian
meminta
(restitusi)
sebagai
Mahkamah
Agung
tersebut,
Bidang
maka
pembetulan Surat Pemberitahuan Masa
PPN dan atau permohonan restitusi
tersebut
dapat
agar
ditolak
dan
tidak
ditindaklanjuti Tindak lanjut
dari tidak dapat dikreditkannya Pajak
Masukan tersebut, maka Kontraktor
Batubara PKP2B Generasi Pertama
Jenderal
menahan
Ditjen
sebagian
Dana
Hasil
Pajak
di
Kantor
Jakarta1.
Pajak
Penetapan
Produksi Batubara (DHPB) sebagai
Peraturan
kompensasi
tidak
Tahun 2000 yang mengelompokan
kelebihan
batubara sebelum diproses menjadi
atas
dikembalikannya
pembayaran pajak.
adalah pasal 1425, 1426, 1427 dan
KUH
ketentuan
Perdata
mengenai
perjumpaan
piutang/kompensasi.
pertambangan
utang
Kontraktor
batubara
beralasan
mereka mempunyai piutang kepada
negara berupa PPN, sebagai suatu
jenis pajak baru yang tidak disebut
secara jelas dalam Kontrak PKP2B,
yang dibayar atas perolehan BKP dan /
atau JKP yang harus dikembalikan
oleh
Pemerintah
Nomor
144
briket batubara merupakan penyerahan
Dasar hukum tindakan Kontraktor ini
1429
Pemerintah
Pusat
sesuai
dengan
yang tergolong BTKP menimbulkan
ketidakpastian
dalam
sistem
perpajakan Indonesia. Padahal dalam
pemungutan
kepastian
dalam
pajak
terdapat
asas
sehingga
memudahkan
pelaksanaan
administrasi
perpajakan. Kepastian ini meliputi
kejelasan
dan
ketegasan
penentuan
subyek,
dalam
obyek,
dasar
pengenaan pajak, tarif, dan prosedur
sehingga tidak bermakna ganda dan
tidak bisa ditafsirkan lain.
Pemerintah
perlu
membuat
suatu
ketentuan yang diatur dalam Pasal 11.
sistem perpajakan yang mendukung
PKP2B Generasi Pertama. Di sisi lain,
stabilitas
Departemen
adanya arus penerimaan pajak yang
Keuangan
menilai,
stabil
alasan untuk menahan royalti kepada
kesempatan
negara. Terlebih lagi, pemerintah tidak
bagian penghasilan yang lebih besar
memiliki utang pembayaran restitusi
apabila perusahaan mendapatkan laba
PPN
yang tinggi. Di sisi lain perusahaan
kepada
perusahaan
dapat
dengan
restitusi PPN tidak bisa dijadikan
batubara
dan
makroekonomi
untuk
diprediksi
dan
mendapatkan
PKP2B generasi pertama, sebagaimana
1 economy.okezone.com. “penghitungan
dikatakan Darmin Nasution, Direktur
pembayaran royalty batubara kelar November”
diakses pada selasa 20 Desember 2016 pukul 14.00
wib
yang
memerlukan
seluruh pembelian baik barang modal
yang
dapat
maupun jasa. Agar dapat berkompetisi
diprediksi, stabil dan didasari pada
secara global maka hampir semua
aturan hukum yang pasti sehingga
negara pengekspor mineral memilih
keputusan yang diambil didasari oleh
untuk meniadakan pajak pada ekspor
alasan yang tepat. Perusahaan juga
mineral. Cara untuk meniadakan pajak
menghendaki kebijakan pemerintah
ini
yang dapat menimimalisir distorsi
administrasi
ekonomi. PPN merupakan pajak atas
kompleks.
konsumsi dan bukan pajak transaksi
untuk menghilangkan pengaruh pajak
antar perusahaan karena pajak yang
ini
diperoleh pada saat pembelian barang
produk tersebut.
kebijakan
berinvestasi
pemerintah
dapat dikreditkan oleh perusahaan
tersebut. Mekanisme ini membuat PPN
tidak mendistorsi harga pembelian dan
penjualan barang. Suatu pengenaan
PPN dikatakan komprehensif apabila
pengenaannya
meliputi
seluruh
aktivitas ekonomi, mulai dari tahap
paling awal yaitu pertanian dan hak
penambangan sampai dengan tahap
pedagang eceran. Sebagai Pajak tidak
langsung atas konsumsi, tax base PPN
diterapkan seluas mungkin, kecuali
hanya yang menjadi kebutuhan pokok,
yaitu produk pertanian yang belum
diolah.
bervariasi
dan
melibatkan
perpajakan
Cara
adalah
paling
dengan
yang
sederhana
mengecualikan
PPN merupakan pajak yang dikenakan
terhadap pertambahan nilai dari barang
atau jasa. Suatu pertambahan nilai
tercipta karena untuk menghasilkan,
menyalurkan dan memperdagangkan
barang
ataupun
pelayanan
jasa,
membutuhkan faktor-faktor produksi
pada berbagai tingkatan produksi.
Setiap faktor-faktor produksi tersebut
menimbulkan
dinamakan
pengeluaran
biaya
dan
yang
biaya
ini
merupakan pertambahan nilai yang
menjadi
unsur
pengenaan
Artinya
proses
penambahan
pajak.
nilai
selalu timbul karena adanya biaya-
Negara yang menerapkan PPN (VAT)
biaya yang dikeluarkan mulai dari
biasanya
bahan baku menjadi bahan setengah
mengenakannya
kepada
jadi hingga menjadi bahan jadi yang
perpajakan, konsepsi nilai tambah
selanjutnya siap dijual dengan tingkat
(added value) atas bahan mentah
laba yang diharapkan.
tambang batubara belum memenuhi
Barang hasil pertambangan termasuk
batubara
sesungguhnya
memiliki
nilai tambah, karena setelah barang
tersebut
diambil
langsung
dari
sumbernya, barang hasil pertambangan
tersebut menjadi mempunyai nilai
ekonomis.
Apabila
barang
hasil
hingga batubara tersebut siap untuk
dikonsumsi yaitu dalam bentuk briket
batubara karena hal ini sesuai dengan
konsepsi PPN sebagai pajak konsumsi
yaitu pajak yang dikenakan pada saat
barang atau jasa dikonsumsi.
Asosiasi
Pengusaha
pertambangan yang masih berwujud
Indonesia
mentah tersebut diolah menjadi barang
batubara dikategorikan barang bukan
jadi yang siap digunakan dan atas
kena
penyerahannya menjadi terutang pajak,
penarikan pajak berganda atas barang
maka pembebasan pengenaan PPN
dan jasa yang sama. Ketua APBI
tersebut sifatnya hanya sementara,
Jeffrey Mulyono,
yaitu hanya pada saat barang hasil
Forum
tambang tersebut masih mentah. Pada
Tambang,
saat barang tersebut telah jadi, maka
ditulis dalam www.kontan.co.id, jika
nilai tambah atau nilai ekonomis yang
batubara dinyatakan sebagai BKP
telah dimiliki pada saat barang tersebut
maka Pajak
masih mentah juga ikut terkena PPN.
dari vendor atau kontraktor, sub
Namun
ternyata
untuk
keperluan
pengamanan penerimaan, Pemerintah
menetapkan
status
batubara
dari
semula BKP menjadi BTKP sehingga
Wajib Pajak pertambangan
batubara
tidak dapat merestitusi Pajak Masukan
atas Pajak Keluaran. Menurut otoritas
(APBI)
Batubara
pajak
maka
Reklamasi
kontraktor,
akan
jika
terjadi
sekarang
Ketua
Lahan
Bekas
mengatakan sebagaimana
Masukan yang ditarik
dan
dikompensasikan
keluaran.
menilai,
Selain
supplier,
dapat
dengan
PPN
itu,
proses
pertambangan batubara tidak termasuk
barang yang diambil langsung dari
sumbernya.
Supriatna
Suhala
mengatakan
dalam
proses
penambangan batubara terdapat biaya
menaikan penerimaan negara dalam
pembelian peralatan atau sewa alat
penerimaan
untuk menambang, bahan bakar, biaya
bukanlah pilihan yang tepat. Dalam
crushing dan washing atau biaya sub-
analisis penulis, perubahan tersebut
kontraktor. Biaya-biaya ini menjadikan
cenderung membawa pada resistensi
batubara memiliki nilai tambah dari
dari pengusaha perpajakan terhadap
batubara
dalam
pemerintah dalam hal ini menteri
menjadi
batubara
bentuk
bongkah
yang
sudah
keuangan
dari
dan
sektor
tambang
direktorat
jenderal
degrading dan siap diangkut untuk
pajak, karena menganggap mereka
dipasarkan. Namun
mengalami perlakuan yang tidak adil
ditegaskan
maka
saat
kepada
hal
pihak
ini
DJP,
Fathurrochman mengatakan
kebijakan
DJP
untuk
menjadikan
dalam
kewajiban
pajak
yang
ditanggungkan pada mereka. Sehingga
yang
timbul
buknlah
peningkatan
batubara sebelum diproses menjadi
penerimaan namun perlawanan dengan
briket batubara sebagai BKP masih
berbagai cara yang dilakukan oleh
dalam kajian. Menurut Fathurrochman,
wajib pajak terhadap pemerintah.
konsepsi nilai tambah, tidak sematamata menjadikan suatu barang dan
atau jasa merupakan obyek PPN.
Pemerintah memiliki wewenang untuk
menentukan suatu barang-barang lain
yang
berdasarkan
pertimbangan
ekonomi, sosial dan budaya, tidak
dikenakan PPN2.
Dalam
kasus
ini
pada
akhirnya
memunculkan ketidakpastian dalam
hal pemungutan pajak, disatu sisi
pengusaha tambang sebagai wajib
pajak ingin melaksanakan kewajiban
namun
mereka
kondisi
peraturan
dibunturkan
yang
pada
mengarah
untuk merugikan mereka. Pada sisi
Dari paparan atas beberapa kondisi
pemerintah
dalam kasus perubahan status batubara
aturan
dari barang kena pajak menjadi barang
controversial
tidak kena pajak yang ditujukan untuk
berdampak destruktif dari tujuan awal
2 nasional.kontan.co.id “asosiasi-batubara-minta-
pemerintah untuk menjaga stabilitas
batubara-terkena-ppn” diakses pada selasa 20 desember
2016 pukul 10.00 wib.
sendiri
yang
memunculkan
bisa
semacam
dikatakan
ini
akan
bisnis batubara dengan memberikan
tentang Jenis Barang dan Jasa yang
aturan
bisa
Tidak Dikenakan PPN yang membawa
pada
kosukuensi jika batubara berubah dari
yang
baik,
menimbulkan
bahkan
kerugian
pemerintah karena pada akhirnya harus
sebelumnya
membayarkan restitusi PPN terhadap
membawa dampak panjang dalam tata
pengusaha batubara atas kondisi yang
laksana
perpajakan
tidak pasti ketika diawal munculnya
bahkan
akan
peraturan
menimbulkan
pemerintah
Nomor
144
BKP
menjadi
di
Indonesia,
memiliki
potensi
wanprestasi
pada
Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan
pemerintah
Jasa yang Tidak Dikenakan PPN, yang
pembayaran restitusi dan melakukan
bahkan belum terselesaikan sampai
penahanan royalti. Oleh karena itu
saat ini.
dalam sudut pandang peneliti, ada
baiknya
Kesimpulan
dengan
BTKP
menuntut
pemerintah
menerima
bebebarapa pertimbangan yang ada,
Asas Kepastian dalah syarat mutlak
jika batubara memenuhi beberapa
dalam mendukung kemudahan dalam
syarat untuk menjadi barang kena
administrasi
pajak
perpajakan.
Memunculkan
mengarah
aturan
pada
yang
dan
mecabut
peraturan
akan
pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
kecenderungan
tentang Jenis Barang dan Jasa yang
ketidakpastian seharusnya tidak pernah
Tidak
dijadikan pilihan pemerintah dalam
bertentangan
mengatur tata laksana perpajakannya,
diatasnya, dan mengembali batubara
karena
sangat
menjadi BKP, hal ini semata-mata
destruktif dari tujuan pemungutan
demi menjaga asas kepastian dalam
pajak
tata laksana pemungutan pajak di
dengan
dampaknya
itu
sendiri.
akan
Seperti
munculnya
halnya
peraturan
pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
Dikenakan
Indonesia.
dengan
PPN
yang
peraturan
Refrensi
Rosdiana, Haula dan Edi Slamet I. 2012.Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan
implementasi di Indonesia.PT Raja grafindo Persada. Jakarta.
Nugraha. 2009. Tesis Analisa Perlakuan Pajak pertambahan nilai Bagi Kontraktor
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara Khususnya Generasi
Pertama. Jakarta.
Sukardji, Untung. 2015. Pajak Pertambahan Niali Edisi Revisi 2015. Rajawali Pers.
Jakarta.
Undang-undang republik indonesia nomor 42 tahun 2009 tentang perubahan ketiga
atas undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai barang
dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah.
www.hukumonline.com. Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 144 tahun
2000 tentang jenis-barang yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai. 20
desember 2016 (10.00 Wib).