MAKALAH PRAKTIKUM MANAJEMEN PASTURA 1.do

MAKALAH PRAKTIKUM
MANAJEMEN PASTURA

Disusun oleh:

LABORATORIUM HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN PASTURA
DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

MANAJEMEN PASTURA
PENGENALAN TRAKTOR
Traktor pertanian didefinisikan sebagai suatu kendaraan yang
mempunyai daya penggerak sendiri, minimum mempunyai sebuah poros
roda yang dirancang untuk menarik serta menggerakkan alat/ mesin
pertanian. Atas dasar bentuk dan ukuran traktor, maka traktor pertanian
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu traktor besar, traktor mni, dan
traktor tangan (Rizaldi, 2006)
Traktor dimaksudkan untuk menyediakan fungsi transportasi bagi

pergerakan material dan kemampuan lapangan kerja untuk daya dan
mendorong mesin pertanian.dalam modus transportasi, traktor diperlukan
untuk beroperasi dengan konsep relatif rendah di atas berbagai kecepatan
operasi. Untuk kerja lapangan, traktor ini sering digunakan untuk tugas
yang membutuhkan kekuatan tarik yang tinggi pada kecepatan 4-12 km
per jam. Jadi traktor harus antar muka dengan menerapkan dalam
meberikan parameter operasi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan
kinerja untuk kedua fungsi transportasi dan lapangan kerja (Alcock, 2000).
Pada praktikum acara pengenalan traktor, traktor yang akan
digunakan dipersiapkan terlebih dahulu oleh asisten. Sebelum mencoba
menjalankan traktor, asisten menerangkan terlebih dahulu jenis-jenis
traktor dan bagian-bagiannya. Traktor yang telah tersedia kemudian
dijalankan oleh praktikan dengan bimbingan asisten agar lebih memahami
cara kerja traktor.
Pada pengunaan traktor tangan cara menghidupkan mesinnya
pertama-tama engine dan semua bagian traktor diperiksa sehingga yakin
dalam kondisi baik, kemudian gas diatur sehingga pada saat setelah
dihidupkan gas tidak terlalu rendah, lalu engkol digunakan untuk
meghidupkan, tarik tuas kopling lalu putar engkol, setelah putaran engkol
maksimal, tuas kopling dilepaskan, setelah mesin menyala stang kemudi

dipegang dengan sedikit menekannya sampai batas pinggang agar
diperoleh keseimbangan.Gigi persneleng dipindah ke posisi jalan (1,2,3

atau R). Untuk menarik implemen, jangan menggunakan gigi tinggi, agar
operator tidak perlu lari
Pada penggunaan traktor mobil cara menghidupkanya mesin
terutama bahan bakar, pelumas dan air radiator diperiksa, sehingga yakin
dalam kondisi siap dioperasikan, kemudian naik dari sebelah kiri traktor.
Kondisikan duduk pada jok untuk menjaga keselamatan, dan kondisikan
tuas perseneling dalam posisi netral, rangkaikan pedal rem kiri dan kanan
menjadi satu. Pemijar panas beberapa saat ditekan, baru mesin
dihidupkan dengan menggunakan starter.Gas diperbesar untuk jalanya
traktor sesuai keinginan.Pada saat mengganti gigi dengan langah traktor
dihentikan kemudian posisi gigi dipindah sesuian keinginan, dan traktor
dijalankan kembali.Pada saat traktor dibelokan gas dikecilkan, biarkan
setengah badan traktor melewati tikungan dan traktor mulai dijalankan
kembali.
Praktikan saat melakukan praktikum diberikan pengarahan oleh
asisten pengetahuan mengenai komponen-komponen yang ada pada
traktor beserta fungsi setiap komponen tersebut. Pengetahuan mengenai

traktor dapat membantu dalam memutuskan penggunaan jenis traktor
pada suatu lahan agar dapat mengefisiensikan pengeluaran dan
tenaga.Pada skala industri penggunaan traktor sangat berpengaruh
terhadap hasil produk dari perusahaan, karena cara kerja traktor sudah
meliputi penggemburan tanah, penyebaran benih, dan pemanenan.
Semakin lama jenis dan teknologi traktor akan semakin maju dan
berkembang, oleh karena itu perlu adanya pengetahuan tentang definisi,
jenis, dan cara kerja traktor.
UJI TETRAZOLIUM
Tetrazolium adalah zat yang akan berwarna merah muda pada
jaringan yang hidup atau melakukan respirasi. Uji tetrazolium merupakan
metode utama untuk menentukan dormansi. Uji ini biasanya memerlukan
waktu selama 24 jam. Biji direndam dalam air selama satu malam
kemudian ditusuk dengan menggunakan jarum keesokan harinya.

Pada praktikum ini praktikan dikenalkan cara menguji viabilitas biji
(daya tumbuh). Biji yang diuji daya perkecambahannya yaitu biji kacang
panjang (Vigna sinensis), kacang tanah (Arachis hypogea), kacang hijau
(Phaseolus radiatus), dan kacang kedelai (Glycine max). Biji yang akan
diuji daya perkecambahannya, dipilih biji yang baik, tidak rusak kemudian

diletakkan dalam kain kasa, dibungkus dan diikat dengan tali rafia.
Terdapat dua perlakuan yang dilakukan saat praktikum, yaitu biji direndam
dengan air panas dan tanpa direndam dengan air panas. Biji yang telah
direndam dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah dilapisi dengan
alumunium foil lalu direndam dalam larutan tetrazolium selama 15 menit.
Biji diangkat dari rendaman kemudian dibelah dengan pinset untuk
dilakukan pengamatan.
Biji yang direndam dalam larutan tetrazolium pada prinsipnya akan
berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium
dan membentuk endapan formazan merah apanila sel biji kondisi hidup,
sedangkan sel biji yang mati akan berwarna putih. Kriteria pewarnaan
dalam uji tetrazolium antara lain adalah merah cerah menunjukkan bahwa
jaringan hidup atau benih viable. Merah muda menunjukkan bahwa
jaringan atau viabilitas sudah lemah. Merah tua menunjukkan jaringan
rusak dan tidak berwarna menunjukkan jaringan sudah mati.
Perendaman menggunakan air panas bertujuan agar pori-pori biji
melebar dan memudahkan larutan tetrazolium untuk masuk ke dalam biji.
Beaker glass yang berisi tetrazoliumpada saat praktikum harus dilapisi
alumunium foil. Hal ini dikarenakan serbuk tetrazolium merupakan serbuk
yang sensitif terhadap sinar matahari dan mudah mengalami kontaminasi.

Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu kondisi benih
yang meliputi kemasakan biji atau benih, kerusakan mekanik dan fisik,
serta kadar air biji, kemudian faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor
luar benih, yang meliputi suhu, cahaya, oksigen, kelembaban nisbi serta
komposisi udara di sekitar biji.

PENANAMAN DAN PEMUPUKAN
Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah
tanah itu selesai diolah dengan sempurna. Hijauan yang ditanam dengan
syarat produktivitas persatuan luas cukup tinggi, nilai palatabilitasnya
cukup baik, toleran terhadap lingkungan (mampu dan cepat beradaptasi
dengan tanah dan iklim setempat), mudah dikembangbiakkan dan nilai
gizinya cukup tinggi. Jarak tanam berpengaruh terhadap populasi
tanaman per satuan luas dan koefisien penggunaan cahaya, air dan zat
hara, yang akan mempengaruhi hasil maupun produksi tanaman tersebut.
Produksi yang tinggi akan dicapai apabila populasi tanaman tinggi di awal
pertumbuhannya,

tetapi


akhir

penampilan

masing-masing

individu

tanaman akan berbeda karena terjadi persaingan untuk faktor tumbuh
lainnya. Jumlah anakan untuk tiap rumpun akan rendah dengan
meningkatnya populasi tanaman. Jarak tanam juga mampengaruhi
tanaman per satuan luas (Suyitman, 2003).
Pemupukan adalah suatu tindakan untuk memperbaiki dan
mampertahankan kesuburan tanah dan merupakan komponen penting
dalam pengadaan pakan hijauan makanan ternak. Pupuk merupakan
suatu bahan yang digunakan untuk merubah keadaan fisik, kimiawi dan
hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan tanaman.
Praktikan melakukan penanaman di lahan Hijauan Makanan
Ternak dan Pastura, menggunakan biji jagung dengan membuat lubang
pada petak berukuran 1,5 x 1,5 m yang telah disediakan adalah jagung

dengan jarak tanam sebesar 25 cm dan kedalaman lubang dua ruas jari.
Tujuan pemetakan lahan adalah untuk membagi dan membedakan
perlakuan pada masing-masing petak. Lahan digemburkan terlebih dahulu
menggunakan cangkul sebelum ditanami agar struktur tanahnya menjadi
baik dan dihilangkan gulma yang terdapat di petak tersebut. Pada tiap
lubang dimasukkan 2 biji jagung. Hal ini bertujuan agar persentase
tumbuhnya tanaman tiap lubang tinggi. Biji jagung yang ditanam, disiram

setiaphari. Pertumbuhan dan perkembangan jagung diamati meliputi
jumlah daun dan tinggi tanaman.
Pupuk yang digunakan saat praktikum adalah pupuk cair
(anorganik) dan pupuk kompos (organik) dengan dosis yang ditentukan
untuk tiap petak. Pemupukan dilakukan secara rutin tiap minggu. Menurut
Maruapey (2011), pemberian pupuk merupakan hal yang penting dalam
peningkatan produksi. Selain dapat meningkatkan hasil panen jagung
secara kuantitatif juga dapat meningkatkan kualitas tanaman jagung.
Pemberian pupuk kandang dan pengaturan jarak tanam merupakan suatu
alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam usaha meningkatkan hasil
jagung manis, sehingga perlu diketahui secara pasti peranan masingmasing faktor dalam mempengaruhi komponen pertumbuhan, komponen
hasil dan kemampuan tanaman bersaing dengan gulma. Dongoran (2009)

menyatakan bahan organik sangat berperan pada pembentukan struktur
tanah yang baik dan stabil. Pemberian bahan organik juga berperan
dalam memperbaiki sifat kimia tanah. Yasyifun (2008) menyatakan
penambahan bahan organik akan meningkatkan pH tanah masam dan
menurunkan pH tanah alkalis. Jagung mampu tumbuh dengan baik pada
kemasaman tanah (pH) 5,6 sampai 7,2. Tingkat kemasaman (pH) tanah
dapat mempengaruhi pertumbuhan akar, mikrobia tanah, memacu
pelapukan batu, dan melepaskan beberapa unsur hara seperti K +, Ca2+,
Mg2+, dan Mn2+. Pemberian bahan organik yang berupa kompos mampu
meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah selain meningkatkan
pH tanah karena kompos mengandung sebagian unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman.
Tirtoutomo et al. (1991) menyatakan bahwa pemupukan dapat dilakukan
dengan beberapa metode, yaitu :

Plow sole placement. Metode ini dilakukan dengan cara atau
pada saat pengolahan tanah dengan penempatan pupuk yang diperlukan
secara langsung dibelakang pembajakan, sehingga merata dan terbenam
dalam tanah, biasanya digunakan untuk pupuk yang tidak mudah larut.


Side land placement. Metode ini dilakukan dengan menempatkan
pupuk pada salah satu sisi atau sisi tanaman, masing-masing dengan
jarak 5 cm dari tempat benih atau tempat tumbuh tanaman dengan
kedalaman sekitar 2,5-5 cm.
In the row placement. Metode ini dilakukan dengan menempatkan
pupuk pada lubang-lubang atau sepanjang larikan dimana benih-benih
akan ditanam.
Top dressed placement. Metode ini dilakukan dengan cara pupuk yang
akan digunakan ditempatkan diatas permukaan tanah disekitar tempat tumbuh
tanaman. Biasanya dalam penempatan pupuk diatas atau di sisi tanaman
sebelumnya tanah dikeruk sedikit agar penempatan pupuk berlangsung baik,
kemudian ditutup agar tidak tercuci atau terangkat air hujan. Oleh karena itu
pemupukan sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan dan minggu pertama
sesudah musim hujan.

PENGUKURAN PRODUKSI VISUAL
Pengukuran produksi visual

lahan bertujuan untuk mengestimasi


kuantitas pakan yang dihasilkan berkenaan dengan jumlah ternak yang
mampu dipenuhi kebutuhannya dari lahan yang diukur (Soetrisno,2002).
Elzinga (2004), menambahkan bahwa sampling melibatkan penilaian
sebagian dari populasi dengan maksud untuk membuat kesimpulan
populasi keseluruhan. Tujuan pengukuran visual menggunakan ubinan
adalah untuk memprediksi jumlah produksi hijauan suatu lahan,
mengetahui jumlah ternak yang dapat ditampung dalam lahan tersebut
dalam periode tertentu, dapat mengetahui perbandingan komposisi antara
hijauan dengan gulma. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
melakukan pengamatan produksi lahan menggunakan metode ubinan
yaitu menentukan lahan yang akan diukur produksinya selanjutnya ubinan
ukuran 1 m X 1 m yang telah dibawa dilempar secara bebas dalam lahan
tersebut. Kemudian pisahkankan gulma dan legum yang terdapat dalam
ubinan tersebut. Selanjutnya hijauan yang ada dalam ubinan tersebut
dipotong kemudian hitung perbandingan hijauan, legum dan gulma dalam

ubinan tersebut selanjutnya pengukuran tersebut dapat dilakukan pada
tempat yang berbeda.
Praktikan melalukan pengukuran pengukuran produksi visual
Pengukuran produksi secara visual dimulai dengan penafsiran produk

rumput padang penggembalaan atau fodder. Cara penafsiran yang
dilakukan adalah dengan memperkirakan produksi hijauan per m 2 dengan
menggunakan kolom sampling (kolom ubinan). Yang sebelumnya telah
ditentukan berat satu ikat rumput yang akan ditafsir. Penafsiran yang
dilakukan kemudian dibandingkan dengan pengukuran sebenarnya.
Metode yang digunakan untuk pengukuran produksi visual yaitu dengan
metode ubinan. Ubinan seluas 1 m x 1 m dilempar secara acak pada
padang hijauan. Hijauan yang berada dalam ubinan dipotong dengan sabit
lalu ditimbang. Kemudian rumput dipisahkan dari legume dan gulma lalu
ditimbang.

Pengukuran

produksi

visual

sangat

ditentukan

oleh

kemampuan individu dalam menafsirkan berat hijauan yang mendekati
berat yang sebenarnya. Hal ini mempengaruhi besarnya persen
kesalahan tiap tafsiran praktikan.
Pengukuran produksi visual lahan bertujuan untuk mengestimasi
kuantitas pakan yang dihasilkan berkenaan dengan jumlah ternak yang
mampu dipenuhi kebutuhannya dari lahan yang diukur. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi lahan antara lain faktor pengolahan lahan yang
kurang intensif, sehingga kesuburan tanah rendah (Soetrisna, 2002).
Menurut Reksohadiprojo (1994), produksi padang penggembalaan
dipengaruhi oleh faktor kesuburan tanah dan pengolahan lahan.
PENGUKURAN PRODUKSI LAHAN
Pengukuran produksi lahan bertujuan untuk mengetahui produksi
sejumlah lahan yang dapat diberikan ke ternak, produksi lahan ditentukan
oleh pertumbuhan yang dapat diukur dalam berat segar maupun berat
kering. Lebih dari 90% bahan kering tanaman terdiri dari senyawa organik
seperti selulosa, pati, lemak dan protein. Hasil tanaman biasanya

dinyatakan sebagai produksi dari bagian tanaman yang dapat dipanen
(Reksohadiprodjo, 1998).
Kegiatan pengukuran produksi lahan yang dilakukan oleh praktikan
pemotongan rumput setaria lampungensis seluas 1 m2 di kebun HMTP.
Hasil setaria lampungensis dipotong-potong menjadi bentuk yang lebih
kecil dengan menggunakan arit. Potongan setaria lampungensis yang
sudah kecil tersebut ditimbang sebagai berat sampel kurang lebih 300
gram dan dimasukkan ke dalam kertas koran yang sudah diketahui
beratnya. Sampel dan koran dikeringkan dengan menggunakan oven
55°C. Berat udara sampel kemudian ditimbang dan dihitung nilai KA1 dan
DW.Sampel yang telah dikeringkan tersebut kemudian digiling dengan
menggunakan alat Willey-Mill.Sampel yang telah digiling tersebut,
kemudian dilakukan analisis bahan kering.Setelah analisis bahan kering
dilakukan dan diketahui, nilai DM rata-rata dimasukkan ke dalam
perhitungan carrying capacity untuk diketahui jumlah kapasitas tampung
dan produksi lahan yang digunakan.
Saat penimbangan awal, rata-rata kadar air total rumput Setaria
lampungensis yang relatif tinggi dapat dipengaruhi oleh spesies tanaman,
umur tanaman, bagian dari tanaman, jenis tanah, kesuburan tanah, dan
pemupukan. Kadar air lebih tinggi pada tanaman yang muda daripada
tanaman yang tua. Faktor yang mempengaruhi angka carrying capacity
antara lain jenis ternak yang dipelihara, jenis hijauan yang ditanam pada
pastura, nilai nutrisi yang terkandung dalam hijauan dan yang dibutuhkan
oleh ternak, dan tipe grazing.
Produksi

setaria

lampungensis

sangat

bervariasi

karena

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kesuburan tanah, kandungan
air tanah, dan intensitas sinar matahari. Faktor yang paling dominan yang
dapat

mempengaruhi

produksi

setaria

lampungensis

yaitu

tinggi

rendahnya kandungan air dalam tanah. Menurut pengamatan di lapangan
apabila kandungan air dalam tanah tinggi seperti pada musim hujan
produksi setaria lampungensis meningkat dan sebaliknya pada musim

kemarau kandungan air dalam tanah menurun berakibat turunnya
produksi rumput. Curah hujan yang berlebihan akan berdampak negatif
(buruk) yang dapat mempengaruhi produksi rumput. Kandungan air yang
terlalu

banyak

dapat

menimbukkan

kejenuhan

akar

yang

akan

mengakibatkan terganggunya pertumbuhan rumput. Drainase tanah harus
diperhatikan yaitu dengan cara genangan air segera dialirkan serta
pemupukan perlu dilakukan agar produktivitas setaria lampungensis tinggi
(Kushartono, 2001).
DEFOLIASI
Defoliasi adalah proses pemotongan tanaman hijauan saat tinggi
tanaman 1 sampai 1,5 m. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan tanaman setelah defoliasi. Proses pemotongan atau
defoliasi dilakukan saat tanaman sudah berada pada akhir pertumbuhan
namun belum memasuki masa berbunga. Pemotongan pada fase ini
dipilih karena nutrien pada tanaman masih cukup tinggi, belum banyak
yang masuk fase generative, memiliki kandungan serat

yang belum

begitu tinggi dan palatabilitas baik.
Tanaman yang digunakan dalam praktikum adalah rumput yang
berada di kebun koleksi Laboratorium Hijau Makanan Ternak dan Pastura
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Praktikan melakukan
defoliasi dengan cara membuat ubinan dengan rafia yang berukuran 1 x 1
m2 kemudian dipotong menggunakan sabit. Bagian tanaman rumput yang
dipotong berada tiga ruas dari atas tanah. hasil defoliasi diamati
perubahannya berupa pertambahan jumlah tunas dan pertambahan tinggi
tunas terpanjang selama 21 hari. Rumput yang telah dipotong selanjutnya
digunakan untuk praktikum produksi lahan.
Pemotongan dilakukan pada tiga ruas di atas tanah bertujuan
untuk mempermudah regrowth tanaman karena lebih banyak bidang
tumbuh bagi tunas baru, sehingga pertumbuhan tanaman diharapkan
menjadi

lebih

cepat.

Apabila

pemotongan

terlalu

pendek

akan

mengganggu pertumbuhan kembali dan jika terlalu tinggi maka sisa
batang akan mengayu.
Defoliasi dapat bersifat produktif atau destruktif. Terdapat beberapa
bagian dimana tanaman dapat tumbuh (akar, daun, kulmus, rhizoma,
stolon dan crown) tetapi pertumbuhan kembali daun paling penting bagi
pertumbuhan kembali yang efisien setelah defoliasi. Agar pertumbuhan
kembali setelah defoliasi optimal maka harus terdapat pembelahan dan
ekspansi sel pada sistem-sistem meristem tanaman. Pertumbuhan
kembali setelah defoliasi tergantung kepada sistem-sistem meristem yang
produktif (Soetrisno et al., 2008).
Pemangkasan

(defoliasi)

berat

mengakibatkan

penurunan

kesuburan tanah, menghambat terbentuknya tunas baru, terkurasnya
cadangan

makanan.

Tinggi

pemangkasan

20

cm

memungkinkan

penetrasi cahaya matahari lebih besar dan cepat sehingga laju
fotosintesis meningkat dan menghasilkan fotosintat sebagai sumber
energi pembentukan vegetatif seperti pertambahan jumlah anakan.
SILASE
Silase adalah bahan pakan hijauan yang telah mengalami proses
fermentasi

terkontrol

yang

berkadar

air

tinggi

(65-70%).

Tujuan

pembuatan silase antara lain agar hijauan makanan ternak yang
didapatkan masih bermutu tinggi dan tahan lama serta dapat diberikan
pada ternak saat musim kemarau yang panjang. Menampung kelebihan
produksi hijauan pakan ternak atau memanfaatkan hijauan pada saat
pertumbuhan terbaik, tetapi belum dipergunakan.
Praktikum silase menggunakan berbagain jenis rumput, diantaranya
Brachiaria

brizantha,

Pangola,

Brachiaria

decumbens,

Setaria

lampungensis. Bahan naku tersebut dipotong kecil-kecil dengan ukuran ±
5 cm dan dimasukkan ke dalam plastic.pada saat pemasukan bahan ke
dalam plastic dengan cara bahan dipadatkan atau ditekan sampai tidak
ada tempat bagi oksigen sehingga suasana menjadi anaerob. Plastik
selanjutnya divakum dengan mesin vakum hingga tidak ada lagi udara

dalam plastik. Selanjutnya dilakukan pemeraman silase selama 21 hari
dan diamati prosesnya. Bahan baku silase yan dimasukkan ke dalam
plastik dipadatkan, ditekan dan divakum sampai padat dan tidak ada sisa
udara bertujuan agar tidak menimbulkan jamur yang dapat menghasilkan
asam butirat sehingga bakan baku dapat membusuk
Pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan terhadap kualitas
silase, dilakukan dengan mengeluarkan hasil silase dan dicek tekstur,
warna, bau, dan pH serta ada tidaknya jamur pada hasil silase pada
sampel rumput yang berbeda-beda. Secara umum silase yang baik
mempunyai ciri-ciri yaitu tekstur masih jelas seperti alamnya, tidak
lembek, tidak menggumpal dan tidak berlendir. Warna silase mendekati
warna aslinya, tidak dikehendaki warna silase coklat sampai hitam. Bau
silase asam tetapi segar dan enak.Bau asam yang dihasikan oleh silase
disebabkan dalam proses pembuatan silase bakteri anaerob aktif bekerja
menghasilkan asam organik. Proses ensilase terjadi apabila oksigen telah
habis dipakai, pernapasan tanaman akan berhenti dan suasana menjadi
anaerob.
Kualitas silase dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti asal atau jenis hijauan,
temperatur penyimpanan, tingkat pelayuan sebelum pembuatan silase, tingkat
kematangan atau fase pertumbuhan tanaman, bahan pengawet, panjang
pemotongan, dan kepadatan hijauan dalam silo. Waktu yang terbaik untuk
memotong tanaman yang akan dibuat silase adalah pada fase vegetatif, sebelum
pembentukan bunga. Fase pertumbuhan tanaman pada waktu pembuatan silase
besar pengaruhnya terhadap kecernaan dan komposisi kimia silase (Syarifudin,

2009). Menurut Utomo (1999), pengisian silo harus dilakukan secepat
mungkin dan setelah pemadatan selesai tutuplah bagian atas dengan
hijauan kering atau jerami, baru kemudian ditutup dengan bahan yang
kedap udara agar tidak ada udara yang masuk ke dalam silo.

DAFTAR PUSTAKA
Alcock, R. 2000. Tractor – Implement Systems. AVI Publishing Co., Inc.
Connecticut. London
Dongoran, Doddy. 2009. Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt) terhadap Pemberian
Pupuk Cair TNF dan Pupuk Kandang Ayam. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Elzinga, C L., D. W. Salzer, and J. W.Willoughby. 2004. Measuring and
Monitoring Plant Populations. U.S. Department of the Interior Bureau
of Land Management.
Maruapey, A. 2011. Pengaruh Jarak Tanam Dan Jenis Pupuk Kandang
Terhadap Pertumbuhan Gulma Dan Hasil Jagung Manis. Seminar
Nasional Serealia. Sorong.
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak
Tropik Edisi Revisi Cetakan ke-3. BPFE. Yogyakarta.
Rizaldi, T. 2006. Mesin Peralatan.DEpartemen Teknologi Pertanian. USU
Medan. Medan.
Soetrisno, Djoko., Bambang Suhartanto, Nafiatul Umami. Nilo Suseno.
2008. Ilmu Hijauan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soetrisno, R.D. 2002. Potensi Tanaman Pakan untuk Pengembangan
Ternak Ruminansia pada Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Faklutas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Suyitman, dkk. Agrostologi. Padang: Fakultas Peternakan Universitas
Andalas. 2003.
Syarifuddin, N. A. 2009. Karakteristik Dan Persentase Keberhasilan Silase
Rumput Gajah Pada Berbagai Umur Pemotongan. Fakultas
Pertanian. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. http://www.
google.com
Tirtoutomo, S. S. Solehuddin, C. Soepardi, dan H. Taslim. 1991.
Pengaruh Macam dan Waktu Pemberian Pupuk Nitrogen Terhadap
Efisiensi Pengambilan Nitrogen Oleh Tanaman Jagung. Media
Penelitian Sukamandi. 9:5-10
Utomo, Ristianto. 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Jurusan Nutrisi dan
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Yasyifun, Ngama. 2008. Respon Pertumbuhan, Serapan Hara, dan
Efisiensi Penggunaan Hara Tanaman Kedelai (Glycine max) dan

Jagung (Zea mays) terhadap Kompos yang Diperkaya Mikrob
Aktivator. Institut Pertanian Bogor. Bogor.