PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DAN E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

  JTEP

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DAN E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

  (Studi Quasi Eksperimen terhadap Peserta Didik Tingkat XI di Madrasah Aliyah Darul Arqam Muhammadiyah Garut)

  1

  2

  3 1) Amir Hamzah , Yoyo Surjakusuma ,Dodi Hermana ,

Program Study Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Sekolah IPI Garut

2) Email

Program Study Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana IPI Garut

3) Email

Program Study Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana IPI Garut

  Email Abstrak

  Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan mereka dan kualitas pengajaran, yang dimiliki oleh profesionalisme guru. Konsep pengajaran yang lama dianggap sebagai proses penyampaian materi pelajaran para guru kepada siswa. Dengan hanya mengandalkan bahasa sebagai media utama, siswa mungkin salah dalam menangkap informasi, dengan kata lain, mereka akan terbatas atau tidak akan optimal dalam memahami informasi yang disampaikan oleh para guru. Multimedia dan web adalah alternatif untuk mengatasi masalah siswa pada pembelajaran karena dengan menggunakan teknologi tersebut siswa akan dapat belajar secara mandiri. Mereka dapat mulai belajar kapan saja dan mengakhiri sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Namun, kemajuan teknologi tidak selalu melemah; Selain itu, meniadakan peran guru. Sebaliknya, tanggung jawab dan peran mereka menjadi lebih besar. Kemajuan ini justru menuntut semakin meluasnya perubahan peran mereka, antara lain: guru adalah sebagai pengembang media dan sumber belajar.

  Kata Kunci: Multimedia Interaktif, Presenter iSpring, E-learning, Quipper School, dan Hasil Belajar Abstract Students’ learning achievements are influenced by the ability of theirs and the quality of teaching, which is owned by the professionalism of teachers. The old concept of teaching is considered as the process of delivering the subject matter of the teachers toward students. By simply relying on language as the main medium, students may be wrong in capturing information, in other words, they will be limited or will not be optimal in understanding the information conveyed by the teachers. Multimedia and the web are alternatives to overcome the students’ problems on learning since by using such technology students will be able to learn independently. They can begin to learn anytime and terminate in accordance with their own wishes. However, technological progress does not necessarily weaken; moreover, negates the role of the teachers. On the contrary, the responsibility and the role of theirs become greater. This progress precisely requires the increasingly widespread change of their roles, among others: the teacher is as a developer of media and a learning resource.

  Keywords: Interactive Multimedia, iSpring Presenter, E-learning, Quipper School and Learning Outcomes.

A. PENDAHULUAN pendidikan adalah penguasaan terhadap Pendidikan yang bermutu merupakan suatu Teknologi Informasi dan Komunikasi.

  tuntutan untuk menghasilkan sumber daya Penggunaan dan/atau pemanfaatan manusia bermutu yang mam-pu bersaing teknologi informasi dan komunikasi meru- secara global. Dengan semakin berkem- pakan suatu alternatif untuk membantu bangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, mengatasi masalah belajar peserta didik khususnya teknologi informasi dan komu- karena peserta didik akan mampu belajar nikasi telah memberi pengaruh terhadap mandiri, lebih mudah, tidak harus ber- dunia pendidikan, khususnya dalam proses gantung pada guru/instruktur. Peserta didik pembelajaran. Hal ini semakin membukti- dapat memulai belajar kapan saja dan kan bahwa salah satu tuntutan global dunia mengakhiri sesuai dengan keinginannya.

  • –diantaranya –adalah

  fitur-fiturnya compatible untuk berbagai program; namun para guru belum bisa me- manfaatkannya. Lagi pula, Pihak sekolah sudah memiliki fasilitas pendukung kegia- tan Teknologi Pembelajaran, yakni perang- kat komputer beserta jaringan internetnya dan projector; dan rata-rata sebagain besar guru memiliki laptop. Namun, keadaan ini belum mampu mendorong khususnya para guru untuk memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang ada.

  Kata teknologi memiliki banyak pe- ngertian, ada yang mendefinisikan tekno- logi hanya sebatas hardware, ada juga yang mendefinisikannya pada suatu cara pemecahan masalah (problem solving). Dewasa ini ketika orang-orang mendengar kata teknologi, tentunya mereka memba-

  2.Teknologi Pembelajaran

  Dengan demikian, Pembelajaran ada- lah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan ma- teri pelajaran, tapi suatu proses pemben- tukan perilaku peserta didik. Perilaku secara intrapersonal selama pembelajaran hendaknya memperhatikan aspek biocommunication, sebagaimana dijelaskan oeh Darmawan (2012). Juga, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apapun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarah-kan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan pembelajaran pada hakekatnya adalah per- ubahan perilaku peserta didik baik peru- bahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sanjaya: 2008).

  Selanjutnya, Gagne dalam Sanjaya (2008) mengungkapkan bahwa pengajaran atau teaching merupakan bagian dari pem- belajaran (instruction), dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana meran- cang atau mengaransemen berbagai sum- ber dan fasilitas yang tersedia untuk di- gunakan atau dimanfaatkan peserta didik dalam mempelajari sesuatu. Lebih lengkap Gagne mengungkapkan: “Why do we speak of instruction rather than teaching? It is because we wish to describe all of the events that may have a direct effect on the learning of a human being, not just those set in motion by individual who is a teacher. Instruction may include events that generated by a page of print, by a picture, by a television program, or by combination of physical objects, among other things. Of course, a teacher may play an essential role in the arrangement of any these events.

  Gagne, Briggs, dan Wager dalam Panen (2004) mengungkapkan bahwa pem- belajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik.

  phone), laptop, dan tablet yang rata-rata

  JTEP

  Berdasarkan pengamatan sementara di MA Darul Arqam Garut penggunaan program aplikasi tersebut belum optimal dijalankan. Padahal, dilapangan muncul fenomena bahwa hampir seluruh peserta didik memiliki handphone (baca: smart

  iSpring presenter dan e-Learning yang berbasis Quipper School.

  Penulis merasa tertarik dan terdorong untuk melakukan penelitian dengan me- manfaatkan dan/atau mempergunakan pro- gram aplikasi dari Teknologi Pembelajaran tersebut. Aplikasi program yang akan di- gunakan dalam penelitian ini yaitu Multi- media Interaktif (MMI) yang berbasis

  Multimedia Interaktif (MMI) dan e- learning.

  Program aplikasi dari Teknologi Pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran

  Namun, kemajuan teknologi tidak serta merta memperlemah apalagi meniadakan peran guru, malah sebaliknya tanggung ja- wab dan peran guru semakin besar yang ti- dak bisa tergantikan oleh kemajuan media sehebat apa pun. Justru kemajuan tersebut menuntut perubahan peran guru menjadi semakin luas, diantaranya: guru sebagai pengembang media dan sumber belajar.

B.KAJIAN TEORETIS

1. Pembelajaran

  Hal senada diungkapkan Darmawan (2014) bahwa pembelajaran multimedia pada dasarnya merupakan pembelajaran yang diharapkan mampu memberdayakan semua aktivitas otak selama peserta didik melakukan aktivitas. Dengan demikian, muncullah pembelajaran dengan menggu- nakan berbagai jenis media yang kemudian dikenal dengan multimedia.

  Teknologi pembelajaran

  Selanjutnya, Sanjaya (2012) meng- ungkapkan bahwa multimedia lahir seiring dengan perkembangan media itu sendiri. Pada masa ini proses pembelajaran diang- gap sebagai suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berkait- an satu sama lain. Salah satu komponen itu adalah peserta didik sebagai subjek belajar yang dapat memengaruhi keberhasilan pembelajaran. Peserta didik adalah titik sentral dalam kegiatan pembelajaran, se- hingga apa yang dilakukan guru diarahkan untuk keberhasilan peserta didik. Pada kenyataannya, peserta didik memiliki mi- nat, bakat, serta kemampuan dan gaya be- lajar yang berbeda. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran setiap guru harus dapat melayani perbedaan tersebut.

  fungsi untuk memudahkan guru menyam- paikan materi pelajaran (Sanjaya, 2012).

  teaching aid. Pada konsep ini media ber-

  Perkembangan media pembelajaran dipengaruhi oleh konsep mengajar dan konsep belajar itu sendiri. Menyampaikan materi pelajaran dengan hanya mengandal- kan bahasa verbal tidak selamanya berjalan dengan efektif. Dengan hanya mengandal- kan bahasa sebagai media utama, bisa ter- jadi peserta didik salah dalam menangkap informasi. Dengan kata lain, peserta didik akan terbatas atau tidak akan optimal da- lam memahami informasi yang disampai- kan guru. Maka perkembangan media di- fungsikan sebagai alat bantu penyampaian pesan yang kemudian dikenal dengan

  3. Multimedia Pembelajaran

  (3) pemanfaatan, (4) pengelolaan, dan (5) penilaian.

  Pemanfaatan Teknologi Pembelaja- ran dalam proses pembelajaran akan mem- berikan kontribusi nyata. Perubahan para- digma tentang mengajar sebagai proses pe- nyampaian materi pelajaran menjadi me- ngajar sebagai proses mengatur lingkungan supaya peserta didik belajar dipengaruhi oleh kemajuan teknologi informasi, maka media pembelajaran diorientasikan pada kemudahan siswa mengubah perilakunya sesuai dengan tujuan pembelajaran.

  JTEP

  dalam Sanjaya (2008) bahwa sis-tem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengka- pan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sanjaya (2008) me- nambahkan bahwa sebagai suatu sistem se- luruh unsur yang membentuk sistem itu memiliki ciri saling ketergantungan yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Keber- hasilan sistem pembelajaran adalah keber- hasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Yang harus mencapai tujuan adalah peserta didik sebagai subjek belajar. Dengan demi- kian, tujuan utama sistem pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik mencapai tujuan.

  “An instructional system consists of a set of interrelated components that work together efficiently and reliably, within a particular framework to provide learning activities necessary to accomplish learning goal.” Hal senada diungkapkan Hamalik

  Smaldino (2005) mengungkapkan bahwa:

  merupakan salah satu jenis teknologi yang akan kita lihat sebagai teknologi pembela- jaran ketika digunakan untuk tujuan pem- belajaran. Ketika teknologi mengacu pada proses untuk meningkatkan pembelajaran, maka kita akan menyebutnya sistem pem- belajaran (Smaldino: 2005).

  CD player, gadget, dan yang lainnya. Ini

  yangkan tentang produk, seperti komputer,

  • –definisi tahun 1994 dalam Darmawan (2014) –di- rumuskan dengan berlandaskan pada lima bidang garapan bagi teknologi pembela- jaran, yaitu: (1) desain, (2) pengembangan,

  JTEP

  Multimedia, menurut Galbreath da- tahap demi setahap sesuai dengan penge- lam Schunk (2009: 315), mengacu pada masan materi yang ditentukan. Peserta teknologi yang menggabungkan kemampu- didik belajar berdasarkan bagian-bagian an berbagai media seperti komputer, film, yang didesain secara berurutan dengan video, suara, musik, dan teks. Sementara waktu yang telah ditentukan. itu, Merill (1995:204) mengungkapkan Sementara itu, multimedia interaktif bahwa multimedia merupakan penggabu- adalah multimedia yang tidak bersifat li- ngan antara beberapa jenis media, seperti nier, namun peserta didik memiliki pilihan teks, grafik, suara, animasi, dan video ge- sesuai dengan menu yang ditawarkan. Da- rak, menjadi sebuah aplikasi pembelajaran lam mempelajari satu topik bahasan pe- yang berada di bawah kontrol komputer. serta didik dapat memilih mana yang akan dipelajari lebih dahulu. Dengan demikian, ciri khas dari multimedia interaktif adalah

4. Multimedia Interaktif

  Sanjaya (2012) mengungkapkan bah- adanya pengontrol yang disebut dengan wa multimedia dibagi menjadi dua, multi- graphical user interface (GUI), yang bisa

  

media linier dan multimedia interaktif. berupa icon, button, scroll, atau yang

  Multimedia linier adalah multimedia yang lainnya. Setiap GUI tersebut dapat bersifat sekuensial atau berurutan, setiap dioperasikan oleh peserta didik (user) untuk peserta didik atau pemakai multimedia ini mencari informasi yang diinginkan. menggunakannya sesuai dengan urutan se-

  Kompetensi &

  1

  

2

3 Dst.

  Bahan Ajar Gambar 1: Multimedia Linear (Sanjaya, 2012) Kompetensi & Bahan

  Tujuan

  1

  2

  3 Ds Materi

  1

  2

  3 Ds Tes

  

1

  2

  3 Ds Gambar 2: Multimedia Interaktif (Sanjaya, 2012)

  Dari gambar tersebut menunjukan belajar dari Edgar Dale (

  Dale’s Cone of

  bahwa proses belajar dapat lebih berhasil Experience) Dalam Sanjaya (2010). Ke- dan menyenangkan jika mampu membuat rucut pengalaman belajar dari Edgar Dale peserta didik merasa tertarik dengan isi pada saat ini menjadi sebuah landasan pembelajaran yang dikemas dengan me- secara luas oleh pakar pendidikan dalam manfaatkan sumber-sumber media yang rangka menentukan alat bantu atau media ada. Dalam hal ini sumber yang diman- jenis apa yang bisa disesuaikan dengan faatkan adalah penggunaan multimedia peserta didik agar dapat memperoleh

  interaktif, dikatakan multimedia interaktif pengalaman belajar secara mudah. Bisa

  dapat menarik dalam proses pembelaja- dilihat dalam gambar dibawah ini: ran sesuai dengan kerucut pengalaman

  JTEP

Gambar 3: Kerucut Pengalaman Belajar Dari Edgar Dale (dalam Sanjaya, 2010 : 200)

  Sanjaya (2010 : 200) menjelaskan bahwa kerucut pengalaman belajar Edgar Dale memberikan gambaran bahwa pe- ngalaman belajar yang diperoleh peserta didik dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses men- dengarkan melalui bahasa. Semakin kon- kret peserta didik mempelajari bahan pe- ngajaran contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyak pe- ngalaman yang diperoleh peserta didik. Sebaliknya, semakin abstrak peserta didik memperoleh pengalaman contohnya ha- nya mengandalkan bahan verbal maka akan semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh peserta didik.

  Kelebihan multimedia interaktif ini adalah peserta didik dapat belajar secara mandiri, tidak harus bergantung pada guru/instruktur. Peserta didik dapat me- mulai belajar kapan saja dan mengakhiri sesuai dengan keinginannya. Namun de- mikian, walaupun komputer memiliki po- tensi yang sangat besar, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar untuk peserta didik, pada kenya- taannya pemanfaatannya masih jarang di- lakukan baik oleh guru maupun oleh peserta didik.

  5. iSpring Presenter

  Aplikasi program yang digunakan dalam penelitian ini sebagai model pem- belajaran adalah Multimedia Interaktif yang berbasis iSpring Presenter yang be- kerja sebagai add-ins dalam PowerPoint untuk menjadikan file PowerPoint lebih menarik dan interaktif.

  iSpring Presenter merupakan suatu tool yang mengubah file presentasi men-

  jadi bentuk flash dan SCORM/AICC, yakni bentuk yang biasa diguna-kan dalam pembelajaran dengan e-learning LMS (Learning management System).

  Beberapa fitur lain dari iSpring

  Presenter adalah: (1) iSpring Presenter

  dikembangkan untuk mendukung e-

  learning dan dapat menyisipkan berbagai

  bentuk media, sehingga media pembela- jaran yang dihasilkan akan lebih menarik, diantaranya adalah dapat merekam dan sinkronisasi video presenter, menambah- kan Flash dan video YouTube, mengim- por atau merekam audio, membuat navi- gasi dan desain unik; (2) membuat kuis dengan berbagai jenis pertanyaan/soal yaitu: True/False, Multiple Choice,

  Multiple response, Type In, Matching, Sequence, numeric, Fill in the Blank, Multiple Choice Text.

  6. E-Learning Internet merupakan jaringan komu-

  nikasi dalam skala dunia yang memung- kinkan komunikasi bisa secara cepat dan luas. Fenomena ini dimanfaatkan oleh para ahli pendidikan untuk membangun suatu jejaring pembelajaran yang mampu

  • – yang didirikan oleh Masayuki Watanabe di London pada Desember 2010
  • – menyediakan dua layanan utama:

  a) Suplemen. Peserta didik memiliki kebebasan memilih, apakah akan me- manfaatkan/mengakses materi

  online dan peserta didik dapat menger-

  Secara teknis, guru dapat mem- berikan tugas kepada peserta didik secara

  buah portal khusus peserta didik untuk mengakses atau membaca materi pela- jaran, menjawab soal, mengirimkan pesan ke guru, dan melihat performa belajar teman sekelasnya.

  2. Quipper School Learn merupakan se-

  portal khusus para guru untuk mem- permudah tugas dan menghemat wak- tu mereka, khususnya dalam hal pem- berian tugas, Pekerjaan Rumah (PR), latihan soal, bahkan ujian di kelas kepada siswa; melihat perkembangan siswa, mengirim pesan ke siswa, membuat dan mengelola kelas online.

  1. Quipper School Link, yakni sebuah

  guru berinteraksi dengan para peserta di- diknya secara online. Quipper School

  7. Quipper School Quipper School merupakan layanan e-learning gratis yang memungkinkan

  c) Substitusi. Menyediakan peluang untuk transisi pembelajaran dari ke- las menuju pembelajaran secara on- line sebagai proses pembelajarannya.

  b) Komplemen. Materi diprogram un- tuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Materi e-learning diprogram untuk menjadi materi penguatan (reinforcement) atau remedial bagi peserta didik dalam mengikuti kegia- tan pembelajaran konvensional.

  e- learning atau tidak.

  diantaranya: adalah sebagai suplement, complement, substitution.

  JTEP

  learning dalam kegiatan pembelajaran,

  Siahaan dalam Darmawan (2014) menyatakan bahwa terdapat tiga fungsi e-

  model belajar konvensional di dalam ke- las, tetapi memperkuat model belajar konvensional; (4) e-learning akan me- nyebabkan kapasitas pe-serta didik ber- variasi bergantung pada bentuk konten dan alat penyampaiannya. Makin baik ke- selarasan antar konten dan alat pe- nyampaian dengan gaya belajar peserta didik, maka akan lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya akan memberikan hasil yang lebih baik.

  e-learning tidak berarti menggantikan

  rangkat alat yang dapat memperkaya ha- sil belajar yang diperoleh hanya secara konvensional, sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi; (3)

  online; (2) e-learning menyediakan sepe-

  komunikasi, pendidikan, pelatihan secara

  ing merupakan penyampaian informasi,

  Cisco dalam Darmawan (2013) mendeskripsikan e-learning dalam berba- gai karakteristik, diantaranya: (1) e-learn-

  antara pendidik dan peserta didik dalam sebuah ruang belajar online.

  internet yang dapat menghubungkan

  menyentuh pembelajar dimana pun ber- ada. E-learning merupakan aplikasi

  jakan tugas tersebut sekaligus mempe- lajari topik mata pelajaran yang berkaitan dengan tugas tersebut baik di dalam mau- pun di luar kelas melalui perangkat me- reka masing-masing yang terkoneksi de- ngan internet. Setelah para peserta didik mengerjakan dan mengumpulkan tugas mereka, sistem penilaian yang tersedia pada Quipper School akan melakukan analisis data secara sederhana namun canggih yang akan membantu para guru untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pencapaian peserta didik. Para guru akan mendapatkan laporan me- ngenai seberapa baik para peserta didik dalam menguasai mata pelajaran tertentu, bagaimana kemajuan belajar peserta di- dik, mengetahui keunggulan atau potensi peserta didik, siapa yang mendapat nilai tertinggi, dan lainnya. Melalui gambaran tentang pencapaian ini, para peserta didik pada saat itu juga akan memperoleh um- pan balik mengenai hal-hal yang perlu

  JTEP

  Dengan membandingkan pengukuran se- belum dan sesudah X, kita dapat memas- tikan pengaruh X terhadap penampilan kelompok pada Y (Ary, 2005). Sebelum diberi treatment, kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan ke- adaan kelompok. Jika hasil pretest se- lama empat kali ternyata nilainya beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu dan tidak konsisten (Sugiyono, 2013). Setelah kestabilan ke- adaan kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment. Secara umum desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam tabel berikut:

  diperbaiki terkait penguasaan terhadap satu topik materi pelajaran tertentu.

C.METODE PENELITIAN

  litian ini dikhususkan pada pola Time- Series Design.

  2

  3 + Y

  4 ).

  Kemungkinan hasil penelitian dari desain ini ditunjukkan pada gambar 4. Dari gam- bar 4 berikut ini, terlihat bahwa terdapat berbagai kemungkinan hasil penelitian yang menggunakan time series design (Sugiyono, 2013).

  Gambar 4: Berbagai kemungkinan hasil penelitian yang menggunakan time-series design (Ary, 2010: 321)

  Gambar 4 menunjukkan beberapa kemungkinan pola studi rangkaian waktu yang diberi perlakuan eksperimental. Gambar ini menunjukkan serangkaian pe- ngukuran Y

  1

  sampai Y

  8

  dengan pemberi- an perlakuan eksperimental pada titik X. kita dapat menaksir pengaruh X dengan cara memeriksa kestabilan pengukuran yang berulang-ulang (Ary, 2005).

  Hasil penelitian yang baik adalah ditunjukkan pada grafik A. Hasil pretest menunjukkan keadaan kelompok stabil dan konsisten (Y

  1

  = Y

  = Y

  1 + Y

  3

  = Y

  4

  ) setelah diberi perlakuan keadaannya meningkat secara konsisten (Y

  5

  = Y

  6

  = Y

  7

  = Y

  8 ).

  Grafik B memperlihatkan ada pengaruh perlakuan terhadap kelompok yang se- dang dieksperimen, tetapi setelah itu kembali lagi pada posisi semula. Grafik C memperlihatkan pengaruh luar lebih ber- peran dari pada pengaruh perlakuan, se- hingga grafiknya naik terus. Grafik D

  2 + Y

  8 ) – (Y

  Desain ini melibatkan pengukuran secara berkala terhadap satu kelompok dan pemberian perlakuan eksperiment ke dalam rangkaian pengukuran berkala itu. Dalam desain ini, pertama-tama dilaku- kan sejumlah pengukuran pada variabel terikat Y, kemudian X diberikan, dan se- telah itu pengukuran Y dilakukan lagi.

  X 1 = Perlakuan dengan multimedia interaktif

  quasi eksperimental design dalam pene-

  

Tabel 1:Desain Penelitian Time-Series Design

  Kelompok Pretest Treatment Posttest Eksperimen Y

  1 Y

  2 Y

  3 Y

  4 X 1 dan X

  2 Y

  5 Y

  6 Y

  7 Y

  8 Ketarangan : Y1 Y2 Y3 Y4 = Tes Awal (Pretest) Y5 Y6 Y7 Y8 = Tes Akhir (Postest)

  X 2 = Perlakuan dengan E-Learning

  7 + Y

  Hasil pretest yang baik adalah Y

  1 = Y

  2 = Y

  3 = Y 4, dan hasil perlakuan yang

  baik adalah Y

  5 = Y

  6 = Y

  7 = Y

  8

  . Besarnya pengaruh perlakuan adalah = (Y

  5 + Y

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pende- katan eksperimen. Model yang digunakan adalah quasi experimental design. Bentuk

  6 + Y

  JTEP

  44 Mean

  Valid

  44

  44

  44 Missing

  44

  44

  66.20 75.89 .3023 Mode

  Menggunakan MMI

  63

  73 a .15 a Std. Deviation 9.957 10.449 .17825 Range

  40 40 .86 Minimum 45 53 -.08 Maximum 85 93 .78 Sum 2913 3339

  13.30

  a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

  Dari table 1 diketahui rata-rata hasil belajar sebelum dilakukan penelitian se- besar 66.20; dan setelah pembelajaran

  Statistics Pretest Posttest Gain N

  Tabel 1: Deskripsi Hasil Belajar Dengan

  menunjukkan keadaan kelompok tidak menentu (Sugiyono, 2013).

  test ternyata nilainya tidak jauh berbeda;

  Dalam penelitian ini, kelompok yang digunakan hanya satu kelompok. Sebelum diberi perlakuan, kelompok eks- perimen diberikan pretest terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan memberi- kan perlakuan pada kelompok eksperi- men dengan menggunakan pembelajaran melalui Multimedia Interaktif berbasis

  iSpring Presenter dan E-Learning ber-

  basis Quipper School. Perlakuan yang di- berikan kepada kelompok eksperimen adalah sebanyak empat kali perlakuan (seri pertama, seri kedua, seri ketiga dan seri keempat). Setelah diberi perlakuan kelompok eksperimen diberikan posttest, sehingga diperoleh gain atau selisih antara skor pretest dan posttest.

  Instrumen yang diberikan adalah soal pretest dan posttest yang merupakan tes pilihan ganda (PG) dengan tujuan un- tuk mengetahui hasil belajar peserta didik terhadap treatment yang diberikan. Pe- nyusunan tes hasil belajar dimulai dengan menyusun kisi-kisi soal dan dilakukan uji coba soal. Tes diujicobakan untuk me- ngetahui validitas, reliabilitas, daya pem- beda dan tingkat kesukaran butir soal.

  Indikator hasil belajar peserta didik adalah aspek kognitif. Sebelum diguna- kan untuk mengumpulkan data maka test tersebut diujicobakan kepada kelas lain, yakni kelas XI A Pa dan B Pa MA Darul Arqam yang merupakan bukan kelas kontrol maupun eksperimen. Sementara itu yang menjadi sampel penelitian ada- lah kelas XI Pi B MA Darul Arqam (Putri) yang beralamatkan di Jl. Ciledug No. 284 Garut.

  Hasil pretest menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas untuk pretest kesatu adalah 66. Sementara, nilai rata-rata kelas dari hasil pretest kedua dan ketiga adalah sama, yaitu 67, dan nilai pretest keempat adalah 65. Dari hasil tersebut dapat di- simpulkan bahwa selama empat kali pre-

  ini berarti kelas eksperimen tersebut ke- adaannya stabil dan konsisten (ajeg).

  =0.913. dengan demikian, rata-rata nilai posttest diterima.

  1. Tahap Pertemuan Pertama

  Pada tahap pertemuan I dengan sampel penelitian sebanyak 44 peserta didik, peneliti melaksanakan proses pem- belajaran bahasa Inggris dengan pokok bahasan tentang Narrative text yang menggunakan Multimedia Interaktif yang berbasis iSpring Presenter dan e-learning yang berbasis Quipper School; dan dilan- jutkan dengan posttest (tes akhir).

  Dari hasil pengujian Normalitas data, diperoleh nilai statistik nilai uji de- ngan menggunakan Shapiro Wilk sebesar 0.937 dan derajat kebebasan sebesar 44, menghasilkan nilai Sig. 0.018. Kriteria bahwa sebaran data dikatakan normal jika nilai Sig > α. Karena nilai Sig = 0.018 > α = 0.05, maka sebaran data tersebut berdistribusi normal.

  Selanjutnya peneliti mencoba untuk mengetahui rata-rata hasil penelitian de- ngan menggunakan uji T dengan bantuan SPSS dan hasil pengolahannya adalah bahwa banyaknya data 44 dengan rata- rata=76.18 dan simpangan baku= 10.927; sedangkan test value =76 dengan nilai t

  hitung

  =0.110; nilai Asymp. (2-tailed) > α

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-HASAN

  JTEP

  menggunakan Multimedia interaktif men- pangan baku=8.215; dan test value=78 jadi 75.89. Secara deskriptif hasil belajar dengan nilai t-hitung=-0.275; nilai Asymp. mengalami peningkatan belajar (gain) se- (2-tailed)

  > α =0.784. Dengan demikian, besar 0.3023. dengan merujuk pada inter- rata-rata nilai posttest diterima. pretasi gain, maka dapat disimpulkan

  Tabel 3: Deskrips i Hasil Belajar Dengan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar.

  Menggunakan MMI

  Statistics Tabel 2: Deskripsi Hasil Belajar Dengan

  Pretest Posttest Gain

  Menggunakan E-learning

  Valid

  44

  44

  44 N Statistics Missing

  Mean

  66.77 77.66 .3243 Pretest Posttest Gain a a Mode 60 75 .11 Valid

  44

  44

  44 Std. Deviation 7.579 8.215 .24369 N Missing

  Range

  30

  31

  1.29 Mean

  66.20 80.43 .3823 a Minimum

  52 63 -.48 Mode 63 73 .29 Maximum

  82 94 .81 Std. Deviation 9.957 9.945 .37896 Sum 2938 3417

  14.27 Range

  40

  40

  1.80

  a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Minimum 45 60 -.80 Maximum 85 100

  1.00 Sum 2913 3539

  16.82 Dari tabel 3, rata-rata hasil belajar

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown sebelum dilakukan penelitian sebesar 66.

  77 dan setelah pembelajaran mengguna- Dari tabel 2, rata-rata hasil belajar kan Multimedia interaktif menjadi 77.66. sebelum penelitian sebesar 66.20 dan se-

  Secara deskriptif hasil belajar mengalami telah dilakukan perlakuan dengan meng- peningkatan belajar sebesar 0.3243. De- gunakan e-learning menjadi 80.43. Seca- ngan merujuk pada interpretasi gain, ra deskriptif hasil belajar mengalami pe- terdapat peningkatan hasil belajar. ningkatan belajar (gain) sebesar 0.3823.

  Tabel 4: Deskripsi Hasil Belajar Dengan

  Dengan merujuk pada interpretasi gain,

  Menggunakan MMI Statistics

  dapat disimpulkan bahwa terdapat pe-

  Pretest Posttest Gain ningkatan hasil belajar. Valid

  44

  44

  44 N Missing Mean

  66.77 77.66 .3243

2. Tahap Pertemuan Kedua

  a a Mode

  60 75 .11

  Pada tahap pertemuan II, peneliti

  Std. Deviation 7.579 8.215 .24369 Range

  30

  31

  1.29

  melaksanakan proses pembelajaran baha-

  Minimum

  52 63 -.48

  sa Inggris dengan pokok bahasan Spoof

  Maximum

  82 94 .81 Sum 2938 3417

  14.27 Text yang menggunakan multimedia in-

  a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

  teraktif berbasis iSpring dan e-learning yang berbasis Quipper School, dan kemu- Dari tabel 4 diketahui rata-rata hasil dian dilanjutkan dengan posttest. belajar sebelum dilakukan penelitian se-

  Hasil pengujian Normalitas data, besar 66.77 dan setelah pembelajaran diperoleh nilai statistik dengan menggu- menggunakan Multimedia interaktif men- nakan Shapiro Wilk sebesar 0.937 dan jadi 77.66. Secara deskriptif hasil belajar derajat kebebasan sebesar 44, menghasil- mengalami peningkatan belajar sebesar kan nilai Sig. 0.019. Sebaran data dika-

  0.3243. Dengan merujuk pada inter- takan normal jika nilai Sig > α. Karena pretasi gain, maka dapat disimpulkan nilai Sig= 0.019 > α= 0.05, maka sebaran bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. data tersebut berdistribusi normal.

  Rata-rata hasil penelitian dengan menggunakan uji T berbantuan SPSS dan hasil pengolahannya adalah banyaknya data 44 dengan rata-rata= 77.66 dan sim-

  JTEP Tabel 5: Deskripsi Hasil Belajar Dengan

  Statistics Pretest Posttest Gain N

  40

  1.00 Minimum

  50 60 .00 Maximum 80 100

  1.00 Sum 2937 3353

  13.30

  a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

  Dari tabel 6 diketahui bahwa rata- rata dari hasil belajar sebelum dilakukan penelitian sebesar 66.75 dan setelah pem- belajaran dengan menggunakan MMI

  76.20. Secara deskriptif hasil belajar me- ngalami peningkatan belajar (gain) sebe- sar 0.3023. Dengan merujuk pada inter- pretasi gain, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar.

  Tabel 7: Deskripsi Hasil Belajar Dengan

  Penggunaan E-learning

  Valid

  60 80 .23 a Std. Deviation 6.460 8.639 .19281 Range

  44

  44

  44 Missing Mean 66.75 82.11 .4898 Mode

  60 80 .33 a Std. Deviation 6.460 10.031 .24419 Range

  30 40 .89 Minimum 50 60 .11 Maximum 80 100

  1.00 Sum 2937 3613

  21.55

  a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

  Dari tabel 7 diketahui bahwa mean dari hasil belajar sebelum dilakukan pe- nelitian sebesar 66.75 dan setelah pembe- lajaran dengan menggunakan E-Learning menjadi 82.11. Secara deskriptif hasil be- lajar mengalami peningkatan belajar se- besar 0.4898. Dengan merujuk pada in- terpretasi gain, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Prosedur pembelajaran antara user dan admin menunjukkan dukungan yang optimal dalam penelitian ini, sebagaimana dijelaskan dalam Darmawan,

  D., Kartawinata, H., Astorina, W. (2017), mengenai konsep dari web electronic

  learning system (WELS).

  30

  44 Missing Mean 66.75 76.20 .3023 Mode

  Menggunakan E-learning Statistics

  63

  belajar sebelum dilakukan penelitian se- besar 66.20 dan setelah dilakukan treat-

  ment dengan menggunakan e-learning

  menjadi 80.95. Secara deskriptif hasil be- lajar mengalami peningkatan belajar sebesar 0.4825. Dengan merujuk pada interpretasi gain, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar.

  44

  1.00 Std. Deviation 9.957 11.125 .24447 Range 40 37 .90 Minimum 45 63 .10 Maximum 85 100

  75

  44 Missing Mean 66.20 80.95 .4825 Mode

  1.00 Sum 2913 3562

  44

  44

  Pretest Posttest Gain N Valid

  Tabel 6: Deskripsi Hasil Belajar Dengan Menggunakan MMI

  Statistics Pretest Posttest Gain N

  Valid

  44

  21.23 Dari tabel 5 diketahui rata-rata hasil

3. Tahap Pertemuan Ketiga

  III, peneliti melaksanakan proses pembe- lajaran bahasa Inggris dengan pokok ba- hasan ciri-ciri kebahasaan dari kedua teks yang sudah dikaji dengan menggunakan multimedia interaktif iSpring dan e-

  learning yang berbasis Quipper School, kemudian dilanjutkan dengan posttest.

  Dari pengujian Normalitas data, di- peroleh nilai uji dengan menggunakan Shapiro Wilk sebesar 0.934 dan derajat kebebasan sebesar 44, menghasilkan nilai Sig. 0.015. Sebaran data dikatakan nor- mal jika nilai Sig > α. Karena nilai Sig=

  0.015 > α= 0.05, sebaran data tersebut berdistribusi normal.

  Selanjutnya, rata-rata hasil peneliti- an dengan menggunakan uji T dengan bantuan SPSS dan hasil pengolahannya adalah banyaknya data 44 dengan rata-rata =76.20 dan simpangan baku =8.639; test

  value=76 dengan nilai t-hitung= 0.157;

  nilai Asymp. (2-tailed) > α= 0.876. Rata- rata nilai posttest diterima.

  Selanjutnya, pada tahap pertemuan

  JTEP

4. Tahap Pertemuan keempat

  Tabel 10: Peningkatan Hasil Belajar

  44 Mean

  64.82 80.45 .4855 Mode 70 80 .38 a Std. Deviation 8.196 10.665 .23079

  Variance 67.175 113.742 .053 Minimum 47 60 .11 Maximum 83 100

  1.00 Sum 2852 3540

  21.36

  a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

  Dari tabel 9 diketahui rata-rata hasil belajar sebelum dilakukan penelitian se- besar 64.82 dan setelah pembelajaran de- ngan menggunakan Quipper School men- jadi 80.45. Secara deskriptif hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 0.4855. Dengan merujuk pada interpretasi gain, terdapat peningkatan hasil belajar.

  Peningkatan Hasil Belajar dengan Peng- gunaan MMI iSpring Presenter

  Peningkatan hasil pembelajaran de- ngan menggunakan Multimedia interaktif berbasis iSpring adalah sebagai berikut:

  dengan MMI

  44

  Peningkatan f % Tinggi

  0.0 Sedang

  19

  43 Rendah

  25

  57 Jumlah 44 100

  Peserta didik yang mengalami pe- ningkatan yang tinggi sebanyak 0%; pe- serta didik yang mengalami peningkatan sedang sebanyak 43%; dan peserta yang mengalami peningkatan rendah sebanyak 57%. Temuan ini menunjukka kemampuan siswa dalam menyelesaikan evaluasi secara digital yang stabil, relevan dengan temuan dari Darmawan, D., Harahap, E. (2016).

  Peningkatan Hasil Belajar dengan Penggunaan E-Learning (Quipper School)

  Peningkatan hasil pembelajaran de- ngan menggunakan Multimedia interaktif berbasis iSpring adalah sebagai berikut:

  44

  44 Missing

  Selanjutnya, pada tahap pertemuan

  44

  IV dengan sampel penelitian yang sama, peneliti melaksanakan proses pembelaja- ran bahasa Inggris de-ngan pokok baha- san Review dari teks naratif, spoof, dan ciri-ciri kebahasaan dari kedua teks ter- sebut dengan menggunakan multimedia interaktif berbasis iSpring dan e-learning yang berbasis Quipper School, dan kemu- dian dilanjutkan dengan posttest.

  Dari hasil pengujian Normalitas da- ta, diperoleh nilai statistik nilai uji de- ngan menggunakan Shapiro Wilk sebesar 0.950 dan derajat kebebasan sebesar 44, menghasilkan nilai Sig. 0.053. Kriteria bahwa sebaran data dikatakan normal jika nilai Sig > α. Karena nilai Sig = 0.053 > α = 0.05, maka sebaran data tersebut berdistribusi normal.

  Rata-rata hasil penelitian dengan menggunakan uji T dengan bantuan SPSS dan hasil pengolahannya adalah banyak- nya data 44 dengan rata-rata =74.43 dan simpangan baku =8.708; test value =75 dengan nilai t-hitung = -0.433; nilai

  Asymp. (2-tailed)

  > α =0.667. Dengan demikian, rata-rata nilai posttest diterima.

  Tabel 8: Deskripsi Hasil Belajar Dengan

  menggunakan MMI

  Statistics Pretest Posttest Gain N

  Valid

  44

  44 Missing

  44

  44

  44

  44 Mean

  64.82 74.43 .2916 Mode 70 75 .29 Std. Deviation 8.196 8.708 .14362

  Variance 67.175 75.832 .021 Minimum 47 60 .09 Maximum 83 95 .72 Sum 2852 3275

  belajar sebelum dilakukan penelitian se- besar 64.82 dan setelah pembelajaran de- ngan menggunakan MMI 74.43. Secara deskriptif hasil belajar mengalami pe- ningkatan belajar (gain) sebesar 0.2916. Dengan merujuk pada interpretasi gain, terdapat peningkatan hasil belajar.

  Tabel 9: Deskripsi Hasil Belajar kelas Eksperimen

  Statistics Pretest Posttest Gain N

  Valid

  44

12.83 Dari tabel 8 diketahui rata-rata hasil

  JTEP Tabel 11: Peningkatan Hasil Belajar lain itu proses pembelajaran juga dapat di-

  dengan E-learning lakukan dengan lebih efektif dan efisien bisa dilakukan kapan dan dimana-pun

  Peningkatan f % peserta didik berada. Tinggi

  2

  4 Tim Dr. Pitagan dari University of Sedang

  36

  82 the Philippines melakukan riset akademik

  Rendah

  6

  14

  ke beberapa sekolah menengah di Fili-

  Jumlah 44 100

  pina. Dalam riset tersebut, Dr. Pitagan Peserta didik yang mengalami pe- membagi tiga kelas: ningkatan tinggi sebanyak 4%; peserta di-

  1. Kelas 1: Kelas dengan metode be- dik yang mengalami peningkatan sedang lajar tradisional. sebanyak 82%; dan peserta yang meng-

  2. Kelas 2: Kelas campuran tradisional alami peningkatan rendah sebanyak 14%. dan menggunakan Quipper School

  Berdasarkan hasil tersebut, dipero- secara selang-seling. leh rata-rata dari kelas eksperimen de-

  3. Kelas 3: Kelas yang menggunakan ngan penggunaan multimedia interaktif

  Quipper School secara kontinyu. iSpring Presenter= 76.20 dan rata-rata

  Berdasarkan pembagian kelas da- pembelajaran dengan menggunakan e- lam penelitian tersebut, akhirnya didapat-

  learning quipper school= 81.09. Adapun

  kan hasil: kriteria pengujian hipotesisnya adalah H0

  1. Nilai ujian peserta didik dari kelas 3 diterima jika Lower bernilai negatif dan meningkat dari sebelumnya.

  Upper bernilai positif, atau nilai Sig. (2-

  2. Peserta didik kelas 3 paling rajin dan

  tailed

  ) > α. Dari hasil pengujian terhadap paling banyak mengumpulkan tugas. pembelajaran dengan menggunakan mul-

  3. Nilai ujian kelas 3 paling tinggi diban- timedia interaktif iSpring Presenter dan dingkan dengan kelas 1 dan kelas 2.

  E-learning quipper school dapat disimpu-