MEMAHAMI PRAKTEK BAGI-HASIL KEBUN KARET MASYARAKAT KAMPAR RIAU (Sebuah Pendekatan Etnografi) HARKANERI Iwan Triyuwono Eko Ganis Sukoharsono

MEMAHAMI PRAKTEK BAGI-HASIL KEBUN KARET MASYARAKAT KAMPAR RIAU (Sebuah Pendekatan Etnografi) HARKANERI

Iwan Triyuwono

Eko Ganis Sukoharsono

Abstract: This study is aimed to grasp the meaning of a rubber revenue-sharing from the point of view of people who understand the revenue-sharing practice in Kampar community through participatory observation. Additionally, it is aimed to deepen the understanding of revenue-sharing practice in Kampar Riau community. This study uses a qualitative method with Etnography approach. Data were collected through participation observation and open in-depth interviews. The data were analyzed using Spradley model (1997), with includes domain analysis, taxonomic analysis, componential analysis and cultural analysis. The results of this study were that gotah revenue-sharing is revenue-sharing containing the value of KESOJUKAN (Keadilan/Justice, Kesosialan/Socialism, Kejujuran/Honesty and Keamanahan/Trustworthiness) in which Gotah revenue- sharing is a traditional custom practiced by generation and based on Islamic values.

Keywords: Revenue-sharing, rubber plantations, ethnography

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menangkap makna bagi-hasil karet dari sudut pandang pelaku yang menghayati kejadian bagi-hasil pada perkebunan karet rakyat Kampar melalui pengamatan yang bersifat partisipatif. Serta untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang penerapan bagi-hasil pada perkebunan karet rakyat masyarakat Kampar Riau. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Etnografi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan obeservasi-partisipasi dan wawancara secara terbuka dan mendalam, Penelitian ini menggunakan model analisis data dari Spradley (1997), meliputi analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema kultural. Hasil studi ini antara lain: bagi-hasil gotah merupakan bagi-hasil yang mengandung nilai-nilai KESOJUKAN (Keadilan, Kesosialan, Kejujuran dan Keamanahan) dimana bagi-hasil gotah merupakan tradisi adat yang diturunkan secara turun-temurun dan bersendikan kepada nilai-nilai syara (agama Islam).

Kata kunci: Bagi-hasil, perkebunan karet, etnografi

Pendahuluan

usaha tersebut dibagi berdasarkan Sistem bagi-hasil adalah suatu

kesepakatan kedua belah pihak. sistem yang ditandai dengan

Sistem bagi-hasil dapat ditemukan kerjasama antara satu pihak yang

dalam berbagai corak ideologi memiliki modal dengan pihak yang

ekonomi, baik feodalis, sosialis, mengelola modal, di mana hasil dari

bahkan kapitalis (Syahyuti, 2009).

Di Indonesia sistem bagi-hasil

Perkebunan

Indonesia adalah peternakan,

Internasional

negara penghasil karet alam terbesar Praktik perekonomian di masyarakat

dan

perdagangan.

di dunia selain Malaysia dan mengunakan istilah yang berbeda

Thailand. Propinsi Riau merupakan untuk bagi-hasil. Bagi-hasil yang

propinsi penghasil karet terbesar di dipraktikkan

Indonesia dimana tanaman karet Indonesia sudah banyak diteliti, akan

oleh

masyarakat

merupakan bagian tak terpisahkan tetapi penelitian bagi-hasil ini lebih

dari kehidupan masyarakat Riau. dominan diarahkan pada bidang

Masyarakat Riau merupakan kajian hukum (antara lain: Alfiani,

masyarakat melayu yang sangat 2002; Bariyah, 2004; Hutagalung,

kental dengan nilai-nilai Islam. 2004; Erviana, 2005; Iko, 2008; Fitri,

Dalam adat masyarakat melayu Riau 2010).

terdapat keterkaitan antara budaya Selain di bidang hukum,

adat dengan agama ini dapat kita penelitian bagi-hasil masyarakat

lihat dari konsep adat mereka yang Indonesia juga banyak dilakukan

menyatakan bahwa “Adat bersendi pada bidang Sosial Ekonomi

syara, syara bersendi Kitabullah” Pertanian seperti yang dilakukan

dengan artian “syara’ (hukum Saptana,

agama) mengata, adat memakai . Jadi menunjukkan bahwa sistem bagi-

apa yang terdapat dalam agama hasil (sakap menyakap ) masih

(Islam) itu yang dipakai oleh adat. banyak dijumpai baik di pedesaan

Oleh karena itu dalam melakukan Jawa maupun luar Jawa. Sementara

bagi-hasil ini sangat dipengaruhi oleh penelitian bagi-hasil di bidang

nilai-nilai adat dan nilai-nilai Islam. ekonomi dan akuntansi sebagian

Hal ini diperkuat oleh Syahpawi besar dilakukan pada bagi-hasil

(2008) yang melakukan penelitian perbankan syariah dan lembaga

beberapa prilaku keuangan syariah. Dan untuk kajian

mengenai

muamalah budaya melayu yang salah bagi-hasil pertanian yang berlaku

satunya sistem perduo yaitu sistem pada masyarakat Indonesia di bidang

masyarakat melayu, ekonomi dan akuntansi masih sedikit

bagi-hasil

merupakan sitem yang tidak dilakukan.

melanggar hukum Islam dan layak pertanian yang dilakukan oleh

Padahal

bagi-hasil

untuk dikembangkan. masyarakat juga perlu dikaji,

Masyarakat Kampar termasuk terutama untuk menggali nilai-nilai

masyarakat melayu Riau. Sistem akuntansi lokal yang berlaku di

bagi-hasil pada perkebunan karet masyarakat tersebut.

rakyat masyarakat Kampar biasanya Provinsi Riau merupakan salah

dilakukan masyarakat ketika pohon satu daerah di Indonesia yang kaya

karet sudah dapat diambil getahnya, akan sumber daya alam. Disamping

yaitu ketika pohon itu berumur 5 terkenal kaya dengan minyak bumi

tahun ke atas karena tanaman karet dan kehutanan, Provinsi Riau juga

adalah tanaman tahunan. Didalam dikenal memiliki potensi yang besar

pengambilan getah kebun karet inilah di bidang perkebunan terutama

sistem bagi-hasil dilakukan. Orang perkebunan karet dan kelapa sawit.

yang bekerja mengambil getah ini di yang bekerja mengambil getah ini di

sesuai dengan kesepakatan mereka Biasanya mereka menjual hasil

pada waktu melakukan perjanjian sadapan karet sekali seminggu, di

kerjasama (akad) pertama kalinya hari sebelum hari pasar di daerah

atau disebut dengan nisbah. mereka. Hasil dari penjualan karet

Catatan tersebut merupakan tersebut mereka bagi berdasarkan

alat komunikasi antara pemilik kebun persentase atau nisbah yang telah

dengan pengelola kebun untuk mereka sepakati dengan pemilik

mengambil keputusan ekonomi atau kebun karet.

kita kenal sebagai akuntansi. Sistem

Suwardjono (2005:9) mengatakan perkebunan karet ini ketentuan

bagi-hasil

pada

tidak ada definisi autoritatif yang keuntungan ditentukan berdasarkan

cukup umum dapat menjelaskan apa besar-kecilnya hasil pendapatan dari

sebenarnya akuntansi itu. Masyarakat penjualan getah karet yang didapat

memahami akuntansi yang

luas

kemudian mereka bagi berdasarkan dari perspektif ekonomi. berdasarkan persentase kesepakatan

Akuntansi dapat dipandang sebagai mereka. Sistem bagi-hasil ini

bahasa bisnis, dalam hal ini dilakukan berdasarkan kekeluargaan

dipergunakan untuk dan tolong-menolong. Karena kedua

akuntansi

mengkomunikasikan aktivitas belah pihak merasakan saling

manajemen dalam pengelolaan membutuhkan

Komunikasi dilakukan kesejahteraan bersama. Kedudukan

kepada berbagai pihak yang kedua belah pihak sama dan

berkepentingan terhadap entitas pembagian

melalui sajian manajemen dalam berdasarkan prinsip keadilan.

hasil

dilakukan

bentuk laporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas

Triyuwono ( 2006:33) peneliti tertarik untuk melakukan

menyatakan bahwa akuntansi adalah penelitian terhadap sistem bagi-hasil

simbol, karena akuntansi tidak pada perkebunan karet rakyat di

memiliki makna dalam dirinya Kabupaten Kampar Riau, karena

sendiri, kecuali dimaknai oleh pada masyarakat Kampar berkebun

individu-individu sebagai anggota karet sudah membudaya dan sudah

masyarakat melalui proses interaksi dilakukan sejak zaman dahulu.

sosial, sehingga terjadi perbedaan di Dalam sistem bagi-hasil ini tidak ada

memaknai akuntansi. pencatatan yang baku, karena dalam

dalam

Perbedaan makna ini terutama sistem bagi-hasil ini dilakukan atas

terletak pada faktor internal yang ada dasar saling mempercayai dan atas

pada diri orang tersebut, seperti dasar

motivasi, ilmu pembagian pendapatan (Revenue

pengetahuan dan perspektif, serta Sharing ) tersebut adalah catatan dari

faktor eksternal, seperti keberadaan toke (penadah hasil kebun) yang

perkembangan ilmu pengetahuan dan berisi tentang berapa banyak berat

teknologi, keadaan ekonomi, sosial, getah karet yang dijual, berapa harga

politik di mana seseorang itu tinggal. per kg-nya pada saat itu dan berapa

faktor-faktor tersebut total penjualannya kemudian dari

Ketika

berubah, maka makna dari simbol berubah, maka makna dari simbol

bagi-hasil di perkebunan karet rakyat ditentukan oleh lingkungan yang

masyarakat Kabupaten Kampar membentuknya.

Provinsi Riau dengan menggunakan Studi ini dilakukan untuk

kualitatif. Dengan menelusuri dan mengungkapkan

metode

menggunakan pendekatan kualitatif makna praktik bagi-hasil pada

diharapkan peneliti dapat menyajikan perkebunan karet rakyat masyarakat

gambaran maupun hasil analisis yang Kampar Riau. Sistem bagi-hasil di

lebih mendalam sesuai fokus yang perkebunan karet rakyat Kampar ini

telah ditentukan, sehingga dalam dikonstruksi oleh simbol-simbol

penelitian ini akan melihat sejauh budaya melayu Riau dan agama

mana persepsi atas bagi-hasil pada Islam. Kolaborasi budaya melayu

perkebunan karet rakyat Kampar dengan agama Islam ini kemudian

khususnya dalam pembagian hasil menciptakan

usaha berdasarkan nilai-nilai lokal masyarakat melayu Riau dalam

tradisi

dalam

budaya melayu yang sangat kental melakukan kegiatan perkebunan.

dengan nilai-nilai Islam. Bagi-hasil pada perkebunan

Untuk memahami bagaimana karet rakyat Kampar sebagai sistem

masyarakat Kampar Riau memaknai adat melayu, masih belum banyak

sistem bagi-hasil pada perkebunan dikaji. Oleh karena itu penelitian ini

karet, maka pendekatan yang berusaha untuk menggali nilai-nilai

digunakan dalam penelitian ini yang terdapat dalam sistem bagi-

adalah pendekatan etnografi, karena hasil pada perkebunan karet rakyat

penelitian ini ingin Kampar. Selain itu penelitian ini juga

dalam

bagaimana suatu ingin memahami bagaimana praktek

menjelaskan

masyarakat dalam mengeksplorasi sistem bagi hasil perkebunan karet

keyakinan, perilaku, pengalaman, rakyat di masyarakat Kampar Riau.

sistem nilai dan norma dalam Dengan memperhatikan latar

masyarakat Kampar Riau. belakang serta rumusan masalah

Penelitian ini menggunakan yang telah dideskripsikan di atas,

model analisis data dari Spradley penelitian ini bertujuan untuk

(1997), meliputi analisis domain, memahami makna bagi-hasil dari

taksonomi, analisis sudut

analisis

komponensial dan analisis tema menghayati kejadian bagi-hasil pada

perkebunan karet rakyat Kampar Selain teknik analisis data, melalui pengamatan yang bersifat

yang tak kalah pentingnya teknik partisipatif.

keabsahan data. Teknik pemeriksaan bertujuan

Penelitian

juga

keabsahan data pada penelitian pemahaman

untuk

memperoleh

dilakukan atas dua kriteria, yaitu: penerapan

mendalam

tentang

melalui ketekunan perkebunan karet rakyat masyarakat

pengamatan atas perilaku dari Kampar Riau.

individu dan organisasi yang tergambar dalam aktivitas yang

Metodologi Penelitian

dilakukan. Kedua melalui triangulasi dilakukan. Kedua melalui triangulasi

sudah berubah seiring dengan pertumbuhan

penduduk dan

Praktik Bagi-Hasil Perkebunan

perkembangan pembangunan, sudah

Karet Rakyat

Masyarakat

banyak kebun karet yang sudah

Kampar sebagai Situs Penelitian

beralih fungsi menjadi tempat

dan Temuan

pemukiman, tempat rekreasi atau Masyarakat

menjadi kebun sawit. Akan tetapi merupakan salah satu kabupaten di

Kampar

walaupun demikian perkebunan karet Riau yang sangat potensial untuk

rakyat ini tetap masih banyak perkebunan yang berorientasi ekspor

dijumpai di Kabupaten Kampar. seperti karet, kelapa sawit, kelapa

Bahkan perkebunan karet yang dan

dikelola oleh rakyat lebih banyak masyarakat Kampar, perkebunan

sebagainya.

Menurut

yakni seluas 91.745 Ha jika karet memberikan peranan penting

dibandingkan dengan perkebunan bagi

sawit yang dikelola oleh rakyat Kehidupan sehari-hari petani karet

perekonomian

mereka.

seluas 67.190 Ha . (Data Perkebunan masyarakat

Kabupaten Kampar 2010). ditentukan oleh naik-turunnya harga komoditas tanaman tersebut yang

Kampar

sangat

Kebun Karet Simbol Kekayaan

bisa terjadi sewaktu-waktu. Harga

Masyarakat Kampar

karet sangat menentukan konsumsi

terjadi karena masyarakat petani karet.

Bagi-hasil

adanya pihak-pihak yang saling Perkebunan

membutuhkan. Begitu juga dengan masyarakat Kampar pada umumnya

karet-rakyat

bagi-hasil pada perkebunan karet diusahakan oleh petani dalam skala

masyarakat Kampar. kecil (sempit) dan dilakukan secara

rakyat

Perjanjian bagi-hasil di kebun karet tradisional. Biasanya masyarakat

biasanya terjadi pada pemilik kebun menanam

karet dengan cara karet yang memiliki kelebihan sederhana, setelah bibit karet

ekonomi. Sementara bagi pemilik ditanam kemudian dibiarkan saja

kebun yang ekonominya menengah tanpa perawatan yang memadai.

mereka biasanya Perkebunan

ke

bawah

mengambil sendiri getah karet masyarakat Kampar merupakan

karet

pada

Dalam masyarakat tradisi budaya yang dipelihara secara

kebunnya.

Kampar kebun karet merupakan turun-temurun sejak zaman dulu,

simbol kekayaan. Hal ini diungkapan sehingga jual-beli karet sangat

oleh Bapak H.Munir. Selain itu mempengaruhi ekonomi dan sosial

H.Nasir Cholis juga masyarakat Kampar. Salah satu bukti

Bapak

menyatakan hal yang sama. pengaruh dari perkebunan karet ini

Pemilik kebun karet ini pada dapat kita lihat pada penetapan hari

umumnya merupakan orang yang pasar pada masyarakat Kampar

memiliki kelebihan ekonomi. Tukang dimana hari pasar ditetapkan pada

motong gotah biasanya merupakan hari setelah terjadinya jual-beli karet.

orang yang tak punya (miskin). Jadi Dan ini terus berlangsung sampai

bagi-hasil di perkebunan karet rakyat sekarang.

ini merupakan bagi-hasil yang saling ini merupakan bagi-hasil yang saling

kebun karet rakyat masyarakat mengelola kebun karetnya karena

Kampar.

tidak ada waktu atau kesempatan Dengan kedudukan yang sama, untuk mengurusnya dapat ditolong

maka mereka memilki daya tawar oleh tukang motong mengerjakan

yang seimbang dan sama dalam kebun karetnya. Sehingga kebun

menentukan porsi bagi-hasil. Tidak karet tersebut dapat menghasilkan

ada pihak yang lebih dominan disini dan memberikan kesejahteraan bagi

sehingga ia dapat menekan pihak pemilik kebun dan tukang motong

yang lemah. Akan tetapi mereka sebagai pekerja kebun tersebut.

membaginya berdasarkan keadaan kebun dan apa yang menjadi hak dan

Sketsa Temuan Penelitian

kewajiban diantara mereka. Selain Berdasarkan wawancara yang

itu pembagian hasilnya tidak dengan mendalam dan dengan menyelami

menetapkan uang dalam jumlah kegiatan,

tertentu, melainkan dalam bentuk masyarakat

prosentase dari hasil pendapatan. melakukan

Kampar

dalam

Jadi jika harga karet naik mereka perkebunan karet rakyat tentang

bagi-hasil

pada

sama-sama merasakan pendapatan pemaknaan bagi-hasil gotah dengan

yang besar dan begitu juga menggunakan model analisis data

sebaliknya jika harga karet turun dari Spradley (1997). Dari hasil

mereka sama-sama mendapatkan analisis tersebut diperoleh temuan

yang sedikit. bahwa bagi-hasil gotah merupakan

pendapatan

Berdasarkan ini dapat kita pahami bagi-hasil yang mengandung nilai-

bagi-hasil ini memiliki nilai-nilai nilai

KESOJUKAN (Keadilan,

keadilan.

Kesosialan, Kejujuran

Keadilan dalam bagi-hasil Keamanahan) dimana bagi-hasil

dan

gotah sangat penting sekali terutama gotah merupakan tradisi adat yang

menentukan hak dan diturunkan secara turun-temurun dan

dalam

kewajiban masing-masing pihak bersendikan kepada nilai-nilai syara

sehingga tidak ada pihak yang (agama Islam). Adapun temuan

merasa dirugikan dan dizalimi. tersebut adalah sebagai berikut : (1)

Penentuan hak dan kewajiban ini Keadilan

berkaitan dengan pola bagi-hasil. kesejahteraan sosial, (2)

sebagai

tumpuan

bagi-hasil merupakan Kesosialan, (3) Kejujuran dan (4)

Pola

keuntungan antara Keamanahan.

pembagian

pemilik kebun dengan tukang motong biasanya disesuaikan dengan

Keadilan sebagai Tumpuan

keadaan

kebun seperti yang

Kesejahteraan Sosial

diungkapkan oleh Pak Muslim yang Dalam sistem bagi-hasil gotah

terdapat dalam lampiran 1 sebagai antara pemilik kebun dan pekerja

berikut :

merupakan mitra kerja. Oleh karena “Dalam menentukan bagi- itu kedudukan antara pemilik kebun

hasil itu harus adil, misalnya dengan pekerja setara dan sama. Ini

kalau kebun karet itu jauh bisa dilihat dari proses awal

dari pemukiman atau kebun dari pemukiman atau kebun

belah pihak.

sedikit, maka dibagi menjadi Namun konsep keadilan 2/3 untuk tukang motong dan

disini tidak semua sesuatu itu harus 1/3 untuk pemilik kebun. Tapi

dibagi sama rata. Karena bisa jadi kalau kebun itu dekat letaknya

proporsi sama rata dikatakan tidak atau banyak air getahnya,

adil jika salah satu pihak merasa maka dibagi 1:1, 1/2 untuk

dirugikan atau dizalimi. Keadilan pemotong karet dan 1/2 untuk

disini tercapai jika berbuat dan pemilik kebun.”

menempatkan sesuatu berdasarkan waktu, fungsi dan kebutuhannya.

Berdasarkan keterangan yang Jadi nilai keadilan dalam Islam disampaikan Pak Muslim dapat

terkandung makna menempatkan diketahui bahwa dalam menentukan

atau mendistribusikan sesuatu sesuai pola bagi hasil pada perkebunan

dengan konteksnya (Shihab, 2006, karet rakyat masyarakat Kampar

vol. 3:42).

harus adil dimana keadilan tersebut Begitu juga dalam bagi-hasil tergantung kepada keadaan kebun

kebun karet masyarakat ini biasanya karet seperti letak kebun karet

bagian tukang motong lebih besar apakah jauh atau dekat, apakah umur

dari pada bagian pemilik kebun. pohon karetnya masih muda atau

Kalaupun bagiannya berimbang (1:1) sudah tua, dan apakah pohon

antara pemilik kebun dengan tukang karetnya banyak hasil air getahnya

motong , maka semua biaya di atau malah sedikit.

tanggung oleh pemilik kebun. Hal ini Keadilan

disebabkan oleh karena masyarakat memberikan perlakuan yang sama

dapat

diartikan

Kampar memandang bahwa tukang kepada orang lain. Begitu juga dalam

motong yang bekerja mengeluarkan bagi-hasil

tenaga dan waktu, sementara pemilik memperlakukan

gotah ini

yang

pemilik kebun hanya mendapatkan hasilnya. Selain dengan tukang motong sama karena

itu dalam masyarakat Kampar kebun kedudukan mereka dalam bagi-hasil

karet merupakan salah satu simbol ini sejajar dan seimbang tidak

kekayaan. Oleh sebab itulah untuk seperti antara majikan dan buruhnya.

membantu perekonomian tukang Dalam bagi-hasil gotah ini keadilan

motong , maka bagian yang terbesar dapat diwujudkan karena menganut

diberikan untuk tukang motong. prinsip kebersamaan yaitu untung

dengan demikian dibagi sama dan resikopun di

Sehingga

diharapkan terwujudnya keadilan tanggung bersama. Keuntungan bagi-

sosial dalam hasil gotah ditentukan berdasarkan

kesejahteraan

masyarakat.

besar kecilnya keuntungan dari hasil

sesuai dengan usaha atas penjualan karet oleh

Hal

ini

komitmen Islam yang besar pada tukang motong . Kedua belah pihak

persaudaraan dan keadilan yang baik pemilik kebun maupun tukang

menuntut agar semua sumber daya motong sama-sama

yang tersedia bagi umat manusia keuntungan atau kerugian yang

merasakan

digunakan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan Islam diantaranya untuk mewujudkan tujuan-tujuan Islam diantaranya

berikut ini: “Dalam segalo hal awak baik, distribusi pendapatan dan

harus adil kalau ndak badoso awak”. kekayaan

Artinya: “Dalam segala hal kita pertumbuhan dan stabilitas sehingga

harus adil, kalau tidak adil berdosa tercapai

(Alimuddin, 2011). Dari pernyataan Ibu Hj. Dengan demikian tujuan bagi-

Yusnimar ini dapat kita pahami hasil gotah ini sangat berbeda

masyarakat Kampar dengan tujuan paham kapitalis yang

bahwa

memandang penting nilai keadilan mengoptimalkan laba untuk pemilik

karena merupakan salah satu perintah yang membuat mereka menjadi

dalam agama mereka. Jika mereka egoistik dan materialistik. Dalam

tidak adil mereka takut akan berdosa. mengambil getah karet pun mereka

Mereka meyakini akan adanya tidak memaksakan pohon karet,

kehidupan lain setelah kehidupan di mereka mengambil secukupnya

dunia ini yaitu kehidupan akhirat dengan cara tradisional sehingga

yang merupakan kehidupan yang pohon

karet tidak terganggu

abadi.

pertumbuhannya. Oleh sebab itu Oleh sebab itulah mereka dengan tujuan untuk mencapai

sangat kuat memegang nilai-nilai kesejahteraan bersama maka bagi-

agama Islam dalam kehidupan hasil gotah ini akan menciptakan

sehari-hari mereka. Bahkan adat- kedamaian dan ketenteraman dalam

istiadat mereka sangat dipengaruhi kehidupan sehingga terjadi keadilan

oleh nilai-nilai Islam. Hal ini dan kebersamaan yang dapat

diungkapkan oleh Bapak Nasir mencegah terjadinya kesenjangan

Cholis ketika saya menanyakan ekonomi, kecemburuan sosial, dan

tentang sistem nilai yang berlaku di pengrusakan lingkungan. Sehingga

masyarakat Kampar. tercipta masyarakat yang adil dan

Nasir Cholis sejahtera secara berkelanjutan.

Bapak

menyatakan bahwa dalam adat Kampar dikatakan bahwa “adat

Keadilan yang Bertumpu Kepada

bersendi syara, syara bersendi

Nilai-Nilai Islam

kitabullah” ini mengandung makna Masyarakat Kampar adalah

bahwa adat yang berlaku di Kampar masyarakat yang mayoritas muslim.

harus bersendikan atau berdasarkan Sebagaimana masyarakat muslim

kepada nilai-nilai syara (agama lainnya masyarakat Kampar sangat

Islam). Mereka tidak meragukan kuat memegang nilai-nilai agama

kebenaran syara, karena bertumpu Islam dalam kehidupan sehari-hari

kepada kitabullah (wahyu Allah) mereka. Dalam pandangan Islam

sehingga dapat dipakai sebagai dasar nilai keadilan merupakan nilai yang

untuk menimbang manakah nilai- sangat penting dalam seluruh aspek

nilai adat yang layak dipelihara. Jadi kehidupan. Begitu juga dengan

kehidupan sehari-hari masyarakat

dalam

masyarakat Kampar memakai nilai- memandang

Kampar

mereka

nilai syara termasuk di dalam tradisi ditegakkan dalam segala hal seperti

keadilan

harus harus

inheren melekat dalam fitrah Salah satu nilai Islam yang

manusia. Ini maksudnya adalah terdapat dari bagi-hasil gotah ini

bahwa manusia dengan fitrah adalah nilai keadilan. Keadilan

mempunyai merupakan salah satu perintah agama

kemanusiaannya

kapasitas internal untuk berbuat adil yang harus ditegakkan dalam agama

dalam setiap aspek kehidupannya. Islam. Begitu pentingnya sifat adil

Dengan demikian sesuai dengan ini

fitrah manusia dalam kehidupan menjadikannya sebagai salah satu

bermasyarakat harus memeiliki sifat-Nya. Allah adalah Dzat Yang

koridor keadilan dan kejujuran sesuai Maha Adil. Menurut Iman Al

fitrah yang suci dan tidak Ghazali sebagaimana yang dikutip

bertentangan dengan nilai-nilai oleh Antonio (2009) keadilan Ilahi

kemanusian.

adalah memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi dan perolehan

Sistem Bagi-Hasil Sistem yang

rahmat, sewaktu terdapat banyak

Lebih Adil

kemungkinan untuk itu. Kebun karet yang dikelola oleh Konsep keadilan dalam Islam

masyarakat atau Perkebunan Karet bisa dilihat dalam Al- Qur’an surat

Rakyat Kampar. Selain karena sudah Ar-Rahman (55), ayat 9 yang artinya

menjadi tradisi dan kebiasaan adat : “Dan tegakkanlah keseimbangan itu

menurut bapak Muis bagi-hasil ini di dengan adil dan janganlah kamu

karena menyangkut mengurangi keseimbangan itu”.

pakai

pertanggung-jawaban masing-masing Berdasarkan ayat ini masyarakat

pihak dimana ditentukan hak dan muslim ditekankan untuk berlaku

kewajiban yang mengutamakan adil dalam semua aspek kehidupan

keadilan dan kesejahteraan bersama dimuka bumi ini. Nilai keadilan

berdasarkan keadaan kebun karet disini merupakan ukuran atas

yang berdampak pada pendapatan keseimbangan

yang akan diperoleh dan biaya yang berdasarkan

atau

neraca

akan dikeluarkan oleh masing- sesungguhnya terjadi, tanpa harus

proporsi

yang

masing pihak.

menambah atau

Sementara itu menurut Bapak keseimbangan tersebut.

mengurangi

H. Munir sistem bagi-hasi dipandang Konsep keadilan ini sejalan

lebih adil dari pada sistem upah. dengan konteks akuntansi yang

Kalau dipakai sistem upah dimana disampaikan

tukang motong di upah per hari, (1996:58) yang menjadikan keadilan

oleh

Triyuwono

tukang motong tidak mau karena Ilahi sebagai keadilan yag harus

mereka merasa dirugikan . Tukang diwujudkan oleh seorang akuntan

motong tidak mau diupah, karena dalam realitas sosial. Menurut

jika mereka di upah sehari Rp. Triyuwono (2001) yang dikutip oleh

80.000 dan harga karet 1 kg Rp. Darmawatie (2008:102) keadilan

10.000, berarti sama ia diupah tidak saja merupakan nilai yang

dengan 8 kg karet sehari. Sementara sangat

mereka menyadap satu hektare kehidupan sosial dan bisnis, tetapi

minimal dapat 20 kg, bahkan jika minimal dapat 20 kg, bahkan jika

tidak

berpengaruh kepada

pendapatannya, sedikit atau banyak sehektarnya.

mendapatkan di atas 30 kg

Berdasarkan hasil hasil sadapannya pendapatan tukang wawancara dengan para informan

motong tetap sama. Jadi keuntungan dan hasil pengamatan di lapangan

bagi-hasil ini adalah rata-rata mereka dalam satu hektare

dalam

keuntungan bagi semua pihak baik mendapatkan 25 kg sampai 30 kg

pihak pemilik maupun pihak pekerja dalam satu hari. Jadi jika 1 kg harga

mereka sama-sama diuntungkan. karet Rp. 10.000, maka dalam satu

Sehingga tercapai keadilan diantara hari hasil penjualan karet sama

kedua belah pihak. dengan

Rp. 250.000 sampai Rp.300.000. Bandingkan jika mereka

BAGI-HASIL SEBAGAI WUJUD

pakai sistem upah mereka hanya

NILAI KESOSIALAN

mendapat Rp.80.000 sementara Berdasarkan hasil analisis data dengan sistem bagi-hasil jika dibagi

diperoleh bahwa bagi-hasil pada dua mereka akan memperoleh

perkebunan karet rakyat Kampar Rp.125.000 atau Rp.150.000 sehari.

nilai-nilai sosial. Apalagi jika dibagi tiga tentu mereka

mengandung

Dengan demikian bagi-hasil pada lebih untung lagi dengan memakai

karet rakyat ini sistem bagi-hasil ini karena bagian

perkebunan

mewujudkan nilai-nilai kesosialan yang terbesar untuk mereka.

dalam masyarakat. Mereka merasa rugi jika

Bagi-Hasil yang Bepihak Kepada

diupahkan per hari yang ditentukan

Petani Miskin

jam kerjanya karena jam kerjanya Kedudukan antara pemilik lama, sehingga mereka tidak bisa

kebun dengan tukang motong sama mengerjakan pekerjaan buruh tani

karena hubungan mereka adalah lainnya. Berbeda dengan bagi-hasil

yang saling yang tidak menentukan jam kerjanya,

mitra

kerja

menguntungkan kedua belah pihak. mereka diberi kebebasan penuh

Bahkan pembagian besarnya bagian dalam menyadap karet ini. Sehingga

dalam bagi-hasil di kebun karet mereka dapat bebas mengatur waktu

masyarakat ini lebih menguntungkan mereka untuk melakukan hal yang

pihak tukang motong karena selain lain. Selain itu dengan sistem bagi-

mereka yang bekerja, mereka juga hasil

merupakan orang yang tak punya, hal diperoleh, ini disebabkan oleh karena

hasil panen

maksimal

disebabkan oleh karena tukang motong betul-betul berusaha

ini

masyarakat Kampar berpandangan agar hasil sadapannya banyak,

untuk menolong orang yang susah karena dengan semakin banyak

(miskin).

hasilnya tentu semakin banyak pula Hal ini sangat berbeda sekali ia mendapat, karena persentasenya

dengan tujuan dasar dari kegiatan untuk dia.

ekonomi modern dimana mereka Berbeda dengan sistem upah

melakukan kegiatan ekonomi untuk harian dimana tukang motong diupah

mencari keuntungan (laba) yang perharinya, tukang motong tidak

maksimal terutama untuk pemilik termotivasi untuk bekerja lebih giat

modal. Pemilik modal merupakan dan tekun, karena hasil dari sadapan

bagian utama dalam menentukan bagian utama dalam menentukan

sebatas untuk keharmonisan hidup modern adalah organisasi dalam

organisasi

masyarakat

tapi juga pengertian

bermasyarakat,

mempertimbangkan pemerataan mempunyai tujuan maksimalisasi

tradisional

yang

kesejahteraan antara yang miskin laba untuk kepentingan pemilik

dengan yang kaya, sehingga bagi- perusahaan (stockholders) dengan

dapat memberikan mengabaikan kewajiban-kewajiban

hasil

ini

kemakmuran dan kesejahteraan sosialnya (responsibility). Selain itu

masyarakat. Tetapi bukan berarti ini Kamla

merupakan pemerataan kekayaan, berdasarkan

mengatakan

ketidakmerataan Annisette, 2000; Chua dan Poullaos,

kekayaan dapat dimamfaatkan untuk 2002; Tinker, 2004; Gallhofer dan

meningkatkan hubungan mereka Haslam, 2004, disimpulkan bahwa

dengan Allah dan hubungan diantara struktur sosial-ekonomi kapitalistik

mereka (pemilik kebun dengan menggunakan

kekuasaan untuk tukang motong ) sehingga terbentuk mengistemewakan suatu kelompok

keseimbangan dan hubungan saling sosial saja, sehingga menghambat

membutuhkan.

emansipasi dan pemberdayaan massa dan memfasilitasi imperialism dan

Bagi-Hasil sebagai Solidaritas

kolonialisme serta memiliki peran Sosial yang Dilandasi Agama dalam konflik kelas.

bagi-hasil di Tentu ini sangat berbeda sekali

Sistem

perkebunan karet rakyat Kampar dengan sistem bagi-hasil gotah yang

lebih menguntungkan para pekerja berlaku di masyarakat Kampar

(tukang motong atau penyadap karet) dimana sistem ini lebih condong ke

yang merupakan petani miskin tukang motong yaitu pihak yang

daripada pemilik kebun, hal ini lemah yang merupakan pekerja

H. Munir kebun. Ketika ditanya mengapa

menurut

Bapak

dikarenakan selain sudah tradisi masyarakat Kampar melakukan

turun-temurun juga oleh karena rasa pembagian

solidaritas sosial pada masyarakat menguntungkan

hasil

lebih

Kampar yang dilandasi oleh agama kepada pekerja Ibu Hj. Yusnimar

dan

memihak

Islam. Bapak H. Munir adalah salah yang merupakan pemilik kebun

seorang tokoh adat masyarakat menjawab sebagai berikut: “ Karena

Kampar di kampung Pasir Sialang pada umumnya orang pekerja itu

Bangkinang Seberang. Berikut orang susah”

pernyataan Bapak H. Munir: Jadi hal ini terjadi karena

mereka itu mereka mempertimbangkan selain

Karena

mempertimbangkan para yang bekerja menyadap karet itu para

pekerja itu orang yang lebih pekerja, para pekerja tersebut juga

susah daripada orang yang merupakan orang miskin. Sementara

punya. Kalau untuk di kita orang yang memiliki kebun dan

boleh dikatakan besar lagi melakukan bagi-hasil di kebunnya

untuk pekerja dari pada biasanya orang yang mampu.

pemilik. Minimal sama seperti bagi dua itu sama-sama 50%.

Kalau bagi tiga, bagi lima itu Kampar adalah masyarakat yang bagian yang terbesar untuk

agamis. Agama mereka adalah pekerja. Itu mungkin hal

agama Islam, sehingga nilai-nilai pertama karena sudah turun-

Islam sangat mempengaruhi tradisi temurun secara tradisionalnya

kehidupan mereka. turun-temurun. Yang kedua itu

Masyarakat Kampar menyadari mungkin bagi yang seperti itu

bahwa semua yang ada didunia ini didasari oleh katakanlah

hanyalah milik-Nya. Dalam Islam solidaritas

yang menjadi keyakinan mereka dilandasi oleh rasa agama.

sosial

yang

menyatakan bahwa kekayaan pada Artinya

dasarnya adalah milik Allah yang kepada

ada

pandangan

dititipkan atau diamanahkan kepada berkekurangan.

orang

yang

manusia. Begitu juga dengan kepemilikan mereka terhadap kebun karet merupakan titipan Tuhan

Berdasarkan keterangan Bapak kepada mereka yang memilikinya.

H. Munir diatas dapat dipahami Kebun karet itu digunakan dan bahwa dalam menentukan banyaknya

dengan tidak bagian bagi-hasil tersebut salah satu

dimamfaatkan

aturan-Nya. Sesuai yang

menyalahi

dengan adanya perintah saling keadaan ekonomi pekerja yang pada

dipertimbangkan

adalah

menolong dan menolong orang yang umumnya merupakan orang yang

dalam kesusahan, maka masyarakat miskin. Oleh sebab itulah bagian

Kampar mempunyai pandangan yang terbesar diberikan untuk

untuk membantu tukang motong pekerja, karena selain mereka yang

yang merupakan orang yang tak bekerja, ekonomi mereka juga lemah.

punya.

Minimal dalam bagi-hasil di kebun

Bagi-Hasil Merupakan Tolong-

karet ini bagian antara pemilik kebun

Menolong dan Persaudaraan

dengan pekerja sama yaitu bagi dua Dari penjelasan Bapak Nasir atau sama-sama 50% dengan syarat

Cholis dapat diketahui bahwa sistem semua biaya ditanggung oleh pemilik

nilai yang berlaku dalam masyarakat kebun. Sementara untuk bagi hasil

Kampar adalah nilai-nilai agama yang bagi tiga atau bagi lima bagian

Islam. Sehingga sistem nilai ini yang terbesarnya adalah untuk

mempengaruhi bagi-hasil dalam pekerja dan semua biaya ditanggung

masyarakat Kampar. Ini dikarenakan oleh pekerja.

agama memainkan peranan yang Berdasarkan analisis domain,

sangat penting dalam kehidupan analisis taksonomi dan analisis

manusia, karena agama memberikan komponensial

diketahui bahwa tuntunan agar manusia dapat selamat pembagian hasil seperti ini terjadi

dalam menjalankan kehidupannya, karena pertama sudah mentradisi

baik di dunia maupun di akhirat. dalam masyarakat Kampar dan sudah

Melalui ajaran agamalah manusia turun-temurun.

tahu apa yang boleh ia kerjakan dan pembagian ini terjadi didasari oleh

Yang

kedua

apa yang terlarang untuk dilakukan. solidaritas sosial yang dilandasi oleh

Agama juga memberikan bimbingan rasa agama karena masyarakat

moral agar kehidupan manusia moral agar kehidupan manusia

manusia dalam memenuhi kebutuhan (Hasbullah,dkk: 2009).

yang

tinggi

hidupnya agar hidupnya menjadi Masyarakat Kampar tidak

sejahtera. Apalagi karet merupakan meragukan kebenaran syara (agama),

tanaman yang banyak mamfaatnya, karena bertumpu kepada kitabullah

baik bagi manusia maupun bagi alam (wahyu Allah). Jadi ketika syara

sekitarnya. Oleh sebab itu dalam mengatakan harus tolong-menolong,

melaksanakan usaha ini jika maka adat mengatakan tolong-

dilakukan dengan tolong-menolong menolong. Oleh sebab itu didalam

maka kedua belah pihak akan berkebun

mendapatkan mamfaatnya baik di melaksanakan bagi-hasil ini dengan

karet

masyarakat

dunia maupun di akhirat. tolong-menolong sehingga hubungan

Oleh sebab itulah menurut antara pekerja dengan pemilk kebun

Bapak Muis masyarakat Kampar sudah seperti keluarga. Berkaitan

tidak memakai sistem upah karena dengan tolong-menolong ini Bapak

dinilai kurang rasa sosialnya dan Muis mengatakan : “Dalam agamo

kurang tolong-menolong dalam awakkan dikatokan muslim itu

sistem upah tersebut. Menurut Bapak basodaro dan awak disuwo untuk

Muis walaupun sistem bagi-hasil di saling tolong- manolong” ( Dalam

kebun karet ini secara ekonomi agama kita (Islam) menyatakan

(kapitalis) pemilik tidak untung atau bahwa muslim itu bersaudara dan

keuntungannya tidak maksimal, kita disuruh untuk saling tolong-

namun masyarakat Kampar tetap menolong).

mempertahankan sistem ini. Sistem Apa yang dikatakan Bapak

ini tetap dipertahankan karena Muis ini sesuai dengan Al-Quran dan

dipandang bernilai sosial yang di Hadist.

dalamnya ada nilai tolong-menolong masyarakat Kampar yang muslim,

Dalam

pandangan

dan rasa persaudaraan dalam semua muslim adalah bersaudara.

masyarakat Kampar. Dalam bagi- Mereka memandang manusia itu

hasil ini kedudukan antara pemilik sama. Oleh karena itu mereka

kebun dan tukang motong sama dan memiliki

sejajar. Ini disebabkan dalam kesejahteraan muslim lainnya. Nabi

kepedulian

terhadap

pandangan masyarakat Kampar yang SAW

muslim setiap manusia itu sama membangun persaudaraan Islam

menekankan

pentingnya

kedudukannya dalam pandangan dalam batasan-batasan praktis dalam

Tuhan. Oleh karena itu mereka tidak bentuk saling peduli dan tolong

membedakan antara yang kaya menolong.

dengan yang miskin. Bahkan mereka Dalam Islam dianjurkan untuk

dianjurkan untuk saling tolong- saling

sehingga terjalin kebaikan dan takwa. Akan tetapi

persaudaraan diantara mereka. didalam

Dalam masyarakat Kampar permusuhan umat Islam dilarang

juga nampak rasa persaudaraan dan untuk tolong-menolong. Oleh karena

tolong-menolong ini dari kebiasaan itu dalam pandangan masyarakat

mereka mengeluarkan zakat, karena Kampar usaha perkebunan karet

sebagai seorang muslim jika harta sebagai seorang muslim jika harta

lampiran 1 diketahui bahwa harta tersebut. Zakat merupakan

kejujuran merupakan hal yang sangat kewajiban atas orang-orang kaya

penting sekali dalam bagi-hasil gotah atau relatif kaya untuk menyerahkan

masyarakat Kampar. Sebab bagi- sebagian dari simpanan tahunan

hasil di kebun karet ini memiliki ciri mereka kepada orang-orang miskin.

khas yaitu pemilik kebun karet Selain memberikan zakat ada juga

memberikan kepercayaan penuh masyarakat

kepada tukang motong untuk memberikan infak dan sedekah atau

Kampar

yang

mengambil hasil kebun karetnya. pemberian lainnya.

Kebanyakan pemilik kebun tidak Jadi dalam masyarakat Kampar

melihat dan mengontrol kerja tukang sebagai umat muslim mereka

motong. Mereka hanya menanti memang sudah terbiasa dengan

tukang motong datang ke rumahnya mengeluarkan zakat, infak dan

untuk melaporkan hasil penjualan sedekah. Zakat, infak dan sedekah

karet dan kemudian membaginya merupakan perwujudan tanggung

sesuai perjanjian yang telah mereka jawab

sepakati bersama. persaudaraan itu. Sebab,walaupun

sosial ekonomi

dari

Tentu saja hal ini sangat kedermawanan amat dianjurkan oleh

beresiko sekali untuk terjadinya Islam sebagai mana oleh agama lain,

kecurangan dan manipulasi data yang tanggung jawab ini dalam Islam

dilakukan oleh tukang motong untuk salah satu cara untuk menjamin

memaksimalkan keuntungan bagi kelangsungan hidup ekonomi orang-

dirinya sehingga merugikan pemilik orang miskin.

kebun. Apalagi perjanjian ini Sebenarnya, semua hukum-

biasanya dilakukan hanya dengan hukum ekonomi dalam Islam selalu

muluk saja (perjanjian tidak tertulis), menekankan perlindungan atas hak-

jarang sekali perjanjian di atas kertas. hak persaudaraan. Praktek-praktek

Masalah inilah yang disebut sebagai ekonomi yang dengan suatu cara

masalah keagenan dalam agency menarik keuntungan atau merugikan

theory .

anggota-angota masyarakat adalah Oleh sebab itu pemilik kebun terlarang keras. Makanya pinjaman

sangat mengharapkan kejujuran dari yang diakui dalam Islam adalah

tukang motong gotah dalam pinjaman tanpa bunga, sebab

melaporkan hasil penjualan karet pinjaman dengan bunga pada

kebun mereka dan menyerahkan umumnya mengambil keuntungan

semuanya kepada Allah SWT, yang tidak adil dari orang lain ketika

karena mereka meyakini Allah mereka dalam posisi yang secara

Maha Mengetahui segala perbuatan ekonomis lemah. Dan bagi-hasil

seperti yang merupakan salah satu alternative

hamba-Nya,

diungkapkan oleh nenek Hj. dalam rangka menghindari dari

Syamsiar: Jadi karet ini apa kata pinjaman berbunga.

orang itu saja, kalau jujur orang itu iyalah…, yaaa memang saksinya

KEJUJURAN DALAM BAGI-

Allah SWT saja.

HASIL GOTAH

Dalam bagi-hasil gotah suatu periode tertentu tanpa ada pemilik kebun Ibu Hj. Syamsiar yang

sedikitpun unsur manipulasi untuk sudah berumur 87 tahun menyatakan

mengurangi nilai nominal dari ia sangat mengharapkan kejujuran

pendapatan penjualan karet yang dari

tukang

motong untuk

diperolehnya.

melaporkan hasil penjualan getah

terjadi manipulasi kebun karetnya. Apalagi ia sudah

Jika

pendapatan hasil getah karet tua, ia tidak bisa melihat dan

minsalnya dalam seminggu itu hasil mengotrol kebun karetnya. Ia betul-

penyadapan karet sebanyak 150 kg, betul

memberikan kepercayaan akan tetapi tukang motong menjual penuh kepada tukang motong untuk

dan melaporkan 100 kg saja, mengelola kebun karetnya. Ia hanya

sementara yang 50 kg ia ambil, ini pasrah dan berserah diri kepada

berarti tukang motong tidak jujur dan Allah SWT dan berharap tukang

tidak memiliki rasa takut akan hari motong jujur melaporkan hasil

pembalasan. Tindakan ini merupakan penjualan karet.

ketidakadilan dan Hal yang sama juga dinyatakan

tindakan

kedzaliman karena tidak sesuai oleh pemilik kebun Ibu Hj. Yusnimar

dengan haknya yang sudah ia yang juga tidak bisa mengontrol

sepakati dengan pemilik kebun. Jika kebun karetnya. Ibu ini hanya

ini diketahui oleh pemilik kebun menyerahkannya

pemilik kebun tidak seperti yang dikatakannya “Jadi

mempercayai lagi tukang motong dan gotah ko apo kato uwang tu ajo, yoo

ia berhak untuk menghentikan Allah ta’ala ajo saksinyo. (Jadi karet

kerjasama di antara mereka. Sikap ini apa kata orang itu (penyadap

dipahami dan karet) saja, yaa… Allah SWT saja

jujur

harus

dilaksanakan dengan baik sesuai saksinya.)

dengan yang disepakati untuk Oleh karena itu sangat

rasa adil dan dibutuhkan kejujuran dari tukang

menciptakan

perilaku dzalim motong gotah dalam melaporkan

menghindari

terhadap mitra kerja (Toha, 2011). hasil penjualan karet kepada pemilik

Kejujuran menurut Qardhawi kebun. Kejujuran tukang motong

(2000a) yang dikutip Alimuddin sangat

(2011) merupakan puncak moralitas mempengaruhi bagi kelangsungan

menentukan

dan

dan karakteristik yang paling dari sistem bagi-hasil perkebunan

menonjol dari orang-orang beriman. karet masyarakat Kampar. Karena

Tanpa kejujuran agama tidak akan pemilik kebun sudah memberikan

berdiri tegak dan kehidupan dunia kepercayaan penuh kepada tukang

tidak akan berjalan baik. Kontrak motong dengan melihat kemampuan

bisnis dalam Islam harus didasarkan tukang motong dalam mengelola

pada fiqh yang menekankan pada kebun karet secara maksimal sesuai

kejujuran dan menghindari unsur perjanjian

ribawi (Toha, 2011:11). Bisnis tidak memberikan

bagi-hasil,

serta

akan berjalan baik tanpa ditopan oleh sejujurnya tentang besar atau

informasi

yang

pemilik dan karyawan yang jujur. kecilnya jumlah pendapatan yang

Jujur merupakan pancaran dari iman diperoleh per minggunya atau pada

yang dimiliki pemilik dan karyawan, yang dimiliki pemilik dan karyawan,

agar pohon karet tidak rusak. Jika produk

kedapatan tukang motong tidak jujur keuntungan (Alimuddin, 2011:99).

maupun

memanipulasi

atau pekerjaannya tidak sesuai Masyarakat

dengan perjanjian, maka ia akan mempercayai sikap jujur merupakan

Kampar

ditegur oleh pemilik kebun dan perbuatan

apabila pemilik kebun tidak percaya mengantarkan kepada kebaikan baik

lagi sama tukang motong, maka di dunia maupun di akhirat.

mereka menghentikan kerja sama Sementara sikap tidak jujur akan

diantara mereka.

membawa keburukan baik di dunia Jadi tukang motong dalam maupun di akhirat. Orang yang tidak

melakukan pekerjaannya harus jujur akan selalu

sesuai dengan perjanjian dan tidak kebohongan dan akhirnya ia tidak

melakukan

boleh melanggar aturan yang sudah dipercaya lagi oleh orang.

disepakati dalam perjanjian bagi- Untuk menimalisir terjadinya

hasil terutama yang berkaitan dengan manipulasi data penjualan karet ada

penyadapan karet. Jika pekerjaannya kalanya pemilik kebun yang datang

tidak sesuai dengan perjanjian bagi- melihat kebun karetnya sekali

hasil maka tukang motong tidak jujur seminggu terutama pada waktu

dalam melakukan pekerjaannya dan penjualan karet. Hal ini seperti yang

kebun berhak diungkapkan oleh tukang motong

pemilik

memberhentikan kerja sama di antara gotah Bapak Syafrizal menyatakan

mereka. Tindakan tegas yang bahwa pemilik kebun datang sekali

dilakukan pemilik kebun menjadi seminggu

pelajaran yang berarti bagi tukang terutama pada waktu penjualan karet.

mengontrol

kebun

motong dan mencegah terjadinya Hal yang sama juga dinyatakan oleh

penyimpangan atau ketidakjujuran. pemilik kebun Bapak Iswanto dan

Tindakan ini memberikan peringatan Bapak

bagi tukang motong untuk selalu mendatangi kebun karet untuk

Muis mereka

sering

berkomitmen dan ikhlas dalam mengontrol

melaksanakan aturan yang telah motong .

pekerjaan

tukang

disepakati di awal perjanjian bagi- hasil gotah tersebut

Kejujuran dalam Penyadapan

Ketidakjujuran adalah sikap

Karet (Berproduksi)

yang tidak baik, bahkan menurut Kejujuran dalam bagi-hasil

masyarakat Kampar yang muslim gotah tidak saja kejujuran dalam

ketidakjujuran merupakan sikap yang melaporkan hasil pendapatan dari

paling Allah benci. Siapa saja yang penjualan getah karet, akan tetapi

melakukan pengingkaran terhadap juga kejujuran dalam penyadapan

perjanjian yang disaksikan Allah karet (memotong gotah). Penyadapan

SWT akan menerima sanksi (azab) di karet ini sangat menentukan dalam

dunia maupun di akhirat, karena memproduksi getah karet (lateks)

pengingkaran berimplikasi pada dan dalam menjaga keberlangsungan

ketidakjujuran yang dapat merugikan hidup pohon karet. Dalam memotong

pihak lain. Nabi Muhammad sendiri gotah diperlukan keahlian (skill) dan

menganggap

ketidakjujuran

(kebohongan) adalah sikap orang- amanah itu sendiri. Pemberi amanah orang yag tidak beriman. Banyak

yaitu Allah, Tuhan Yang Maha Esa hubungan

yang telah menciptakan alam manusia yang bubar karena ketidak

muamalah

diantara

semesta beserta isinya termasuk jujuran salah satu pihak. Oleh karena

manusia. Allah menciptakan manusia itu dalam perjanjian bagi-hasil gotah

sebagai wakilnya di bumi agar di

manusia itu dapat memakmurkan masyarakat Kampar ini sangat

bumi sehingga tercapai kesejahteraan mengutamakan kejujuran. Pemilik

( QS Al Baqarah [2] : 30). kebun tidak akan memberikan

Amanah disini adalah amanah kepercayaan lagi kepada tukang

Allah agar manusia sebagai khalifah motong untuk mengelola dan

di bumi menjadi penyebar rahmat mengambil hasil kebun karetnya jika

bagi seluruh alam semesta, jadi tidak kedapatan tukang motong melakukan

saja rahmat bagi manusia itu sendiri kecurangan atau ketidakjujuran baik

akan tetapi juga menjadi rahmat bagi dalam melaporkan hasil penjualan

makhluk lainnya di muka bumi maupun dalam menyadap karet.

termasuk alam semesta. Amanah adalah

segala sesuatu yang

BAGI-HASIL

SEBAGAI

dibebankan Allah kepada manusia

AMANAH YANG

HARUS

untuk dilaksanakan (QS 32 : 72).,

DIPERTANGGUNG

Ada tiga kategori amanah

JAWABKAN DUNIA

DAN

pertama adalah Amanah manusia AKHIRAT terhadap Allah,

yaitu semua ketentuan Allah harus dilaksanakan

Bagi-hasil Amanah yang Harus

seperti

melaksanakan semua

Dipertanggungjawabkan

perintah-Nya dan meninggalkan Ttukang

segala larangan-Nya. Kedua adalah mempertanggung jawabkan hasil dan

motong harus

amanah manusia kepada manusia kebun karet kepada pemilik kebun.

lainnya. Dan amanah yang ketiga Pertanggung

adalah amanah manusia terhadap akuntabilitas

jawaban

atau

dirinya sendiri, yaitu berbuat yang merupakan konsep yang tidak asing

(accountability)

terbaik dan adil terhadap dirinya lagi pada masyarakat Kampar.

sendiri baik dalam urusan dunia Pertanggungjawaban selalu berkaitan

maupun akhirat.

degan konsep amanah. Amanah Dengan memahami amanah ini merupakan

masyarakat Kampar menyadari dipercayakan kepada orang lain

sesuatu

yang

bahwa manusia adalah khalifah untuk

dimuka bumi ini dimana manusia mestinya sesuai dengan yang

digunakan

sebagaimana

diberi amanah oleh Allah untuk diinginkan oleh yang memberikan

memakmurkan bumi, oleh sebab itu amanah.

seluruh upaya yang manusia lakukan Menurut

Dokumen yang terkait

ANALISIS TATA KELOLA LAYANAN OPENBIBLIO PERPUSTAKAAN UIN SUSKA RIAU DENGAN PENDEKATAN ITIL V3

0 3 8

Pemodelan Data Statistik Melalui Pendekatan Distribusi Diskrit Sutoyo Jurusan Teknik Elektro UIN SUSKA RIAU Jl HR Soebrantas KM 15 Panam Pekanabaru e-mail : sutoyo_teyahoo.com ABSTRAK - Pemodelan Data Statistik Melalui Pendekatan Distribusi Diskrit

0 0 6

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN IPA BAGI GURU-GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI YAYASAN PERGURUAN BIRRUL WAALIDAIN

0 1 29

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ; Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas

1 2 31

SUPPORT VECTOR REGRESSION UNTUK PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU

0 0 10

Sebuah Pendekatan Baru Pengembangan Aplikasi Web Cerdas Untuk Memonitor dan Menganalisa Gangguan Kualitas Daya Listrik Kampus Uin Suska Riau Menggunakan Asynchronouse JavaScript XML, S- Transform dan Support Vector Machine

1 1 9

USULAN PERBAIKAN KESELAMATAN KERJA UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA DENGAN PENDEKATAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PADA AREA LANTAI PRODUKSI DI PT. ALAM PERMATA RIAU

0 7 8

Completely Automated Public Turing Test to Tell Computers and Humans Apart (CAPTCHA) Menggunakan Pendekatan Drag and Drop

0 0 7

PRAKTEK TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI PROVINSI RIAU: TINJAUAN ATAS HARAPAN DAN KENYATAAN

0 0 29

PENGARUH ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. INTI KHARISMA MANDIRI RIAU PEKANBARU Sahwitri Triandani, SE, M.Si (Dosen Fekonsos UIN Suska Riau) Abstrak - PENGARUH ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) TERHADAP K

1 5 8