PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH OLE
PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH
OLEH PERADILAN TATA USAHA NEGARA
DENGAN ALASAN CACAT SUBSTANSI
Yudhi Setiawan1
abstrak
Tulisan Yudhi Setiawan yang berjudul: “Pembatalan sertipikat hak atas tanah oleh
peradilan tata usaha negara dengan alasan cacat substansi” merupakan suatu
usaha untuk mengungkap dan menganalisis serta mencermati pertimbangan hukum
dalam putusan pengadilan apakah hakim dalam menangani perkara tersebut telah
melakukan kajian hukum pertanahan yang berkaitan dengan aspek substansi atau
tidak. Telah sesuai dengan konsep hukum administrasi atau tidak. Telah sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan atau tidak. Dengan menggunakan metode
penelitian hukum normatif, penelitian ini mengungkap dan menganalis bahwa
pertimbangan hukum hakim dalam putusan pengadilan ternyata belum atau tidak
melakukan kajian hukum pertanahan yang berkaitan dengan aspek substansi.
Dengan kata lain hakim telah melaksanakan putusan tidak sesuai dengan konsep
hukum administrasi dan tidak melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan.
Kata Kunci: Pembatalan sertipikat, Pejabat Tata Usaha Negara, Aspek Substansi
abstraction
Yudhi Setiawan article entitling: "Cancelled of certificate land right by State
Administration Judicature with reason of handicap substance" be a business to
express and analyses and observes consideration of law in justice decision has judge
in handling the case has done land law study related to substance aspect or not. Has
as according to administration law concept or not. Has pursuant to which has been
specified or not. By using research method of law normative, this research express
and analyses that consideration of judge law in justice decision simply has not or do
not make land law study related to substance aspect. Equally judge has executed
decision unmatched to administration law concept and doesn't execute rule which
has been specified.
Keyword: Cancelled of certificate, Administrative Functionary, Substance Aspect
1
Yudhi Setiawan, Dosen Universitas Wisnuwardhana, Malang.
.
55
memuat aturan-aturan hukum
inabstrakto dan unpersonal yang
menjadi dasar hukum, serta
memberi wewenang khusus
kepada
alat
perlengkapan
administrasi negara untuk dapat
melakukan suatu perbuatan
hukum
yang
berupa
pembentukan aturan hukum
inkonkrito terhadap hal-hal atau
keadaan konkret1.
Latar Belakang
Pembatalan sertipikat hak atas
tanah oleh peradilan tata usaha negara
dengan alasan cacat substansi adalah
pembatalan
keputusan
sertipikat
hak
atas
penerbitan
tanah
yang
dikeluarkan badan atau pejabat tata
usaha negara yang diketahui ada
kesalahan
substansial
bertentangan
dengan
Dikemukakan oleh Philipus M.
sehingga
Hadjon
perundangan
tata
yang bersifat pokok dalam penerbitan
sertipikat
haknya.
Nomor 5 tahun 1986 jo. UU No. 51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
dikeluarkan oleh badan atau pejabat
negara
adalah
UU No. 5 tahun 1986 tentang
aspek
Peradilan
substansi seperti subjek, objek, isi dan
tujuannya.
Lingkup
bertentangan
bertentangan
dibatalkan
dengan
Negara,
karena
peraturan
Merujuk uraian di atas, dengan
dengan
menggunakan
peraturan perundangan lain ataupun
peraturan yang lebih tinggi
Usaha
perundang-undangan yang berlaku.
sebagaimana isi dan tujuan peraturan
tidak
Tata
keputusan
substansial
berhubungan dengan isi dan tujuan
dasar
aspek
sesuai ketentuan Pasal 53 ayat 2 UU
penting sahnya suatu keputusan yang
usaha
adalah
terbukti adanya error in re maka
konsep
hukum administrasi, salah satu aspek
tata
negara
tidak ada error in re2. Jika ternyata
terbitnya
Dalam
usaha
substansif, artinya obyek keputusan
keputusan pemberian hak atas tanah
dasar
aspek
yang dikeluarkan badan atau pejabat
substansial berarti suatu kesalahan
menjadi
satu
sahnya suatu keputusan atau ketetapan
yang berlaku. Kesalahan yang bersifat
yang
bahwa salah
metode
penelitian
normatif, hasil penelitian dari studi
dalam
penerbitan keputusan atau ketetapan
1
Soehino, Asas-Asas Hukum Tata
Usaha Negara, Liberty, Jogjakarta, 2000, h.
119.
2
Philipus M. Hadjon, dan Tatiek Sri
Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada
University Press, Jogyakarta, 2006, h.83.
tersebut. Soehino menjelaskan:
isi serta tujuan ketetapan
administrasi harus sesuai dan isi
serta tujuan peraturan yang
56
kasus ini berupaya mengungkap dan
tanah
menganalisis pembatalan sertipikat
Pemerintah Daerah, dimana sebagian
hak atas tanah oleh peradilan
dari luas tanah obyek perkara yang
tata
obyek
perkara
atas
usaha negara dengan alasan cacat
diterbitkan
yuridis
tersebut adalah tanah yang dikuasai
berkaitan
dengan
aspek
sertipikat
hak
nama
pakai
substansi.
oleh penggugat yang diperolehnya
Rumusan Masalah
berdasarkan jual beli dengan yayasan
pengelola
Bertitik-tolak dari uraian di atas,
tanah
obyek
perkara.
isu hukum nya ―apakah pengadilan
Adapun pertimbangan hukum yang
dalam memutus perkara ini telah
menjadi dasar putusan pengadilan
mempertimbangkan aspek substansi
adalah bahwa surat keputusan tata
terbitnya keputusan yang menjadi
usaha negara in litis tidak sesuai
dasar terbitnya sertipikat hak atas
dengan kenyataan yang sebenarnya,
tanah yang menjadi obyek perkara‖.
oleh karenanya menjadi cacat hukum
Hasil
melanggar asas kecermatan dan asas
Penelitian
Hukum
Studi
Kasus dan Analisis
pertimbangan dari asas-asas umum
Kasus perkara hak pakai nomor 39/
pemerintahan
kel. Drm.
perkara antara PT. SKA dalam hal ini
Berkaitan dengan pembatalan
sertipikat
selaku penggugat melawan Kepala
pengadilan tata usaha negara dengan
selaku tergugat. Putusan yang terkait
alasan adanya cacat substansi, topik
dengan kasus perkara ini adalah
kajiannya adalah studi kasus perkara
putusan
penerbitan sertipikat hak pakai nomor
34/PUT.TUN/1995/PTUN.Sby
39/Kel.
tanggal 31 Agustus 1995; PTTUN
Pokok
penggugat
tanah
Kasus
Kantor Pertanahan Kota Surabaya
Drm.
atas
baik.
oleh
adalah:
hak
yang
perkaranya
mendalilkan
Nomor
PTUN
Nomor
Reg.
Reg.90/B/1995/PT.TUN.Sby
menguasai obyek perkara berdasarkan
tanggal 25 Januari 1996; Putusan
jual
MARI tanggal
beli
dari
pengurus
yayasan
pengelola berdasarkan akta
otentik
K/TUN/1996, tanggal 28 Oktober
(Notaris-PPAT) tahun 1989. Tergugat
1999; dan PK Nomor Reg. 23 PK/
menerbitkan sertipikat hak pakai atas
TUN/2001 tanggal 29 Mei 2002.
57
Nomor
reg.
165
Obyek perkara adalah tanah negara
sertipikat hak pakai nomor 39/Kel.
eigendom,
Drm atas nama Pemerintah Daerah
tercatat atas nama de stade Gemeente
setempat seluas 25.780 m2 berdasar
Soerabaja (sic), bersertipikat hak
kan surat keputusan tergugat I tanggal
pakai No. 39/Kel. Drm, atas nama
10 Mei 1995 Nomor 070/HP/35/1993.
Pemerintah Daerah setempat yang
Bahwa tergugat I dan II dalam
terbit
menerbitkan keputusan tata usaha
berstatus
bekas
tanah
berdasarkan
Keputusan
aquo
Pemberian Hak Pakai atas tanah
negara
negara yang diterbitkan oleh tergugat.
dengan Keppres Nomor 32 tahun
kasus, bahwa
jelas
bertentangan
dalam
1979 jo. PMDN Nomor 3 tahun 1979
fundamentum petendi pada pokoknya
dan PMDN Nomor 5 tahun 1973
penggugat
dengan alasan bahwa status hukum
Posisi
mendalilkan
adalah
pemilik sah atas bangunan seluas ±
obyek
3500m2 yang berdiri di atas sebidang
eigendom bukan tanah partikelir maka
tanah seluas ± 7.500m2 berdasarkan
menurut
akta jual beli tanggal 25 Mei 1989
sertipikat hak pakai cacat hukum baik
Nomor 32 dan diperbaiki berdasarkan
prosedural maupun subtansial, serta
akta rektifikasi tanggal 11 Mei 1995
tidak mempertimbangkan kepentingan
Nomor 6 dari yayasan pengelola tanah
yang tersangkut yaitu hak prioritas
obyek perkara. Bahwa pada saat
penggugat
transaksi jual beli tanggal 25 Mei
pemilik gedung dan tidak pernah
1989
memberitahukan
pihak
penjual
menyatakan
sengketa
adalah
penggugat
selaku
tanah
penerbitan
penghuni
adanya
atau
proses
bahwa tanah dimana gedung tersebut
penerbitan sertipikat, tidak minta izin
berdiri statusnya adalah Hak Pakai
pada
Nomor
kemudian
diumumkan; karenanya bertentangan
berdasarkan
dengan Pasal 53 ayat 2 huruf a dan b
akta tanggal 11 Mei 1995 Nomor 6
UU Nomor 5 tahun 1986 sebatas
karena pada kenyataannya saat terjadi
mengenai tanah seluas ± 7.500 m2
jual beli tanah a quo statusnya adalah
yang dikuasai penggugat. Berdasarkan
tanah negara bekas eigendom Nomor
dalil-dalil
12324; Bahwa pada tahun 1993 terbit
penggugat dalam petitum gugatannya
dilakukan
17,
namun
pembetulan
58
saat
pengukuran,
gugatan
tersebut
tidak
maka
memohon agar pengadilan memutus
tidak sesuai dengan kenyataan yang
kan yang pada pokoknya: menyatakan
sebenarnya, oleh karenanya menjadi
surat keputusan pemberian hak pakai
cacat
tidak sah dan batal demi hukum
kecermatan
sebatas tanah yang dikuasai penggugat
pertimbangan/motivasi dari asas-asas
seluas ± 7.500m2 karena bertentangan
umum
dengan Keppres Nomor 32 tahun
menimbang bahwa surat keputusan
1979 jo. PMDN Nomor 3 tahun 1979
tergugat I dan revisinya cacat hukum
dan PMDN Nomor 5 tahun 1973; dan
maka surat keputusan in litis harus
menyatakan sertipikat hak pakai atas
dibatalkan; dan karenanya sertipikat
nama Pemerintah Daerah, surat ukur
hak pakai yang diterbitkan oleh
tanggal
tergugat
11
April
1991
Nomor
hukum
melanggar
dan
pemerintahan
II
asas
asas
yang
berdasarkan
baik;
surat
259/S/1991 luas 25.780m2 tidak sah
keputusan tergugat I harus dibatalkan
dan batal demi hukum sebatas tanah
maka sertipikat hak pakai sebatas
seluas±
seluas 7.500 m2 yang dikuasai oleh
7.500m2
yang
dikuasai
penggugat harus dinyatakan batal
penggugat.
pula;
Dalam pertimbangan hukumnya
Berdasarkan
pertimbangan
negara
hukum tersebut pengadilan tata usaha
berpendapat yang pada pokoknya:
negara Surabaya dengan Putusannya,
bahwa peralihan perpindahan dan
No.Reg. 34/ PUT.TUN/1995/PTUN.
penyerahan yayasan pengelola obyek
SBY, tanggal 31 Agustus 1995, dalam
perkara berdasarkan pada akta notaris
amar
tanggal 25 Mei 1989 Nomor 32 dan
menyatakan batal surat keputusan
akta tanggal 11 Mei 1995 Nomor 6
tergugat mengenai pemberian hak
atas tanah seluas 7.500 m2 yang
pakai
merupakan sebagian dari sebidang
setempat sebatas untuk seluas 7.500
eigendom
m2 yang dikuasai penggugat; dan
verponding Nomor 12324; Bahwa
menyatakan batal sertipikat obyek
dengan fakta-fakta di atas sudah
perkara atas nama Pemerintah Daerah
meyakinkan kalau pertimbangan surat
setempat, surat Ukur tanggal 11 April
keputusan tata usaha negara in litis
1991 Nomor 259/S/1991 sebatas luas
pengadilan
tanah
tata
negara
usaha
bekas
59
putusan
kepada
pada
pokoknya:
Pemerintah
Daerah
7.500
m2
yang
dikuasai
mengajukan permohonan hak atas
oleh
tanah,
penggugat;
Dalam
tingkat
sedang
penggugat
tidak
mengajukan permohonan hak atas
banding
tanah.
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Berdasarkan
menguatkan putusan Pengadilan Tata
pertimbangan
sebelumya,
hukum di atas maka sertipikat hak
sebagaimana dalam putusan PTTUN
pakai atas nama Pemerintah Daerah
Surabaya Nomor Reg. 90/B/1995/
setempat yang telah diterbitkan oleh
PTTUN. SBY tanggal 31 Agustus
tergugat ternyata tidak bertentangan
1995
pada
dengan hukum karena Pemerintah
pokoknya menguatkan putusan PTUN
Daerah setempat sebagai pemohon
tanggal 31 Agustus 1995 Nomor
hak atas tanah dari bekas hak atas
34/PUT.TUN/ 1995/PTUN. Sby.
tanah barat yang langsung dikuasai
Usaha
Negara
yang
menyatakan
Dalam
Mahkamah
tingkat
Kasasi
negara
mempunyai
Agung
dalam
karena
berstatus
hak
sebagai
prioritas
bekas
pertimbangan hukumnya berpendapat
pemegang hak atas tanah barat dan
sebaliknya dengan Pengadilan Tata
tergugat
Usaha Negara dan Pengadilan Tata
berwenang
Tinggi Usaha Negara, sebagai berikut:
permohonan sesuai ketentuan hukum
jual beli bangunan antara penggugat
yang berlaku, sedangkan penggugat
dengan
sekedar
yayasan
pengelola
harus
sebagai
pejabat
sudah
pemilik
memproses
gedung/bangunan
ditafsirkan tidak meliputi hak atas
saja.
tanah,
asas
hukum tersebut maka dalam Putusan
pemisahan hak tanah yang dianut
MARI No. Reg. 165 K/TUN/1996,
hukum agraria, pemilik bangunan
tanggal 28 Oktober 1999, dalam amar
belum tentu pemilik tanah; sejak
putusan pada pokoknya: mengabulkan
semula tanah ex eigendom tersebut
permohonan kasasi dan membatalkan
adalah milik pemerintah, yang setelah
putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
tanggal 24 september 1960 sebagai
Negara yang menguatkan Putusan
bekas pemegang hak atas tanah
Pengadilan Tata Usaha Negara Sby.
karena
mempunyai
hak
berdasarkan
prioritas
untuk
60
Berdasarkan
yang
pertimbangan
Dalam
peninjauan
Mahkamah
Agung
kembali
pemohon Peninjauan Kembali sudah
dalam
memiliki bangunan di atas tanah
tersebut berupa Gedung Olah Raga;
pertimbangan hukumnya menguatkan
Berdasarkan
pertimbangan hukum yang menjadi
pertimbangan
dasar putusan kasasi MARI Nomor
hukum di atas, Putusan Peninjauan
Reg. 165 K/TUN/1996 tanggal 28
Kembali
Oktober 1999. Mahkamah Agung
23.PK/TUN/2001, tanggal 2 Mei
dalam
2002
MARI
dalam
Nomor
amar
Reg.
putusannya
Peninjauan
Kembali
terdapat
kekeliruan
mengabulkan permohonan Peninjauan
hukum yang nyata yaitu pertimbangan
Kembali dari pemohon penggugat asal
Pemerintah
sebagai
dan membatalkan putusan MARI
pemohon hak baru atas tanah bekas
tanggal 28 Oktober 1999 Nomor
hak barat yang langsung dikuasai
165K/TUN/1996 yang membatalkan
negara
prioritas
putusan PTTUN tanggal 25 Januari
karena sebagai bekas pemegang hak
1996 Nomor 90/B/1995/PT.TUN. Sby
atas tanah barat dan tergugat sebagai
yang menguatkan Putusan PTUN
pejabat
sudah
tanggal 31 Agustus 1995 Nomor
sesuai
34/G.TUN/1995/PTUN.
berpendapat
Daerah
mempunyai
yang
memproses
ketentuan
Sby
hak
berwenang
permohonan
hukum
Pertimbangan
yang
yang
Sby;
menyatakan batal Surat Keputusan
berlaku.
Kepala
bertentangan
Kantor
Wilayah
Badan
dengan Keppres Nomor 32 tahun
Pertanahan Nasional Provinsi Jawa
1979
Timur tanggal 10 Pebruari 1993
dan PMDN Nomor 3 tahun
1979 dan PMDN Nomor 5 tahun 1973
Nomor
adalah
pemberian
sesuai
dengan
peraturan
070/HP/35/1993
hak
pakai
mengenai
kepada
tersebut yang harus diberikan prioritas
Pemerintah Daerah setempat sebatas
untuk mengajukan permohonan hak
luas 7.500 m2 yang dikuasai oleh
kepada Badan Pertanahan Nasional
penggugat asal; serta menyatakan
adalah orang atau badan hukum yang
batal sertipikat hak pakai obyek
secara de facto menguasai persil/tanah
perkara atas nama Pemerintah Daerah
tersebut dalam hal ini adalah pemohon
Sby, surat ukur tanggal 11 April 1991
Peninjauan Kembali apalagi ternyata
61
Nomor 259/S/1991 sebatas luas 7.500
Indonesia
m2 yang dikuasai penggugat;
pemilik
Pengaturan tanah negara bekas
organisasi kekuasaan dari seluruh
eigendom verponding nomor 12324.
rakyat atau bangsa bertindak sebagai
tercatat atas nama de stade (sic)
badan
gemeente surabaja .
wewenang untuk mengelola asset
Istilah
tanah
negara
dalam
berpendirian
tanah.
penguasa
bukanlah
Negara
yang
adalah
diberikan
bangsa yang berupa sumberdaya alam
konteks peraturan perudang-undangan
termasuk
tanah.
Sesuai
pertanahan merupakan tanah yang
pendirian tersebut maka perkataan
dikuasai langsung oleh negara. Makna
―menguasai― lebih tepat dari pada
yang terkandung di dalamnya adalah
―memiliki‖.
tanah-tanah yang di atasnya tidak
tanah negara bukan tanah milik
dilekati oleh sesuatu hak atas tanah.
(domein) negara, akan tetapi tanah
Dalam konsep hukum tanah yang
yang dikuasai negara atau disebut juga
dikuasai langsung oleh negara disebut
tanah negara.
Sehingga
dengan
pengertian
―tanah negara‖ dan dapat ditemukan
Dilihat dari terjadinya atau asal
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8
usulnya, keberadaan tanah negara ini
tahun 1953 (LN. 1953 No. 14) tentang
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
Penguasaan Tanah-Tanah Negara. Di
jenis.
dalam
Peraturan
mempunyai sifat karakter yuridis yang
pemerintah ini menetapkan bahwa
berbeda-beda. Pertama, tanah negara
yang dimaksud dengan istilah tanah
bebas (vrij lands domein), tanah
negara adalah tanah yang dikuasai
negara jenis ini merupakan tanah
penuh oleh negara (Pasal 1a). Sesudah
negara sejak dari semula belum ada
berlakunya
tanah
hak atas tanah yang melekat di
negara ini diganti menjadi tanah yang
atasnya; misalnya tanah-tanah hutan
dikuasai langsung oleh negara. Hal ini
belantara, tanah ―timbul‖ atau tanah
berdasarkan
politik
muncul yang berasal dari endapan
hukum yang ada pada saat itu.
lumpur baik dipantai maupun di
Dijelaskan di dalam penjelasan umum
sungai-sungai (aanslibing); Kedua,
UUPA
tanah negara bekas hak, yaitu tanah-
Pasal
1
dari
UUPA,
istilah
pertimbangan
bahwa
Negara
Republik
62
Setiap
jenis
tanah
negara
tanah negara yang berasal dari tanah-
maka tanah tersebut menjadi tanah
tanah yang semula ada hak yang
negara, penjelasan di atas sesuai
melekat di atasnya disebabkan karena
dengan ketentuan Pasal 18:
Untuk kepentingan umum,
termasuk kepentingan bangsa
dan negara serta kepentingan
bersama dari rakyat, hak-hak
atas tanah dapat dicabut dengan
memberi ganti kerugian yang
layak dan menurut cara yang
diatur dengan Undang–undang.
adanya suatu tindakan atau perbuatan
hukum
tertentu,
bisa
karena
pencabutan, pembebasan, pelepasan
menjadi tanah negara. Dalam Pasal
11, Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 1953 ditetapkan bahwa untuk
tanah
Ketiga,
tanah yang dikuasai oleh departemen
negara
yang
karena ketentuan hukum menjadi
tertentu yang berasal dari pembebasan
tanah yang dikuasai langsung oleh
(pembelian) apapun haknya semula,
negara atau menjadi tanah negara.
menjadi tanah negara yang kemudian
Model tanah negara jenis ini dapat
dimohonkan haknya oleh departemen
ditemukan
yang bersangkutan. Ketetapan Pasal
dalam
Undang-Undang
Darurat Nomor 8 tahun 1954 (LN.
11 sebagai berikut:
1954 Nomor 65) tentang penyelesaian
Tanah-tanah yang dibeli atau
dibebaskan dari hak rakyat oleh
suatu departemen, jawatan atau
daerah swatantra dalam rangka
menyelenggarakan/ pelaksanaan
kepentingannya menjadi ―Tanah
Negara‖ pada saat terjadinya
pembelian/pembebasan tersebut,
dalam arti bahwa penguasaan
atas tanah tersebut ada pada
Menteri Dalam Negeri dan oleh
Menteri Dalam Negeri akan
diserahkan kepada departemen
yang bersangkutan.
soal
pemakaian
tanah-tanah
perkebunan oleh rakyat. UndangUndang Darurat ini menjadi UndangUndang Nomor 1 tahun 1961 (LN.
1961, Nomor 3). Di dalam undangundang
ini
mengatur
tanah-tanah
perkebunan yang diduduki oleh rakyat
pada masa kemerdekaan. Berdasarkan
undang-undang
perkebunan
Pasal 18 UUPA merupakan
ini
yang
telah
diduduki
ketentuan hukum pencabutan hak atas
rakyat
tanah yang dipunyai baik seseorang
pemegang haknya menjadi tanah yang
maupun badan hukum yang dilakukan
dikuasai
oleh negara untuk kepentingan umum.
Ketentuan Pasal 7:
Sehingga dengan adanya pencabutan,
63
harus
bagian-bagian
dilepaskan
langsung
oleh
oleh
negara.
hapus dan tanah-tanah bekas
tanah partikelir itu karena
hukum seluruhnya serentak
menjadi tanah negara.
(1) dengan tidak menunggu
selesainya soal penetapan
penggantian
kerugian
termaksud dalam Pasal 10,
maka sejak tanggal surat
keputusan bersama tersebut
pada Pasal 5,6, dan 9, tanah
perkebunan yang soalnya
telah diselesaikan menurut
ketentuan dalam Pasal 7
ataupun yang haknya telah
dibatalkan atau dicabut
menurut ketentuan dalam
Pasal 9 menjadi tanah
negara, bebas dari segala
hak yang membebaninya.
(2) Tanah perkebunan yang
telah menjadi tanah negara
yang bebas tersebut di atas
dapat diberikan dengan
sesuatu hak kepada rakyat
dan
penduduk
yang
memenuhi syarat, menurut
ketentuan yang diadakan
oleh Menteri Agraria.
Di
dalam
Undang-Undang
Nomor 86 tahun 1958 (LN 1958, No.
162) tentang nasionalisasi perusahaanperusahaan milik Belanda yang berada
di dalam wilayah Republik Indonesia.
Di dalam Pasal 1 ditentukan bahwa:
perusahaan-perusahaan Belanda yang
berada di wilayah Republik Indonesia
yang
akan
peraturan
pemerintah
nasionalisasi,
milik
ditetapkan
penuh
dengan
dikarenakan
dinyatakan
menjadi
Negara
Republik
Indonesia. Ketentuan Pasal 21 ayat 3
jo Pasal 27 UUPA mengatur jangka
Undang-Undang Nomor 1 tahun
waktu hak milik atas tanah yang
1958 (LN 1958 Nomor 2) tentang
dipunyai oleh warga negara asing
Penghapusan
Partikelir,
harus dilepaskan kepada yang lebih
mengatur penghapusan tanah-tanah
berhak yaitu Warga Negara Indonesia.
partikelir, dimana di dalamnya masuk
Jika tidak dilakukan maka tanahnya
tanah hak eigendom yang luasnya
demi hukum menjadi tanah yang
melebihi 10 Bouw milik perorangan
dikuasai negara. Ketentuan tersebut
atau
sebagai berikut:
badan
tanah
usaha.
Tanah-tanah
Orang asing yang sesudah
berlakunya Undang-Undang ini
memperoleh hak milik karena
pewarisan tanpa wasiat atau
percampuran
harta
karena
perkawinan, demikian pula
warga Negara Indonesia yang
mempunyai hak milik dan
setelah berlakunya UndangUndang
ini
kehilangan
tersebut hapus demi hukum dan
menjadi tanah negara, di dalam Pasal
3 ditentukan:
Sejak mulai berlakunya undangundang ini demi kepentingan
umum hak-hak pemilik beserta
hak-hak pertuanannya
atas
semua tanah-tanah partikelir
64
kewarganegaraannya
wajib
melepaskan hak itu didalam
jangka waktu satu tahun sejak
diperolehnya hak tersebut atau
hilangnya kewarganegaraan itu.
Jika sesudah jangka waktu
tersebut lampau hak milik itu
dilepaskan, maka hak tersebut
hapus karena hukum dan
tanahnya jatuh pada negara,
dengan ketentuan bahwa hakhak
pihak
lain
yang
membebaninya
tetap
berlangsung.
Pasal
34
dan
40
pokok kebijaksanaan dalam rangka
pemberian hak baru atas tanah asal
konversi hak barat. Keputusan ini
mengatur mengenai tanah bekas hak
barat
september
tanahnya
kecuali
jangka
tanah
negara
menjadi
dilakukan
waktu
diubah haknya menjadi hak menjadi
hak lain. Pertama, hak eigendom yang
disebabkan tidak memenuhi syarat
penegasan konversinya sebagaimana
diatur dalam PERMENAG. Nomor 2
tahun 1960 diubah menjadi hak guna
pembaharuan
bangunan untuk perumahan atau hak
haknya oleh bekas pemegang haknya.
guna usaha untuk tanah pertanian,
Pasal III ayat (2) Ketentuan Konversi
UUPA,
pengaturan
tentang
jangka
hak-hak yang oleh ketentuan konversi
perpanjangan
atau
berakhir
negara. Di dalam Pasal 1 ini mengatur
waktu haknya telah berakhir, dengan
maka
1980
tanah yang dikuasai langsung oleh
UUPA
tersebut
menurut
waktu haknya, dinyatakan sebagai
dan hak guna bangunan yaitu pada
hak
dikonversi
ketentuan konversi UUPA sejak 24
mengatur hapusnya hak guna usaha
berakhirnya
yang
dengan jangka waktu selama 20 tahun.
hak
Pasal 1 menetapkan:
erfpacht untuk pertanian kecil menjadi
Hak erfpacht untuk pertanian
kecil yang ada pada mulai
berlakunya Undang-Undang ini,
sejak saat tersebut hapus dan
selanjutnya
diselesaikan
menurut
ketentuan-ketentuan
yang diadakan oleh Menteri
Agraria.
Tanah hak guna usaha, hak guna
bangunan dan hak pakai asal
konversi hak barat yang
menurut ketentuan UndangUndang Nomor 5 tahun 1960
berakhir
masa
berlakunya
selambat-lambatnya
pada
tanggal 24 september 1980,
pada saat berakhirnya hak yang
bersangkutan menjadi tanah
yang dikuasai langsung oleh
negara.
Di dalam Keputusan Presiden
Merujuk uraian di atas, terlihat
Nomor 32 tahun 1979 tentang pokok-
bahwa kontruksi hukum tanah negara
hapus
menjadi
tanah
negara,
ketentuan Pasal III:
65
atau tanah yang dikuasai langsung
Undang Nomor 1 tahun 1958 tentang
oleh negara, dapat dibedakan tanah
penghapusan
negara yang bebas maupun yang
konsekuensi
berasal
yang
menjadi tanah negara sejak tahun
sebelumnya dilekati oleh sesuatu hak
1958. Jika diperlukan oleh yang
atas tanah, baik itu hak barat maupun
bersangkutan maka akan diberikan
hak adat yang disebabkan suatu
oleh
perbuatan hukum ataupun ketentuan
(beheer)
hukum menjadi tanah negara serta
pemberian hak; Kedua, sebaliknya
menjadi tanah negara karena hukum.
apabila luasnya kurang dari 10 bouw,
Persoalan
adalah
berdasarkan
hukum
diubah menjadi hak guna bangunan
tanah-tanah yang dikuasai instansi
sejak 24 september 1960 yang akan
pemerintah dengan hak eigendom.
berlangsung 20 tahun berarti hak
dari
tanah-tanah
hukumnya
bagaimana
dengan
status
partikelir,
yuridisnya
Menteri
tersebut
Di dalam Surat Departemen
tanah
Hak
dengan
Penguasaan
surat
ketentuan
akan
adalah
keputusan
konversi
berakhir
jangka
Agraria tanggal 1 Maret 1962, Nomor
waktunya tahun 1980; Ketiga, dalam
Ka.3/1/1,
tanah
surat tersebut memberikan solusi lain
yang
yaitu
perihal:
status
Kotapraja/Kabupaten
dimohonkan
dengan
hak
dimilikinya berdasar Undang-Undang
penguasaan (beheer). Secara lengkap
Pokok
isi surat departemen agraria sebagai
Agraria;
Surat
tersebut
menjelaskan mengenai tanah
berikut:
yang
Mengenai
dikuasai instansi pemerintah dalam
tanah-tanah
yang
atau
sebelum berlakunya Undang-Undang
Kabupaten yang menguasai tanah hak
Pokok Agraria dipunyai Kotapraja-
eigendom
kotapraja/Kabupaten-Kabupaten
hal
ini
adalah
yang
Kotamadya
dikaitkan
dengan
dengan hak eigendom:
tanah partikelir dan konversi setelah
berlakunya
UUPA.
a. Kalau hak eigendom itu
terkena oleh Undang-undang
tentang penghapusan tanahtanah partikelir, maka tanah
yang bersangkutan akan
diberikan
dengan
surat
keputusan Menteri Agraria
dengan hak penguasaan
Pertama,
Bilamana tanah eigendom tersebut
luasnya lebih dari 10 Bouw (1 bouw =
7.500 m2) bisa dipastikan bahwa tanah
tersebut terkena ketentuan Undang-
66
(beheer) kepada kotapraja
yang dulunya mempunyai
hak eigendom tersebut.
tahun 1965, Isi dan tujuan dari
b. Jika mengenai tanah-tanah
eigendom yang kecil-kecil
yang tidak terkena oleh
undang-undang
tentang
penghapusan
tanah-tanah
partikelir, maka sebagai
diketahui
berdasarkan
ketentuan-ketentuan konversi
undang-undang
pokok
agraria, hak eigendom itu
telah dikonversi menjadi hak
guna bangunan. Oleh karena
tanah-tanah yang demikian
itu umumnya sudah dibebani
pula dengan hak erfpacht
atau opstal, maka seyogyanya
diubah
menjadi
hak
penguasaan (beheer) yang
penegasannya
diselenggarakan
dengan
keputusan Menteri Agraria
(ketentuan konversi UndangUndang Pokok Agraria Pasal
1 ayat 5).
selanjutnya diatur dalam Peraturan
pemberian
Menteri Agraria
dengan
obyek perkara, dengan mencermati
penjelasan Surat Departemen Agraria
bukan berstatus tanah negara bekas
tanah partikelir mengingat luasnya
tidak melebihi dari 10 bouw. Status
tanah sengketa tersebut adalah tanah
negara bekas hak eigendom yang
tercatat atas nama instansi pemerintah
sebagaimana dalil tergugat dan alat
bukti yang dilampirkan tergugat. Di
dalam Surat Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Jawa Timur tersebut, terdapat
cacatan tentang penegasan bahwa
hak
tanah bekas hak eigendom verponding
Nomor 12324, surat ukur tanggal 28
penguasaan ini merupakan bagian dari
Agustus 1926 Nomor 191 seluas
hak menguasai dari negara yang mana
25.798 m2, atas nama De stade
penguasaannya dilimpahkan kepada
Gemeente Soerabaja (sic) terletak di
instansi atau badan hukum tertentu
jalan
yang memenuhi syarat. Sebutan hak
atau
beheer
―Hak
Ind.
Sby.
Berdasarkan
penjelasan Surat Departemen Agraria,
ini
tanah tersebut dikonversi menjadi hak
selanjutnya diubah dan diterjemahkan
menjadi
berdasarkan
Berkaitan dengan status tanah
penguasaan dan pengaturannya. Hak
penguasaan
dan
ini
wajib didaftarkan.
Departemen Agraria ini adalah, apa
dimaksud
pengelolaan
PERMENAG Nomor 1 tahun 1966,
Isu hukum sehubungan Surat
yang
hak
guna
Pengelolaan‖.
bangunan
dan
seharusnya
diajukan hak penguasaan atau hak
Berdasarkan PERMENAG Nomor 9
67
pengelolaan dan didaftarkan agar
status
hukumnya
menjadi
Pada hakekatnya semua tanah
jelas.
negara dapat diajukan permohonan
Mengingat bahwa status hukumnya
sesuatu hak tertentu oleh pihak-pihak
menjadi hak guna bangunan karena
yang
ketentuan konversi (karena hukum)
tersebut.
maka
ketentuan
hukum, ada aspek substansi yang
Keputusan Presiden Nomor 32 tahun
harus dipenuhi baik itu subyek hukum
1979, dengan mengingat jangka waktu
yang
haknya
pemberian
berdasarkan
berakhir
karena
hukum,
berkepentingan
atas
Berdasarkan
mengajukan
haknya,
tanah
ketentuan
permohonan
obyek
tanah
dengan demikian menjadi tanah yang
(berkaitan dengan status hukumnya)
dikuasai langsung oleh negara atau
maupun bagi badan atau pejabat tata
tanah negara. Pertanyaan selanjutnya
usaha negara dalam rangka melakukan
adalah, dasar atau landasan hukum
tindakan
apa saja yang harus dipenuhi dalam
keputusan pemberian hak atas tanah
penerbitan keputusan pemberian hak
yang dimohon haknya. Tujuannya
atas tanah negara bekas eigendom
agar
yang tercatat atas nama de Stade
menyalahi ketentuan hukum yang
gemeente Surabaja, agar tidak terjadi
menjadi
error in re. untuk menjawab isu
diterbitkan keputusan sesuai dengan
hukum
isi dan tujuannya. Apabila aspek
tersebut
berarti
kajian
hukum
keputusan
dasar
menerbitkan
tersebut
hukum
tidak
dapatnya
analisisnya berkaitan dengan aspek
substansif
ini
substansi dari keputusan pemberian
berakibat
batal
hak atas tanah negara bekas eigendom
penerbitan sertipikatnya. Dikaitkan
Pemerintah Daerah Surabaya.3
dengan posisi kasus sengketa, Isu
Aspek
keputusan
hukumnya adalah aspek substansi
pemberian hak atas tanah negara
apa saja yang harus dipenuhi agar
bekas eigendom tercatat atas nama
tidak terjadi error in re dalam
de stade gemeente soerabaja (sic).
pembuatan keputusan dan penerbitan
substansif
tidak
terpenuhi
keputusan
dan
sertipikat; dan apakah telah terjadi
3
Lihat Boedi Djatmiko Hadiatmodjo,
Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah dan
Akibat Hukumnya, disertasi Univ. Airlangga,
2007, h.131-139
error in re.
68
Mengingat
waktu
selambat-lambatnya pada
tanggal 24 september 1980,
sebagaimana
yang
dimaksud dalam UndangUndang Nomor 5 tahun
1960, pada saat berakhirnya
hak yang bersangkutan
menjadi
tanah
yang
dikuasai langsung oleh
negara;
terjadinya
kasus sengketa, melihat subyek dan
status
hukum
obyek
sengketa,
merupakan titik tolak analisis kajian
aspek substansi dalam kasus sengketa
ini. Aspek substansi yang diatur dalam
dalam Keputusan Presiden Nomor 32
(2) tanah-tanah tersebut ayat
(1),
ditata
kembali
penggunaan,
penguasaan
dan pemilikannya dengan
memperhatikan:
a. masalah
tata
guna
tanahnya;
b. sumber daya alam dan
lingkungan hidup;
c. keadaan
kebun
dan
penduduknya;
d. rencana pembangunan di
daerah;
e. kepentingan-kepentingan
bekas pemegang hak dan
penggarap
tanah/penghuni
bangunan.
tahun 1979 tentang pokok-pokok
kebijaksanaan
dalam
rangka
pemberian hak baru atas tanah asal
konversi hak-hak barat. Di dalam
keputusan presiden ini prinsip-prinsip
substantif yang diatur: Pertama, pada
prinsipnya tanah-tanah hak barat asal
konversi hak baru sejak tanggal 24
september 1980 menjadi tanah negara.
Tanah negara bekas konversi hak
barat yang telah menjadi tanah negara
ditata
kembali
penguasaan
dan
penggunaan,
kepemilikannya
Kedua, pada prinsipnya
yang
dengan memperhatikan: tata guna
ditetapkan dalam keputusan presiden
tanah,
ini,
sumberdaya
alam
dan
bahwa
bekas
pemilik
dapat
lingkungan hidup, keadaan beban dan
mengajukan
penduduk,
pembangunan
memenuhi syarat dan dipergunakan
daerah, kepentingan bekas pemegang
sendiri, kecuali tanah-tanah tersebut
hak dan penggarap tanah/penghuni
diperlukan
bangunan. Hal tersebut ditetapkan
pembangunan
dalam Pasal 1 Keputusan Presiden:
umum. Apabila memang diperlukan
rencana
(1) tanah hak guna usaha, hak
guna bangunan dan hak
pakai asal konversi hak
barat,
yang
jangka
waktunya akan berakhir
untuk
hak
baru,
untuk
untuk
apabila
proyek-proyek
kepentingan
proyek kepentingan
umum
maka bagi bekas pemegang haknya
diberikan ganti kerugian. Hal tersebut
69
Di dalam Pasal 5:
ditetapkan dalam Pasal 2 dan 3. Di
Tanah-tanah
perkampungan
bekas hak guna bangunan dan
hak pakai asal konversi hak
barat yang telah menjadi
perkampungan atau diduduki
rakyat, akan diberikan prioritas
kepada
rakyat
yang
mendudukinya,
setelah
dipenuhinya
persyaratanpersyaratan yang menyangkut
kepentingan bekas pemegang
hak tanah.
dalam Pasal 2 ditetapkan:
Kepada bekas pemegang hak
yang memenuhi syarat dan
mengusahakan
atau
menggunakan
sendiri
tanah/bangunan, akan diberikan
hak baru atas tanahnya, kecuali
apabila tanah-tanah tersebut
diperlukan untuk proyek-proyek
pembangunan
bagi
penyelenggaraan kepentingan
umum.
pada
Keempat,
Selanjutnya dalam Pasal 3 :
prinsipnya
tanah negara bekas konversi hak barat
Kepada bekas pemegang hak
yang tidak diberikan hak baru
karena tanahnya diperlukan
untuk proyek pembangunan,
maka diberikan ganti rugi yang
besarnya akan ditetapkan oleh
suatu Panitya Penafsir.
yang
sebelumnya
dikuasai
oleh
perusahaan negara, perusahaan daerah
atau
badan-badan
diberikan
negara
pembaharuan
hak.
akan
Hal
tersebut ditetapkan di dalam Pasal 6 :
Ketiga, pada prinsipnya kepada
dalam Pasal 4 dan 5 Keputusan
Hak guna usaha, hak guna
bangunan, hak pakai asal
konversi hak barat yang dimiliki
oleh perusahaan milik negara,
perusahaan daerah serta badanbadan
negara
diberi
pembaharuan hak atas tanah
yang bersangkutan dengan
memperhatikan Pasal 1.
Presiden ini. Di dalam Pasal 4:
Melihat
rakyat
yang
menduduki
dan
menjadikan perkampungan atas tanah
bekas konversi hak barat diberikan
prioritas untuk diberikan hak baru atas
tanah. Hal tersebut ditetapkan di
Tanah-tanah hak guna usaha
asal konversi hak barat yang
sudah diduduki oleh rakyat dan
ditinjau dari sudut tata guna
tanah
dan
keselamatan
lingkungan hidup lebih tepat
diperuntukkan
untuk
pemukiman atau kegiatan usaha
pertanian akan diberikan hak
baru kepada rakyat yang
mendudukinya.
materi
Keputusan
Presiden
tersebut
maka
secara
substansi
subyek
hukum
yang
mendapatkan prioritas untuk dapat
mengajukan permohonan sesuatu hak
atas tanah asal konversi hak barat ini
adalah:
1. Prioritas pertama ada pada
negara, dengan cacatan bila
diperlukan untuk proyek-
70
proyek yang berhubungan
dengan kepentingan umum
(Pasal 2 dan Pasal 3);
dalam Keputusan Presiden tersebut
2. Prioritas kedua adalah bekas
pemegang hak atas tanah
negara bekas hak barat
tersebut. Bekas Pemegang
hak tersebut termasuk di
dalamnya
perusahanperusahan milik negara dan
derah atau badan-badan
negara yang masih dikuasai
(dimiliki)
untuk
tanah
tersebut dengan pembaharuan
hak;
dengan
cacatan
memperhatikan masalah tata
guna tanah, sumberdaya alam
dan
lingkungan
hidup,
keadaan
kebun
dan
penduduknya,
rencana
pembangunan di daerah dan
kepentingan bekas pemegang
haknya
dan
penggarap/penghuninya
(Pasal 3, 6 dan 1).
sebagai penghuni atau penggarap atas
3. Prioritas ketiga adalah rakyat
penggarap dan penghuni
tanah negara bekas hak barat
tersebut dan akan diberikan
hak baru yang memenuhi
syarat (Pasal 4 dan 5).
presiden.
Berdasarkan
berada pada posisi ketiga, yaitu
tanah negara bekas eigendom, dan
secara substantif tanah negara tidak
bisa
mengkaji
harus
yang
memberikannya.
bersifat konstitutif, badan atau pejabat
tata
usaha
negara
berkewajiban
memperhatikan ketentuan yang secara
substantif
mengatur
hal
tersebut,
dalam hal ini adalah Keputusan
Berdasarkan uraian kasus posisi
dan
pertimbangan
hukum
dalam
putusan pengadilan baik dari tingkat
pertama, banding, kasasi maupun
peninjauan
kembali
dapat
dilihat
bahwa yang menjadi obyek sengketa
sengketa
berstatus bekas tanah hak barat yang
dikuasai langsung oleh negara atau
tanah negara yang terkena ketentuan
eigendom tertulis atas nama de Stade
Keputusan Presiden Nomor 32 tahun
gemeente Soerabaja.(sic). Sebaliknya,
dalam
berwenang
Untuk menerbitkan keputusan yang
prioritas adalah bekas pemegang hak
penggugat
permohonan
badan atau pejabat tata usaha negara
secara substansi yang mendapatkan
posisi
mengajukan
pemberian hak atas tanah kepada
Keputusan
kasus
Untuk
memperoleh sesuatu hak atas tanah
Presiden Nomor 32 tahun 1979,
setelah
diperjualbelikan.
1979. Penggugat yang menguasai
kasus
tanah
sengketa ini adalah dengan menelaah
dan
bangunan
(sebagian)
melalui jual beli dengan yayasan
atau mengkaji ketentuan pasal-pasal
71
mengelola obyek sengketa diputuskan
Kesimpulan
oleh pengadilan tetap diberikan hak
Berdasarkan keseluruhan analisis dari
menguasai sebatas tanah dan gedung
studi kasus yang dilakukan di atas,
(sebagian).
sampailah pada kesimpulan bahwa
dihukum
Sebaliknya
untuk
keputusan
tergugat
membatalkan
pemberian
hak
ketentuan-ketentuan
yang
mengatur
hukum
mengenai
yang
substansi
menjadi dasar terbitnya sertipikat.4
berkaitan dengan prioritas yang dapat
Kelemahan
diberikan sesuatu hak atas tanah dan
tingkat
putusan
pengadilan
pertama, tingkat
banding,
dengan
mencermati
pertimbangan
tingkat Mahkamah Agung atau dalam
hukum dalam kasus perkara di atas,
Peninjauan
kembali
mencantumkan
dilanggar
adalah
tidak
terlihat bahwa dalam pertimbangan
apa
yang
hukumnya
AUPB
oleh
usaha
asas
dalam
putusan pengadilan tata
negara
belum
atau
tidak
keputusan tata negara tersebut walau
melakukan kajian hukum pertanahan
telah ditentukan berdasarkan Juklak
yang
Mahkamah
substansi.
Agung
052/Td.TUN/III/1992
Nomor
tanggal
berkaitan
dengan
----- ooo 0 ooo -----
24
Maret 1992 bahwa:
Di
dalam
hal
hakim
mempertimbangkan
adanya
asas-asas umum pemerintahan
yang baik sebagai alas an
pembatalan penetapan, maka hal
tersebut tidak perlu dimasukkan
dalam
dictum
putusannya,
melainkan
cukup
dalam
pertimbangan putusan dengan
menyebutkan asas mana dari
asas-asas umum pemerintahan
yang baik yang dilanggar dan
akhirnya harus mengacu pada
Pasal 53 ayat (2)5
4
Ibid
Lihat Yudhi Setiawan, Instrumen
Hukum Campuran (gemeenschapelijkrecht)
Dalam Konsolidasi Tanah, P.T.Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2009, h. 247-248
5
72
aspek
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3344);
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004 tentang
Perubahan
Undang-Undang
Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilam
Tata Usaha Negara. (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2004, Nomor. 35,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor.
4380, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);
Buku
Harsono, Boedi, 1971, UndangUndang Pokok Agraria, Bagian
Pertama,
jilid
kedua,
Djambatan, Jakarta,
_____, 1980, Beberapa analisis
tentang hukum agraria, bagian
3, Era study Club, Jakarta,
Hadjon, Philipus M., 1997, Pengantar
Hukum Administrasi Indonesia,
Gajah Mada University Press,
Jogjakarta.
Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua
Undang-Undang
Nomor
5
Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara;
_____, 2006, dan Tatiek Sri Djatmiati,
Argumentasi Hukum, Gajah
Mada
University
Press,
Jogyakarta,
Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan
Peraturan
PerundangUndangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004,
Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4389)
Soehino, 2000, Asas-asas Hukum Tata
Usaha Negara,
Liberty,Jogjakarta
Setiawan, Yudhi, 2009, Instrumen
Hukum
Campuran
(gemeenschapelijkrecht) Dalam
Konsolidasi
Tanah,
P.T.Rajagrafindo
Persada,
Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun
1961
tentang
Pendaftaran
Tanah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1961, Nomor
28);
Jurnal/Tesis/Disertasi
Hadiatmodjo, Boedi Djatmiko, 2007,
Pembatalan Sertipikat Hak Atas
Tanah dan Akibat Hukumnya,
disertasi Univ. Airlangga
Peraturan Pemerintah Nomor. 24
Tahun
1997
Tentang
Pendaftaran Tanah (Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia, Nomor 3696);
Peraturan perundang-undangan
Peraturan
Presiden
Republik
Indonesia Nomor. 10 tahun
2006 tentang Badan Pertanahan
Nasional;
Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986, tentang Peradilan Tata
Usaha
Negara
(Lembaran
Negara Republik Indonesia
1986, Nomor 77, Tambahan
Keputusan
Presiden
Republik
Indonesia Nomor. 26 tahun
73
1988,
tentang
Pertanahan Nasional;
Badan
Peraturan
Menteri
Negara
Agraria/Kepala
Badan
Pertanahan Nasional Nomor. 3
Tahun
1999,
tentang
Pelimpahan Kewenangan dan
Pembatalan
Keputusan
Pemberian Hak Atas Tanah
Negara;
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor. 6 Tahun 1972, tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Hak Atas Tanah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor. 5 Tahun 1973, tentang
Ketentuan Mengenai Tata Cara
Pemberian Hak Atas Tanah;
Peraturan
Menteri
Negara
Agraria/Kepala
Badan
Pertanahan Nasional Nomor. 9
Tahun 1999, tentang Tatacara
Pemberian dan Pembatalan Hak
Atas Tanah Negara dan Hak
Pengelolaan;
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor. 3 Tahun 1979 tentang
Ketentuan
Mengenai
Permohonan dan Pemberian
Hak Baru Atas Tanah Asal
Konversi Hak Barat;
Biro
Peraturan
Menteri
Negara
Agraria/Kepala
Badan
Pertanahan Nasional Nomor. 3
tahun 1997, tentang Ketentuan
Pelaksanaan
Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun
1997
tentang
Pendaftaran
Tanah;
Hukum
dan
Hubungan
Masyarakat,
Himpunan
Peraturan
PerundangUndangan Pertanahan 19881998, Proyek Pengembangan
hukum pertanahan, Jakarta,
1998;
----- ooo 0 ooo -----
74
OLEH PERADILAN TATA USAHA NEGARA
DENGAN ALASAN CACAT SUBSTANSI
Yudhi Setiawan1
abstrak
Tulisan Yudhi Setiawan yang berjudul: “Pembatalan sertipikat hak atas tanah oleh
peradilan tata usaha negara dengan alasan cacat substansi” merupakan suatu
usaha untuk mengungkap dan menganalisis serta mencermati pertimbangan hukum
dalam putusan pengadilan apakah hakim dalam menangani perkara tersebut telah
melakukan kajian hukum pertanahan yang berkaitan dengan aspek substansi atau
tidak. Telah sesuai dengan konsep hukum administrasi atau tidak. Telah sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan atau tidak. Dengan menggunakan metode
penelitian hukum normatif, penelitian ini mengungkap dan menganalis bahwa
pertimbangan hukum hakim dalam putusan pengadilan ternyata belum atau tidak
melakukan kajian hukum pertanahan yang berkaitan dengan aspek substansi.
Dengan kata lain hakim telah melaksanakan putusan tidak sesuai dengan konsep
hukum administrasi dan tidak melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan.
Kata Kunci: Pembatalan sertipikat, Pejabat Tata Usaha Negara, Aspek Substansi
abstraction
Yudhi Setiawan article entitling: "Cancelled of certificate land right by State
Administration Judicature with reason of handicap substance" be a business to
express and analyses and observes consideration of law in justice decision has judge
in handling the case has done land law study related to substance aspect or not. Has
as according to administration law concept or not. Has pursuant to which has been
specified or not. By using research method of law normative, this research express
and analyses that consideration of judge law in justice decision simply has not or do
not make land law study related to substance aspect. Equally judge has executed
decision unmatched to administration law concept and doesn't execute rule which
has been specified.
Keyword: Cancelled of certificate, Administrative Functionary, Substance Aspect
1
Yudhi Setiawan, Dosen Universitas Wisnuwardhana, Malang.
.
55
memuat aturan-aturan hukum
inabstrakto dan unpersonal yang
menjadi dasar hukum, serta
memberi wewenang khusus
kepada
alat
perlengkapan
administrasi negara untuk dapat
melakukan suatu perbuatan
hukum
yang
berupa
pembentukan aturan hukum
inkonkrito terhadap hal-hal atau
keadaan konkret1.
Latar Belakang
Pembatalan sertipikat hak atas
tanah oleh peradilan tata usaha negara
dengan alasan cacat substansi adalah
pembatalan
keputusan
sertipikat
hak
atas
penerbitan
tanah
yang
dikeluarkan badan atau pejabat tata
usaha negara yang diketahui ada
kesalahan
substansial
bertentangan
dengan
Dikemukakan oleh Philipus M.
sehingga
Hadjon
perundangan
tata
yang bersifat pokok dalam penerbitan
sertipikat
haknya.
Nomor 5 tahun 1986 jo. UU No. 51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
dikeluarkan oleh badan atau pejabat
negara
adalah
UU No. 5 tahun 1986 tentang
aspek
Peradilan
substansi seperti subjek, objek, isi dan
tujuannya.
Lingkup
bertentangan
bertentangan
dibatalkan
dengan
Negara,
karena
peraturan
Merujuk uraian di atas, dengan
dengan
menggunakan
peraturan perundangan lain ataupun
peraturan yang lebih tinggi
Usaha
perundang-undangan yang berlaku.
sebagaimana isi dan tujuan peraturan
tidak
Tata
keputusan
substansial
berhubungan dengan isi dan tujuan
dasar
aspek
sesuai ketentuan Pasal 53 ayat 2 UU
penting sahnya suatu keputusan yang
usaha
adalah
terbukti adanya error in re maka
konsep
hukum administrasi, salah satu aspek
tata
negara
tidak ada error in re2. Jika ternyata
terbitnya
Dalam
usaha
substansif, artinya obyek keputusan
keputusan pemberian hak atas tanah
dasar
aspek
yang dikeluarkan badan atau pejabat
substansial berarti suatu kesalahan
menjadi
satu
sahnya suatu keputusan atau ketetapan
yang berlaku. Kesalahan yang bersifat
yang
bahwa salah
metode
penelitian
normatif, hasil penelitian dari studi
dalam
penerbitan keputusan atau ketetapan
1
Soehino, Asas-Asas Hukum Tata
Usaha Negara, Liberty, Jogjakarta, 2000, h.
119.
2
Philipus M. Hadjon, dan Tatiek Sri
Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada
University Press, Jogyakarta, 2006, h.83.
tersebut. Soehino menjelaskan:
isi serta tujuan ketetapan
administrasi harus sesuai dan isi
serta tujuan peraturan yang
56
kasus ini berupaya mengungkap dan
tanah
menganalisis pembatalan sertipikat
Pemerintah Daerah, dimana sebagian
hak atas tanah oleh peradilan
dari luas tanah obyek perkara yang
tata
obyek
perkara
atas
usaha negara dengan alasan cacat
diterbitkan
yuridis
tersebut adalah tanah yang dikuasai
berkaitan
dengan
aspek
sertipikat
hak
nama
pakai
substansi.
oleh penggugat yang diperolehnya
Rumusan Masalah
berdasarkan jual beli dengan yayasan
pengelola
Bertitik-tolak dari uraian di atas,
tanah
obyek
perkara.
isu hukum nya ―apakah pengadilan
Adapun pertimbangan hukum yang
dalam memutus perkara ini telah
menjadi dasar putusan pengadilan
mempertimbangkan aspek substansi
adalah bahwa surat keputusan tata
terbitnya keputusan yang menjadi
usaha negara in litis tidak sesuai
dasar terbitnya sertipikat hak atas
dengan kenyataan yang sebenarnya,
tanah yang menjadi obyek perkara‖.
oleh karenanya menjadi cacat hukum
Hasil
melanggar asas kecermatan dan asas
Penelitian
Hukum
Studi
Kasus dan Analisis
pertimbangan dari asas-asas umum
Kasus perkara hak pakai nomor 39/
pemerintahan
kel. Drm.
perkara antara PT. SKA dalam hal ini
Berkaitan dengan pembatalan
sertipikat
selaku penggugat melawan Kepala
pengadilan tata usaha negara dengan
selaku tergugat. Putusan yang terkait
alasan adanya cacat substansi, topik
dengan kasus perkara ini adalah
kajiannya adalah studi kasus perkara
putusan
penerbitan sertipikat hak pakai nomor
34/PUT.TUN/1995/PTUN.Sby
39/Kel.
tanggal 31 Agustus 1995; PTTUN
Pokok
penggugat
tanah
Kasus
Kantor Pertanahan Kota Surabaya
Drm.
atas
baik.
oleh
adalah:
hak
yang
perkaranya
mendalilkan
Nomor
PTUN
Nomor
Reg.
Reg.90/B/1995/PT.TUN.Sby
menguasai obyek perkara berdasarkan
tanggal 25 Januari 1996; Putusan
jual
MARI tanggal
beli
dari
pengurus
yayasan
pengelola berdasarkan akta
otentik
K/TUN/1996, tanggal 28 Oktober
(Notaris-PPAT) tahun 1989. Tergugat
1999; dan PK Nomor Reg. 23 PK/
menerbitkan sertipikat hak pakai atas
TUN/2001 tanggal 29 Mei 2002.
57
Nomor
reg.
165
Obyek perkara adalah tanah negara
sertipikat hak pakai nomor 39/Kel.
eigendom,
Drm atas nama Pemerintah Daerah
tercatat atas nama de stade Gemeente
setempat seluas 25.780 m2 berdasar
Soerabaja (sic), bersertipikat hak
kan surat keputusan tergugat I tanggal
pakai No. 39/Kel. Drm, atas nama
10 Mei 1995 Nomor 070/HP/35/1993.
Pemerintah Daerah setempat yang
Bahwa tergugat I dan II dalam
terbit
menerbitkan keputusan tata usaha
berstatus
bekas
tanah
berdasarkan
Keputusan
aquo
Pemberian Hak Pakai atas tanah
negara
negara yang diterbitkan oleh tergugat.
dengan Keppres Nomor 32 tahun
kasus, bahwa
jelas
bertentangan
dalam
1979 jo. PMDN Nomor 3 tahun 1979
fundamentum petendi pada pokoknya
dan PMDN Nomor 5 tahun 1973
penggugat
dengan alasan bahwa status hukum
Posisi
mendalilkan
adalah
pemilik sah atas bangunan seluas ±
obyek
3500m2 yang berdiri di atas sebidang
eigendom bukan tanah partikelir maka
tanah seluas ± 7.500m2 berdasarkan
menurut
akta jual beli tanggal 25 Mei 1989
sertipikat hak pakai cacat hukum baik
Nomor 32 dan diperbaiki berdasarkan
prosedural maupun subtansial, serta
akta rektifikasi tanggal 11 Mei 1995
tidak mempertimbangkan kepentingan
Nomor 6 dari yayasan pengelola tanah
yang tersangkut yaitu hak prioritas
obyek perkara. Bahwa pada saat
penggugat
transaksi jual beli tanggal 25 Mei
pemilik gedung dan tidak pernah
1989
memberitahukan
pihak
penjual
menyatakan
sengketa
adalah
penggugat
selaku
tanah
penerbitan
penghuni
adanya
atau
proses
bahwa tanah dimana gedung tersebut
penerbitan sertipikat, tidak minta izin
berdiri statusnya adalah Hak Pakai
pada
Nomor
kemudian
diumumkan; karenanya bertentangan
berdasarkan
dengan Pasal 53 ayat 2 huruf a dan b
akta tanggal 11 Mei 1995 Nomor 6
UU Nomor 5 tahun 1986 sebatas
karena pada kenyataannya saat terjadi
mengenai tanah seluas ± 7.500 m2
jual beli tanah a quo statusnya adalah
yang dikuasai penggugat. Berdasarkan
tanah negara bekas eigendom Nomor
dalil-dalil
12324; Bahwa pada tahun 1993 terbit
penggugat dalam petitum gugatannya
dilakukan
17,
namun
pembetulan
58
saat
pengukuran,
gugatan
tersebut
tidak
maka
memohon agar pengadilan memutus
tidak sesuai dengan kenyataan yang
kan yang pada pokoknya: menyatakan
sebenarnya, oleh karenanya menjadi
surat keputusan pemberian hak pakai
cacat
tidak sah dan batal demi hukum
kecermatan
sebatas tanah yang dikuasai penggugat
pertimbangan/motivasi dari asas-asas
seluas ± 7.500m2 karena bertentangan
umum
dengan Keppres Nomor 32 tahun
menimbang bahwa surat keputusan
1979 jo. PMDN Nomor 3 tahun 1979
tergugat I dan revisinya cacat hukum
dan PMDN Nomor 5 tahun 1973; dan
maka surat keputusan in litis harus
menyatakan sertipikat hak pakai atas
dibatalkan; dan karenanya sertipikat
nama Pemerintah Daerah, surat ukur
hak pakai yang diterbitkan oleh
tanggal
tergugat
11
April
1991
Nomor
hukum
melanggar
dan
pemerintahan
II
asas
asas
yang
berdasarkan
baik;
surat
259/S/1991 luas 25.780m2 tidak sah
keputusan tergugat I harus dibatalkan
dan batal demi hukum sebatas tanah
maka sertipikat hak pakai sebatas
seluas±
seluas 7.500 m2 yang dikuasai oleh
7.500m2
yang
dikuasai
penggugat harus dinyatakan batal
penggugat.
pula;
Dalam pertimbangan hukumnya
Berdasarkan
pertimbangan
negara
hukum tersebut pengadilan tata usaha
berpendapat yang pada pokoknya:
negara Surabaya dengan Putusannya,
bahwa peralihan perpindahan dan
No.Reg. 34/ PUT.TUN/1995/PTUN.
penyerahan yayasan pengelola obyek
SBY, tanggal 31 Agustus 1995, dalam
perkara berdasarkan pada akta notaris
amar
tanggal 25 Mei 1989 Nomor 32 dan
menyatakan batal surat keputusan
akta tanggal 11 Mei 1995 Nomor 6
tergugat mengenai pemberian hak
atas tanah seluas 7.500 m2 yang
pakai
merupakan sebagian dari sebidang
setempat sebatas untuk seluas 7.500
eigendom
m2 yang dikuasai penggugat; dan
verponding Nomor 12324; Bahwa
menyatakan batal sertipikat obyek
dengan fakta-fakta di atas sudah
perkara atas nama Pemerintah Daerah
meyakinkan kalau pertimbangan surat
setempat, surat Ukur tanggal 11 April
keputusan tata usaha negara in litis
1991 Nomor 259/S/1991 sebatas luas
pengadilan
tanah
tata
negara
usaha
bekas
59
putusan
kepada
pada
pokoknya:
Pemerintah
Daerah
7.500
m2
yang
dikuasai
mengajukan permohonan hak atas
oleh
tanah,
penggugat;
Dalam
tingkat
sedang
penggugat
tidak
mengajukan permohonan hak atas
banding
tanah.
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Berdasarkan
menguatkan putusan Pengadilan Tata
pertimbangan
sebelumya,
hukum di atas maka sertipikat hak
sebagaimana dalam putusan PTTUN
pakai atas nama Pemerintah Daerah
Surabaya Nomor Reg. 90/B/1995/
setempat yang telah diterbitkan oleh
PTTUN. SBY tanggal 31 Agustus
tergugat ternyata tidak bertentangan
1995
pada
dengan hukum karena Pemerintah
pokoknya menguatkan putusan PTUN
Daerah setempat sebagai pemohon
tanggal 31 Agustus 1995 Nomor
hak atas tanah dari bekas hak atas
34/PUT.TUN/ 1995/PTUN. Sby.
tanah barat yang langsung dikuasai
Usaha
Negara
yang
menyatakan
Dalam
Mahkamah
tingkat
Kasasi
negara
mempunyai
Agung
dalam
karena
berstatus
hak
sebagai
prioritas
bekas
pertimbangan hukumnya berpendapat
pemegang hak atas tanah barat dan
sebaliknya dengan Pengadilan Tata
tergugat
Usaha Negara dan Pengadilan Tata
berwenang
Tinggi Usaha Negara, sebagai berikut:
permohonan sesuai ketentuan hukum
jual beli bangunan antara penggugat
yang berlaku, sedangkan penggugat
dengan
sekedar
yayasan
pengelola
harus
sebagai
pejabat
sudah
pemilik
memproses
gedung/bangunan
ditafsirkan tidak meliputi hak atas
saja.
tanah,
asas
hukum tersebut maka dalam Putusan
pemisahan hak tanah yang dianut
MARI No. Reg. 165 K/TUN/1996,
hukum agraria, pemilik bangunan
tanggal 28 Oktober 1999, dalam amar
belum tentu pemilik tanah; sejak
putusan pada pokoknya: mengabulkan
semula tanah ex eigendom tersebut
permohonan kasasi dan membatalkan
adalah milik pemerintah, yang setelah
putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
tanggal 24 september 1960 sebagai
Negara yang menguatkan Putusan
bekas pemegang hak atas tanah
Pengadilan Tata Usaha Negara Sby.
karena
mempunyai
hak
berdasarkan
prioritas
untuk
60
Berdasarkan
yang
pertimbangan
Dalam
peninjauan
Mahkamah
Agung
kembali
pemohon Peninjauan Kembali sudah
dalam
memiliki bangunan di atas tanah
tersebut berupa Gedung Olah Raga;
pertimbangan hukumnya menguatkan
Berdasarkan
pertimbangan hukum yang menjadi
pertimbangan
dasar putusan kasasi MARI Nomor
hukum di atas, Putusan Peninjauan
Reg. 165 K/TUN/1996 tanggal 28
Kembali
Oktober 1999. Mahkamah Agung
23.PK/TUN/2001, tanggal 2 Mei
dalam
2002
MARI
dalam
Nomor
amar
Reg.
putusannya
Peninjauan
Kembali
terdapat
kekeliruan
mengabulkan permohonan Peninjauan
hukum yang nyata yaitu pertimbangan
Kembali dari pemohon penggugat asal
Pemerintah
sebagai
dan membatalkan putusan MARI
pemohon hak baru atas tanah bekas
tanggal 28 Oktober 1999 Nomor
hak barat yang langsung dikuasai
165K/TUN/1996 yang membatalkan
negara
prioritas
putusan PTTUN tanggal 25 Januari
karena sebagai bekas pemegang hak
1996 Nomor 90/B/1995/PT.TUN. Sby
atas tanah barat dan tergugat sebagai
yang menguatkan Putusan PTUN
pejabat
sudah
tanggal 31 Agustus 1995 Nomor
sesuai
34/G.TUN/1995/PTUN.
berpendapat
Daerah
mempunyai
yang
memproses
ketentuan
Sby
hak
berwenang
permohonan
hukum
Pertimbangan
yang
yang
Sby;
menyatakan batal Surat Keputusan
berlaku.
Kepala
bertentangan
Kantor
Wilayah
Badan
dengan Keppres Nomor 32 tahun
Pertanahan Nasional Provinsi Jawa
1979
Timur tanggal 10 Pebruari 1993
dan PMDN Nomor 3 tahun
1979 dan PMDN Nomor 5 tahun 1973
Nomor
adalah
pemberian
sesuai
dengan
peraturan
070/HP/35/1993
hak
pakai
mengenai
kepada
tersebut yang harus diberikan prioritas
Pemerintah Daerah setempat sebatas
untuk mengajukan permohonan hak
luas 7.500 m2 yang dikuasai oleh
kepada Badan Pertanahan Nasional
penggugat asal; serta menyatakan
adalah orang atau badan hukum yang
batal sertipikat hak pakai obyek
secara de facto menguasai persil/tanah
perkara atas nama Pemerintah Daerah
tersebut dalam hal ini adalah pemohon
Sby, surat ukur tanggal 11 April 1991
Peninjauan Kembali apalagi ternyata
61
Nomor 259/S/1991 sebatas luas 7.500
Indonesia
m2 yang dikuasai penggugat;
pemilik
Pengaturan tanah negara bekas
organisasi kekuasaan dari seluruh
eigendom verponding nomor 12324.
rakyat atau bangsa bertindak sebagai
tercatat atas nama de stade (sic)
badan
gemeente surabaja .
wewenang untuk mengelola asset
Istilah
tanah
negara
dalam
berpendirian
tanah.
penguasa
bukanlah
Negara
yang
adalah
diberikan
bangsa yang berupa sumberdaya alam
konteks peraturan perudang-undangan
termasuk
tanah.
Sesuai
pertanahan merupakan tanah yang
pendirian tersebut maka perkataan
dikuasai langsung oleh negara. Makna
―menguasai― lebih tepat dari pada
yang terkandung di dalamnya adalah
―memiliki‖.
tanah-tanah yang di atasnya tidak
tanah negara bukan tanah milik
dilekati oleh sesuatu hak atas tanah.
(domein) negara, akan tetapi tanah
Dalam konsep hukum tanah yang
yang dikuasai negara atau disebut juga
dikuasai langsung oleh negara disebut
tanah negara.
Sehingga
dengan
pengertian
―tanah negara‖ dan dapat ditemukan
Dilihat dari terjadinya atau asal
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8
usulnya, keberadaan tanah negara ini
tahun 1953 (LN. 1953 No. 14) tentang
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
Penguasaan Tanah-Tanah Negara. Di
jenis.
dalam
Peraturan
mempunyai sifat karakter yuridis yang
pemerintah ini menetapkan bahwa
berbeda-beda. Pertama, tanah negara
yang dimaksud dengan istilah tanah
bebas (vrij lands domein), tanah
negara adalah tanah yang dikuasai
negara jenis ini merupakan tanah
penuh oleh negara (Pasal 1a). Sesudah
negara sejak dari semula belum ada
berlakunya
tanah
hak atas tanah yang melekat di
negara ini diganti menjadi tanah yang
atasnya; misalnya tanah-tanah hutan
dikuasai langsung oleh negara. Hal ini
belantara, tanah ―timbul‖ atau tanah
berdasarkan
politik
muncul yang berasal dari endapan
hukum yang ada pada saat itu.
lumpur baik dipantai maupun di
Dijelaskan di dalam penjelasan umum
sungai-sungai (aanslibing); Kedua,
UUPA
tanah negara bekas hak, yaitu tanah-
Pasal
1
dari
UUPA,
istilah
pertimbangan
bahwa
Negara
Republik
62
Setiap
jenis
tanah
negara
tanah negara yang berasal dari tanah-
maka tanah tersebut menjadi tanah
tanah yang semula ada hak yang
negara, penjelasan di atas sesuai
melekat di atasnya disebabkan karena
dengan ketentuan Pasal 18:
Untuk kepentingan umum,
termasuk kepentingan bangsa
dan negara serta kepentingan
bersama dari rakyat, hak-hak
atas tanah dapat dicabut dengan
memberi ganti kerugian yang
layak dan menurut cara yang
diatur dengan Undang–undang.
adanya suatu tindakan atau perbuatan
hukum
tertentu,
bisa
karena
pencabutan, pembebasan, pelepasan
menjadi tanah negara. Dalam Pasal
11, Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 1953 ditetapkan bahwa untuk
tanah
Ketiga,
tanah yang dikuasai oleh departemen
negara
yang
karena ketentuan hukum menjadi
tertentu yang berasal dari pembebasan
tanah yang dikuasai langsung oleh
(pembelian) apapun haknya semula,
negara atau menjadi tanah negara.
menjadi tanah negara yang kemudian
Model tanah negara jenis ini dapat
dimohonkan haknya oleh departemen
ditemukan
yang bersangkutan. Ketetapan Pasal
dalam
Undang-Undang
Darurat Nomor 8 tahun 1954 (LN.
11 sebagai berikut:
1954 Nomor 65) tentang penyelesaian
Tanah-tanah yang dibeli atau
dibebaskan dari hak rakyat oleh
suatu departemen, jawatan atau
daerah swatantra dalam rangka
menyelenggarakan/ pelaksanaan
kepentingannya menjadi ―Tanah
Negara‖ pada saat terjadinya
pembelian/pembebasan tersebut,
dalam arti bahwa penguasaan
atas tanah tersebut ada pada
Menteri Dalam Negeri dan oleh
Menteri Dalam Negeri akan
diserahkan kepada departemen
yang bersangkutan.
soal
pemakaian
tanah-tanah
perkebunan oleh rakyat. UndangUndang Darurat ini menjadi UndangUndang Nomor 1 tahun 1961 (LN.
1961, Nomor 3). Di dalam undangundang
ini
mengatur
tanah-tanah
perkebunan yang diduduki oleh rakyat
pada masa kemerdekaan. Berdasarkan
undang-undang
perkebunan
Pasal 18 UUPA merupakan
ini
yang
telah
diduduki
ketentuan hukum pencabutan hak atas
rakyat
tanah yang dipunyai baik seseorang
pemegang haknya menjadi tanah yang
maupun badan hukum yang dilakukan
dikuasai
oleh negara untuk kepentingan umum.
Ketentuan Pasal 7:
Sehingga dengan adanya pencabutan,
63
harus
bagian-bagian
dilepaskan
langsung
oleh
oleh
negara.
hapus dan tanah-tanah bekas
tanah partikelir itu karena
hukum seluruhnya serentak
menjadi tanah negara.
(1) dengan tidak menunggu
selesainya soal penetapan
penggantian
kerugian
termaksud dalam Pasal 10,
maka sejak tanggal surat
keputusan bersama tersebut
pada Pasal 5,6, dan 9, tanah
perkebunan yang soalnya
telah diselesaikan menurut
ketentuan dalam Pasal 7
ataupun yang haknya telah
dibatalkan atau dicabut
menurut ketentuan dalam
Pasal 9 menjadi tanah
negara, bebas dari segala
hak yang membebaninya.
(2) Tanah perkebunan yang
telah menjadi tanah negara
yang bebas tersebut di atas
dapat diberikan dengan
sesuatu hak kepada rakyat
dan
penduduk
yang
memenuhi syarat, menurut
ketentuan yang diadakan
oleh Menteri Agraria.
Di
dalam
Undang-Undang
Nomor 86 tahun 1958 (LN 1958, No.
162) tentang nasionalisasi perusahaanperusahaan milik Belanda yang berada
di dalam wilayah Republik Indonesia.
Di dalam Pasal 1 ditentukan bahwa:
perusahaan-perusahaan Belanda yang
berada di wilayah Republik Indonesia
yang
akan
peraturan
pemerintah
nasionalisasi,
milik
ditetapkan
penuh
dengan
dikarenakan
dinyatakan
menjadi
Negara
Republik
Indonesia. Ketentuan Pasal 21 ayat 3
jo Pasal 27 UUPA mengatur jangka
Undang-Undang Nomor 1 tahun
waktu hak milik atas tanah yang
1958 (LN 1958 Nomor 2) tentang
dipunyai oleh warga negara asing
Penghapusan
Partikelir,
harus dilepaskan kepada yang lebih
mengatur penghapusan tanah-tanah
berhak yaitu Warga Negara Indonesia.
partikelir, dimana di dalamnya masuk
Jika tidak dilakukan maka tanahnya
tanah hak eigendom yang luasnya
demi hukum menjadi tanah yang
melebihi 10 Bouw milik perorangan
dikuasai negara. Ketentuan tersebut
atau
sebagai berikut:
badan
tanah
usaha.
Tanah-tanah
Orang asing yang sesudah
berlakunya Undang-Undang ini
memperoleh hak milik karena
pewarisan tanpa wasiat atau
percampuran
harta
karena
perkawinan, demikian pula
warga Negara Indonesia yang
mempunyai hak milik dan
setelah berlakunya UndangUndang
ini
kehilangan
tersebut hapus demi hukum dan
menjadi tanah negara, di dalam Pasal
3 ditentukan:
Sejak mulai berlakunya undangundang ini demi kepentingan
umum hak-hak pemilik beserta
hak-hak pertuanannya
atas
semua tanah-tanah partikelir
64
kewarganegaraannya
wajib
melepaskan hak itu didalam
jangka waktu satu tahun sejak
diperolehnya hak tersebut atau
hilangnya kewarganegaraan itu.
Jika sesudah jangka waktu
tersebut lampau hak milik itu
dilepaskan, maka hak tersebut
hapus karena hukum dan
tanahnya jatuh pada negara,
dengan ketentuan bahwa hakhak
pihak
lain
yang
membebaninya
tetap
berlangsung.
Pasal
34
dan
40
pokok kebijaksanaan dalam rangka
pemberian hak baru atas tanah asal
konversi hak barat. Keputusan ini
mengatur mengenai tanah bekas hak
barat
september
tanahnya
kecuali
jangka
tanah
negara
menjadi
dilakukan
waktu
diubah haknya menjadi hak menjadi
hak lain. Pertama, hak eigendom yang
disebabkan tidak memenuhi syarat
penegasan konversinya sebagaimana
diatur dalam PERMENAG. Nomor 2
tahun 1960 diubah menjadi hak guna
pembaharuan
bangunan untuk perumahan atau hak
haknya oleh bekas pemegang haknya.
guna usaha untuk tanah pertanian,
Pasal III ayat (2) Ketentuan Konversi
UUPA,
pengaturan
tentang
jangka
hak-hak yang oleh ketentuan konversi
perpanjangan
atau
berakhir
negara. Di dalam Pasal 1 ini mengatur
waktu haknya telah berakhir, dengan
maka
1980
tanah yang dikuasai langsung oleh
UUPA
tersebut
menurut
waktu haknya, dinyatakan sebagai
dan hak guna bangunan yaitu pada
hak
dikonversi
ketentuan konversi UUPA sejak 24
mengatur hapusnya hak guna usaha
berakhirnya
yang
dengan jangka waktu selama 20 tahun.
hak
Pasal 1 menetapkan:
erfpacht untuk pertanian kecil menjadi
Hak erfpacht untuk pertanian
kecil yang ada pada mulai
berlakunya Undang-Undang ini,
sejak saat tersebut hapus dan
selanjutnya
diselesaikan
menurut
ketentuan-ketentuan
yang diadakan oleh Menteri
Agraria.
Tanah hak guna usaha, hak guna
bangunan dan hak pakai asal
konversi hak barat yang
menurut ketentuan UndangUndang Nomor 5 tahun 1960
berakhir
masa
berlakunya
selambat-lambatnya
pada
tanggal 24 september 1980,
pada saat berakhirnya hak yang
bersangkutan menjadi tanah
yang dikuasai langsung oleh
negara.
Di dalam Keputusan Presiden
Merujuk uraian di atas, terlihat
Nomor 32 tahun 1979 tentang pokok-
bahwa kontruksi hukum tanah negara
hapus
menjadi
tanah
negara,
ketentuan Pasal III:
65
atau tanah yang dikuasai langsung
Undang Nomor 1 tahun 1958 tentang
oleh negara, dapat dibedakan tanah
penghapusan
negara yang bebas maupun yang
konsekuensi
berasal
yang
menjadi tanah negara sejak tahun
sebelumnya dilekati oleh sesuatu hak
1958. Jika diperlukan oleh yang
atas tanah, baik itu hak barat maupun
bersangkutan maka akan diberikan
hak adat yang disebabkan suatu
oleh
perbuatan hukum ataupun ketentuan
(beheer)
hukum menjadi tanah negara serta
pemberian hak; Kedua, sebaliknya
menjadi tanah negara karena hukum.
apabila luasnya kurang dari 10 bouw,
Persoalan
adalah
berdasarkan
hukum
diubah menjadi hak guna bangunan
tanah-tanah yang dikuasai instansi
sejak 24 september 1960 yang akan
pemerintah dengan hak eigendom.
berlangsung 20 tahun berarti hak
dari
tanah-tanah
hukumnya
bagaimana
dengan
status
partikelir,
yuridisnya
Menteri
tersebut
Di dalam Surat Departemen
tanah
Hak
dengan
Penguasaan
surat
ketentuan
akan
adalah
keputusan
konversi
berakhir
jangka
Agraria tanggal 1 Maret 1962, Nomor
waktunya tahun 1980; Ketiga, dalam
Ka.3/1/1,
tanah
surat tersebut memberikan solusi lain
yang
yaitu
perihal:
status
Kotapraja/Kabupaten
dimohonkan
dengan
hak
dimilikinya berdasar Undang-Undang
penguasaan (beheer). Secara lengkap
Pokok
isi surat departemen agraria sebagai
Agraria;
Surat
tersebut
menjelaskan mengenai tanah
berikut:
yang
Mengenai
dikuasai instansi pemerintah dalam
tanah-tanah
yang
atau
sebelum berlakunya Undang-Undang
Kabupaten yang menguasai tanah hak
Pokok Agraria dipunyai Kotapraja-
eigendom
kotapraja/Kabupaten-Kabupaten
hal
ini
adalah
yang
Kotamadya
dikaitkan
dengan
dengan hak eigendom:
tanah partikelir dan konversi setelah
berlakunya
UUPA.
a. Kalau hak eigendom itu
terkena oleh Undang-undang
tentang penghapusan tanahtanah partikelir, maka tanah
yang bersangkutan akan
diberikan
dengan
surat
keputusan Menteri Agraria
dengan hak penguasaan
Pertama,
Bilamana tanah eigendom tersebut
luasnya lebih dari 10 Bouw (1 bouw =
7.500 m2) bisa dipastikan bahwa tanah
tersebut terkena ketentuan Undang-
66
(beheer) kepada kotapraja
yang dulunya mempunyai
hak eigendom tersebut.
tahun 1965, Isi dan tujuan dari
b. Jika mengenai tanah-tanah
eigendom yang kecil-kecil
yang tidak terkena oleh
undang-undang
tentang
penghapusan
tanah-tanah
partikelir, maka sebagai
diketahui
berdasarkan
ketentuan-ketentuan konversi
undang-undang
pokok
agraria, hak eigendom itu
telah dikonversi menjadi hak
guna bangunan. Oleh karena
tanah-tanah yang demikian
itu umumnya sudah dibebani
pula dengan hak erfpacht
atau opstal, maka seyogyanya
diubah
menjadi
hak
penguasaan (beheer) yang
penegasannya
diselenggarakan
dengan
keputusan Menteri Agraria
(ketentuan konversi UndangUndang Pokok Agraria Pasal
1 ayat 5).
selanjutnya diatur dalam Peraturan
pemberian
Menteri Agraria
dengan
obyek perkara, dengan mencermati
penjelasan Surat Departemen Agraria
bukan berstatus tanah negara bekas
tanah partikelir mengingat luasnya
tidak melebihi dari 10 bouw. Status
tanah sengketa tersebut adalah tanah
negara bekas hak eigendom yang
tercatat atas nama instansi pemerintah
sebagaimana dalil tergugat dan alat
bukti yang dilampirkan tergugat. Di
dalam Surat Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Jawa Timur tersebut, terdapat
cacatan tentang penegasan bahwa
hak
tanah bekas hak eigendom verponding
Nomor 12324, surat ukur tanggal 28
penguasaan ini merupakan bagian dari
Agustus 1926 Nomor 191 seluas
hak menguasai dari negara yang mana
25.798 m2, atas nama De stade
penguasaannya dilimpahkan kepada
Gemeente Soerabaja (sic) terletak di
instansi atau badan hukum tertentu
jalan
yang memenuhi syarat. Sebutan hak
atau
beheer
―Hak
Ind.
Sby.
Berdasarkan
penjelasan Surat Departemen Agraria,
ini
tanah tersebut dikonversi menjadi hak
selanjutnya diubah dan diterjemahkan
menjadi
berdasarkan
Berkaitan dengan status tanah
penguasaan dan pengaturannya. Hak
penguasaan
dan
ini
wajib didaftarkan.
Departemen Agraria ini adalah, apa
dimaksud
pengelolaan
PERMENAG Nomor 1 tahun 1966,
Isu hukum sehubungan Surat
yang
hak
guna
Pengelolaan‖.
bangunan
dan
seharusnya
diajukan hak penguasaan atau hak
Berdasarkan PERMENAG Nomor 9
67
pengelolaan dan didaftarkan agar
status
hukumnya
menjadi
Pada hakekatnya semua tanah
jelas.
negara dapat diajukan permohonan
Mengingat bahwa status hukumnya
sesuatu hak tertentu oleh pihak-pihak
menjadi hak guna bangunan karena
yang
ketentuan konversi (karena hukum)
tersebut.
maka
ketentuan
hukum, ada aspek substansi yang
Keputusan Presiden Nomor 32 tahun
harus dipenuhi baik itu subyek hukum
1979, dengan mengingat jangka waktu
yang
haknya
pemberian
berdasarkan
berakhir
karena
hukum,
berkepentingan
atas
Berdasarkan
mengajukan
haknya,
tanah
ketentuan
permohonan
obyek
tanah
dengan demikian menjadi tanah yang
(berkaitan dengan status hukumnya)
dikuasai langsung oleh negara atau
maupun bagi badan atau pejabat tata
tanah negara. Pertanyaan selanjutnya
usaha negara dalam rangka melakukan
adalah, dasar atau landasan hukum
tindakan
apa saja yang harus dipenuhi dalam
keputusan pemberian hak atas tanah
penerbitan keputusan pemberian hak
yang dimohon haknya. Tujuannya
atas tanah negara bekas eigendom
agar
yang tercatat atas nama de Stade
menyalahi ketentuan hukum yang
gemeente Surabaja, agar tidak terjadi
menjadi
error in re. untuk menjawab isu
diterbitkan keputusan sesuai dengan
hukum
isi dan tujuannya. Apabila aspek
tersebut
berarti
kajian
hukum
keputusan
dasar
menerbitkan
tersebut
hukum
tidak
dapatnya
analisisnya berkaitan dengan aspek
substansif
ini
substansi dari keputusan pemberian
berakibat
batal
hak atas tanah negara bekas eigendom
penerbitan sertipikatnya. Dikaitkan
Pemerintah Daerah Surabaya.3
dengan posisi kasus sengketa, Isu
Aspek
keputusan
hukumnya adalah aspek substansi
pemberian hak atas tanah negara
apa saja yang harus dipenuhi agar
bekas eigendom tercatat atas nama
tidak terjadi error in re dalam
de stade gemeente soerabaja (sic).
pembuatan keputusan dan penerbitan
substansif
tidak
terpenuhi
keputusan
dan
sertipikat; dan apakah telah terjadi
3
Lihat Boedi Djatmiko Hadiatmodjo,
Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah dan
Akibat Hukumnya, disertasi Univ. Airlangga,
2007, h.131-139
error in re.
68
Mengingat
waktu
selambat-lambatnya pada
tanggal 24 september 1980,
sebagaimana
yang
dimaksud dalam UndangUndang Nomor 5 tahun
1960, pada saat berakhirnya
hak yang bersangkutan
menjadi
tanah
yang
dikuasai langsung oleh
negara;
terjadinya
kasus sengketa, melihat subyek dan
status
hukum
obyek
sengketa,
merupakan titik tolak analisis kajian
aspek substansi dalam kasus sengketa
ini. Aspek substansi yang diatur dalam
dalam Keputusan Presiden Nomor 32
(2) tanah-tanah tersebut ayat
(1),
ditata
kembali
penggunaan,
penguasaan
dan pemilikannya dengan
memperhatikan:
a. masalah
tata
guna
tanahnya;
b. sumber daya alam dan
lingkungan hidup;
c. keadaan
kebun
dan
penduduknya;
d. rencana pembangunan di
daerah;
e. kepentingan-kepentingan
bekas pemegang hak dan
penggarap
tanah/penghuni
bangunan.
tahun 1979 tentang pokok-pokok
kebijaksanaan
dalam
rangka
pemberian hak baru atas tanah asal
konversi hak-hak barat. Di dalam
keputusan presiden ini prinsip-prinsip
substantif yang diatur: Pertama, pada
prinsipnya tanah-tanah hak barat asal
konversi hak baru sejak tanggal 24
september 1980 menjadi tanah negara.
Tanah negara bekas konversi hak
barat yang telah menjadi tanah negara
ditata
kembali
penguasaan
dan
penggunaan,
kepemilikannya
Kedua, pada prinsipnya
yang
dengan memperhatikan: tata guna
ditetapkan dalam keputusan presiden
tanah,
ini,
sumberdaya
alam
dan
bahwa
bekas
pemilik
dapat
lingkungan hidup, keadaan beban dan
mengajukan
penduduk,
pembangunan
memenuhi syarat dan dipergunakan
daerah, kepentingan bekas pemegang
sendiri, kecuali tanah-tanah tersebut
hak dan penggarap tanah/penghuni
diperlukan
bangunan. Hal tersebut ditetapkan
pembangunan
dalam Pasal 1 Keputusan Presiden:
umum. Apabila memang diperlukan
rencana
(1) tanah hak guna usaha, hak
guna bangunan dan hak
pakai asal konversi hak
barat,
yang
jangka
waktunya akan berakhir
untuk
hak
baru,
untuk
untuk
apabila
proyek-proyek
kepentingan
proyek kepentingan
umum
maka bagi bekas pemegang haknya
diberikan ganti kerugian. Hal tersebut
69
Di dalam Pasal 5:
ditetapkan dalam Pasal 2 dan 3. Di
Tanah-tanah
perkampungan
bekas hak guna bangunan dan
hak pakai asal konversi hak
barat yang telah menjadi
perkampungan atau diduduki
rakyat, akan diberikan prioritas
kepada
rakyat
yang
mendudukinya,
setelah
dipenuhinya
persyaratanpersyaratan yang menyangkut
kepentingan bekas pemegang
hak tanah.
dalam Pasal 2 ditetapkan:
Kepada bekas pemegang hak
yang memenuhi syarat dan
mengusahakan
atau
menggunakan
sendiri
tanah/bangunan, akan diberikan
hak baru atas tanahnya, kecuali
apabila tanah-tanah tersebut
diperlukan untuk proyek-proyek
pembangunan
bagi
penyelenggaraan kepentingan
umum.
pada
Keempat,
Selanjutnya dalam Pasal 3 :
prinsipnya
tanah negara bekas konversi hak barat
Kepada bekas pemegang hak
yang tidak diberikan hak baru
karena tanahnya diperlukan
untuk proyek pembangunan,
maka diberikan ganti rugi yang
besarnya akan ditetapkan oleh
suatu Panitya Penafsir.
yang
sebelumnya
dikuasai
oleh
perusahaan negara, perusahaan daerah
atau
badan-badan
diberikan
negara
pembaharuan
hak.
akan
Hal
tersebut ditetapkan di dalam Pasal 6 :
Ketiga, pada prinsipnya kepada
dalam Pasal 4 dan 5 Keputusan
Hak guna usaha, hak guna
bangunan, hak pakai asal
konversi hak barat yang dimiliki
oleh perusahaan milik negara,
perusahaan daerah serta badanbadan
negara
diberi
pembaharuan hak atas tanah
yang bersangkutan dengan
memperhatikan Pasal 1.
Presiden ini. Di dalam Pasal 4:
Melihat
rakyat
yang
menduduki
dan
menjadikan perkampungan atas tanah
bekas konversi hak barat diberikan
prioritas untuk diberikan hak baru atas
tanah. Hal tersebut ditetapkan di
Tanah-tanah hak guna usaha
asal konversi hak barat yang
sudah diduduki oleh rakyat dan
ditinjau dari sudut tata guna
tanah
dan
keselamatan
lingkungan hidup lebih tepat
diperuntukkan
untuk
pemukiman atau kegiatan usaha
pertanian akan diberikan hak
baru kepada rakyat yang
mendudukinya.
materi
Keputusan
Presiden
tersebut
maka
secara
substansi
subyek
hukum
yang
mendapatkan prioritas untuk dapat
mengajukan permohonan sesuatu hak
atas tanah asal konversi hak barat ini
adalah:
1. Prioritas pertama ada pada
negara, dengan cacatan bila
diperlukan untuk proyek-
70
proyek yang berhubungan
dengan kepentingan umum
(Pasal 2 dan Pasal 3);
dalam Keputusan Presiden tersebut
2. Prioritas kedua adalah bekas
pemegang hak atas tanah
negara bekas hak barat
tersebut. Bekas Pemegang
hak tersebut termasuk di
dalamnya
perusahanperusahan milik negara dan
derah atau badan-badan
negara yang masih dikuasai
(dimiliki)
untuk
tanah
tersebut dengan pembaharuan
hak;
dengan
cacatan
memperhatikan masalah tata
guna tanah, sumberdaya alam
dan
lingkungan
hidup,
keadaan
kebun
dan
penduduknya,
rencana
pembangunan di daerah dan
kepentingan bekas pemegang
haknya
dan
penggarap/penghuninya
(Pasal 3, 6 dan 1).
sebagai penghuni atau penggarap atas
3. Prioritas ketiga adalah rakyat
penggarap dan penghuni
tanah negara bekas hak barat
tersebut dan akan diberikan
hak baru yang memenuhi
syarat (Pasal 4 dan 5).
presiden.
Berdasarkan
berada pada posisi ketiga, yaitu
tanah negara bekas eigendom, dan
secara substantif tanah negara tidak
bisa
mengkaji
harus
yang
memberikannya.
bersifat konstitutif, badan atau pejabat
tata
usaha
negara
berkewajiban
memperhatikan ketentuan yang secara
substantif
mengatur
hal
tersebut,
dalam hal ini adalah Keputusan
Berdasarkan uraian kasus posisi
dan
pertimbangan
hukum
dalam
putusan pengadilan baik dari tingkat
pertama, banding, kasasi maupun
peninjauan
kembali
dapat
dilihat
bahwa yang menjadi obyek sengketa
sengketa
berstatus bekas tanah hak barat yang
dikuasai langsung oleh negara atau
tanah negara yang terkena ketentuan
eigendom tertulis atas nama de Stade
Keputusan Presiden Nomor 32 tahun
gemeente Soerabaja.(sic). Sebaliknya,
dalam
berwenang
Untuk menerbitkan keputusan yang
prioritas adalah bekas pemegang hak
penggugat
permohonan
badan atau pejabat tata usaha negara
secara substansi yang mendapatkan
posisi
mengajukan
pemberian hak atas tanah kepada
Keputusan
kasus
Untuk
memperoleh sesuatu hak atas tanah
Presiden Nomor 32 tahun 1979,
setelah
diperjualbelikan.
1979. Penggugat yang menguasai
kasus
tanah
sengketa ini adalah dengan menelaah
dan
bangunan
(sebagian)
melalui jual beli dengan yayasan
atau mengkaji ketentuan pasal-pasal
71
mengelola obyek sengketa diputuskan
Kesimpulan
oleh pengadilan tetap diberikan hak
Berdasarkan keseluruhan analisis dari
menguasai sebatas tanah dan gedung
studi kasus yang dilakukan di atas,
(sebagian).
sampailah pada kesimpulan bahwa
dihukum
Sebaliknya
untuk
keputusan
tergugat
membatalkan
pemberian
hak
ketentuan-ketentuan
yang
mengatur
hukum
mengenai
yang
substansi
menjadi dasar terbitnya sertipikat.4
berkaitan dengan prioritas yang dapat
Kelemahan
diberikan sesuatu hak atas tanah dan
tingkat
putusan
pengadilan
pertama, tingkat
banding,
dengan
mencermati
pertimbangan
tingkat Mahkamah Agung atau dalam
hukum dalam kasus perkara di atas,
Peninjauan
kembali
mencantumkan
dilanggar
adalah
tidak
terlihat bahwa dalam pertimbangan
apa
yang
hukumnya
AUPB
oleh
usaha
asas
dalam
putusan pengadilan tata
negara
belum
atau
tidak
keputusan tata negara tersebut walau
melakukan kajian hukum pertanahan
telah ditentukan berdasarkan Juklak
yang
Mahkamah
substansi.
Agung
052/Td.TUN/III/1992
Nomor
tanggal
berkaitan
dengan
----- ooo 0 ooo -----
24
Maret 1992 bahwa:
Di
dalam
hal
hakim
mempertimbangkan
adanya
asas-asas umum pemerintahan
yang baik sebagai alas an
pembatalan penetapan, maka hal
tersebut tidak perlu dimasukkan
dalam
dictum
putusannya,
melainkan
cukup
dalam
pertimbangan putusan dengan
menyebutkan asas mana dari
asas-asas umum pemerintahan
yang baik yang dilanggar dan
akhirnya harus mengacu pada
Pasal 53 ayat (2)5
4
Ibid
Lihat Yudhi Setiawan, Instrumen
Hukum Campuran (gemeenschapelijkrecht)
Dalam Konsolidasi Tanah, P.T.Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2009, h. 247-248
5
72
aspek
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3344);
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004 tentang
Perubahan
Undang-Undang
Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilam
Tata Usaha Negara. (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2004, Nomor. 35,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor.
4380, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);
Buku
Harsono, Boedi, 1971, UndangUndang Pokok Agraria, Bagian
Pertama,
jilid
kedua,
Djambatan, Jakarta,
_____, 1980, Beberapa analisis
tentang hukum agraria, bagian
3, Era study Club, Jakarta,
Hadjon, Philipus M., 1997, Pengantar
Hukum Administrasi Indonesia,
Gajah Mada University Press,
Jogjakarta.
Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua
Undang-Undang
Nomor
5
Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara;
_____, 2006, dan Tatiek Sri Djatmiati,
Argumentasi Hukum, Gajah
Mada
University
Press,
Jogyakarta,
Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan
Peraturan
PerundangUndangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004,
Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4389)
Soehino, 2000, Asas-asas Hukum Tata
Usaha Negara,
Liberty,Jogjakarta
Setiawan, Yudhi, 2009, Instrumen
Hukum
Campuran
(gemeenschapelijkrecht) Dalam
Konsolidasi
Tanah,
P.T.Rajagrafindo
Persada,
Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun
1961
tentang
Pendaftaran
Tanah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1961, Nomor
28);
Jurnal/Tesis/Disertasi
Hadiatmodjo, Boedi Djatmiko, 2007,
Pembatalan Sertipikat Hak Atas
Tanah dan Akibat Hukumnya,
disertasi Univ. Airlangga
Peraturan Pemerintah Nomor. 24
Tahun
1997
Tentang
Pendaftaran Tanah (Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia, Nomor 3696);
Peraturan perundang-undangan
Peraturan
Presiden
Republik
Indonesia Nomor. 10 tahun
2006 tentang Badan Pertanahan
Nasional;
Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986, tentang Peradilan Tata
Usaha
Negara
(Lembaran
Negara Republik Indonesia
1986, Nomor 77, Tambahan
Keputusan
Presiden
Republik
Indonesia Nomor. 26 tahun
73
1988,
tentang
Pertanahan Nasional;
Badan
Peraturan
Menteri
Negara
Agraria/Kepala
Badan
Pertanahan Nasional Nomor. 3
Tahun
1999,
tentang
Pelimpahan Kewenangan dan
Pembatalan
Keputusan
Pemberian Hak Atas Tanah
Negara;
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor. 6 Tahun 1972, tentang
Pelimpahan
Wewenang
Pemberian Hak Atas Tanah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor. 5 Tahun 1973, tentang
Ketentuan Mengenai Tata Cara
Pemberian Hak Atas Tanah;
Peraturan
Menteri
Negara
Agraria/Kepala
Badan
Pertanahan Nasional Nomor. 9
Tahun 1999, tentang Tatacara
Pemberian dan Pembatalan Hak
Atas Tanah Negara dan Hak
Pengelolaan;
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor. 3 Tahun 1979 tentang
Ketentuan
Mengenai
Permohonan dan Pemberian
Hak Baru Atas Tanah Asal
Konversi Hak Barat;
Biro
Peraturan
Menteri
Negara
Agraria/Kepala
Badan
Pertanahan Nasional Nomor. 3
tahun 1997, tentang Ketentuan
Pelaksanaan
Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun
1997
tentang
Pendaftaran
Tanah;
Hukum
dan
Hubungan
Masyarakat,
Himpunan
Peraturan
PerundangUndangan Pertanahan 19881998, Proyek Pengembangan
hukum pertanahan, Jakarta,
1998;
----- ooo 0 ooo -----
74