MAKALAH TUGAS SUPPLY CHAIN MANAJEMEN
MAKALAH TUGAS
SUPPLY CHAIN MANAJEMEN
Oleh :
NUR ANNISAA
(171411002)
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2018 – 20
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Supply Chain Manajemen.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, Semoga di
yaumil akhir kelak kita memperoleh syafaat-Nya. Aamiin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi kewajiban dalam matakuliah Supply Chain
Manajemen, melalui makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi Supply Chain
Manajemen (SCM) dan Implementasi SCM pada Perusahaan Manufacturing.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun guna memperbaiki laporan ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak yang
membacanya.
Cirebon, 20 April 2018
Penulis
NUR ANNISAA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada masa lalu di sebuah perusahaan untuk pengiriman produk menggunakan perkiraan
dan terkadang tidak sesuai dengan permintaan pasar, mulai dari pengaturan inventory,
pengiriman produk hingga pemenuhan akhir ke konsumen. Saat ini keadaan mulai berubah
karena dari pihak industri sudah mulai sadar akan perlunya kolaborasi dengan partner, seperti
supplier, distributor, dan customer, baik itu customer bisnis maupun individu. Customer dan
supplier berkumpul secara bersama- sama dalam membicarakan keuntungan, kebutuhan yang
lebih baik atas proses supply chain management berikut sistemnya yang jelas lebih banyak
bermanfaat dan mendatangkan tingginya prioritas bisnis. Pelaku industri mulai sadar bahwa
untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas, dan cepat, perbaikan di internal
perusahaan manufaktur adalah tidak cukup. Peran serta supplier, perusahaan transportasi dan
jaringan distributor adalah dibutuhkan. Kesadaran akan adanya produk murah, cepat dan
berkualitas inilah yang membuat lahirnya konsep Supply chain management (SCM) pada tahun
1990-an.
Supply Chain Management (SCM) merupakan bagian penting dalam industri manufaktur.
Dalam industri manufaktur, SCM berkaitan dengan kegiatan-kegiatan utama seperti, merancang
produk baru, merencanakan produksi dan persediaan, melakukan produksi, kegiatan
pengiriman dan juga pengadaan bahan baku. Pengadaan bahan baku atau material merupakan
aktivitas yang penting di dalam sebuah industri. Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan
input, berupa barang maupun jasa yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi maupun kegiatan
lain dalam perusahaan (Pujawan, 2010). Oleh karena itu, prosedur kerja dalam pengadaan
bahan baku haruslah memiliki struktur kerja yang jelas sehingga mampu efektivitas dan
efisiensi kerja dapat terpenuhi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, SCM merupakan bagian penting dalam industri
manufaktur, maka mahasiswa teknik industri harus memahami beberapa masalah dibawah ini :
a. Apakah yang dimaksud dengan Rantai Pasok?
b. Apakah yang dimaksud dengan Rantai Pasok Manajemen?
c. Bagaimakah contoh implementasi SCM di suatu perusahaan manufaktur?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini antara lain:
a. Memberikan pemahaman mengenai Rantai Pasok
b. Memberikan pemahaman mengenai Rantai Pasok Manajeman
c. Memberikan
manufaktur
pemahaman
mengenai
implementasi
SCM
di
suatu
perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Rantai Pasok
Rantai
pasok
(Supply
chain)
adalah
suatu
sistem
terorganisasi
yang
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga
merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan
yang mempunyai tujuan yang sama yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan
pengadaan atau penyaluran barang tersebut. (DJOKOPRANATO, 2016)
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa rantai pasok adalah logistic
network. Menurut DJOKOPRANOTO, 2016 dalam rantai pasok ada beberapa pemain
utama yang merupakan perusahan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang
sama tersebut yaitu :
a. Supplier
b. Manufacturer
c. Distribution
d. Retail Outlet
e. Customers
Chain 1 : Suppliers Jaringan bermula dari sini, dimana yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama. Bahan pertama ini dapat berbentuk bahan baku, bahan
mentah, bahan dagangan, bahan penolong, dan sebagainya.
Chain 1-2 : Suppliers ► Manufacturer rantai pertama dihubungkan dengan rantai
kedua yaitu manufacturer yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi,
mengasembling, merakit mengkonversi, ataupun menyelesaikan barang (finishing).
Hubungan mata rantai pertama ini sudah berpotensi untuk melakukan penghematan,
misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi maupun produk jadi yang
berada di pihak supplier maupun di pihak manufacturer ataupun di tempat transit
merupakan target penghematan ini.
Chain 1-2-3 : Suppliers ► Manufacturer ► Distribustion barang yang sudah jadi
yang dihasilkan dari manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan.
Cara umum mendistribukan produk adalah melalui distributor. Barang dari pabrik
melalui gudang disalurkan ke gudang distributor dalam jumlah besar dan pada
waktunya nanti distributor atau pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih
kecil kepada retailer.
Chain 1-2-3-4 : Suppliers ► Manufacturer ► Distribustion ► Retail Outlet
Pedagang besar biasanya memiliki gudang tersendiri atau dapat menyewa pada pihak
lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak
pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk melakukan penghematan dalam
bentuk jumlah inventories dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali
pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun took pengecer
Chain 1-2-3-4-5 : Suppliers ► Manufacturer ► Distribustion ► Retail Outlet ►
Customers Dari rak-raknya para pengecer menawarkan produk langsung kepada
pelanggan. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa disini merupakan mata rantai
terakhir, sebetulnya masih ada lagi mata rantai pembeli (yang mendatangi pengecer
tersebut) kepada real customers atau real user, karna pembeli belum tentu pengguna
sesungguhnya. Mata rantai baru betul-betul berhenti sampai barang yang bersangkutan
berhenti pada pemakai yang sebenarnya.
2.2 Manajemen Rantai Pasok
Manajemen rantai pasok atau supply Chain Management (SCM) adalah serangkaian
kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan, dan pengendalian terhadap pengadaan,
produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang
mencakup administrasi harian, operasi , logistik dan pengolahan informasi mulai dari customer
hingga supplier. Untuk penjelasan singkatnya Supply Chain Management (SCM) adalah
mekanisme yang menghubungkan semua pihak yang bersangkutan dan proses berubahnya
bahan baku menjadi sebuah produk. Pihak yang ikut serta adalah yang bertanggung jawab
untuk memberikan barang – barang jadi hasil produksi ke customer pada waktu dan tempat
yang tepat dengan cara yang paling efisien.
2.3 Implementasi Manajemen Rantai Pasok pada PT. Maitland-Smith Indonesia
2.3.1 Profil Perusahaan
PT.Maitland-Smith Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang
mebel/furniture yang berbasis internasional. PT Maitland Smith Indonesia beralamat di
Jl Coaster 8 Blok A8, Tanjung Emas Semarang yang memproduksi berbagai jenis mebel
seperti chair, table, bed, mirror.
2.3.2 Aktivitas Supply Chain di PT Maitland-Smith Indonesia
Secara garis besar, aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam kegiatan supply chain
di PT Maitland-Smith Indonesia dapat digambarkan dalam diagram berikut ini :
Gambar 1. Flowchart Aktivitas Supply Chain di PT. Maitland-Smith Indonesia
a. Hubungan Raw Material dengan Supplier
Raw material (bahan baku/bahan mentah) adalah bahan yang langsung
digunakan untuk diolah menjadi barang jadi (finish good) yang merupakan
produk dari perusahaan tersebut. (WIBOWO, 2014). Raw material di PT
Maitland-Smith Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu main raw material (contoh :
kayu, veneer, MDF, plywood) dan raw material support (contoh : brass, leather,
glass, mirror, box, fabric). Suppliers PT Maitland-Smith Indonesia terbagi menjadi
dua, yaitu :
Suppliers lokal
Suppliers lokal untuk kayu biasanya berasal dari
Lampung dengan lead time selama 2-3 minggu.
Suppliers luar negeri Suppliers luar negeri ini terjadi ketika PT MaitlandSmith Indonesia membutuh raw material seperti brass dan veneer
dengan lead time selama 1-2 bulan.
Penjelasan menyeluruh mengenai
raw material dan pemasok (supplier) PT Maitland-Smith Indonesia dapat
dilihat pada lampiran 1. (Sumber : PT MaitlandSmith Indonesia, 2014).
b. Hubungan Supplier dengan Warehouse Bahan Baku
Hubungan antara supplier bahan baku (eksternal perusahaan) dengan
warehouse
bahan
baku
dan
bagian
purchasing
merupakan
hubungan
permintaan raw material dari PT Maitland-Smith Indonesia kepada supplier
bahan baku yang menjalin kerjasama dengan PT Maitland-Smith Indonesia.
Dalam hal ini, departemen warehouse akan melakukan pengecekan kuantitas
bahan baku yang tersisa digudang bahan baku. Departemen warehouse akan
menginformasikan kuantitas bahan baku yang tersedia kepada departemen
PPC, kemudian departemen PPC akan melalukan peramalan (forecasting)
permintaan bahan baku, setelah meramalkan jumlah bahan baku yang
dibutuhkan dalam proses produksi barulah dilakukan pemesanan. Pemesanan
dilakukan apabila bahan baku yang tersedia tidak dapat mencukupi kebutuhan
bahan baku untuk proses produksi dan pemesanan bahan baku juga dilakukan
untuk memenuhi safety stock yaitu minimal 200 m³ kayu setiap bulan. Apabila
diperlukan
permohonan
pembelian
bahan
pembelian
baku,
bahan
departemen
baku
kepada
PPC
akan
departemen
melakukan
purchasing.
Selanjutnya departemen purchasing akan melakukan pembelian bahan baku ke
supplier sesuai dengan harga dan lead time yang telah disepakati sesuai
perjanjian kerjasama atau MoU (Memorandum of Understanding).
c. Hubungan antara Warehouse Bahan Baku dengan Manufacturing
Hubungan warehouse bahan baku dengan manufacturing diawali dengan
permohonan pengeluaran bahan baku untuk digunakan dalam proses produksi.
Proses produksi mulai dilakukan pada saat material sudah siap (material
readiness) dan saat jumlah produksi sedikit. Ketika PT Maitland-Smith Indonesia
mendapat order dari customer dengan jenis produk baru, maka proses produksi
tersebut harus melalui beberapa departemen terlebih dahulu.
d. Hubungan Manufacturing dengan Warehouse Finish Good (WHFG)
Barang jadi (finish good) yang sudah dalam bentuk karton box disimpan terlebih
dahulu di WHFG (Warehouse Finish Good) dikarenakan beberapa hal, yaitu :
Proses pengiriman finish good tersebut masih menunggu satu container
terpenuhi.
Proses pengiriman finish good tersebut masih menunggu finish good lain
yang akan dikirim ke negara tujuan yang sama.
Proses pengiriman finish good tersebut masih menunggu tanggal ETD
(Estimation Delivery).
e. Hubungan Warehouse Finish Good (WHFG) dengan Shipment Setelah tiba
tanggal ETD (Estimation Delivery), maka barang yang disimpan di WHFG
(Warehouse Finish Good) kemudian diangkut ke dalam container dan siap untuk
diekspor ke Amerika. Proses pengiriman barang jadi di PT Maitland-Smith
Indonesia terbagi menjadi dua proses, yaitu :
Direct Customer Pengiriman melalui direct customer yaitu Finish good
yang dipesan langsung dikirim ke customers. Customers dari PT
Maitland-Smith Indonesia antara lain : Ambelle Home, EJ-Victor, BroyHill,
Drexel Heritage, Pearson, Thomasville, Henredon dan Maitland-Smith.
Melalui HHG (Heritage Home Group) Pengiriman melalui HHG (Heritage
Home Group) yaitu finish good yang dipesan oleh customer dikirim ke
HHG (Heritage Home Group) kemudian HHG (Heritage Home Group)
yang akan mendistribusikan ke end costumer.
Terdapat tiga model transportasi yang digunakan dalam proses pengiriman
barang di PT Maitland-Smith Indonesia :
By Air Shipment
Proses Pengiriman barang menggunakan pesawat terbang. By Air
Shipment mempunyai lead time terkecil yaitu 7 hari dengan biaya
shipment yang termahal.
By Container / FCL (Full Container Load)
Proses Pengiriman barang menggunakan satu container penuh. Proses
pengiriman by container mempunyai dua cara pemilihan route, yaitu :
-
West
Cost
yaitu
singgah
disuatu
tempat
kemudian
proses
pengirimannya dilanjutkan menggunakan kereta api dengan lead time
30 hari.
-
East Cost
yaitu pengiriman tanpa singgah disuatu tempat dan
langsung dikirim ke customer dengan lead time 40 hari.
By LCL (Less Than Container Load)
Yaitu barang dikirim ke gudang dekat pelabuhan lalu barang tersebut
dijadikan satu dengan paketan lain yang mempunyai tujuan/negara yang
sama, setelah tiba di negara tujuan kemudian didistribusikan ke customer
masing-masing dengan lead time 1-2 minggu.
2.3.2 Aktivitas Supply Chain di PT Maitland-Smith Indonesia
Dalam menjalankan sistem E-Supply Chain Management (E-SCM), kolaborasi
antar departemen di PT Maitland-Smith Indonesia dengan customers, supplier dan
perusahaan jasa pengiriman sangat diperlukan karena masing-masing pihak yang
bersangkutan dapat memberikan informasi yang diperlukan dengan akurat, lengkap dan
tepat waktu. Untuk menciptakan kolaborasi yang berhasil, maka setiap pihak harus
dapat membangun rasa saling percaya satu sama lain dengan cara menjaga informasi
tersebut agar tidak tersebar kepada pihak yang tidak berwenang. Intensitas kolaborasi
yang digunakan oleh PT Maitland-Smith Indonesia yaitu bersifat information sharing,
karena masing-masing pihak dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Misalkan
customers dapat mengetahui informasi tentang perkiraan kapan barang yang dipesan
dapat
diterima oleh
customers tersebut.
memperkirakan berapa banyak bahan
PT Maitland-Smith Indonesia
baku yang akan dipesan
dapat
dan waktu
pemesanannya kepada supplier sehingga bahan baku yang dibutuhkan dapat selalu
tersedia di gudang.
Untuk mencapai information sharing dalam supply chain di PT Maitland-Smith
Indonesia, maka dibutuhkan suatu teknologi yaitu enterprise resources planning (ERP)
System. Sistem ERP adalah sistem informasi yang dapat mengintegrasikan seluruh
proses bisnis dan informasi di dalam perusahaan tersebut baik itu antar departemen
maupun lintas departemen. (WAWAN, 2007). ERP software yang digunakan oleh PT
Maitland-Smith Indonesia adalah QAD Enterprise Cloud. QAD (Queen and Drive) adalah
sebuah perusahaan software di Santa Barbara, Amerika Serikat yang didirikan pada
tahun 1979. Tiga kategori dari QAD Enterprise Cloud memiliki jenis yang berbeda. QAD
Cloud Apps di dalamnya terdiri dari QAD Cloud ERP, QAD QMS (Quality Management
System), dan QAD TMS (Transportation Management System). QAD Cloud Service
terdiri dari QAD Cloud EDI (Electronic Data Interchange) solution. Sedangkan QAD
Cloud Portal didukung oleh QAD Supplier Portal, yaitu portal QAD untuk pengaturan
aktivitas supply chain.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik sebagai berikut :
-Rantai pasok (Supply chain) adalah suatu sistem terorganisasi yang menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau
jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang
sama yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.
Menurut DJOKOPRANOTO, 2016 dalam rantai pasok ada beberapa pemain utama yang
merupakan perusahan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama tersebut yaitu :
Supplier, Manufacturer, Distribution, Retail Outlet, Customers.
-Manajemen rantai pasok atau supply Chain Management (SCM) adalah serangkaian kegiatan
yang meliputi koordinasi, penjadwalan, dan pengendalian terhadap pengadaan, produksi,
persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang mencakup
administrasi harian, operasi , logistik dan pengolahan informasi mulai dari customer hingga
supplier
-PT Maitland-Smith Indonesia merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak
dibidang furniture yang melibatkan banyak pihak dalam proses produksi dan memerlukan
adanya suatu aliran material/produk serta informasi yang baik. Dengan persaingan pasar
yang ada dalam usaha manufaktur dibidang furniture, sistem perencanaan dan pengendalian
yang ditawarkan oleh konsep supply chain management (SCM) akan sangat membantu
perusahaan dalam hal proses produksi, termasuk merencanakan jadwal produksi maupun
perencanaan pasokan bahan baku, sehingga perusahaan mampu menghasilkan produk
dengan kualitas tinggi yang siap di ekspor ke Amerika dan beberapa negara di
Timur
Tengah serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen secara maksimal dan tepat waktu
dengan biaya produksi yang dapat dikurangi karena proses produksi telah terencana dengan
matang.
DAFTAR PUSTAKA
-
Indrajit, R.E dan Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain : Cara Baru
Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Grasindo. Jakarta.
-
Wibowo. 2014. Pengertian Bahan mentah atau Bahan Baku furniture. http :
www.wibowopajak.com/2014/02.html. Diakses pada tanggal 28 April 2018.
-
Hayati, Nur Enti dan Mumpuni Wijiasih Fitriyah. 2015. Penerapan E-Supply Chain
Management Pada Industri (Studi Kasus Pada PT Maitland-Smith Indonesia). Dinamika
Teknik. Vol. IX, No. 2.
SUPPLY CHAIN MANAJEMEN
Oleh :
NUR ANNISAA
(171411002)
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2018 – 20
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Supply Chain Manajemen.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, Semoga di
yaumil akhir kelak kita memperoleh syafaat-Nya. Aamiin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi kewajiban dalam matakuliah Supply Chain
Manajemen, melalui makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi Supply Chain
Manajemen (SCM) dan Implementasi SCM pada Perusahaan Manufacturing.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun guna memperbaiki laporan ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak yang
membacanya.
Cirebon, 20 April 2018
Penulis
NUR ANNISAA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada masa lalu di sebuah perusahaan untuk pengiriman produk menggunakan perkiraan
dan terkadang tidak sesuai dengan permintaan pasar, mulai dari pengaturan inventory,
pengiriman produk hingga pemenuhan akhir ke konsumen. Saat ini keadaan mulai berubah
karena dari pihak industri sudah mulai sadar akan perlunya kolaborasi dengan partner, seperti
supplier, distributor, dan customer, baik itu customer bisnis maupun individu. Customer dan
supplier berkumpul secara bersama- sama dalam membicarakan keuntungan, kebutuhan yang
lebih baik atas proses supply chain management berikut sistemnya yang jelas lebih banyak
bermanfaat dan mendatangkan tingginya prioritas bisnis. Pelaku industri mulai sadar bahwa
untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas, dan cepat, perbaikan di internal
perusahaan manufaktur adalah tidak cukup. Peran serta supplier, perusahaan transportasi dan
jaringan distributor adalah dibutuhkan. Kesadaran akan adanya produk murah, cepat dan
berkualitas inilah yang membuat lahirnya konsep Supply chain management (SCM) pada tahun
1990-an.
Supply Chain Management (SCM) merupakan bagian penting dalam industri manufaktur.
Dalam industri manufaktur, SCM berkaitan dengan kegiatan-kegiatan utama seperti, merancang
produk baru, merencanakan produksi dan persediaan, melakukan produksi, kegiatan
pengiriman dan juga pengadaan bahan baku. Pengadaan bahan baku atau material merupakan
aktivitas yang penting di dalam sebuah industri. Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan
input, berupa barang maupun jasa yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi maupun kegiatan
lain dalam perusahaan (Pujawan, 2010). Oleh karena itu, prosedur kerja dalam pengadaan
bahan baku haruslah memiliki struktur kerja yang jelas sehingga mampu efektivitas dan
efisiensi kerja dapat terpenuhi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, SCM merupakan bagian penting dalam industri
manufaktur, maka mahasiswa teknik industri harus memahami beberapa masalah dibawah ini :
a. Apakah yang dimaksud dengan Rantai Pasok?
b. Apakah yang dimaksud dengan Rantai Pasok Manajemen?
c. Bagaimakah contoh implementasi SCM di suatu perusahaan manufaktur?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini antara lain:
a. Memberikan pemahaman mengenai Rantai Pasok
b. Memberikan pemahaman mengenai Rantai Pasok Manajeman
c. Memberikan
manufaktur
pemahaman
mengenai
implementasi
SCM
di
suatu
perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Rantai Pasok
Rantai
pasok
(Supply
chain)
adalah
suatu
sistem
terorganisasi
yang
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga
merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan
yang mempunyai tujuan yang sama yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan
pengadaan atau penyaluran barang tersebut. (DJOKOPRANATO, 2016)
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa rantai pasok adalah logistic
network. Menurut DJOKOPRANOTO, 2016 dalam rantai pasok ada beberapa pemain
utama yang merupakan perusahan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang
sama tersebut yaitu :
a. Supplier
b. Manufacturer
c. Distribution
d. Retail Outlet
e. Customers
Chain 1 : Suppliers Jaringan bermula dari sini, dimana yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama. Bahan pertama ini dapat berbentuk bahan baku, bahan
mentah, bahan dagangan, bahan penolong, dan sebagainya.
Chain 1-2 : Suppliers ► Manufacturer rantai pertama dihubungkan dengan rantai
kedua yaitu manufacturer yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi,
mengasembling, merakit mengkonversi, ataupun menyelesaikan barang (finishing).
Hubungan mata rantai pertama ini sudah berpotensi untuk melakukan penghematan,
misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi maupun produk jadi yang
berada di pihak supplier maupun di pihak manufacturer ataupun di tempat transit
merupakan target penghematan ini.
Chain 1-2-3 : Suppliers ► Manufacturer ► Distribustion barang yang sudah jadi
yang dihasilkan dari manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan.
Cara umum mendistribukan produk adalah melalui distributor. Barang dari pabrik
melalui gudang disalurkan ke gudang distributor dalam jumlah besar dan pada
waktunya nanti distributor atau pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih
kecil kepada retailer.
Chain 1-2-3-4 : Suppliers ► Manufacturer ► Distribustion ► Retail Outlet
Pedagang besar biasanya memiliki gudang tersendiri atau dapat menyewa pada pihak
lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak
pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk melakukan penghematan dalam
bentuk jumlah inventories dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali
pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun took pengecer
Chain 1-2-3-4-5 : Suppliers ► Manufacturer ► Distribustion ► Retail Outlet ►
Customers Dari rak-raknya para pengecer menawarkan produk langsung kepada
pelanggan. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa disini merupakan mata rantai
terakhir, sebetulnya masih ada lagi mata rantai pembeli (yang mendatangi pengecer
tersebut) kepada real customers atau real user, karna pembeli belum tentu pengguna
sesungguhnya. Mata rantai baru betul-betul berhenti sampai barang yang bersangkutan
berhenti pada pemakai yang sebenarnya.
2.2 Manajemen Rantai Pasok
Manajemen rantai pasok atau supply Chain Management (SCM) adalah serangkaian
kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan, dan pengendalian terhadap pengadaan,
produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang
mencakup administrasi harian, operasi , logistik dan pengolahan informasi mulai dari customer
hingga supplier. Untuk penjelasan singkatnya Supply Chain Management (SCM) adalah
mekanisme yang menghubungkan semua pihak yang bersangkutan dan proses berubahnya
bahan baku menjadi sebuah produk. Pihak yang ikut serta adalah yang bertanggung jawab
untuk memberikan barang – barang jadi hasil produksi ke customer pada waktu dan tempat
yang tepat dengan cara yang paling efisien.
2.3 Implementasi Manajemen Rantai Pasok pada PT. Maitland-Smith Indonesia
2.3.1 Profil Perusahaan
PT.Maitland-Smith Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang
mebel/furniture yang berbasis internasional. PT Maitland Smith Indonesia beralamat di
Jl Coaster 8 Blok A8, Tanjung Emas Semarang yang memproduksi berbagai jenis mebel
seperti chair, table, bed, mirror.
2.3.2 Aktivitas Supply Chain di PT Maitland-Smith Indonesia
Secara garis besar, aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam kegiatan supply chain
di PT Maitland-Smith Indonesia dapat digambarkan dalam diagram berikut ini :
Gambar 1. Flowchart Aktivitas Supply Chain di PT. Maitland-Smith Indonesia
a. Hubungan Raw Material dengan Supplier
Raw material (bahan baku/bahan mentah) adalah bahan yang langsung
digunakan untuk diolah menjadi barang jadi (finish good) yang merupakan
produk dari perusahaan tersebut. (WIBOWO, 2014). Raw material di PT
Maitland-Smith Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu main raw material (contoh :
kayu, veneer, MDF, plywood) dan raw material support (contoh : brass, leather,
glass, mirror, box, fabric). Suppliers PT Maitland-Smith Indonesia terbagi menjadi
dua, yaitu :
Suppliers lokal
Suppliers lokal untuk kayu biasanya berasal dari
Lampung dengan lead time selama 2-3 minggu.
Suppliers luar negeri Suppliers luar negeri ini terjadi ketika PT MaitlandSmith Indonesia membutuh raw material seperti brass dan veneer
dengan lead time selama 1-2 bulan.
Penjelasan menyeluruh mengenai
raw material dan pemasok (supplier) PT Maitland-Smith Indonesia dapat
dilihat pada lampiran 1. (Sumber : PT MaitlandSmith Indonesia, 2014).
b. Hubungan Supplier dengan Warehouse Bahan Baku
Hubungan antara supplier bahan baku (eksternal perusahaan) dengan
warehouse
bahan
baku
dan
bagian
purchasing
merupakan
hubungan
permintaan raw material dari PT Maitland-Smith Indonesia kepada supplier
bahan baku yang menjalin kerjasama dengan PT Maitland-Smith Indonesia.
Dalam hal ini, departemen warehouse akan melakukan pengecekan kuantitas
bahan baku yang tersisa digudang bahan baku. Departemen warehouse akan
menginformasikan kuantitas bahan baku yang tersedia kepada departemen
PPC, kemudian departemen PPC akan melalukan peramalan (forecasting)
permintaan bahan baku, setelah meramalkan jumlah bahan baku yang
dibutuhkan dalam proses produksi barulah dilakukan pemesanan. Pemesanan
dilakukan apabila bahan baku yang tersedia tidak dapat mencukupi kebutuhan
bahan baku untuk proses produksi dan pemesanan bahan baku juga dilakukan
untuk memenuhi safety stock yaitu minimal 200 m³ kayu setiap bulan. Apabila
diperlukan
permohonan
pembelian
bahan
pembelian
baku,
bahan
departemen
baku
kepada
PPC
akan
departemen
melakukan
purchasing.
Selanjutnya departemen purchasing akan melakukan pembelian bahan baku ke
supplier sesuai dengan harga dan lead time yang telah disepakati sesuai
perjanjian kerjasama atau MoU (Memorandum of Understanding).
c. Hubungan antara Warehouse Bahan Baku dengan Manufacturing
Hubungan warehouse bahan baku dengan manufacturing diawali dengan
permohonan pengeluaran bahan baku untuk digunakan dalam proses produksi.
Proses produksi mulai dilakukan pada saat material sudah siap (material
readiness) dan saat jumlah produksi sedikit. Ketika PT Maitland-Smith Indonesia
mendapat order dari customer dengan jenis produk baru, maka proses produksi
tersebut harus melalui beberapa departemen terlebih dahulu.
d. Hubungan Manufacturing dengan Warehouse Finish Good (WHFG)
Barang jadi (finish good) yang sudah dalam bentuk karton box disimpan terlebih
dahulu di WHFG (Warehouse Finish Good) dikarenakan beberapa hal, yaitu :
Proses pengiriman finish good tersebut masih menunggu satu container
terpenuhi.
Proses pengiriman finish good tersebut masih menunggu finish good lain
yang akan dikirim ke negara tujuan yang sama.
Proses pengiriman finish good tersebut masih menunggu tanggal ETD
(Estimation Delivery).
e. Hubungan Warehouse Finish Good (WHFG) dengan Shipment Setelah tiba
tanggal ETD (Estimation Delivery), maka barang yang disimpan di WHFG
(Warehouse Finish Good) kemudian diangkut ke dalam container dan siap untuk
diekspor ke Amerika. Proses pengiriman barang jadi di PT Maitland-Smith
Indonesia terbagi menjadi dua proses, yaitu :
Direct Customer Pengiriman melalui direct customer yaitu Finish good
yang dipesan langsung dikirim ke customers. Customers dari PT
Maitland-Smith Indonesia antara lain : Ambelle Home, EJ-Victor, BroyHill,
Drexel Heritage, Pearson, Thomasville, Henredon dan Maitland-Smith.
Melalui HHG (Heritage Home Group) Pengiriman melalui HHG (Heritage
Home Group) yaitu finish good yang dipesan oleh customer dikirim ke
HHG (Heritage Home Group) kemudian HHG (Heritage Home Group)
yang akan mendistribusikan ke end costumer.
Terdapat tiga model transportasi yang digunakan dalam proses pengiriman
barang di PT Maitland-Smith Indonesia :
By Air Shipment
Proses Pengiriman barang menggunakan pesawat terbang. By Air
Shipment mempunyai lead time terkecil yaitu 7 hari dengan biaya
shipment yang termahal.
By Container / FCL (Full Container Load)
Proses Pengiriman barang menggunakan satu container penuh. Proses
pengiriman by container mempunyai dua cara pemilihan route, yaitu :
-
West
Cost
yaitu
singgah
disuatu
tempat
kemudian
proses
pengirimannya dilanjutkan menggunakan kereta api dengan lead time
30 hari.
-
East Cost
yaitu pengiriman tanpa singgah disuatu tempat dan
langsung dikirim ke customer dengan lead time 40 hari.
By LCL (Less Than Container Load)
Yaitu barang dikirim ke gudang dekat pelabuhan lalu barang tersebut
dijadikan satu dengan paketan lain yang mempunyai tujuan/negara yang
sama, setelah tiba di negara tujuan kemudian didistribusikan ke customer
masing-masing dengan lead time 1-2 minggu.
2.3.2 Aktivitas Supply Chain di PT Maitland-Smith Indonesia
Dalam menjalankan sistem E-Supply Chain Management (E-SCM), kolaborasi
antar departemen di PT Maitland-Smith Indonesia dengan customers, supplier dan
perusahaan jasa pengiriman sangat diperlukan karena masing-masing pihak yang
bersangkutan dapat memberikan informasi yang diperlukan dengan akurat, lengkap dan
tepat waktu. Untuk menciptakan kolaborasi yang berhasil, maka setiap pihak harus
dapat membangun rasa saling percaya satu sama lain dengan cara menjaga informasi
tersebut agar tidak tersebar kepada pihak yang tidak berwenang. Intensitas kolaborasi
yang digunakan oleh PT Maitland-Smith Indonesia yaitu bersifat information sharing,
karena masing-masing pihak dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Misalkan
customers dapat mengetahui informasi tentang perkiraan kapan barang yang dipesan
dapat
diterima oleh
customers tersebut.
memperkirakan berapa banyak bahan
PT Maitland-Smith Indonesia
baku yang akan dipesan
dapat
dan waktu
pemesanannya kepada supplier sehingga bahan baku yang dibutuhkan dapat selalu
tersedia di gudang.
Untuk mencapai information sharing dalam supply chain di PT Maitland-Smith
Indonesia, maka dibutuhkan suatu teknologi yaitu enterprise resources planning (ERP)
System. Sistem ERP adalah sistem informasi yang dapat mengintegrasikan seluruh
proses bisnis dan informasi di dalam perusahaan tersebut baik itu antar departemen
maupun lintas departemen. (WAWAN, 2007). ERP software yang digunakan oleh PT
Maitland-Smith Indonesia adalah QAD Enterprise Cloud. QAD (Queen and Drive) adalah
sebuah perusahaan software di Santa Barbara, Amerika Serikat yang didirikan pada
tahun 1979. Tiga kategori dari QAD Enterprise Cloud memiliki jenis yang berbeda. QAD
Cloud Apps di dalamnya terdiri dari QAD Cloud ERP, QAD QMS (Quality Management
System), dan QAD TMS (Transportation Management System). QAD Cloud Service
terdiri dari QAD Cloud EDI (Electronic Data Interchange) solution. Sedangkan QAD
Cloud Portal didukung oleh QAD Supplier Portal, yaitu portal QAD untuk pengaturan
aktivitas supply chain.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik sebagai berikut :
-Rantai pasok (Supply chain) adalah suatu sistem terorganisasi yang menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau
jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang
sama yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.
Menurut DJOKOPRANOTO, 2016 dalam rantai pasok ada beberapa pemain utama yang
merupakan perusahan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama tersebut yaitu :
Supplier, Manufacturer, Distribution, Retail Outlet, Customers.
-Manajemen rantai pasok atau supply Chain Management (SCM) adalah serangkaian kegiatan
yang meliputi koordinasi, penjadwalan, dan pengendalian terhadap pengadaan, produksi,
persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang mencakup
administrasi harian, operasi , logistik dan pengolahan informasi mulai dari customer hingga
supplier
-PT Maitland-Smith Indonesia merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak
dibidang furniture yang melibatkan banyak pihak dalam proses produksi dan memerlukan
adanya suatu aliran material/produk serta informasi yang baik. Dengan persaingan pasar
yang ada dalam usaha manufaktur dibidang furniture, sistem perencanaan dan pengendalian
yang ditawarkan oleh konsep supply chain management (SCM) akan sangat membantu
perusahaan dalam hal proses produksi, termasuk merencanakan jadwal produksi maupun
perencanaan pasokan bahan baku, sehingga perusahaan mampu menghasilkan produk
dengan kualitas tinggi yang siap di ekspor ke Amerika dan beberapa negara di
Timur
Tengah serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen secara maksimal dan tepat waktu
dengan biaya produksi yang dapat dikurangi karena proses produksi telah terencana dengan
matang.
DAFTAR PUSTAKA
-
Indrajit, R.E dan Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain : Cara Baru
Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Grasindo. Jakarta.
-
Wibowo. 2014. Pengertian Bahan mentah atau Bahan Baku furniture. http :
www.wibowopajak.com/2014/02.html. Diakses pada tanggal 28 April 2018.
-
Hayati, Nur Enti dan Mumpuni Wijiasih Fitriyah. 2015. Penerapan E-Supply Chain
Management Pada Industri (Studi Kasus Pada PT Maitland-Smith Indonesia). Dinamika
Teknik. Vol. IX, No. 2.