Analisis Perencanaan Pembangunan Kawasan ekowisata

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pedesaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pembangunan nasional. Namun karena sebagian besar aktor utama pembangunan
berkedudukan di perkotaan, maka pemerintah cenderung mengutamakan
pembangunan perkotaan daripada pedesaan. Pembangunan pedesaan adalah untuk
menunjang pembangunan perkotaan sebagai pembangunan yang utama. Salah satu
bentuk pembangunan desa adalah dengan mengelola potensi sumber daya alam
dengan pemberdayaan masyarakat.
Sumber daya perikanan merupakan salah satu sumber daya yang sangat
penting bagi kehidupan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai penggerak utama
perekonomian nasional saat ini, walaupun sektor perikanan memiliki peran yang
sangat penting dn potensi ekonomi nasional, akan tetapi sampai saat ini peran dan
potensi terebut masih terabaikan dan belum teroptimalkan dengan baik.
Melihat adanya banyak peluang di bidang perikanan khususnya nila maka
pemerintah daerah Kabupaten Malang membuat perencanaan pembangunan
kawasan minapolitan yang berpusat di Kecamatan Wajak. Kecamatan Wajak
tepatnya di Desa Sukoanyar merupakan kawasan-kawasan perikanan, konsep
minapolitan itu mengintegrasikan produksi bahan baku, pengolahan, dan
pemasaran.


Pembentukan

minapolitan

akan

mendorong

pembangunan

infrastruktur yang lebih efektif dan efisien, seperti air bersih, listrik, dan
penerangan.
Sentra pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang dipilih di
Kecamatan Wajak, dengan beberapa alasan yaitu lokasi ditengah-tengah daerah
Kabupaten Malang juga karena merupakan daerah agraris yang area
persawahannya banyak menggunakan aliran air sungai, banyak mempunyai
sumber air dari dua sungai besar yaitu sungai kajaran dan sungai pawon,
kecamatan wajak banyak memiliki rumah tangga yang mempunyai usaha
budidaya ikan. Sedangkan pemerintah memilih Desa Sukoanyar karena lokasi

berada di pinggir jalan besar yang memudahkan akses transportasi.

1

Total penduduk kecamatan wajak yaitu 81.913 jiwa, mata pencaharian
sebagian besar penduduknya adalah petani yaitu 32.681 orang, buruh tani 8.843
orang, baru kemudian peternak sebanyak 6.502 orang. Penduduk dengan mata
pencaharian yang lain sebanyak 33.887 orang. Sedangkan luas untuk tanah sawah
sekitar 1.502 Ha dari total luas kecamatan wajak 9.785,33 Ha. Selain karena
faktor lokasi dan penduduk, alasan pemerintah membangun kawasan minapolitan
di Kecamatan Wajak adalah karena kawasan tersebut mempunyai beberapa
sumber mata air di beberapa wilayah desanya yaitu antara lain desa wajak dengan
empat sumber mata air, desa blayu dengan mata air ndewo, desa codo dengan dua
sumber mata air, desa dadapan dengan tiga sumber mata air dan sebagainya.
Dengan beberapa sumber mata air tersebut menjadikan Kecamatan Wajak
berlimpah air sehingga memudahkan para pembudidaya dalam mengairi kolam
maupun sawahnya sebagai prasyarat penghidupan ikan.
Pemilihan kecamatan wajak sebagai sentra minapolitan karena adanya
rumah tangga perikanan budidaya (RTPB) sejumlah 88 dan kelompok usaha
budidaya (KUB) sejumlah 16. Data survey yang dilakukan Dinas Perikanan dan

Kelautan Kabupaten Malang. Tujuan pembangunan kawasan minapolitan di
Kabupaten Malang antara lain pengendalian urbanisasi, penanggulangan
pengangguran, pengentasan kemiskinan, serta meningkatkan pertumbuhan
ekonomi wilayah. Hal ini selaras dengan usaha pemerintah daerah Kabupaten
Malang yang ingin meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya dengan berbagai
cara salah satunya dengan megolah potensi di beberapa wilayah kecamatan sesuai
dengan kondisi potensinya.
Pembangunan kawasan minapolitan ini melibatkan banyak pihak dalam
tujuan memberdayakan masyarakat pedesaan di Kabupaten Malang dalam bidang
perikanan darat yang dilaksanakan dari hulu ke hilir. Memberdayakan masyarakat
terutama masyarakat tertinggal dari bidang ekonomi dan bidang lainnya sebagai
bagian dari reformasi.

2

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam perencanaan
pembangunan kawasan minapolitan di Desa Sukoanyar, Kecamatan
Wajak, Kabupaten Malang dengan metode analisis SWOT ?
2. Bagaimana proses dan dasar dari perencanaan pembangunan kawasan

minapolitan di Kabupaten Malang yang meliputi: tahapan-tahapan
perencanaan dan bentuk perencanaan, persiapan menuju pembangunan
kawasan minapolitan, dan perencanaan pendanaan pembangunan ?
1.3 Tujuan
1.

Menganalisis

faktor-faktor

pendukung

dan

penghambat

dalam

perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Desa Sukoanyar,
Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang dengan metode analisis SWOT.

2.

Mengetahui proses dan dasar dari perencanaan pembangunan kawasan
minapolitan di Kabupaten Malang yang meliputi: tahapan-tahapan
perencanaan dan bentuk perencanaan, persiapan menuju pembangunan
kawasan minapolitan, dan perencanaan pendanaan pembangunan.

1.4 Manfaat
1. Akademis
Dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan administrasi publik,
khususnya pemahaman terkait dengan perencanaan pembangunan sebagai
kawasan minapolitan.
2. Praktis
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dan implikasi praktis kepada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Kabupaten, Kecamatan dan Perangkat Desa
dalam menentukan kebijakan formulasi perencanaan pembangunan
khususnya kawasan Minapolitan di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang sesuai dengan analisis SWOT.

3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan
2.1.1 Pengertian Perencanaan
Pada

hakikatnya

perencanaan

adalah

usaha

yang

secara


sadar,

terorganisasi, yang terus menerus dilakukan guna memilih alternatif yang
terbaik, dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu (Waterston
dikutip dalam conyers, 1992 H.4). (Williams (1966) dalam affifuddin (2010)
H.95) meneyebutkan proses perencanaan itu meliputi menentukan atau
menetapkan dengan jelas maksud dan tujuan, menentukan alternatif, mengatur
sumber-sumber yang diperlukan, menentukan organisasi, metode dan prosedur,
menentukan dan menetapkan perencanaan itu sendiri. (Arsyad (1999) dalam
Tarigan (2009) H.5), berependapat ada 4 elemen dasar perencaaan yaitu: 1)
Merencanakan berarti memilih, 2) Perencanaan merupakan alat pengalokasian
sumber daya, 3) Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, 4)
Perencanaan berorientasi masa depan.
Oleh sebab itu maka dalam perencaaan seharusnya mengandung unsurunsur yang lengkap dan menyatu, sebagaimana pendapat yang menyampaikan
oleh Riadi dan Bratakusumah (2004 H.3), bahwa unsur-unsur perencanaan yang
baik, sebagai berikut :
1. Adanya asumsi-asumsi yang didasarkan pada fakta-fakta atau buktibukti yang ada.
2. Adanya alternatif-alternatif atau pilihan-pilihan sebagai dasar penentun
kegiatan yang akan dilakukan.
3. Adanya tujuan yang ingn dicapai. Dalam hal ini perencanaan merupakan

suatu alat atau sarana untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan
kegiatan.
4. Bersifat

memprediksi

sebagai

langkah

untuk

mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan
5. Adanya kebijaksanaan sebagai hasil keputusan yang harus dilaksanakan.
4

Selanjutnya (Cokrosmidjoyo (1989) H.57-59) mengemukakan bahwa dalam

suatu perencanaan terdiri dari tahapan-tahapan yaitu : 1) Penyususnan rencana,
2) Penyusunan program rencana, 3) Pelaksanaan rencana, 4) Pengawasan atas
pelaksanaan rencana, 5) Evaluasi.
2.1.2 Partisipasi dalam Perencanaan
Abe (2005 H.71) menyatakan bahwa pembangunan bebrbasis prakarsa
masyarakat adalah perancanaan yang sepenuhnya yang mencerminkan
kebutuhan kongkrit masyarakat dan dalam proses penyusunannya benar-benar
melibatkan masyarakat. Perencanaan yang demikian disebut perencanaan
pertisipatif.
2.1.3 Perencanaan Top-Down dan Bottom-Up
Perencanaan Top-Down dan Bottom Up dalam perencanaan pembangunan
dimasa sekarang ini menggunakan pendekatan perencanaan Top Down dan
Bottom Up. Dimana perencanaan Top Down dengan perencanaan Bottom Up
pembedanya didasarkan atas kewenangan dari institusi yang terlibat.
Perencanaan model Top Down dan Bottom Up hanya berlaku apabila terdapat
beberapa tingkat atau lapisan pemerintahan atau beberapa jenjang jabatan di
perusahaan yang masing-masing tingkatan diberi wewenang untuk melakukan
perencanaan (Tarigan, 2009 H. 17).
2.2 Pembangunan
2.2.1 Pengertian Pembangunan

Menurut Siagian (2008 H. 4) pembangunan didefinisikan sebagai
rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan
sadar yang di tempuh oleh suatu Negara bangsa menuju modernitas dalam
rangka pembinaan bangsa.

Sedangkan menurut Kartasasmita (1996) dalam

Safe’i (2009 H. 1) mengatakan pembangunan adalah usaha meningkatkan harkat
martabat masyarakat yang dalam kondisinya tidak mampu melepaskan diri dari
perngkat kemiskinan dan keterbelakangan. Membangun masyarakat berarti
memampukan atau memandirikan mereka.
2.2.2 Pembangunan dalam Otonomi Daerah

5

Berdasarkan undang-undang no. 32 tahun 2004, desentralisasi diartikan
sebagai penyerahan wewenang/urusan pemerintah oleh pemerintah pusat kepada
daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sementara itu, daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Muluk, 2007 H. 41).
Tujuan otonomi daerah adalah memberikan keleluasaan kepada daerah
untuk menyelenggarakan pemerintah daerah. Tujuan ini mengandung makna
adanya

perubahan

kepada

kehidupan

pemerintah

daerah

yang

lebih

mengutamakan kepentingan rakyat, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat secara keseluruhan. Selain itu, untuk mewujudkan terciptanya good
governance yang bersifat terbuka, jujur, adil, berorientasi kepada kepentingan
rakyat serta bertanggung jawab.
2.2.3 Pembangunan Desa
Pembangunan desa dan kota yang tidak seimbang akan berakibat buruk
secara sosial dan ekonomi terhadap kehidupan di kedua wilayah hidup
masyarakat tersebut. Pertama, kota akan mengalami kepadatan penduduk yang
semakin tinggi, disebabkan terbukanya kesempatan kerja dibidang produksi dan
pelayanan. Kedua, desa semakin kehilangan tenaga untuk mengolah pertanian.
Merubah keadaan tersebut adalah dengan berbagai strategi yang bertujuan antara
lain dengan mendekatkan pedesaan dan perkotaan secara fisik dalam bentuk
perhubungan dan komunikasi, membentuk karakter kota di pedasaan dan
mendorong terjadinya “change” dan “rapid growth”, kemudian mentransfer
kekuatan kehidupan perkotaan ke pedesaan dalam bentuk permodalan, skill serta
menghubungkan kekuatan pasar kota dengan potensi sumber produksi di
pedesaan (Maskun, 1993 h. 1-3).
Menurut adisasmita (2006 h. 221), masalah-masalah yang dihadapi dalam
pembangunan pedesaan, diantaranya adalah:
1) Desa-desa yang berpenduduk padat telah menimbulkan pemilikan tanah
yang sangat sempit, dengan demikian tidak mencukupi untuk mendukung
kehidupan petani secara layak, petani penggarap pendapatannya rendah.

6

2) Desa-desa yang jarang penduduknya, dimana potensi pertanian masih luas,
maka disamping usaha peningkatan produktivitas masih dimungkinkan
pembukaan areal tanah pertanian baru, tetapi diperlukan penambahan
tenaga kerja (resettlement)
3) Desa-desa terpencil atau terisolasi termasuk desa-desa pantai pada
umumnya keadaan lingkungan dan tingkat pendapatannya jauh lebih
rendah dari pedesaan lainnya.
2.3 Perencanaan Pembangunan
2.3.1 Perencanaan Pembangunan Menurut Administrasi Publik
Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah, berhubungan dengan kepentingan orang banyak atau publik
yang ditangani oleh administrasi publik. Menurut Siagian (2008 H.49), bahwa
pemerintah bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan

berbagai

pembangunan

nasional,

tetapi

merupakan

kenyataan bahwa peranan pemerintah dengan seluruh jajarannya bersifat
dominan.
Menurut sudut pandang ilmu administrasi publik, terdapat 3 asumsi agar
perencanaan pembangunan dapat berlanngsung dengan baik, yaitu :
1. Kepemimpianan pembangunan
2. Manajemen sumber daya pembangunan.
3. Prosedur perencanaan.
2.3.2 Ciri-Ciri Perencanaan Pembangunan
Ada beberapa hal yang membedakan suatu perencanaan pembangunan,
yaitu dipenuhinya berbagai ciri-ciri tertentu serta adanya tujuan yang bersifat
pembangunan.

Bintoro

Tjokroamidjojo

(1996)

mengungkapkan

bahwa

Perencanaan Pembangunan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Suatu
perencanaan pembangunan adalah usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk
mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap (steady social economy
growth). Hal ini dicerminkan dalam usaha peningkatan produksi nasional,beripa
tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang positif.

7

1. Usaha yang dicerminkan dalam rencana meningkatkan pendapatan
perkapita. Laju pertumbuhan ekonomi yang positif, yaitu setelah dikurangi
dengan laju pertumbuhan penduduk menunjukkan pula kenaikan
pendapatan per kapita
2. Usaha mengadakan perubahan struktur ekonomi yang mendorong
peningkatan struktur ekonomi agraris menuju struktur industri.
3. Adanya perluasan kesempatan kerja
4. Adanya pemerataan pembangunan yang meliputi pemerataan pendapatan
dan pembangunan antara daerah
5. Adanya usaha pembinaan lembaga ekonomi masyarakat yang lebih
menunjang kegiatan pembangunan
6. Upaya membangun secara bertahap dengan berdasar kemampuan
sendiri/nasional
7. Usaha terus menerus menjaga stabilitas ekonomi
Semua ciri-ciri perencanaan pembangunan tersebut menunjukkan pula
peranan daripada Pemerintah sebagai pendorong pembangunan (agent of
development) bagi banyak negara-negara baru berkembang.
2.3.3 Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Proses perencanaan pembangunan memerlukan keterlibatan masyarakat,
diantaranya

melalui

konsultasi

publik

atau

musyawarah

perencanaan

pembangunan (musrenbang). Musyawarah perencanaan pembangunan adalah
suatu forum konsultasi para pemangku kepentingan untuk menghasilkan
kesepakatan perencanaan pembangunan di daerah yang bersangkutan sesuai
dengan tingkatan wilayahnya yang dilakukan secara berjenjang melalui
mekanisme “bottom-up planning”. Musrenbang merupakan wahana utama
konsultasi publik yang digunakan pemerintah dalam penyusunan rencana
pembangunan nasional dan daerah di Indonesia.
Musrenbang sendiri dimulai dari musrenbang desa/kelurahan, musrenbang
kecamatan, forum SKPD dan musrenbang kabupaten/kota, serta untuk jenjang
berikutnya hasil musrenbang kabupaten/kota digunakan sebagai masukan untuk
musrenbang provinsi, Rokorpus (Rapat Koordinasi Pusat) dan musrenbang
nasional. Proses musrenbang sendiri pada dasarnya mendata aspirasi dan

8

kebutuhan masyarakat yang dirumuskan melalui pembahasan di tingkat
desa/kelurahan, dilanjutkan tingkat kecamatan, dikumpulkan berdasarkan urusan
wajib dan pilihan pemerintah daerah dan selanjutnya diolah dan dilakukan
prioritas program/kegiatan di tingkat kabupaten/kota oleh Bappeda bersama para
pemangku kepentingan disesusaikan dengan kemampuan pendanaan dan
kewenangan daerah.
Pada tingkat desa/kelurahan fungsi musrenbang adalah menyepakati isu
prioritas wilayah desa/kelurahan, program dan kegiatan yang dapat dibiayai dari
Alokasi Dana Desa, diusulkan ke APBD, maupun yang akan dilaksanakan
melalui swadaya mesyarakat dan APBDesa, serta menetapkan wakil/delegasi
yang akan mengikuti musrenbang kecamatan. Musrenbang Desa/Kelurahan
dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah
desa, kelurahan.
2.4 Konsep Pengembangan Kawasan Minapolitan
Minapolitan merupakan bagian dari kawasan agropolitan. Dalam pedoman
umum Pengembangan Kawasan Minapolitan, kata Minapolitan berasal dari kata
mina dan politan. Mina berarti ikan dan politan berarti kawasan. Pengertian dari
kawasan minapolitan berdasarkan turunan kawasan agropolitan adalah kawasan
yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai
sistem produksi perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan
sistemn permukiman dan sistem minabisnis.
Menurut Friedmann (1978), konsep agropolitan/minapolitan terdiri dari
distrik-distrik agropolitan/minapolitan dan distrik agropolitan/minapolitan
didefinisikan sebagai kawasan pertanian pedesaan yang memiliki kepadatan
penduduk rata-rata 200 jiwa per km2 dengan penduduk yang mayoritas bekerja
di sektor pertanian/perikanan.
Pengembangan kawasan Minapolitan adalah pembangunan ekonomi
berbasis perikanan di Kawasan Agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan
dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong
berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis

9

kerakyatan,

berkelanjutan

dan

terdesentralisasi,

yang

digerakkan

oleh

masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Berdasarkan isu dan permasalahan pembangunan perdesaan yang terjadi,
pengembangan kawasan minapolitan merupakan alternatif solusi untuk
pengembangan wilayah perdesaan. Kawasan minapolitan dicirikan sebagai
kawasan perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan
usaha minabisnis di pusat minapolitan yang diharapkan dapat melayani dan
mendorong

kegiatan

pembangunan

perikanan

(minabisnis)

di

wilayah

sekitarnya.
Pentingnya

pengembangan

kawasan

minapolitan

di

Indonesia

diindikasikan oleh ketersediaan lahan perikanan dan tenaga kerja yang murah,
terbentuknya kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge), jaringan (network)
terhadap sektor hulu dan hilir yang telah terjadi, dan kesiapan pranata (institusi).
Menurut Pedoman Umum Minapolitan Kementerian Kelautan dan Perikanan
(2011), bahwa suatu kawasan dapat ditetapkan dan dikembangkan sebagai
kawasan minapolitan apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
a) Kesesuaian dengan Renstra Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan atau
Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) kabupaten/kota, serta Rencana Pengembangan Investasi Jangka
Menengah Daerah (RPIJMD) yang telah ditetapkan.
b) Memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan nilai
ekonomi tinggi.
c) Letak geografis yang strategis dan secara alami memenuhi persyaratan untuk
pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan
d) Terdapat unit produksi, pengolahan dan atau pemasaran dan jaringan usaha
yang aktif berproduksi, mengolah dan atau memasarkan yang terkonsentrasi di
suatu lokasi dan mempunyai matarantai produksi pengolahan dan atau
pemasaran yang saling terkait.
e) Tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar,
permodalan, sarana dan prasarana produksi, pengolahan dan atau pemasaran,
keberadaan lembaga-lembaga usaha dan fasilitas penyuluhan dan pelatihan.

10

Pengembangan kawasan minapolitan diharapkan dapat mendukung
terjadinya sistem kota-kota yang terintegrasi. Hal ini ditunjukkan dengan
keterkaitan antar kota dalam bentuk pergerakan barang, modal dan manusia,
melalui dukungan infarstruktur yang memadai. Oleh keran itu perlu disusun
masterplan pengembangan kawasan minapolitan yang akan menjadi acuan
program pembangunan yaitu:
Penetapan pusat agropolitan/minapolitan yang berfungsi sebagai:
1. Pusat perdagangan dan transportasi perikanan
2. Penyedia jasa pendukung perikanan dan Penyedia pekerja non perikanan
3. Pusat industri dan produksi perikanan
4. Pusat minapolitan dan hinterland-nya terkait dengan sistem permukiman
nasional, propinsi dan kabupaten (RTRW Propinsi/Kabupaten).
5. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai:
Intensifikasi perikanan, pusat pendapatan perdesaan dan permukiman
untuk barang-barang dan jasa non perikanan, penetapan sektor unggulan:
6. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh
sektor hilirnya.
7. Kegiatan minabisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyrakat paling
besar serta mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk
dikembangkan dengan orientasi ekspor.
8. Dukungan sistem infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang
mendukung pengembangan kawasan minapolitan diantaranya: jaringan
jalan, irigasi, sumber-sumber air, dan jaringan utilitas.
9. Dukungan sistem kelembagaan:
Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan minapolitan
yang merupakan bagian dari pemerintah daerah dengan fasilitas
pemerintah pusat dan pengembangan sistem kelembagaan insentif dan
disinsentif pengembangan kawasan minapolitan (Douglas, 1986).
Minapolitan merupakan proyek dari pemerintah pusat yang pada dasarnya
ingin memberi peluang usaha pada daerah yang mempunyai potensi perikanan
agar mendapatkan keuntungan. Untuk menghindari kegagalan perlu dilakukan

11

studi kelayakan proyek tersebut dijalankan. Tujuan perlu dilakukan studi
kelayakan, yaitu: 1) menghindari resiko kerugian, 2) memudahkan perencanaan,
3) memudahkan pelaksanaan pekerjaan, 4) memudahkan pengawasan, 5)
memudahkan pengendalian (kasmir dan jakfar, 2009 h. 12-13).

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Fokus
1. Perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang
yang meliputi: tahapan-tahapan perencanaan dan bentuk perencanaan,
persiapan

menuju

pembangunan

kawasan

minapolitan,

penilaian

kelayakan menjadi kawasan minapolitan, dan perencanaan pendanaan
pembangunan.
2. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam perencanaan
pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang dengan
menggunakan metode analisis SWOT.
3.2 Lokasi
Penulis mengambil lokasi di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang. Dengan alasan penulis telah mengenal kondisi daerah,
selain itu program minapolitan di Kabupaten Malang khususnya di Desa
Sukoanyar, Kecamatan Wajak merupakan sebuah program baru sehingga
banyak yang perlu dikaji lebih lanjut dalam pelaksanaannya. Dengan
demikian diharapkan dapat memperoleh data dan mengumpulkan informasi
dengan mudah.
3.3 Sumber Data
Sumber data yang kami peroleh berasal dari dokumen-dokumen
penelitian, dokumen perencanaan, sumber data tertulis, data statistik yang
berasal dari Kabupaten Malang Dalam Angka, Profil Desa, data statistik
ataupun data kuantitas lainnya yang terkait dengan proses perencanaan
pembangunan kawasan minapolitan tersebut.
3.4 Metode Analisis Data
12

Dalam hal menjawab fakus penelitian diatas yaitu faktor pendukung dan
penghambat dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan, penulis
menggunakan analisis SWOT.
Proses analisis SWOT diawali dari penilaian mengenai kondisi
masyarakat pada suatu saat dikaitkan dengan perumusan strategi jangka
panjang untuk mencapai tujuan dan manfaat serta dalam proses penyusunan
rencana. Analisis ini dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan eksternal
maupun lingkungan internal yang mempengaruhi proses penyusunan
pembangunan. Yang dimaksud dengan kondisi eksternal adalah peluang dan
ancaman dalam proses penyusunan rencana pembangunan sedangkan yang
dimaksud kondisi internal adalah kekuatan dan kelemahan yang ada dalam
proses penyusunan rencana (Adisasmita, 2006 h.48).
Dalam hal ini penulis membatasi hanya dalam lingkup Kabupaten
Malang saja khususya Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak sehingga faktor
internal hanya faktor dari dalam wilayah dan perdesaan di Kabupaten Malang
seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, organisasi serta dananya,
sedangkan untuk faktor eksternalnya adalah faktor yang berada diluar
Kabupaten Malang dan desa tersebut atau faktor alam yang bukan merupakan
kekuasaan manusia seperti kondisi sosial politik budaya, teknologi, alam,
lingkungan serta supra struktur. Kemudian dari faktor internal muncul
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Desa Sukoanyar dan Kabupaten
Malang sendiri dalam perencanaan pembangunan minapolitan serta faktor
eksternal berupa peluang dan ancaman dalam perencanaan pembanungan
minapolitan di Kabupaten Malang.
Menurut Rangkuti (2008 h. 19) SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan atau
organisasi. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths
(kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) serta lingkungan eksternal
Opportunities

(peluang)

dan

Threats

(ancaman).

Analisis

SWOT

membandingkan diantara kedua faktor tersebut eksternal dan internal.

13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Malang
Kabupaten Malang secara geografis terletak pada wilayah dataran tinggi
bagian tengah Propinsi Jawa Timur. Kawasan ini dikelilingi oleh pegunungan,
yaitu pegunungan Tengger di sebelah timur, Kabupaten Blitar dan Gunung
Kelud di sebelah barat serta Gunung Arjuna dan Welirang di bagian utara.
Kabupaten Malang dibatasi oleh enam wilayah administratif kabupaten
dan Samudera Indonesia. Letak Kabupaten Malang terhadap Propinsi Jawa
Timur di sebelah selatan. Secara administratif Kabupaten Malang terbagi dalam
33 kecamatan yang terdiri dari 12 kelurahan dan 378 desa serta 3.125 Rukun
Tetangga, dan 14.352 Rukun Warga. Berdasarkan BPS Kab.Malang, 2013, data
penduduk terdiri dari laki-laki kurang lebih sebanyak 1.305.377 jiwa dan
perempuang kurang lebih sebanyak 1.247.949. Dengan luas wilayah sekitar
324.423 Ha. Batas Administratif Kabupaten Malang antara lain:
1.

Sebelah Utara

: Kota Batu, Kab. Jombang, Mojokerto, dan

Pasuruan
2.

Sebelah Timur

: Kabupaten Probolinggo dan Lumajang

3.

Sebelah Selatan

: Samudera Indonesia

4.

Sebelah Barat

: Kabupaten Blitar dan Kediri

4.1.2 Kondisi Geografis Kecamatan Wajak
Kecamatan Wajak sebagai kecamatan sentra pembangunan minapolitan di
Kabupaten Malang berdasarkan Surat Keputusan Bupati Malang Nomor

14

180/399/Kep/421.013/2009 tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan
Minapolitan. Lokasi Kecamatan Wajak berdekatan dengan lereng gunung
menyebabkan kemungkinannya dikembangkan minapolitan. Konsep dasar
minapolitan adalah dengan mengembangkan lokasi yang strategis, penetapan
lokasi inilah yang nantinya dapat mempengaruhi hasil dari pengolahan kawasan
minapolitan.
Kecamatan Wajak terletak disebelah barat lereng Gunung Semeru yang
merupakan salah satu dari 33 Kecamatan di Kabupaten Malang, yang terletak di
bagian Timur Kabupaten Malang dan merupakan pusat pengembangan kawasan
Malang Timur, yang berbatasan dengan Kecamatan Poncokusumo di sebelah
utara, sebelah timur dengan Kecamatan Tirtoyudo & kawasan hutan, sebelah
selatan dengan Kecamatan Turen dan sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Bululawang.
Wilayah Kecamatan Wajak secara administratif dibagi menjadi 13 desa
dengan 39 dusun, 142 RW dan 501 RT. Mempunyai luas kira-kira 9.785,33
hektar yang terdiri dari:
1.

Tanah sawah

: 1.502 hektar

2.

Tanah ladang

: 2.363 hektar

3.

Pekarangan & Perumahan

: 969,20 hektar

4.

Hutan

: 2.813 hektar

5.

Perkebunan

: 1.581,13 hektar

6.

Lain-lain

: 490 hektar

Wilayah Kecamatan Wajak adalah termasuk wilayah potensial yaitu
merupakan wilayah atau daerah agraris yang berbasis pada persawahan, sayuran
dan pertanian, serta adanya lahan kering dan buah-buahan (papaya dan alpokat).
4.1.3 Jumlah Penduduk
Pada tahun 2013 ini, jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Wajak
kira-kira sebanyak 20.374 KK dengan jumlah kepadatan penduduk Kecamatan
Wajak sebanyak 89.192 jiwa.

Jumlah penduduk di Kecamatan Wajak yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 43.157 jiwa, dan yang berjenis kelamin

15

perempuan sebanyak 46.035 jiwa. Tabel luas desa, jumlah penduduk Kecamatan
Wajak:
NO

NAMA
LUAS LAKI- PEREMPUAN
JUMLAH
2
DESA
(KM )
LAKI
PENDUDUK
1 Wajak
1022
7583
7844
15427
2 Sukoanyar
439
2903
3012
5915
3 Sukolilo
573
3422
3419
6841
4 Codo
614
4200
4232
8432
5 Dadapan
521
3338
3272
6610
6 Bambang
1761
2004
1965
3969
7 Sumberputih
507
3072
3066
6138
8 Ngembal
248
2539
2553
5092
9 Kidangbang
502
3610
3784
7394
10 Blayu
375
3518
3512
7030
11 Bringin
505
3044
3078
6122
12 Patokpicis
2091
3234
3232
6466
13 Wonoayu
261
690
3066
3756
Jumlah Penduduk adalah 89192 jiwa
sumber.: Badan perencanaan pembangunan kabupaten malang, 2013
4.1.4 Kondisi Geografis Desa Sukoanyar
Desa sukoanyar merupakan salah satu desa ke tiga belas desa di wilayah
kecamatan wajak. Desa sukoanyar direncanakan sebagai sentra kawasan
minapolitan di kecamatan wajak. Desa sukoanyar terletak di tengah wilayah
kecamatan wajak dengan batas-batas yaitu :
1.

Sebelah utara

:Desa

Ngembal

Wajak,

serta

Desa

Ngawonggo Tajinan
2.

Sebelah selatan

: Desa Sukolilo Wajak

3.

Sebelah barat

: Desa Kidangbang Wajak

4.

Sebelah timur

: Desa Wajak

Total luas wilayah Desa Sukoanyar adalah 439 hektar dengan rincian lahan
sebagai berikut:
1.

Lahan permukiman

: 93 hektar

2.

Lahan pertanian sawah

: 122, 4 hektar

3.

Lahan tegalan

: 168,2 hektar

4.

Lahan untuk bangunan

: 7,1 hektar

5.

Lahan olahraga

: 3 hektar

6.

Lahan perikanan darat

: 0,2 hektar
16

7.

Lain-lain

: 2,1 hektar

4.1.5 Penduduk
Berdasarkan data sensus penduduk pada tahun 2013 menyebutkan bahwa
Desa sukoanyar memiliki jumlah penduduk sekitar 6332 jiwa. Perempuan : 3323
jiwa dan laki-laki : 3009 jiwa
Desa sukoanyar berada di ketinggian sekitar 495 meter dari permukaan
laut. Jadi desa ini merupakan wilayah di dataran sedang. Luas datarannya 412,6
h dan untuk tanah perbukitan sekitar 26,2 h. Di Kecamatan Wajak dimana
ibukota kecamatannya adalah Desa Wajak. Jarak antara Desa Sukoanyar dengan
ibukota kecamatan sekitar 1 km dengan jarak tempuh sekitar 10 menit. Dan jarak
antara Desa Sukoanyar dengan ibukota kabupaten yaitu kota malang sekitar 27
km dengan jarak tempuh sekitar 1 jam.
Nantinya diperkirakan untuk luas lahan minapolitan sekitar 10-15 hektar.
Macam ikan yang dibudidayakan antara lain: ikan mas, mujaer, lele, nila, dan
tombro. Dimana ikan perairan tawar tersebut selain dibudidayakan di kolam juga
di budidayakan di area persawahan dengan istilah minamendong. Luas lahan
minamendong sekitar 20 hektar, sedangkan untuk kolam sekitar 0,4 hektar.
4.2 Potensi Sumber Daya Alam
Kodisi topografi wilayah Kecamatan

Wajak yang terdiri dari daerah

dataran, tata letak, daerah ini sangat mendukung pelaksanaan program
pembangunan kawasan lingkungan permukiman. Demikian halnya dengan
kondisi tanah yang sangat subur tentunya akan mendukung pembangunan dan
laju kegiatan perekonomian, yaitu pertanian, perikanan, peternakan, pariwisata,
agrobisnis, serta jasa-jasa dan sebagainya.
Tabel potensi sumberdaya alam
No
Potensi
1
Pertanian sawah
2
Perkebunan
3
Pertanian ladang kering
4
Pemandian alam
5
Hutan
Sumber. Bappeda Kabupaten Malang, 2013.

Jumlah
545,180 Ha
94 Ha
2.592,660 Ha
1 buah
905,8 Ha

17

Potensi lahan yang tersedia di kecamatan Wajak belum dioptimakan
sepenuhnya untuk kegiatan perekonomian berbasis agribisnis. Pengelolaan
sumberdaya alam yang dilakukan secara efisien, akan dapat mendorong upaya
peningkatan pendapatan daerah yang pada gilirannya masyarakat akan terdorong
untuk melakukan kegiatan ekonomi lainnya secara sinergis untuk meningkatkan
kesejahteraan. Tabel potensi sumberdaya air dikecamatan wajak
Desa

Nama

Desa
Wajak
Blayu
Sukoanyar
Codo
dadapan
Bringin
Sumber
putih
Patok picis

Sumber
Cokro
Pucang
Pakem
Jaruman
Ndewo
kajaran
Pawon
Wuni
Wungu
Cungis
Pijetan
Rampal
Dandang
Boros
Sumberputih

Debit
maximal

Minimal

20
10
30
20
55
80
40
20
4
10
25
30
35
14
20

Suko
Aran-aran
Bonang

45
10
20
40
sukolilo
Berandong
40
Kotes/gong
10
Sumber. profil kecamatan wajak, 2013.

Sawah/Ha

Keterangan

8
5
15
10
30
40
20
10
2
8
10
16
20
10
10

8
5
30
20
33
10
5
30
2
20
7
16
86
15
33

Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi

35
5
15
30
20
5

30
8
20
25
15
8

Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi
Irigasi

Dari tabel terlihat bahwa kecamatan wajak mempunyai sumber-sumber air
yang melimpah ruah yang ada hampir disetiap desa di kecamatan wajak, hal ini
tentu saja sangat mendukung untuk pemeliharaan ikan yang merupakan syarat
utama dalam pembangunan minapolitan.
Tabel potensi hutan (wil. Kprh bambang utara dan selatan)
No

KPRH Bambang Utara
Jenis
Jumlah

KPRH Bambang Selatan
Jenis
Jumlah
18

.
1
2
3

Hutan produksi
Hutan lindung
magersari

756,8 Ha
305,5 Ha
8,6 Ha

Hutan produksi
Hutan lingdung
Magersari
(Dalam sengketa)

1.148,1 Ha
81,2 Ha
4,4 Ha
2,4 Ha

Sumber. profil kecamatan wajak, 2013.
Potensi sumberdaya alam tersebut diatas sangat mendukung pengembangan
wilayah Kecamatan Wajak dalam rangka mendukung pengembangan wilayah
Kabupaten Malang bagian timur, hal ini antara lain wilayah wajak merupakan
kawasan penyangga objek wisata menuju gunung semeru.
4.3 Potensi Perhubungan
Perhubungan yang merupakan salah satu faktor infrastruktur yang sangat
menunjang dalam peningkatan kegiatan perekonomian

masyarakat, di

Kecamatan Wajak terdapat jalan kabupaten sepanjang 364,25 kilometer dan
jalan desa sepanjang 18,8 kilometer, adapun potensi dimaksud adalah sebagai
berikut:
Tabel potensi sarana perhubungan
No

Uraian

Panjang

.
1.

(KM)
Jalan Kabupaten
33,900
Aspalan
32,200
Makadam
1,750
Tanah
2.
Jalan Desa
225,145
Aspalan
48,950
Makadam
141,095
Tanah
35,100
Sumber. Profil kecamatan wajak,2013.
Dari uraian tersebut diatas, beberapa ruas jalan di kecamatan wajak yang
masih perlu mendapatkan perhatian adalah masih adanya sekitar ±35,1 kilometer
jalan masih berupa jalan tanah yang memerlukan pembangunan, serta sepanjang
± 141,095 kilometer masih berupa jalan makadam. Berikut ini tabel jenis dan
kondisi jalan desa kecamatan wajak :
No

Nama Desa
Nama

Jalan Desa (dalam KM)
Jalan Hot Aspal Makadam

Jalan

Drain
19

.

Poros

Mix

/Laren

Tanah

/

ase
jalan

1

Sumber

Sb Putih

Hrs
0

2

Putih
Wono ayu

Wono Ayu

0

6

1,2

2,4

Ada
Tidak

3

Bambang

Semeru

0

4,5

2

14

Ada
Tidak

7

Ada
Tidak

4

Bringin

Semeru

3

6,4

6,3

12,7

Tidak

6

4

5

Dadapan

Dadapan

3

4,5

6

6

Ada
Tidak

6

Patok Picis

Patok Picis

0

9,3

3,5

11,7

Ada
Tidak

7

Blayu

Cokroaminot

0

7,8

2,5

5

Ada
ada

Codo

o
Raya Codo

2

7,5

7,4

2,2

Tidak

8
9

Sukolilo

Raya sukolilo 0

9,5

5,5

5,6

Ada
Tidak

10

Kidangban

Raya

1

3,9

5,6

7,3

Ada
Tidak

11

g
Sukoanyar

kidangbang
Raya

2

4,3

5,2

2,2

Ada
Ada

Wajak
Ngembal

sukoanyar
Raya wajak
Ngembal

4
0

4,2
3,7

4,8
5,5

11
4,1

Ada
Tidak

12
13

Ada
Jumlah
15
77,6
59,5
Sumber. profil kecamatan wajakdata diolah 2013.

88,2

4.3.1 Sarana Penerangan Jalan
Kecamatan wajak memiliki desa-desa dengan beberapa rumah tangganya
yang belum memiliki jaringan listrik, jumlah totalnya 4374 rumah tangga.
Dimana desa codo, ngembal dan blayu merupakan desa berurutan terbesar
rumah tangga yang belum ada listrik. Selanjutnya penerangan jalan utama desa,
banyaknya rumah tangga pelanggan listrik PLN dan Non PLN dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
20

No.

Nama

Penerangan Jml

Banyaknya rumah tangga Rumah

Desa/

Jalan

Kelurahan

Utama

pelanggan listrik
PLN
Non
Jumlah

PJU

PLN

tangga
belum
ada
jaringan

1

Sumber

Ada

17

937

305

1242

listrik
305

2
3
4
5
6
7
8
9
10

Putih
Wono Ayu
Bambang
Bringin
Dadapan
Patok Picis
Blayu
Codo
Sukolilo
Kidangban

Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
ada
Ada
Ada

8
12
26
21
18
34
53
29
49

231
576
982
898
983
846
1209
939
984

36
315
327
438
298
485
666
417
259

267
891
1309
1336
1281
1331
1875
1356
1243

36
315
327
438
298
485
666
417
259

g
11
Sukoanyar
Ada
56
1253
97
1350
12
Wajak
Ada
107
3136
157
3293
13
Ngempal
Ada
29
439
579
1018
Jumlah
459
13413 4379 17792
Sumber : badan penerangan pembangunan kabupaten malang, 2013.

92
157
579
4374

Jadi secara ringkas alasan pemilihan lokasi minapolitan dikecamatan wajak
dikarenakan beberapa hal antara lain:
1. Tingkat

dukungan

pemerintah

wajak

terhadap

rencana

kawasan

minapolitan, yaitu pelaksanaan program penyediaan fasilitas sebagai
dukungan terhadap program minapolitan, berupa rehabilitasi desa,
perbaikan jalan desa, pembuatan jaringan irigasi, serta pembuatan
jembatan.
2. Potensi perikanan kecamatan wajak yaitu terdapatnya pembudidaya
sejumlah 118 orang, terdapatnya produktifitas ikan, kolam seluas 18050
m2, serta hasil ikan yang bervariasi seperti lele, tombro, koi, dan nila
3. Lokasi terdapat daerah lain yang mendukung penyediaan tenaga kerja,
wilayah pemasaran, lahan yang memadai, serta ketesediaan sumber air.
4. Kesesuaian lokasi sentra merupakan tahap awal dalam menilai lokasi desa
kecamatan wajak

sebagai dasar menentukan desa sentra minapolitan.
21

Keterkaitan antara sentra dan hinterland tersebut sangat diperlukan dalam
pembangunan kawasan minapolitan agar memudahkan dalam penyediaan
bahan baku dan tenaga kerjanya. Serta kemudahan untuk transportasi
dalam pemasaran.
4.4 Analisis
Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang dapat dibagi
didalam dua kelompok utama yakni perikanan darat yang dikembangkan di
kolam atau di sungai, waduk, tambak, keramba, dan minapadi, dan perikanan
laut. Adapaun pengembangan perikanan darat adalah perikanan kolam dan
sungai, perikanan waduk, perikanan tambak, perikanan minapadi, serta
perikanan karamba. Unuk lokasi desa sukoanyar perikanan yang ada untuk
kawasan darat adalah mina padi, menamendong, serta kolam.
Sedangkan minapolitan memiliki konsep kawasan yang membentuk kota
perikanan, yang memudahkan masyarakat untuk bisa membudidayakan ikan
darat, dengan kemudahan memperolah benih melalui unit perbenihan rakyat,
pengolahan ikan, pasar ikan dan mudah mendapatkan pakan ikan, yang dikelola
oleh salah satu kelompok yang dipercaya oleh pemerintah selain itu untuk
memenuhi persyaratan menjadi minapolitan, harus tersedia infrastruktur yang
memadai baik lembaga penyuluhan, lembaga pengkajian, infrastrukturnya
mendukung sperti jalan dan kelembagaan kelompok pembudidaya perikanan,
lembaga perbankan dan koperasi perikanan serta pasar ikan.
Desa sukoanyar Kecamatan Wajak dipilih sebagai sentra menopolitan di
Kabupaten Malang karena terletak ditengah-tengah antara beberapa kecamatan
lain yang merupakan tempat pemasok ikan dan sebagai pusat pembangunan
gedung minapolitan yang direncanakan di desa sukoanyar. Berdasarkan RTRW
Kabupaten Malang tahun 2010-2029 Kecamatan Wajak merupakan salah satu
kawasan pendukung pengembangan minapolitan di Kabupaten Malang.
Sehingga perlu adanya pengembangan kawasan yang ditujukan untuk
menunjang kawasan menapolitan misalnya saja unit pembenihan rakyat,
pengolahan ikan, pasar ikan, dan infrastruktur yang memadai. Kawasan
minapolitan di Kecamatan Wajak dikaitkan dengan dokumen perencanaan

22

berupa renstra Kabupaten Malang dan Visi RPJMD Kabupaten Malang tahun
2010 – 2015 yang berbunyi Terwujudnya masyarakat kabupaten Malang yang
mandiri, Agamis, Demokratis, Produktif, maju, Aman, Tertib dan Berdaya Saing
(MADEP MANTEB) karena program minapolitan tersebut dilakukan dengan
pemberdayaan masyarakat Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak untuk menuju
kemandirian masyarakat di sekitar.
Bedasarkan RTRW Kabupaten Malang tentang penetapan kawasan strategis
wilayah sesuai dengan pasal 5 yang mengatakan bahwa terdapat beberapa
kawasan strategis di Kabupaten Malang, salah satunya adalah kawasan strategis
ekonomi yaitu ditetapkannya program kawasan minapolitan di Kecamatan
Wajak
Kecamatan Wajak dijadikan sebagai lokasi kawasan menapolitan karena
kecamatan yang memiliki 13 desa ini mempunyai potensi budidaya ikan yang
lebih menonjol dibandingkan dengan 32 kecamatan lainnya. Kecamatan wajak
memiliki prestasi yang membanggakan pada tahun 2012 dari segi penyediaan
fasilitas , antara lain stabilitas desa, perbaikan jalan desa melalui penyemiran
jalan, pembuatan jembatan, dan jaringan irigasi. Hal ini mengindikasikan bahwa
ada keseriusan dari pihak pemerintah kecamatan wajak dalam melaksanakan
program minapolitan. Hal ini juga didukung oleh potensi perikanan kecamatan
wajak yang dinilai lebih baik dibandingkan dengan potensi lain. Kemudian
sebagai lokasi terdekat dengan ibukota kecamatan adalah Desa Sukoanyar yang
merupakan desa dengan infrastruktur yang lebih baik dan keadaan kontur lahan
yang datar.
Desa Sukoanyar merupakan wilayah yang dilewati penduduk desa lain di
Kecamatan

Wajak

untuk

perjalanan

menuju

kecamatan

lain

seperti

kebululawang atau Kota Malang. Kemudahan akses dengan daerah lain akan
memudahkan dalam banyak hal antara lain penyediaan tenaga kerja, wilayah
pemasaran, lahan yang memadahi, dan sumber air yang menentukan tingkat
keberhasilan budidaya ikan. Berikut tabel dibawah ini merupakan penilaian
pemilihan desa yang akan dijadikan sentra gedung Pusat Pengelolahan
Minapolitan (PPM).

23

4.5 Tahapan Perencanaan
Perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang
dimulai sekitar tahun 2010-2011 dan realisasi perencanaannya pada tahun
2012. Dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan terdapat dua
macam bentuk perencanaan yaitu perencanaan top down dan bottom up.
Dalam perencanaan top down yang berperan aktif membentuk
perencanaan adalah pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Kelautan dan
Perikanan. Perencanaannya masih berupa konsep (grand design) minapolitan
yang belum ada penjabarannya untuk dapat diterapkan ke setiap daerah karena
mempunyai

latar

belakang

wilayah

yang

berbeda-beda

kondisinya.

Selanjutnya untuk memudahkan pelaksanaan di daerah maka dibuatkan
perencanaan lagi yang lebih mendetail oleh setiap pemerintah daerah yang
berkenan dan mempunyai potensi terhadap program minapolitan.
Sedangkan perencanaan bottom up yang berperan aktif membuat
perencanaan adalah pihak pemerintah daerah sendiri berdasar pedoman dan
ketentuan yang telah diperuntukkan dalam program minapolitan. Dalam hal
ini kabupaten malang dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan
berusaha melibatkan pihak masyarakat.
4.5.1 Tahap Pra-rencana
Dimulai

dari

tawaran

Direktorat

Jenderal

Perikanan

Budidaya

Departemen Kelautan dan Perikanan yang menyatakan adanya pembuatan
konsep minapolitan untuk daerah yang mempunyai potensi budidaya
perikanan, kemudian pemerintah kabupaten Malang membuat masterplan
bayangan berdasarkan potensi budidaya perikanan di Kabupaten Malang
dalam hal ini kecamatan Wajak, setelah sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan
dalam pembuatan konsep minapolitan dan disetujui serta terjadi kesepakatan
antara pemerintah pusat dengan daerah maka turunlah Surat Keputusan
Menteri tentang penetapan lokasi minapolitan.
4.5.2 Tahap Perencanaan Pembangunan
Tahap-tahap perencanaan pembangunan kawasan minapoliatan di daerah
dengan pencarian data di desa-desa mengenai potensi sumberdaya yang akan
digunakan sebagai pendukung program minapolitan. Maka partisipasi dan

24

peran masyarakat disini sangat diperlukan dalam hal kesediaan masyarakat
untuk membantu pemerintah memberikan data-data tentang keadaan serta
kondisi pembudidaya ikan di kecamatan Wajak pada saat melaksanakan
survey wilayah untuk menetapkan lokasi sentra minapolitan yang dilakukan
oleh pemerintah pusat yaitu Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
dengan pemerintah kabupaten Malang yang diwakilkan oleh konsultan ahli
perikanan yang berasal dari perguruan tinggi.
Setelah persyaratan untuk menjadi kawasan minapolitan terpenuhi barulah
pemerintah maju ke tahap selanjutnya yaitu tahap pembuatan masterplan.
Masterplan dirumuskan tentang rincian kegiatan setiap tahun sampai dengan
lima tahun mendatang dengan perencanaan biaya dan sumber pembiayaan.
Setelah itu dilakukan penetapan kawasan minapolitan dengan Surat Keputusan
Bupati. Setelah dibuatkannya surat keputusan baru kemudian terbentuk
RTRW, hal ini terjadi karena waktu pembentukan RTRW belum dicantumkan
mengenai adanya program minapolitan.
Selanjutnya

dari

dokumen

yang

terbentuk

dalam

perencanaan

pembangunan kawasan minapolitan adalah masterplan saja tidak ada
pembuatan renstra. Jadi untuk melihat bagaimana perencanaan pembangunan
kawasan minapolitan di Kabupaten Malang akan dilaksanakan hanya terbatas
dalam dokumen perencanaan induk yaitu masterplan.
4.5.3 Persiapan Perencanaan
Dalam perencanaan pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten
Malang dalam hal ini Kecamatan Wajak sebelum dibangun fasilitas Pusat
Pengelelolaan Minapolitan (PPM) perlu membenahi beberapa sarana dan
prasarana

untuk

mendukung

pelaksanaan

pembangunan

kawasan

minapolitan. Terdapat beberapa kriteria yang harus ada, yaitu:
a. SDM, karena kondisi pembudidaya masih pemula maka diperlukan
peningkatan pengetahuan melalui pembinaan dan pelatihan teknis
budidaya.
b. Teknologi pembenihan, karena kondisi pembenihan masih tradisional
maka dengan minapolitan diharapkan teknologi pembenihan menjadi
modern untuk mendapat benih yang lebih bagus dan produktif.

25

c. Sarana prasarana, dari kondisi yang masih terbatas keadaannya sehingga
perlu perbaikan atau penambahan.
d. Permodalan, dari semula swadaya pembudidaya atau kelompok, dengan
minapolitan diharapkan ada dukungan pendampingan dari pihak perbankan.
Sedangkan untuk pembangunan pusat pengelolaan minapolitan (PPM) di
kecamatan wajak pemerintah Kabupaten Malang telah menyiapkan lahan
tepatnya di Desa Sukoanyar yang nantinya akan dibangun kolam beserta
gedung prasarana pengolahan ikan dan tempat pemasaran dengan lahan
seluas kira-kira 20 Ha.
4.5.4 Tahap Pelaksana Rencana
Pembangunan kawasan minapolitan di Desa Sukoanyar Kecamatan Wajak
Kabupaten Malang dimulai sekitar tahun 2010-2011. Untuk tahap
implementasi pada tahun 2012 yang sudah dikerjakan antara lain pemberian
bantuan benih maupun indukan bagi petani ikan, pemberian pelatihan
budidaya bagi petani ikan, pelatihan tentang cara pembuatan kolam, pelatihan
mengolah hasil budaya, serta telah dijalankannya usaha simpan pinjam dari
P2SLBK yaitu Program Pengembangan Sumber Daya Lokal Berbasis
Kawasan. P2SLBK berasal dari APBD Provinsi. Usaha simpan pinjam ini
dipergunakan

untuk peningkatan ekonomi selain itu juga untuk

pembangunan fisik desa.
4.6 Perencanaan dan Sumber Pendanaan Pembangunan
Karena terbatasnya sumber dana yang dimiliki, untuk pelaksanaan
kegiatan yang menjadi program dalam pembangunan kawasan minapolitan di
Desa Sukoanyar Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, sumber pembiayaannya
berasal dari beberapa sumber yaitu antara lain (APBD Provinsi), APBD II
(Kabupaten), serta APBN.
Untuk lokasi pusat pengelolaan Minapolitan di Desa Sukoanyar
Kecamatan Wajak yang direncanakan sebesar Rp 150.000.000,- dari dana
APBD, kemudian untuk pengadaan benih ikan sejumlah 14.170 ekor sebesar Rp
2.834.000,- bersumber pada APBD. Kemudian untuk pengadaan 1 unit mesin
pakan ikan di kecamatan wajak dan 5 unit di kawasan hinterland sebesar

26

227.000.000 berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Sementara untuk
pembangunan lahan parkir seluas 200 m sebesar Rp 20.000.000,- berasal dari
APBD Daerah.
Kemudian untuk tahun 2012 direncanakan tentang pengadaan lahan seluas
10 hektar yaitu dengan membebaskan tanah di Desa Sukoanyar untuk lokasi
Pusat Pengelolaan Minapolitan (PPM) dengan dana sebesar Rp 10.000.000.000,bersumber dari Pemerintah Kabupaten Malang. Pembangunan Jembatan masuk
ke lokasi PPM dengan ukuran 4x7 meter membutuhkan dana sebesar Rp
150.000.000,- dana dari Pemerintah Kabupaten Malang. Pembangunan sistem
kelistrikan Rp 150.000.000,- dana dari Pemerintah Kabupaten Malang.
4.7 Konsep Pembangunan Kawasan Minapolitan di Desa Sukoanyar
Kawasan minapolitan dicirikan sebagai kawasan perikanan yang tumbuh
dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis di pusat
minapolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan
pembangunan perikanan (minabisnis) di wilayah Desa Sukoanyar dan
sekitarnya.
Perencanaan pembangunan kawasan minapolitan yang dilaksanakan di
Kabupaten Malang sebagai tindak lanjut dari upaya pemerintah daerah untuk
mencapai beberapa misi yang dicanangkan oleh pemerintah kabupaten Malang
yaitu “mewujudkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
percepatan

pembangunan

infrastruktur,

serta

mewujudkan

pengentasan

kemiskinan, penganggurann kesenjangan, perbaikan iklim ketenagakerjaan dan
memacu kewirausahaan”. Minapolitan sebagai konsep pembangunan yang baru
diharapkan dengan adanya program minapolitan tersebut, dapat mengangkat
perekonomian desa terutama dari sektor perikanan.
Sebagai pusat minapolitan di Kabupaten Malang adalah Kecamatan Wajak
tepatnya di Desa Sukoanyar, yang nantinya akan berfungsi sebagai Proyek
Manajemen Unit (PMU) atau Pusat Pengelolaan Minapolitan (PPM). PMU atau
PPM sendiri berfungsi sebagai berikut:
1. Menyusun rencana pengelolaan bisnis usaha pengembangan minapolitan.
2. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan institusi strategi operasional

27

3. Bertanggung jawab atas kemajuan dan kesuksesan bisnis usaha
pengembangan minapolitan.
4. Menyusun rencana kegiatan bisnis di lokasi unit usaha atas dasar rencana
pengelolaan bisnis yang telah ditetapkan.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan usaha
kelompok pembudidaya.
6. Melaporkan perkembangan usaha kepada pengelola usaha pengembangan
minapolitan.
Kecamatan

wajak

sebagai

bagian

dari

pengembangan

kawasan

minapolitan yang mempunyai peranan cukup penting dalam kontribusi sebagai
sentranya minapolitan yakni sebagai pusat pengembangan minapolitan dengan
komoditi perikanan air tawar. Pada kecamatan Wajak sebagai sentra nantinya
akan didirikan Pusat Pengelolaan Minapolitan tepatnya di Desa Sukoanyar
dengan sarana dan prasarana penunjangnya yang meliputi pengadaan kolam
induk, kolam pemijahan, kolam pendederan, dan pembesaran, gudang, kantor,
gedung pengolahan hasil, lahan parkir, warung ikan dan kolam pemancingan
serta fasilitas ruangan untuk pendidikan dan pelatihan pembudidaya ikan nila.
Pemilihan Desa Sukoanyar menjadi lokasi PPM merupakan hasil dari
pendekatan partisipatif berbagai pihak. Desa Sukoanyar Kecamatan Wajak
mempunyai antara lain kelayakan teknis berupa 3 (tiga) sumber air yang tidak
mengalami penurunan pada saat musim kemarau, air tidak terkontaminasi bahan
kimia dan tidak mengalami polusi, kecerahan air tinggi, dan tanah tidak poros.
Kemudian aksesibilitas desa bagus karena terlewati jalan aspal hotmix yang
menghubungkan Desa Sukoanyar dengan Ibukota Kecamatan Wajak dan Kota
Malang yaitu melalui Kecamatan Bululawang.
4.8 Stakeholder Perencanaan Pembangunan Kawasan Minapolitan
Stakeholder

dalam

melaksanakan

tugas

mendukung

perencanaan

pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Malang dapat dianalisis
berdasarkan

kekuatan

(power),

kepentingan

(urgency),

dan

legitimasi

(legitimacy). Sta

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63