TUGAS BIOTEKNOLOGI TANAMAN INDONESIA. doc

TUGAS BIOTEKNOLOGI TANAMAN
TOMAT FlavrSavr

Nama

: Eka Novia Rosalynda

NPM

: 1525010015

Kelas

: A-25

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2017


1. Tanaman Tomat
Tomat (Lycopersicum esculentum ) adalah salah satu komoditas pertanian
yang sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat mengandung
karbohidrat, protein, lemak dan kalori. Buah tomat merupakan komoditas
multiguna yang berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja,
penambah nafsu makan, bahan pewarna makanan, sampai kepada bahan
kosmetik dan obat-obatan. Sebagai sumber mineral, buah tomat dapat
bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi (zat kapur dan fospor),
sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung di dalam buah tomat dapat berfungsi
untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Selain itu tomat
mengandung zat potassium yang sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala
tekanan darah tinggi (Cahyono, 2005). Oleh karena itu, permintaan akan
komoditas tomat akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya
jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
2. Tomat Flavr Savr
Tomat Flavr Savr adalah makanan yang direkayasa secara genetik yang
pertama yang ditanam secara komersial yang akan diberi ijin untuk
dikonsumsi manusia. Dengan menambahkan sebuah gen antisense,
perusahaan yang berbasis di California, Calgene, berharap bisa memperlambat

proses pematangan tomat tersebut untuk mencegahnya menjadi lembek dan
busuk, dengan tetap menjaga tomat tersebut tetap memiliki warna dan rasa
yang alami.
FDA telah menyetujui Falvr Savr pada tahun 1994; akan tetapi, tomat
tersebut saat itu sangat lembek sehingga tidak mudah diangkut, dan pada
tahun 1997 tomat tersebut menghilang dari pasaran. Di samping masalah
produksi dan pengangkutan tersebut, tomat-tomat tersebut juga dilaporkan
mempunyai rasa yang hambar: “Rasa hambar pada tomat Flavr Savr berasal
dari varietas asal tomat tersebut. Hanya ada sedikit sekali rasa yang bisa
dipertahankan,” kata Christ Watkins, seorang profesor hortikultura
pada Cornell University.

3. Langkah-langkah pembuatan tomat Flavr Savr
1. Ikan Flounder mempunyai gen antibeku yang disebut dengan gen
antisenescens yang dapat menghambat enzim poligalakturonase (enzim
yang mempercepat kerusakan dinding sel tomat). Gen ini dipindahkan dari
kromosom di dalam sel ikan Flounder.
2. DNA antibeku ini kemudian disisipkan pada DNA bakteri Escherichia coli
yang disebut plasmid. DNA hibrid ini, yang merupakan kombinasi dari
dua DNA berbeda disebut sebagai DNA rekombinan.

3. DNA rekombinan yang mengandung gen antibeku ini kemudian ditanam
kembali pada bakteri Escherichia coli
4. Bakteri tersebut memproduksi kopian dari DNA rekombinan dalam jumlah
yang sangat banyak.
5. Tahap selanjutnya diawali dengan isolasi DNA sel tomat terlebih dahulu
yang dilakukan dengan cara menghaluskan batang tomat dalam nitrogen
cair untuk melepaskan isi sel. Isi sel tersebut kemudian ditempatkan dalam
tabung reaksi, lalu disentrifugasi. Selama sentrifugasi, isi sel terpisah ke
dalam dua lapisan dimana salah satunya adalah lapisan DNA. Lapisan ini
kemudian dipisahkan dari tabung, kemudian ditambahkan enzim restriksi,
yaitu ECO R1 yang berfungsi memotong di lokasi DNA yang spesifik.
6. Sel tanaman tomat diinfeksi dengan bakteri tersebut. Setelah itu
ditambahkan enzim ligase ke dalam DNA tomat dan plasmid untuk
menyambungkan DNA, sehingga dapat lengket. Hasilnya, gen antibeku
pada plasmid yang terdapat pada bakteri bergabung dengan DNA sel
tanaman tomat.
7. Sel tanaman tomat kemudian ditempatkan pada media tumbuh yang
berupa cawan petri yang mengandung media nutrien selektif.
8. Bibit tomat mulai ditanam.


4. Berbagai Polemik dalam Masyarakat
Produk-produk bioteknologi modern seperti tanaman pangan dan tanaman
industri, hewan-hewan hasil rekayasa genetika, bahan-bahan diagnostik,
vaksin dan antibodi, produk-produk olahan dari tanaman atau hewan
transgenik, telah menjadi komoditas baru untuk konsumen. Namun, sejak awal
perluasan budidaya tanaman/hewan transgenik dan perdagangannya sudah
menimbulkan polemik tentang keamanan produk-produk bioteknologi itu dari
segi kesehatan dan lingkungan, lebih-lebih terhadap keamanan
keanekaragaman hayati. "Sebagai ilmuwan, saya setuju dengan kemajuan
ilmu, termasuk bioteknologi modern. Namun, ilmiah saja tidak cukup karena
diperlukan etika yang memihak kepentingan orang banyak," kata Dr Hari
Hartiko dari Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi Universitas Gadjah
Mada, dalam Diskusi Pakar "Organisme/Pangan Hasil Rekayasa Genetika:
Biarkan Konsumen Memilih" untuk memperingati Hari Hak-hak Konsumen
Sedunia Tahun 2000.
Menurut Hari Hartiko, kontroversi yang timbul tentang keamanan
organisme/pangan transgenik terhadap kesehatan dan keamanan
keanekaragaman hayati disebabkan beberapa faktor, antara lain kurangnya
familiarity tentang bioteknologi modern, adanya kesenjangan kebenaran
ilmiah, dan perbedaan perspektif tentang konteks aman (safe), serta perbedaan

perspektif kepentingan dan lingkup aman. "Perlu diakui bahwa pada
hakikatnya tidak ada teknologi tanpa risiko, walaupun demikian konsumen
perlu tahu kemungkinan apa yang dapat terjadi apabila seseorang
menggunakan teknologi atau produk teknologi itu. Saat ini justru dirasakan
adanya ketidakterbukaan atau transparansi masalah pemanfaatan bioteknologi,
produk bioteknologi dan produk ikutannya.
Diungkapkan, jasad hidup produk rekayasa genetika mengandung gen
asing, yang secara alami tidak ada di jasad hidup itu. Gen asing inilah yang
menentukan ciri/kemampuan baru jasad transgenik terkait. Contohnya, bakteri
Bacillus thuringiensis yang mengandung gen cry yang menghasilkan racun,
apabila berada di saluran pencernaan serangga akan mematikan serangga. Bila
gen cry ini disisipkan dengan teknologi rekayasa genetika ke tanaman padi,
jagung, kedelai, kentang, kacang dan kapas, maka tanaman-tanaman tersebut
akan menghasilkan racun yang mampu membunuh serangga, sehingga
tanaman tadi akan bebas dari serangan hama dan tidak memerlukan lagi
pestisida. Namun, keberadaan gen cry pada serbuk sari tanaman transgenik
juga mampu membunuh serangga lain, seperti serangga penyerbuk yang
bukan hama. Hal ini tentu mengganggu kelangsungan hidup tumbuhan lain
yang menggantungkan penyerbukan oleh serangga. Kalau hal ini benar-benar
terjadi, akan mengganggu ekosistem alam yang ada," ujar Hari Hartiko.

Sementara itu Dr Kartika Adiwilaga, Manager Bioteknologi Regional Asia
Tenggara PT Monagro Kimia menyatakan bahwa dibandingkan pemuliaan
tanaman konvensional, maka pemuliaan tanaman dengan rekayasa genetika

terbukti lebih cepat dan tepat untuk menciptakan tanaman pangan dengan
sifat-sifat yang dikehendaki. Hal ini dapat menjawab kebutuhan pangan akibat
pertumbuhan penduduk dunia. Sederet Kontroversi Produk Transgenik:
1. Dampak terhadap kesehatan manusia: alergi, transfer penanda antibiotik,
dan efek potensial yang tidak diketahui.
2. Dampak pada lingkungan: transfer gen yang tidak dikehendaki,
penyerbukan silang, efek pada mikroba tanah, serta penyusutan
keanekaragaman hayati flora dan fauna.
3. Pelanggaran nilai intrinsik organisme alami.
4. Melawan sistem alamiah karena mencampurkan gen berbagai spesies.
5. Dominasi produksi pangan dunia oleh beberapa perusahaan.
5. Uji Keamanan Tomat Flavrsavr dan Dampak Lingkungan yang
Ditimbulkan
Perusahaan Calgene menunjukkan keamanan dan uji dampak lingkungan
dibawah pengawasan FDA untuk meyakinkan masyarakat bahwa tomat
transgenik aman untuk dikonsumsi. Perusahaan tersebut mencoba mengatasi

segala kekhawatiran yang mungkin terkait dengan tomat yang telah diubah
secara genetik. Beberapa pengujian yang dilakukan Calgene untuk menepis
kekhawatiran dari penelitian tomat Flavr Savr menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Semua Substansi Baru Pada Tomat Flavr Savr tm Telah Diuji Dan
Menunjukkan Angka Aman.
Plasmid DNA yang dimasukkan ke dalam genom dari tomat Flavr
Savr tidak dianggap sebagai substansi baru sejak DNA ditemukan dalam
semua makhluk hidupdan hancur dalam saluran pencernaan manusia. Jadi,
satu-satunya substansi baru yang diperkenalkan ke dalam tomat Flavr Savr
oleh rekayasa genetika adalah APH(3')II, antibiotik terhadap bakteri.
Substansi seperti APH(3’)II menyebabkan kekhawatiran yang besar dalam
perubahan genetika tanaman karena merupakan bahan kimia baru yang
tidak ditemukan di varietas alami yang berpotensi untuk menjadi racun
atau alergi bagi manusia. Seperti contoh, gen dari ikan air dingin yang
digunakan pada strawberry dan jeruk untuk menginduksi ketahanan beku,
tetapi protein yang dihasilkan dapat menyebabkan reaksi alergi pada
seseorang yang alergi terhadap seafood. Untuk seseorang yang alegi
terhadap seafood, penelitian sedang dilakukan untuk menentukan
keamanan pada tanaman tersebut. Penelitian secara luas telah dilakukan

untuk APH(3’)II pada tomat Flavr Savr dan menunjukkan bahwa zat kimia
ini masih aman bila dikonsumsi dalam jumlah normal pada manusia.
APH(3’)II terbukti tidak beracun dan tidak menyebabkan alergi terhadap
manusia. Hal ini dilakukan dengan membandingkan struktur molekul
APH(3’)II dengan struktur molekul zat kimia beracun dan alergen
menggunakan database komputer untuk menentukan apakah molekul

APH(3’)II memiliki kesamaan properti atau struktur dengan substansi
beracun atau alergen. Namun, tidak ditemukannya kecocokan.
2. Tomat Transgenik Memiliki Nilai Gizi Sebanding Dengan Tomat
Normal
Mengubah genom dari tanaman tertentu secara teoritis bisa
mengubah kadar variasi nutrisi tanaman dimana akan dikonsumsi oleh
manusia. Tetapi, dalam kasus tomat Flavr Savr ini, tidak ditemukan
perubahan yang signifikan terhadap kualitas nutrisi. Berikut akan
ditunjukkan perbandingan kadar vitamin (vitamin A dan C), mineral
(kalsium, magnesium, fosfor, dan natrium) dan protein antara tomat Flavr
Savr dengan tomat normal.
Berdasarkan penelitian oleh Calgene, pada tanggal 17 Mei 1994,
FDA menyimpulkan : “ tomat Flavr Savr belum berubah secara signifikan

bila dibandingkan dengan varietas tomat dengan riwayat penggunaan yang
aman (konvensional, mengubah tomat non-genetik) " dan "seaman tomat
yang dikembangbiakkan dengan cara konvensional" serta tidak
memerlukan label khusus.
Walaupun manfaat utama dari tomat Flavr Savr dititik beratkan
pada peningkatan rasa untuk konsumen, kemungkinan rekayasa genetik
tanaman hampir tak terbatas. Tanaman dapat dibuat agar tahan lama, tahan
serangan serangga atau jamur, atau tahan terhadap kondisi cuaca yang
kurang ideal (seperti dalam kasus stroberi antibeku) atau bahkan membuat
bahan kimia yang dapat di ekstraksi dari jaringan tanaman dan digunakan
sebagai obat-obatan. Selain itu, kebutuhan untuk membuka lahan pertanian
baru dan penggunaan pestisida dapat dikurangi jika penggunaan tanaman
rekayasa genetika menjadi lebih luas. Keberhasilan penelitian tomat Flavr
Savr oleh Calgene dibawah pengawasan ketat dari FDA menunjukkan
bahwa tanaman rekayasa genetika memiliki potensi yang aman untuk
dikonsumsi manusia dan lingkungan. Tanaman transgenik telah diuji
keamanannya dan diatur oleh FDA, yang membuktikan bahwa rekayasa
genetik dari tanaman, dalam hal ini tomat Flavr Savr terbukti aman untuk
dikembangkan.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2015.Kloning Pada Tumbuhan. http://kamarbelajar.com/kloningpada-/tumbuhan diakses tanggal 6 Mei 2017
Galih,2015.Polekmik Kloning Dalam Masyarakat.
http://www.hometekno.com/2015/11/dampak-bioteknologi-terhadapkesehatan.html diakses pada tanggal 6 May 2017
Muliana,2015.Tomat Transgenik Flavr Savr (Rangkuman Bioteknologi).
http://www.biologimu.com/2015/06/tomat-transgenik-flavr-savrrangkuman.html diakses tanggal 6 Mei 2017
Noven,2012.12 Contoh Rekayasa Genetik yang Aneh.
http://novenrique.blogspot.co.id/2012/08/12-contoh-rekayasa-genetik-yanganeh.html diakses pada 6 Mei 2017
Zainudin,2016.Cara Budidaya Tanaman Tomat dengan Panen
Singkat:Lengkap. http://www.agrotani.com/cara-budidaya-tanaman-tomatdengan-panen-singkat-lengkap/ diakses tanggal 6 Mei 2017