EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA SUBUR DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI KARYA

SUBUR DI DESA PESAWARAN

INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

IDA RIZKAYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA

SUBUR DI DESA PESAWARAN

INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

IDA RIZKAYANTI

Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Kebutuhan akan beras terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi penduduk, namun fakta sebaliknya adalah laju konversi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Evalusasi lahan mutlak diperlukan sebagai landasan untuk melakukan tindakan intensifikasi dengan tepat. Evaluasi lahan merupakan suatu proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan tujuan dan keperluan terhadap lahan tersebut, yang merupakan dasar bagi pengambil keputusan untuk menetapkan penggunaan lahan dan pengelolaan lahan yang diperlukan. Oleh karena itu, evalluasi lahan mencakup pertimbangan sosial, ekonomi dan faktor lingkungan. Untuk mendapatkan data sebagai dasar intersifikasi sawah tadah hujan maka dilakukan penelitian evaluasi lahan di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan menggunakan kriteria biofisik menurut Djaenuddin dkk (2000), sedangkan penilaian secara ekonomi adalah dengan menganalisa


(3)

kelayakan finansial budidaya tanaman padi sawah yang dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, dan IRR. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan kuantitatif dengan cara menghitung tingkat kelayakan finansial pada pertanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) Kelompok Tani Karya Subur di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan pendekatan evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan analisis fisik lingkungan dan analisis ekonomi secara paralel. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa lahan penelitian milik Kelompok Tani Karya Subur di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas curah hujan dan C organik (S2 wanr). Secara finansial, usaha budidaya tanaman padi sawah tadah hujan Kelompok Tani Karya Subur di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dari hasil hitungan yang menunjukkan bahwa nilai NPV

Rp 26.624.204,- Net B/C 2,43 dan IRR 30,85 % yang nilainya lebih besar dari suku bunga yang digunakan yaitu 15 % tahun-1.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 4

1.3. Kerangka Pemikiran ... 4

1.4. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Padi ... 9

2.1.1Botani dan morfologi ... 9

2.1.2Syarat-Syarat Tumbuh ... 11

2.1.3Fase-Fase Pertumbuhan ... 12

2.1.4 Teknik Budidaya Padi Tadah Hujan ... 15

2.2 Tanah dan Konsep Lahan ... 18

2.3Evaluasi Lahan ... 19

2.3.1 Karateristik dan Kualitas Lahan ... 21

2.3.2 Klasifiksasi Kesesuaian Lahan ... 22

2.4. Analisis finansial ... 32

2.4.1Net Present Value (NPV) ... 32

2.4.2Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C) ... 33

2.4.3Internal Rate of Return (IRR) ... 33

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.2. Bahan dan Alat ... 34

3.3Metode Penelitian ... 35

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 35

3.4.1Tahap Persiapan ... 35

3.4.2PengumpulanData ... 36

3.4.3 Analisis tanah di laboratorium ... 39


(7)

3.3.4.1Analisis kualitatif ... 40

3.3.4.2Analisis kuantitatif ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 43

4.1.1 Analisis Kualitatif. ... 43

4.1.1.1. Temperatur ... 43

4.1.1.2. Ketersediaan air ... 43

4.1.1.3. Media perakaran ... 45

4.1.1.4. Retensi hara ... 46

4.1.1.5. Toksisitas ... 46

4.1.1.6. Bahaya sulfidik... 47

4.1.1.7. Bahaya erosi ... 47

4.1.1.8. Bahaya banjir ... 47

4.1.1.9.Penyiapan lahan ... 48

4.1.2 Analisis Kuantitatif ... 50

4.1.2.1. Biaya usaha tani tanaman padi sawah tadah hujan ... 50

4.1.2.2. Penerimaan ... 53

4.1.2.3. Analisis Finansial ... 54

4.2. Pembahasan ... 55

4.2.1. Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 55

4.2.2. Kesesuaian Lahan Kuantitatif ... 59

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 62

PUSTAKA ACUAN ... 64


(8)

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Teks

1. ... Metode analisis laboratorium ... 40 2. ...Kelas

Kesesuaian Lahan Aktual tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) DesaPesawaran Indah menurut kriteria

Djaenuddin dkk. (2000) ... 49 3. Biaya Penyusutan ... 51 4. ... Produks

i gabah kering giling selama 4 musim... 53 5. ... Penerim

aan selama 4 musim tanam (20092011) ... 54 6. Nilai rata-rata kelayakam finansial responden pada kelompok

TaniKarya Subur di Desa Pesawaran Indah Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran selama 4 musim tanam

(2009-2011) ... 51 Lampiran

7. ... Data temperatur 2002 – 2011 ... 68 8. ... Data

curah hujan2002 – 2011 ... 69 9. ... Data

kelembaban udara tahun 2002 – 2009 ... 70 10.... Deskrip

si tanaman padi Varietas Ciherang ... 71 11... Persyara

tan Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah

Tadah Hujan (Oryza sativa L.) Desa Pesawaran Indah Menurut

kriteria Dzaenuddin dkk. (2000) ... 72 12. Deskripsi profil tanah pada lokasi profil borring

titik pertama lahan penelitian ... 73 13. Deskripsi profil tanah pada lokasi profil borring

titik kedua lahan penelitian ... 73 14. Deskripsi profil tanah pada lokasi profil borring


(10)

titik ketiga lahan penelitian ... 74

15. Deskripsi profil tanah pada lokasi lahan profil borring titik keempat lahan penelitian ... 74

16... Deskrip si profil tanah pada lokasi lahan profil borring titik kelima lahan penelitian ... 75

17. Deskripsi profil tanah pada lokasi lahan profil borring titik keenam lahan penelitian ... 75

18. Deskripsi profil tanah pada lokasi lahan profil borring titik ketujuh lahan penelitian ... 76

19. Deskripsi profil tanah pada lokasi lahan profil borring titik kedelapan lahan penelitian ... 76

20. Deskripsi profil tanah pada lokasi lahan profil borring titik kesembilan lahan penelitian ... 77

21. Hasil analisis komposit contoh tanah ... 78

22.... Cash flow usaha tani tanaman padi Sarmin ... 79

23.... Perhitun gan analisis IRR padi Sarmin ... 81

24... Cash flow usaha tani tanaman padi Sugito ... 82

25. Perhitungan analisis IRR padi Sugito ... 84

26. Cash flow usaha tani tanaman padi Ujang ... 85

27. Perhitungan analisis IRR padi Ujang ... 87

28. Cash flow usaha tani tanaman padi Ahmad ... 88

29. Perhitungan analisis IRR padi Ahmad ... 90

30. Cash flow usaha tani tanaman padi Suratmin ... 91

31. Perhitungan analisis IRR padi Suratmin ... 93

32. Cash flow usahatanitanamanpadiSutrisno ... 94

33. Perhitungan analisis IRR padi Sutrisno ... 96

34. Cash flow usaha tani tanaman padi Suyatmin ... 97

35. Perhitungan analisis IRR padi Suyatmin ... 99

36. Cash flow usaha tani tanaman padi Edi... 100


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Lampiran

1. PetaLokasiPenelitian ... 103

2. TitikPengambilanSampel ... 104

3. ProfilBorring ... 105


(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun negara lain penghasil padi terjadi setelah tahun 1960 dengan lahirnya revolusi hijau (Purnamawati, 2009). Sebagian besar tanaman pangan yang ditanam di Indonesia adalah padi, daerah lumbung padi di Indonesia

sebagian besar adalah di pulau Jawa, Bali dan Sumatera. Walaupun sebagian besar beras diimpor dari negara lain, namun ketiga pulau inilah yang menyumbang konsumsi beras nasional.

Padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%) dan Indonesia (9%). Produksi padi tahun 2009 mencapai 64,33 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan produksi pada 2008, terjadi peningkatan sebanyak 4,00 juta ton atau 6,64 %. Produksi padi di Provinsi Lampung tahun 2010 yaitu sebesar 2,81 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), meningkat 134 ribu ton dibandingkan produksi padi tahun 2009.

Peningkatan produksi padi tahun 2010 disebabkan adanya kenaikan luas panen sebesar 20,19 ribu ha dan kenaikan produktivitas sebesar 0,67 kw ha-1 (BPS, 2011).


(13)

2

Kebutuhan pangan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah sehingga, untuk mencukupi kebutuhan tersebut sektor pertanian harus dapat meningkatkan produksinya sehingga mampu memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri. Upaya peningkatkan produksi padi dihadapkan kepada berbagai kendala dan masalah, salah satunya penurunan produktivitas lahan, sehingga kegiatan evaluasi lahan sangat

dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing-masing tipe penggunaan atau usahatani. Kegiatan evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara tepat dan akurat tentang apa yang seharusnya dikerjakan, dan perbaikan apa saja yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya agar produktivitas lahan menjadi meningkat.

Untuk mencapai produksi yang optimal, tanaman padi (Oryza sativa L.)

seharusnya ditanam pada lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman tersebut. Tujuan yang dimaksud memberikan informasi kesesuaian lahan untuk komoditas padi (Oryza sativa L.) baik aktual maupun potensial.

Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan pada semua sektor pembangunan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka semakin

meningkat pula kebutuhan akan lahan, sedangkan jumlah lahan sendiri tidak bertambah. Terjadinya alih fungsi lahan (konversi lahan) dari sektor pertanian ke non pertanian merupakan salah satu penyebab berkurangnya lahan pertanian, sedangkan lahan pertanian yang terus- menerus digunakan akan berkurang kesuburan tanahnya sehingga produksi yang dihasilkan lahan tersebut akan terus


(14)

3

menurun, karena itu diperlukan teknologi yang tepat untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya lahan secara berkelanjutan.

Pelaksanaan evaluasi lahan pada dasarnya mengarah pada rekomendasi penggunaan lahan dengan mempertimbangkan semua aspek yang menjadi

pembatas dalam penggunaan lahan yang ditetapkan, agar lahan dapat berproduksi secara optimal dan lestari (Mahi, 2001). Dengan evaluasi lahan, potensi lahan dapat dinilai dengan tingkat pengelolaan yang dilakukan.

Hasil evaluasi lahan menggambarkan kesesuaian lahan untuk berbagai keperluan dan sekaligus dapat diketahui hambatan dan kebutuhan biaya dalam pemanfaatan sumber daya lahan tersebut, sehingga berapa besar keuntungan dan bahkan kemungkinan kerugian yang didapat, baik secara fisik maupun secara finansial akan diketahui melalui evaluasi lahan tersebut (Mahi, 2005).

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran (2012), luas sawah tadah hujan di Kabupaten Pesawaran adalah 34.666 ha, sedangkan di Kecamatan Padang Cermin luas sawah tadah hujannya adalah 3.476 ha. Lahan yang diteliti seluas 8 ha di Desa Pesawaran Indah. Tanaman padi sawah tadah hujan pada daerah tempat penelitian hanya ditanam secara menetap yaitu, lahan tersebut khusus ditanam padi tadah hujan jenis Varietas non hibrida yaitu Ciherang. Alasan para petani menggunakan padi Ciherang dikarenakan jenis padi ciherang lebih tahan terhadap hama wereng.

Selain itu, pada Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang cermin Kabupaten Pesawaran belum pernah dilakukan evaluasi kesesuaian lahan pada tanman padi,


(15)

4

maka berdasarkan hal tersebut di atas penelitian ini perlu dilakukan agar dapat dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan secara kuntitatif (ekonomi) dan hasilnya cukup menguntungkan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menilai kesesuaian lahan kualitatif tanaman padi sawah tadah hujan

(Oryza sativa L.) Kelompok Tani Karya Subur di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, berdasarkam kriteria Djaenuddin dkk., (2000).

2. Menilai kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan finansial budidaya tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) pada lahan Kelompok Tani Karya Subur di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

1.3 Kerangka Pemikiran

Perlunya penelitian ini dilakukan pada Desa Pesawaran Indah, karena di desa tersebut belum pernah dilakukannya evaluasi lahan khususnya tanaman padi, apabila penelitian evaluasi ini dilakukan pada desa tersebut maka dapat diketahui kekurangan yang ada pada lahan penelitian, sehingga kita dapat memberikan masukan yang tepat dan memaksimalkan potensi pada lahan tersebut. Kriteria pencocokan lahan dapat dilihat dari persyaratan klasifikasi kesesuaian lahan pada tanaman padi tadah hujan diantaranya dilihat dari data temperatur, ketersediaan air, media perakaran, dan retensi hara pada daerah lokasi penelitian. Pada lahan


(16)

5

penelitian C organik (< 0,8%) dan pH (5,0-6,0) menjadi faktor pembatas (Profil Desa Pesawaran, 2008). Apabila faktor pembatas telah diketahui maka dapat dilakukan evaluasi kesesuaian lahan pada tanaman padi.

Menurut Djaenuddin dkk. (2003), evaluasi lahan adalah suatu proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan tujuan dan keperluan terhadap lahan tersebut. Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaian lahan bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas lebih dari satu karateristik lahan (land characteristics).

Kualitas lahan ada yang dapat diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karateristik lahan (Balai Tanah dan World Agroforestry Centre, 2007). Hasil evaluasi lahan merupakan dasar bagi penganbil keputusan untuk menetapkan penggunaan lahan dan pengelolaan lahan yang diperlukan. Evaluasi lahan mencakup pertimbangan sosial, ekonomi, dan faktor lingkungan. Banyak contoh mengenai kegagalan usaha penggunaan lahan, karena kegagalan dalam memperhatikan hubungan antara potensi lahan dengan

penggunaaan yang dipilih. Evaluasi lahan berfungsi untuk meniadakan hal tersebut dan mengenalkan perencanaan dengan membandingkan berbagai alternatif penggunaan lahan yang paling memberi harapan (Mahi, 2001).


(17)

6

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).

Banyak contoh terjadi kegagalan usaha penggunaan lahan karena tidak adanya perhatian mengenai potensi lahan dan lahan yang digunakan. Dengan adanya evaluasi kesesuaian lahan akan meniadakan hal-hal tersebutdan mengenalkan perencanaan dengan membandingkan berbagai alternatif penggunaan lahan yang diharapkan (Djaenuddin dkk., 2000).

Tanaman padi tadah hujan syarat pertumbuhannya tidak jauh berbeda dengan padi sawah pada umumnya. Tanaman padi tadah hujan dapat tumbuh dan produksi optimal pada daerah dataran tinggi maupun rendah. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45o LU sampai 45o LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air selalu tersedia. Pada musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karena

penyerbukan kurang intensif. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 oC sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperature 19-23 oC (Soemarjono, 1990). Tanah yang cocok untuk tanaman padi mulai dari berliat, berdebu halus, berlempung, halus sampai kasar. Keasaman tanah mulai dari 4 -8 (Bappenas, 2000)

Lahan yang termasuk kedalam kelas S1 (sangat sesuai) untuk tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) yaitu daerah dengan temperatur udara 24 – 29 oC,


(18)

7

kelembaban udara 33 -39%, media perakaran agak terhambat, drainase agak baik, tekstur tanah halus/agak halus, kemasaman tanah 5,5 – 8,2, kedalaman tanah >59 cm, KTK liat lebih dari 16 cmol kg-1, kejenuhan basa 35 – 50%, serta kandungan C-organik 0,8 – 1,5 (Djaenuddin dkk., 2000).

Berdasarkan pengamatan profil Desa Pesawaran, didapatkan keterangan bahwa pH tanah di Desa Pesawaran berkisar 5,0 – 6,0, ketinggian tempat 140,5 mdpl, dengan kemiringan 5%, tingkat kesuburan tanah dari sedang sampai baik, dan tipe iklim pada Desa Pesawaran memiliki tipe iklim basah dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun (Profil Desa Pesawaran, 2008).

Tanaman padi yang dibudidayakan oleh kelompok tani di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten adalah Varietas non-hibrida yaitu

Ciherang. Berdasarkan hasil wawancara, Bapak Sarmin mengemukakan bahwa alasan petani menggunakan Varietas Ciherang karena varietas tersebut tahan terhadap hama wereng. Selanjutnya dikemukakan bahwa petani menghasilkan panen gabah kering 5 ton ha-1 dan pendapatan Rp 8.000.000,- musim-1 dengan biaya produksi Rp 3.500.000 ha-1 musim-1.

Penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menggunakan kriteria biofisik yang disusun oleh Djaenuddin dkk. (2000), sedangkan penilaian kelayakan

finansial budidaya tanaman padi dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, dan IRR.


(19)

8

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kondisi yang ada di daerah penelitian seperti yang dikemukakan dalam kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini: 1. Kelas kesesuaian lahan tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.)

Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran cukup sesuai dengan faktor pembatas curah hujan dan C organik (S2 wanr). 2. Usaha budidaya tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.)

Kelompok Tani Karya Subur Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran secara finansial menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Padi

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim dengan morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan membentuk rumpun pada fase vegetatif dan membentuk malai pada fase generatif.

Air dibutuhkan tanaman padi untuk pembentukan karbohidrat di daun, menjaga hidrasi protoplasma, pengangkutan dan mentranslokasikan makanan serta unsur hara dan mineral. Air sangat dibutuhkan untuk perkecambahan biji. Pengisapan air merupakan kebutuhan biji untuk berlangsungnya kegiatan-kegiatan di dalam biji (Kartasapoetra, 1988). Diskripsi tanaman padi Varietas Ciherang dapat dilihat pada Tabel 10 lampiran.

2.1.1 Botani dan Morfolog

Botani tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Keluarga : Graminae (Poaceae)

Genus : Oryza Linn


(21)

10

Tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim dengan morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan membentuk rumpun pada fase generative dan membentuk malai. Akarnya serabut yang terletak pada kedalaman 20-30 cm. Malai padi terdiri dari sekumpulan bunga padi yang timbul dari buku paling atas. Bunga padi terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga lemma (gabah padi yang besar), palae (gabah padi yang kecil, putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma. Padi dapat dibedakan menjadi padi sawah dan padi gogo. Padi sawah biasanya ditanam di daerah dataran rendah yang memerlukan penggenangan, sedangkan padi gogo ditanam di dataran tinggi pada lahan kering. Tidak terdapat perbedaan morfologis dan biologis antara padi sawah dan padi gogo, yang membedakan hanyalah tempat tumbuhnya.

Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan zat – zat makanan dari dalam tanah terdiri dari:1) Akar tunggang yaitu akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah, 2) Akar serabut yaitu akar yang tumbuh dari akar tunggang setelah tanaman berumur 5 – 6 hari.

Ciri khas daun tanaman padi yaitu adanya sisik dan telinga daun, hal ini yang menyebabkan daun tanaman padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian daun padi yaitu: 1) Helaian daun terletak pada batang padi, bentuk memanjang seperti pita, 2) Pelepah daun menyelubungi batang yang berfungsi memberi dukungan pada ruas bagian jaringan, 3) Lidah daun terletak pada perbatasan antara helaian daun dan leher daun.


(22)

11

Perkecambahan adalah munculnya tunas (tanaman kecil dari biji). Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam benih. Jika suatu benih tanaman ditempatkan pada lingkungan yang menunjang dan memadai, benih tersebut akan berkecambah. Perkecambahan benih dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Perkecambahan epigeal adalah ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau (Phaseoulus radiatus), sedangkan perkecambahan hipogeal adalah ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah, misalnya pada tanaman padi (Oryza sativa L.) (Pratiwi, 2006).

2.1.2 Syarat – Syarat Tumbuh

Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki tahun-1 sekitar 1500–2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalahn 23 °C dan tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0–1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18–22 cm dengan pH antara 4–7 (Siswoputranto, 1976).


(23)

12

Faktor yang menentukan jarak tanam pada tanaman padi sawah tadah hujan tergantung pada:

a) Jenis tanaman

Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.

b) Kesuburan tanah

Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah yang subur lebih baik dari pada perkembangan akar / tanaman pada tanah yang kurang subur. Jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar dari pada jarak tanam padah tanah yang kurang subur.

Air yang diberikan dalam jumlah cukup sebenarnya bermanfaat juga untuk mencegah pertumbuhan gulma, menghalau wereng yang bersembunyi di batang padi sehingga lebih mudah disemprot dengan pestisida, serta mengurangi serangan hama (Siregar dan Hadrian, 1987).

2.1.3 Fase – Fase Pertumbuhan

Tiga fase pertumbuhan tanaman padi berdasarkan literatur (Arafah, 2009), diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan malai); 2. Reproduktif (pembentukan malai sampai pembungaan); dan 3. Pematangan (pembungaan sampai gabah matang)


(24)

13

Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok, yakni organ vegetatif dan organ generatif (reproduktif). Bagian-bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, gabah dan bunga.

Dari sejak berkecambah sampai panen, tanaman padi memerlukan 3-6 bulan, yang seluruhnya terdiri dari dua stadia pertumbuhan, yakni vegetatif dan generatif. Fase reproduktif selanjutnya terdiri dari dua, pra berbunga dan pasca berbunga, periode pasca-berbunga disebut juga sebagai periode pemasakan. Yoshida membagi pertumbuhan padi menjadi 3 bagian yakni fase vegetatif, reproduktif, dan pemasakan. Fase vegetatif meliputi pertumbuhan tanaman dari mulai

berkecambah sampai dengan inisiasi primordia malai: fase reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai berbunga (heading) dan pemasakan dimulai dari berbunga sampai masak panen. Untuk suatu varietas berumur 120 hari yang ditanam di daerah tropik, maka vase vegetatif memerlukan 60 hari, fase

reproduktif 30 hari, dan fase pemasakan 30 hari.

Stadia reproduktif ditandai dengan memanjangnya ruas teratas pada batang, yang sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah. Di samping itu, stadia reproduktif juga ditandai dengan berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan (heading). Inisiasi primordia malai bisaanya dimulai 30 hari sebelum heading. Stadia inisiasi ini hampir bersamaan dengan memanjangnya ruas-ruas yang terus berlanjut sampai berbunga. Stadia reproduktif disebut juga stadia pemanjangan ruas-ruas. Pembungaan (heading) adalah stadia keluarnya malai, sedangkan antesis segera mulai setelah heading. Maka, heading diartikan sama dengan antesis ditinjau dari segi hari kalender. Dalam suatu komunitas tanaman, fase pembungaan memerlukan waktu selama 10-14 hari,


(25)

14

karena terdapat pebedaan laju perkembangan antar tanaman maupun antar anakan. Apabila 50% bunga telah keluar maka pertanaman tersebut dianggap dalam fase pembungaan.

Antesis telah mulai bila benang sari bunga yang paling ujung pada tiap cabang malai telah tampak keluar. Pada umunnya antesis berlangsung antara jam 08.00 – 13.00 dan persarian (pembuahan) akan selesai dalam 5-6 jam setelah antesis. Dalam suatu malai, semua bunga memerlukan 7-10 hari untuk antesis, tetapi pada umumnya hanya 7 hari. Antesis terjadi 25 hari setelah bunting.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat diperkirakan bahwa berbagai komponen pertumbuhan dan hasil telah mencapai maksimal sebelum bunganya sendiri keluar dari pelepah daun bendera. Jumlah malai pada tiap satuan luas tidak bertambah lagi 10 hari setelah anakan maksimal, jumlah gabah pada tiap malai telah ditentukan selama periode 32 sampai 5 hari sebelum heading. Sementara itu, ukuran sekam hanya dapat dipengaruhi oleh radiasi selama 2 minggu sebelum antesis. Periode pemasakan bulir terdiri dari 4 stadia masak dalam proses pemasakan bulir (Arafah, 2009).

1. Stadia masak susu

Tanda-tandanya : tanaman padi masih berwarna hijau, tetapi malai-malainya sudah terkulai: ruas batang bawah kelihatan kuning: gabah bila dipijit dengan kuku keluar cairan seperti susu.

2. Stadia masak kuning


(26)

15

hanya buku-buku sebelah atas yang masih hijau: isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah dengan kuku.

3. Stadia masak penuh

Tanda-tandanya : buku-buku sebelah atas berwarna kuning, sedang batang-batang mulai kering: isi gabah sukar dipecahkan: pada varietas-varietas yang mudah rontok, stadia ini belum terjadi kerontokan.

4. Stadia masak mati

Tanda-tandanya : isi gabah keras dan kering: varietas yang mudah rontok pada stadia ini sudah mulai rontok. Stadia masak mati terjadi setelah ± 6 hari setelah masak penuh.

2.1.4 Teknik Budidaya Padi Tadah Hujan

Teknik bercocok tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sawah tadah hujan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi (Arafah, 2010).

a. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah keadaan tanah yang akan digunakan dengan alat tertentu sehingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah pada padi


(27)

16

tadah hujan diantaranya dengan pembersihan, pencangkulan, pembajakan dan penggaruan.

b. Persemaian

Persemaian untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10 g m-2. Benih disemai dengan kerapatan 75 g m-2.

Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi tadah hujan. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian akan menentukan pertumbuhan padi tadah hujan, oleh karena itu persemaian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai (Arafah, 2010).

c. Jarak Tanam

Jarak tanam pada padi tadah hujan varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm dan pada musim kemarau 25 x 25 cm.

d. Penyiapan bibit

Bibit dipersemaian yang telah berumur 17 – 25 hari (tergantung jenis padinnya, genjah / dalam) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan. Bibit yang berumur 25 kurang baik untuk di jadikan bibit.


(28)

17

e. Penanaman

Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm.

f. Pemeliharaan

Pemeliharaan pada tanaman padi tadah hujan meliputi penyulaman, penyiangan, pengairan dan pemupukan.

g. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani adalah pupuk alam (organik), pupuk buatan (anorganik).

h. Panen

Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung butir hijau dan butir kapur. Padi siap panen 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah.


(29)

18

Lahan sawah tadah hujan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) pengairan tergantung pada turunnya air hujan; 2) kandungan unsur hara rendah maka tingkat kesuburan tanah juga rendah; 3) bahan organik relative rendah dan sulit

dipertahankan dalam jangka panjang; 4) produktivitas rendah (3,0 - 3,5 ton -1 hektar) (Arafah, 2009).

2.2 Tanah dan Konsep Lahan

Menurut Arsyad (2010), tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas, dan mempunyai sifat dan prilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk dari hasil kerja interaksi antara iklim (i) dan jasad renik hidup (o) terhadap suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk (r) dan waktu (w). Dimana T adalah tanah yang dapat digambarkan dalam hubungan fungsi sebagai berikut :

T = ∫ ( i, o, b, r, w) (Arsyad, 2010)

Masing-masing peubah adalah faktor-faktor pembentuk tanah tersebut di atas. Tanah merupakan tempat bagi pertumbuhan tanaman, sebaliknya tanaman berperan penting dalam pembentukan tanah.

Lahan adalah wilayah dipermukaan bumi, meliputi semua benda penyusun biosfer bagi yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau siklis (Mahi, 2001). Lahan merupakan bagian dari bentang alam (Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan

berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora,


(30)

19

fauna, dan manusia baik dimasa lalu maupun sekarang. Sebagai contoh aktivitas dalam penggunaan lahan pertanian, reklamasi lahan rawa dan pasang surut atau tindakan konservasi lahan pertanian, akan memberi karakteristik lahan yang spesifik (Djaenuddin, dkk. 2000).

Penggunaan lahan merupakan suatu bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materi maupun spiritual (Arsyad, 1989). Penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi penggunaan lahan umum dan khusus atau tipe penggunaan lahan. Penggunaan lahan secara umum meliputi pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput pengembalaan, kehutanan, daerah rekreasi dan sebagainya, sedangkan tipe penggunaan lahan adalah penggunaan lahan yang lebih detil dengan memper-timbangkan sekumpulan rincian teknis yang didasarkan pada keadaan fisik dan sosial dari satu jenis tanaman atau lebih (Mahi, 2001).

2.3 Evaluasi Lahan

Evaluasi Lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu

pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, terrain yang mencakup lereng, topografi/relief, batuan di permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop), hidrologi, dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman.


(31)

20

Untuk menentukan tipe penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan evaluasi kesesuaian lahan secara menyeluruh dan terpadu (intergrated), karena masing-masing faktor akan saling mempengaruhi baik faktor fisik, sosial ekonomi, maupun lingkungan. Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial

dikembangkan untuk komoditas tersebut. Hal ini mempunyai pengertian bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk penggunaan tertentu dengan memper-timbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan akan mampu memberikan hasil (output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenuddin dkk., 2000).

Hasil evaluasi lahan dapat dikemukan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif, maka dikenal tipe evaluasi lahan kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai macam penggunaan yang

digambarkan dalam bentuk kualitaif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, dan tidak sesuai untuk penggunaan tertentu.

Evaluasi kuantitatif dapat dilakukan sebagai evaluasi kuantitaif secara fisik dan kuantitatif secara ekonomi. Evaluasi kuantitatif secara fisik adalah evaluasi yang melakukan penilaian kuantitatif terhadap produksi atau keuntungan lain yang di-harapkan, misalnya produksi tanaman, daging sapi, laju pertumbuhan kayu, kapasitas rekreasi dan sebagainya. Untuk mendapatkan produksi tersebut tentunya memerlukan input yang juga dalam bentuk kuantitatif, misalnya ton pupuk, hari orang kerja dan sebagainya. Perhitungan ekonomi dalam evalusi ini digunakan


(32)

21

sebagai dasar utama. Evaluasi kuantitatif secara fisik seringkali digunakan sebagai dasar evaluasi ekonomi yang sangat tepat untuk evaluasi tujuan khusus, seperti pendugaan laju pertumbuhan pada berbagai spesies kayu yang berbeda. Evaluasi kuantitatif secara ekonomi adalah evaluasi yang hasilnya diberikan dalam bentuk keuntungan atau kerugian masing-masing macam penggunaan lahan. Secara umum, evaluasi kuantitatif dibutuhkan untuk proyek khusus dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan investasi. Nilai uang digunakan pada data kuantitatif secara ekonomi yang dihitung dari biaya input dan nilai produksi. Penilaian nilai uang akan memudahkan melakukan perbandingan bentuk-bentuk produksi yang berbeda. Hal ini memungkinkan karena dapat menggunakan satu harga yang berlaku atau harga bayangan dalam menilai produksi yang dibanding-kan (Mahi, 2005).

2.3.1 Karakteristik dan Kualitas Lahan

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Setiap karakterisitik lahan dirinci dan diuraikan mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.

Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi mempunyai interaksi satu sama lainnya, karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau membandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan.


(33)

22

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan ( performance)

yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics ). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).

Kualitas lahan dapat pula digambarkan sebagai faktor positif dan faktor negatif (Mahi, 2001) kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan (merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor penghambat atau pembatas.

2.3.2 Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan macam penggunaan lahan pada tipe lahan tertentu (Mahi, 2004). Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumber daya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe penggunaan lahan. Sedangkan kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikkan lahan skala besar. Menurut FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori, yaitu :


(34)

23

Ordo : adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo

kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S = Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N = Not Suitable).

Kelas : adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi : (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu : lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan kedalam kelas-kelas. (2) untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

a) Sangat sesuai (S1)

Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.

b) Cukup sesuai (S2)

Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.


(35)

24

c) Sesuai marginal (S3)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

d) Tidak Sesuai (N)

Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat atau sulit diatasi.

Sub Kelas : adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan

karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor pembatas terberat.

Unit : adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang

didasarkan pada sifat tambahan dalam pengelolaannya. Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.

Menurut Djaenuddin dkk. (2000) deskripsi karakteristik lahan yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan dikemukakan sebagai berikut :

1. Temperatur (tc)

Karakteristik lahan yang menggambarkan temperatur adalah suhu tahunan rata-rata dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada.


(36)

25

Apabila data ini tidak ada, maka dapat diduga berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut sebagai berikut :

26,3oC – (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC)

Suhu berpengaruh terdahap aktivitas mikroorganisme dalam tanah, fotosintesis tanaman, respirasi, pembungaan, dan perkembangan buah.

2. Ketersediaan Air (wa)

Merupakan pengukuran curah hujan rata-rata yang diambil dari daerah

penelitian dan penentuan bulan kering berdasarkan curah hujan bulanan setiap tahunnya. Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada air tersedia dalam tanah. Air dibutuhkan tanamanan untuk membuat karbohidrat di daun, menjaga hidrasi protoplasma, mengangkut makanan dan unsur mineral, dan mempengaruhi serapan unsur hara oleh akar tanaman (Nyakpa dkk, 1986).

3. Media Perakaran (r)

Karakteristik lahan yang manggambarkan media perakaran adalah drainase, tekstur, kedalaman tanah.

(a) Drainase yaitu merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah, dibedakan sebagai berikut :

a. Cepat (excessively drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

b. Agak cepat (somewhat excessively drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik yang tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri


(37)

26

yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi atau aluminium serta warna gley (reduksi). c. Baik (well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah dekat permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 100 cm.

d. Agak baik/sedang (moderately well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 50 cm.

e. Agak terhambat (somewhat poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 25 cm.

f. Terhambat (poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.


(38)

27

g. Sangat terhambat (very poorly drained). Tanah mempunyai

konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan

permukaan.

(b) Tekstur tanah

Tekstur tanah merupakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2mm, yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur dibagi menjadi:

a. Halus : liat berpasir, liat, liat berdebu.

b. Agak halus : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung

liat berdebu

c. Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung

berdebu, debu

d. Agak kasar : lempung berpasir kasar, lempung berpasir,

lempung berpasir halus

e. Kasar : pasir, pasir berlempung

f. Sangat halus : liat

Tekstur tanah mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air (Rayes, 2006), tanah bertekstur agak halus seperti lempung liat berpasir mempunyai drainase agak buruk yang biasanya tanah memiliki daya pegang atau daya simpan air yang cukup tinggi dimana air lebih tidak segera keluar akan tetapi akan tetap menjenuhi tanah pada daerah perakaran dalam jangka waktu yang lama, hal ini ditunjukkan hanya pada lapisan tanah atas saja yang mempunyai aerasi yang baik dengan tidak adanya bercak - bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat.

Tanah pasir dan lempung berpasir mengandung sedikit liat koloid, kemungkinan miskin bahan organik (humus), sehingga nilai KTK- nya rendah, sebaliknya tanah bertekstur halus mengandung lebih banyak liat, lebih banyak humus dan memiliki


(39)

28

nilai KTK yang tinggi (Tan, 1992). Pada tanah - tanah yang bertekstur halus biasanya kegiatan jasad renik dalam perombakan bahan organik akan mengalami kesulitan dikarenakan tanah – tanah yang bertekstur demikian berkemampuan menimbun bahan – bahan organik lebih tinggi yang kemudian terjerap pada kisi – kisi mineral, dan dalam keadaan terjerap pada kisi – kisi mineral tersebut jasd renik akan sulit merombak (Mulyani dkk., 2007).

(c) Bahan kasar

Bahan kasar dengan ukuran >2mm, yang menyatakan volume dalam %, merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi krikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan :

sedikit < 15%

sedang 15% – 35%

banyak 35% - 65%

sangat banyak > 60%

(d) Kedalaman tanah

Kedalaman tanah, menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran tanaman yang dievaluasi dan

dibedakan menjadi : sangat dangkal < 20 cm

dangkal 20 – 50 cm

sedang 50 -75 cm

dalam > 75 cm

4. Retensi Hara (nr)

Retansi hara merupakan kemampuan tanah untuk menjerap unsur - unsur hara atau koloid di dalam tanah yang bersifat sementara, sehingga apabila kondisi di dalam tanah sesuai untuk hara - hara tertentu maka unsur hara yang terjerap


(40)

29

akan dilepaskan dan dapat diserap oleh tanaman. Retensi hara di dalam tanah dipengaruhi oleh KTK, KB, pH dan C-organik.

(a) Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation atau Cation Exchangable Cappacity (CEC) merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation

exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah me-1 kation dalam 100 g tanah atau me kation 100 g tanah-1.

(b) Kejenuhan basa

Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis.

(c) pH tanah

Pada umumnya reaksi tanah baik tanah gambut maupun tanah mineral

menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, makin masam tanah tersebut.

(d) C – organik

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika


(41)

30

maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-organik.

5. Bahaya Erosi (eh)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya adalah erosi tingkat erosi yang dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion) erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk

memprediksi tingkat erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun

dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang cukup banyak. Tingkat bahaya erosi dibagi berdasarkan pada jumlah tanah permukaan yang hilang (cm th-1), yaitu

Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yg hilang (cm th-1)

Sangat ringan (sr) < 0,15

Ringan (r) 0,15 - 0,9

Sedang (s) 0,9 - 1,8

Berat (b) 1,8 - 4,8

Sangat berat (sb) > 4,8

6. Bahaya Banjir (fh)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya banjir adalah kombinasi pengaruh kedalaman banjir (x) dan lamanya banjir (y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Kedalaman banjir dibagi menjadi :

Kedalaman banjir Lamanya banjir

1. < 25 cm 1. < 1 bulan


(42)

31

3. 50 - 150 cm 3. 3 – 6 bulan

4. > 150 cm 4. > 6 bulan

Bahaya banjir diberi simbol Fx,y (dimana x adalah simbol kedalaman banjir dan y adalah lamanya banjir). Kelas bahaya banjir dibedakan menjadi :

Simbol Kelas bahaya banjir (F) Kombinasi lamanya dan kedalaman

banjir (Fx,y)

Fo Tanpa -

F1 Ringan F1.1, F2.1, F3.1

F2 Sedang F1.2, F2.2, F3.2, F4.1

F3 Agak berat F1.3, F2.3, F3.3

F4 Berat F1.4, F2.4, F3.4, F4.2, F4.3, F4.4

7. Terain

Karakteristik lahan yang menggambarkan terain (penyiapan lahan) adalah volume batuan lepas (stone) dan singkapan batuan (rock outcrop). Batuan lepas adalah batuan yang tersebar di permukaan tanah dan berdiameter lebih dari 25 cm (bentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk gepeng). Singkapan batuan adalah batuan yang terungkap di permukaan tanah yang merupakan bagian batuan besar yang terbenam di dalam tanah. Batuan lepas dikelompokkan sebagai berikut :

bo = < 0,01% luas areal (tidak ada),

b1 = 0,01 sampai 3% permukaan tanah tertutup (sedikit); pengolahan tanah dengan mesin agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.

b2 = 3 sampai 15% permukaan tanah tertutup (sedang); pengolahan tanah mulai agak sulit dan luas areal produktif berkurang.

b3 = 15 sampai 90% permukaan tanah tertutup (banyak); pengolahantanah dan penanaman menjadi sangat sulit.


(43)

32

b4 = > 90% permukaan tanah tertutup (sangat banyak); tanah sama sekalai tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.

Batuan tersingkap dikelompokkan sebagai berikut : bo = < 2% permukaan tanah tertutup (tidak ada).

b1 = 2 sampai 10% permukaan tanah tertutup (sedikit); pengolahan tanah dan penanamam agak terganggu.

b2 = 10 sampai 50% permukaan tanah tertutup (sedang); pengolahan tanah dan penanaman terganggu.

b3 = 50 sampai 90% permukaan tanah tertutup (banyak); pengolahan tanah dan penanaman sangat terganggu.

b4 = > 90% permukaan tanah tertutup (sangat banyak); tanah sama sekali tidak dapat digarap.

2.4 Analisis Finansial

Dalam analisis finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain Net Present Value (NPV), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR).

2.4.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih, merupakan selisih antara manfaat dengan biaya pada discount rate tertentu. Jadi Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan manfaat dibanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek (usaha tani). Suatu proyek dikatakan layak diusahakan apabila nilai NPV positif (NPV > 0) (Ibrahim, 2003).


(44)

33

2.4.2 Net Benefit /Cost Ratio (Net B/C)

Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan jumlah NPV positif dengan NPV negatif yang menunjukkan gambaran berapa kali lipat beneffit akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Jadi jika nilai NPV > 0, maka B/C > 1 dan suatu proyek layak untuk diusahakan (Ibrahim, 2003).

2.4.3 Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga (dalam hal ini sama artinya dengan discount rate) yang menunjukkan bahwa nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi usahatani atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV = 0 ). Internal Rata of Return (IRR) dapat juga dikatakan sebagai nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan

menerima/menolak dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r) (Ibrahim, 2003).


(45)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman padi (Oryza sativa L.) Kelompok Tani Karya Subur Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dengan areal pertanaman padi yang diteliti seluas 8 ha. Lokasi penelitian berada pada titik koordinat 509426 – 509167 mT dan 9383986 – 9384002 mU. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah yang diambil dari 6 titik yaitu 3 titik bagian atas dan 3 titik bagian bawah dengan kedalaman pengambilan sampel tanah 0-30 cm dan 9 profil borring sampai kedalaman 120 cm , serta bahan-bahan kimia untuk analisis tanah.

Alat-alat yang digunakan antara lain :

1. Bor tanah : untuk pembuatan profil borring, pengambilan sampel tanah dan deskripsi karakteristik tanah

2. Meteran : untuk mengukur kedalaman tanah

3. Kantong plastik : untuk tempat sampel tanah

4. Kamera digital : untuk mengambil gambar yang mendukung kelengkapan


(46)

35

5. Buku munsell soil colour chart : digunakan untuk mengamati dan mengetahui karakteristik tanah melalui pengamatan warna tanah

6. Global Positioning System (GPS) : untuk mengukur titik koordinat lokasi penelitian, titik pengambilan sampel tanah dan pengukuran lereng.

7. Alat-alat tulis : untuk mencatat data yang diperoleh langsung di lapangan, dan alat-alat laboratorium untuk menganalisis tanah.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan evaluasi kesesuaian lahan

berdasarkan faktor fisik lingkungan (kualitatif) dan faktor ekonomi (kuantitatif) secara paralel (bersamaan). Persyaratan klasifikasi kesesuaian lahan tanaman padi (Oryza sativa L.) menrut Djaenuddin, dkk. (2000) tertera pada tabel 11, dan analisis kelayakan usaha budidaya tanaman padi dengan menilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Pelaksanaan survei dilakukan bertahap yaitu: tahap persiapan, pengambilan data, analisis tanah di laboratorium dan analisis data.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Tahap Persiapan

Kegiatan pada tahap persiapan adalah studi pustaka tentang keadaan umum lokasi penelitian agar didapatkan gambaran secara umum tentang daerah penelitian, seperti data iklim, bahan induk, dan laporan hasil penelitian lahan setempat. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1 (Lampiran).


(47)

36

3.4.2 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : (1) Data Primer

Data primer yang dikumpulkan terdiri dua jenis, yaitu data fisik dan data ekonomi.

(a) Data Fisik

Pengumpulan data fisik primer dilakukan dengan cara pengambilan contoh tanah di kedalaman 0-30 cm pada setiap titik, pembuatan profil borring sampai kedalaman 120 cm pada 9 titik, dan pengamatan langsung di lapang. Berdasarkan analisis pra survei ditentukan 9 titik bor dengan metode

proposional untuk pengambilan contoh tanah. Metode penentuan titik

pengambilan contoh tanah pewakil berdasarkan keadaan lereng. Ditentukan 3 titik pengambilan sampel pada bagian atas lereng, 3 titik bagian tengah lereng, dan 3 titik bagian bawah lereng. Pengambilan titik contoh tanah dilakukan dengan GPS. Gambar lahan dan titik contoh tanah selengkapnya tertera pada Gambar 2 (Lampiran).

Data fisik primer yang dikumpulkan meliputi :

1) Pengambilan contoh tanah proposional yang akan dianalisis di

laboratorium diambil dari 3 titik pengeboran bagian atas lereng dan 3 titik pengeboran bagian bawah lereng pada kedalaman 0-30 cm. Contoh tanah yang diambil kemudian dikomposit menurut bagian lerengnya,


(48)

37

telah diayak kemudian dianalisis di Laboratorium untuk mengetahui sifat kimia dan fisikanya.

2) Pengamatan lapang

a. Drainase : Menggambarkan tata air pada daerah penelitian yang dapat diketahui dengan melihat ada tidaknya genangan pada lahan penelitian dan ada tidaknya warna kelabu atau bercak karatan melalui deskripsi (borring) pada lapisan tanah yang diamati, selain itu pengamatan warna tanah dapat dilakukan dengan menggunakan buku munsell soil colour chart.

b. Bahan kasar : Pengamatan bahan kasar dilakukan dengan melihat ada tidaknya batu- batu kecil di dalam tanah dengan cara pengeboran tanah pada lahan penelitian, kemudian dilakukan perhitngan bahan kasar berdasarkan % volume.

c. Kedalam tanah : untuk mengetahui kedalaman tanah yang dapat

digunakan untuk perkembangan akar, dapat dilakukan dengan cara pengeboran. Kedalaman tanah di ukur sampai kedalaman 120 cm, dan bila kurang dari 120 cm di usahakan sampai ditemukannya lapisan padas yang homogen.

d. Bahaya Erosi : Untuk mengetahui bahaya erosi dilakukan dengan cara mengamati lereng dengan menggunkan GPS, dimana semakin curam lereng maka bahaya erosi semakin tinggi. Bahaya ini juga diamati melalui persentase lapisan tanah atas yang telah hilang.

e. Bahaya Banjir : Bahaya banjir ditandai dengan adanya genanganan air yang ada dipermukaan tanah. Pengamatan dilaksanakan dengan cara


(49)

38

melakukan wawancara dengan anggotakelompok tani, apakah terdapat genagan pada lahan penelitian pada saat musim hujan, selain itu bahaya banjir juga dibedakan berdasarkan kedalaman dan lamanya banjir.

f. Batuan Permukaan : Dapat diketahui dengan melihat volum batuan (dalam %) yang ada dipermukaan tanah atau lapisan olah.

g. Singkapan batuan : Dapat diketahui dengan melihat jumlah batuan yang tersingkap di permukaan tanah (dalam %).

b) Data Ekonomi

Pengumpulan data ekonomi primer dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan kelompok tani dilapangan dengan jumlah 8 orang petani responden. Data ekonomi primer yang dikumpulkan meliputi :

1) Sarana produksi yang dibutuhkan dalam usaha tani tanaman padi 2) Jumlah tenaga kerja dalam usaha tani tanaman padi.

(2) Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu data fisik dan data ekonomi.

(a) Data Fisik

Pengumpulan data fisik sekunder meliputi :

1) Temperatur Udara (suhu) : Ditentukan oleh keadaan temperatur rata-rata yaitu temperatur udara tahunan selama 3 tahun terakhir (2009 – 2011) dan dinyatakan dalam 0C. Data temperatur udara dapat diperoleh dari Stasiun Klimatologi Masgar Lampung.


(50)

39

2) Curah Hujan : Ditentukan oleh curah hujan tahunan selam 3 tahun terakhir yang dinyatakan dalam mm. Data curah hujan dapat diperoleh dari stasiun BMG Lampung.

3) Kelembaban Udara : Ditentukan oleh kelembaban bulanan selam 3 tahun

terakhir (2009 – 2011) yang dinyatakan dalam persen (%).

4) Peta Lokasi Penelitian : Dapat diperoleh dari kantor Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Padang Cermin dan Kantor Balai Desa Pesawaran Indah.

(b) Data Ekonomi

Pengumpulan data ekonomi sekunder dilakukan dengan cara mengambil data dari kantor Badan penyuluhan Pertanian. Data ekonomi sekunder yang dikumpulkan meliputi :

1) Jumlah produksi tanaman padi di Kelompok Tani Karya Subur di Desa

Pesawaran Indah Padang Cermin Kabupaten Pesawaran selama 3 tahun terakhir (2009 – 2011).

2) Harga padi selama 3 tahun terakhir (2009 – 2011).

3) Biaya produksi usaha tani tanaman padi per tahun yang meliputi bibit, pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja.

4) Biaya sewa lahan pertahun selama 3 tahun terakhir (2009 – 2011).

3.4.3 Analisis laboratorium

Analisis laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis 2 contoh tanah komposit. Contoh tanah dikering udarakan, lalu diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Tanah yang telah diayak dianalisis di Laboratorium Jurusan Ilmu


(51)

40

Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk mengetahui sifat kimia dan fisiknya.

Sifat kimia yang dianalisis adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK), pH H2O, basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), dan C-organik. Sedangkan sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah, dengan metode analisis disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Metode analisis laboratorium

No Analisis Metode

1. pH H2O Elektrometrik

2. Basa-basa dapat ditukar (Ca,Mg, Na, K)

NH4OAc 1 N pH 7

3. C-organik Walkey and Black

4. KTK NH4OAc 1 N pH 7

5. Tekstur tanah Hydrometer

Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung.

3.4.4 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari studi lapang selanjutnya akan diolah dan dianalisis. Analisis data dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.

3.4.4.1Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk mengevaluasi lahan berdasarkan potensi fisik lingkungan. Kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan

persyaratan tumbuh tanaman padi sawah pada Tabel 3 dengan data aktual di lahan penelitian, berdasarkan kriteria kelas kesesuaian lahan Djaenuddin dkk. (2000).


(52)

41

3.4.4.2 Analisis Kuatitatif

Analisis kuatitatif diperhatikan didalamnya adalah dari segi cash flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross sales) dengan jumlah biaya (total cost) untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu usaha (Soetriono, 2011). Kriteria yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis yang digunakan dengan menghitung nilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR).

a. Net Present Value (NPV)

Secara matematis rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:

NPV =

   n l i i l C

B )/( )

( n

(Ibrahim, 2003)

Keterangan :

B = benefit (manfaat)

C = cost (biaya)

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku

n = waktu

Kriteria investasi :

Bila NPV> 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila NPV< 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila NPV = 0, usaha dalam keadaan break even point.

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ratio =

  n l i i l C

B )/( )

( n yang bernilai positif

   n l i i l C

B )/( )

( n yang bernilai negatif (Ibrahim, 2003)

Keterangan :

B = benefit (manfat)

C = cost (biaya)

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku


(53)

42

Kriteria investsi :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaan break even point

c. Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh investasi usaha.

Rumus yang digunakan adalah :

IRR = i1 + NPV1 (i2 - i1) (Ibrahim, 2003) NPV1 - NPV2

Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Kriteria investasi :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila IRR < tingkat suku bunga, usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila IRR = tingkat suku bunga, usaha dalam keadaan break even point.


(54)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian lahan Kelompok Tani Karya Subur Di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas curah hujan dan C organik (S2 wanr) untuk tanaman padi sawah tadah hujan.

2. Secara finansial, usaha budidaya tanaman padi sawah tadah hujan Kelompok Tani Karya Subur Di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran adalah menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dari hasil hitungan yang menunjukkan bahwa nilai NPV Rp 26.624.024, Net B/C Rp 2,43 dan IRR 30,85 % per bulan.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah:

1. Pembuatan lebung sebaiknya dibuat permanen dengan cara di semen agar menjadi kedap air dan dapat terus digunakan pada saat bulan kering.


(55)

44

2. Pemberian limbah jerami yang dikomposkan kepada tanah untuk meningkatkan kandungan C organik.


(56)

PUSTAKA ACUAN

Arafah, 2010. Pengolahan dan Pemanfaatan Padi Sawah Bogor : Bumi Aksara.429 hlm

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air edisi 2 Cetakan. IPB Press. Bogor. 472 hlm

Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan Dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Institut Pertanian Bogor. 48 hlm.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Luas Panen, Produktvitas dan Produksi Tanaman Padi Provinsi Lampung. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. Diakses tanggal 4 mei 2011.

BPS, Kabupaten Pesawaran.2012. Pesawaran Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran. 374 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2008. Data Wilayah Desa Karang Rejo. Badan Pusat Statistik. Gedong Tataan.

Bappenas.2000. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. http://www.scribd.com/doc/8755672/Padi. Diakses Tanggal 1 April 2010. Departemen Pertanian, 2009. Ciherang. Balai Besar Penalitian Padi. Subang,

Jawa Barat.

Djaenuddin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A., dan Suharta, N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Bull. No. 32. FAO, Rome, Italy,172 hlm.

Gardner, W. 1986. Water Content In A, Klute, (ed): MethodOf Soil Analysis Part I : Physical and Mineralogical Methods. Secont edition. ASSA, inc. Madison, Wisconsim, USA. Ro. 495 USA Rp. 394-544.

Hardjowigeno, S. 1994. Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Pertanian, Daerah Rekreasi dan Bangunan. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institud Pertanian Bogor. Bogor. 381 hlm.


(57)

65

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. 249 hlm. Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah

Tropika Bina Aksara. Jakarta. 418 hlm.

Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com. diakses tanggal 11 September 2012.

Mahi, A.K., 2004. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. (Diktat Kuliah). Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 184 hlm.

Makarim, A.K., U.S. Nugraha, dan U.G. Kartasasmita. 2000. Teknologi Produksi Padi Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Muchlas dan Slamento. 1998. Analisa Kelayakan Finansial Usahatani Jahe Besar di Penengahan Lampung Selatan. Jurnal Penelitian PertanianTerapan Terbitan Berkala Ilmiah 2 : 29-33.

Mulyani, A. 2006. Potensi Lahan Kering Masam Untuk Pengembangan

Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 28 (2) : 16-17. Mulyani, S,M A.G. Kartasapoetra. 2007. Terbentuknya Tanah dan Tanah

Pertanian Cetakan 3. Rineka Cipta. Jakarta. 152 hlm.

Nasution, Z. 2003. Land and Forest Management in the Lake Toba Catchment.Area. Universty Sains Malaysia 18p.

Purnamawati, 2009. Penanaman Padi Sawah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 24 hlm.

Pratiwi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI. Press. Jakarta. 108 hlm. Profil Desa Pesawaran Indah Padang Cermin Pesawaran. 2011

Rayes, M. L. 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi. Yogyakarta Siswoputranto. 1976. Komoditi ekspor Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia. 147hlm. Soemarjono. 1990 Bertanam padi Sawah. Penerbit : Swadaya

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta. 110 hlm Suparyono, Setyono, A. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. 253 hlm.


(58)

66

Souri. S. 2001. Penggunaan Pupuk Kandang. Meningkatkan Produksi Padi. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram. Mataram.

Tan, K. H. 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 295 hlm.

Wikipedia Indonesia. 2010. Padi. http://id.wikipedia.org/wiki/Padi#Ciri-ciri_umum. Diakses Tanggal 1 Desember 2011.


(1)

42

Kriteria investsi :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaan break even point

c. Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh investasi usaha.

Rumus yang digunakan adalah :

IRR = i1 + NPV1 (i2 - i1) (Ibrahim, 2003)

NPV1 - NPV2

Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Kriteria investasi :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila IRR < tingkat suku bunga, usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila IRR = tingkat suku bunga, usaha dalam keadaan break even point.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian lahan Kelompok Tani Karya Subur Di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas curah hujan dan C organik (S2 wanr) untuk tanaman padi sawah tadah hujan.

2. Secara finansial, usaha budidaya tanaman padi sawah tadah hujan Kelompok Tani Karya Subur Di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran adalah menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dari hasil hitungan yang menunjukkan bahwa nilai NPV Rp 26.624.024, Net B/C Rp 2,43 dan IRR 30,85 % per bulan.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah:

1. Pembuatan lebung sebaiknya dibuat permanen dengan cara di semen agar menjadi kedap air dan dapat terus digunakan pada saat bulan kering.


(3)

44

2. Pemberian limbah jerami yang dikomposkan kepada tanah untuk meningkatkan kandungan C organik.


(4)

PUSTAKA ACUAN

Arafah, 2010. Pengolahan dan Pemanfaatan Padi Sawah Bogor : Bumi Aksara.429 hlm

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air edisi 2 Cetakan. IPB Press. Bogor. 472 hlm

Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan Dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan

Kabupaten Aceh Barat. Institut Pertanian Bogor. 48 hlm.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Luas Panen, Produktvitas dan Produksi Tanaman Padi Provinsi Lampung. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. Diakses tanggal 4 mei 2011.

BPS, Kabupaten Pesawaran.2012. Pesawaran Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran. 374 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2008. Data Wilayah Desa Karang Rejo. Badan Pusat Statistik. Gedong Tataan.

Bappenas.2000. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. http://www.scribd.com/doc/8755672/Padi. Diakses Tanggal 1 April 2010. Departemen Pertanian, 2009. Ciherang. Balai Besar Penalitian Padi. Subang,

Jawa Barat.

Djaenuddin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A., dan Suharta, N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Bull. No. 32. FAO, Rome, Italy,172 hlm.

Gardner, W. 1986. Water Content In A, Klute, (ed): MethodOf Soil Analysis Part I : Physical and Mineralogical Methods. Secont edition. ASSA, inc. Madison, Wisconsim, USA. Ro. 495 USA Rp. 394-544.

Hardjowigeno, S. 1994. Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Pertanian, Daerah Rekreasi dan Bangunan. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institud Pertanian Bogor. Bogor. 381 hlm.


(5)

65

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. 249 hlm. Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah

Tropika Bina Aksara. Jakarta. 418 hlm.

Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com. diakses tanggal 11 September 2012.

Mahi, A.K., 2004. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. (Diktat Kuliah). Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 184 hlm.

Makarim, A.K., U.S. Nugraha, dan U.G. Kartasasmita. 2000. Teknologi Produksi Padi Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Muchlas dan Slamento. 1998. Analisa Kelayakan Finansial Usahatani Jahe Besar di Penengahan Lampung Selatan. Jurnal Penelitian PertanianTerapan Terbitan Berkala Ilmiah 2 : 29-33.

Mulyani, A. 2006. Potensi Lahan Kering Masam Untuk Pengembangan

Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 28 (2) : 16-17. Mulyani, S,M A.G. Kartasapoetra. 2007. Terbentuknya Tanah dan Tanah

Pertanian Cetakan 3. Rineka Cipta. Jakarta. 152 hlm.

Nasution, Z. 2003. Land and Forest Management in the Lake Toba Catchment.Area. Universty Sains Malaysia 18p.

Purnamawati, 2009. Penanaman Padi Sawah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 24 hlm.

Pratiwi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI. Press. Jakarta. 108 hlm. Profil Desa Pesawaran Indah Padang Cermin Pesawaran. 2011

Rayes, M. L. 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi. Yogyakarta Siswoputranto. 1976. Komoditi ekspor Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia. 147hlm. Soemarjono. 1990 Bertanam padi Sawah. Penerbit : Swadaya

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta. 110 hlm Suparyono, Setyono, A. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. 253 hlm.


(6)

66

Souri. S. 2001. Penggunaan Pupuk Kandang. Meningkatkan Produksi Padi. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram. Mataram.

Tan, K. H. 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 295 hlm.

Wikipedia Indonesia. 2010. Padi. http://id.wikipedia.org/wiki/Padi#Ciri-ciri_umum. Diakses Tanggal 1 Desember 2011.


Dokumen yang terkait

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

12 108 56

Uji Stabilitas Varietas Padi (Oryza sativa L.) Pada Lahan Salin dan Sulfat Masam Menggunakan Analisis AMMI dan Sidik Lintas Komponen Produksi Dengan Produksi Gabah

4 55 75

Konservasi Lahan Padi Sawah (Oryza Sativa, L) Dengan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat

0 39 76

Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda

5 55 131

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF BUDIDAYA PADI (Oryza sativa L.) PADA LAHAN SAWAH NON IRIGASI TEKNIS KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN

2 11 60

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA KELOMPOK TANI REJO TANI DESA NATAR KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 14 47

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea Canephora) PADA KELOMPOK TANI BINAKARYA DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

0 31 56

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI KARYA MAKMUR DESA BUMI SARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

12 87 55

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI RUKUN TANI DESA BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 26 76

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN PADA LAHAN KELOMPOK TANI KARYA TANI I DESA KARANG REJO KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh

1 10 55