Analisis Stakeholder dalam Pengembangan ekowisata

Analisis Stakeholder dalam Pengembangan Wisata Bahari Berbasis Kesesuaian dan
Daya Dukung
(Studi Kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung)
Paper ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekowisata Bahari
yang dibina oleh Dr. H. Rudianto, MA

Disusun Oleh :
Arlin Dwi Noviasri
125080601111039
K02

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................ii
DAFTAR BAGAN ...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

1.3

Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1

Gambaran Umum Pulau Sebesi ............................................................................ 3


2.2

Kondisi Biofisik ...................................................................................................... 3

2.3

Kondisi Sosial Budaya .......................................................................................... 3

2.4

Kondisi Sosial Ekonomi ......................................................................................... 4

2.5

Analisis Stakeholder.............................................................................................. 6

2.5.1 Deskripsi dan Peran Stakeholder dalam Pengembangan Wisata Bahari Pulau
Sebesi ................................................................................................................... 7
2.5.2 Stakeholder yang Dipengaruhi dan Mempengaruhi dalam Pengembangan Wisata

Bahari Pulau Sebesi.............................................................................................. 9
2.5.3

Stakeholder Berdasarkan Kategori...................................................................... 10

2.5.4 Kategori Stakeholder........................................................................................... 11
2.5.5 Stakeholder kunci ............................................................................................... 12
2.6

Program Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Pulau Sebesi ........................ 12

2.7

Analisis Kesesuaian Kawasan Wisata Bahari...................................................... 12

2.8

Analisis Daya Dukung (Carrying Capacity) Kawasan Wisata Bahari ................... 13

2.9


Hasil dan Pembahasan Kesesuaian Daya Dukung Kawasan Pulau Sebesi
sebagai Kawasan Wisata Bahari ......................................................................... 14

2.9.1 Kesesuaian Kawasan Wisata Bahari Berdasarkan Kategori Diving ..................... 14
2.9.2 Kesesuaian Kawasan Wisata Bahari Kategori Snorkeling ................................... 15
2.9.3 Daya Dukung Kawasan Pulau Sebesi sebagai Kawasan Wisata Bahari ............. 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 18
3.1

Kesimpulan ......................................................................................................... 18

3.2

Saran .................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 19

i


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta kesesuaian kawasan wisata bahari kategori diving Pulau Sebesi.............. 14
Gambar 2. Peta kesesuaian kawasan wisata bahari kategori snorkeling Pulau Sebesi ....... 16
Gambar 3. Peta rekomendasi kesesuaian kawasan wisata bahari kategori diving dan
snorkeling Pulau Sebesi...................................................................................................... 17

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Deskripsi Stakeholder dalam Pengembangan Wisata Bahari Pulau Sebesi ............ 7
Tabel 2. Peran Stakeholder dalam Pengembangan Wisata Bahari Pulau Sebesi ................. 8
Tabel 3. Kategori Stakeholder ............................................................................................. 11
Tabel 4. Matriks kesesuaian wisata bahari kategori wisata diving ....................................... 13
Tabel 5. Matriks kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkeling ................................ 13
Tabel 6. Luas dan lokasi wilayah untuk wisata bahari kategori diving ................................. 14
Tabel 7. Luas dan lokasi wilayah untuk wisata bahari kategori snorkeling........................... 15
Tabel 8. Daya dukung kawasan di Pulau Sebesi kategori diving dan snorkeling ................. 17

DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Stakeholder yang Dipengaruhi dan Mempengaruhi dalam Pengembangan Wisata
Bahari Pulau Sebesi ............................................................................................................. 9


ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pengelolaan pariwisata saat ini cenderung tidak ramah lingkungan, sehingga

kemuidan munculah konsep pendekatan ekowisata. Ekowisata merupakan kegiatan wisata
yang ramah lingkungan yang mengadopsi prinsip pariwisata berkelanjutan. Ekowisata
berada di lingkungan yang natural dan harus berkontribusi terhadap konservasi dan
preservasi lingkungan (Pamungkas, 2013).
Daya dukung ekologi pada kegiatan wisata bahari merupakan kemampuan alam untuk
mentolerir kegiatan wisata yang dapat mempengaruhi keseimbangan sumberdaya dan
lingkungan, serta terjaga keasliannya (misalnya kawasan konservasi). Daya dukung ekologi
ditujukan untuk menganalisis jumlah maksimm wisatawan yang melakukan kegiatan wisata
bahari di dalam suatu kawasan tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem tersebut.
Gangguan keseimbangan ini diakibatkan oleh kerusakan biofisik ekosistem secara langsung
dan tidak langsung (Amir et al., 2011).
Pulau Sebesi merupakan daerah terpilih sebagai lokasi pengembangan model Daerah

Perlindungan Laut berbasis masyarakat. Pulau Sebesi dipilih setelah melalui dua tahap
seleksi di tingkat Propinsi Lampung. Ketertarikan masyarakat untuk melindungi sumberdaya
pesisir merupakan salah satu alasan dipilihnya Pulau Sebesi dalam penentuan lokasi yang
diputuskan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dan Pemerintah Provinsi
Lampung melalui PST (Tim Pengarah Provinsi) dan KTF (Kabupaten Task Force)/Pokja
Pesisir Lampung Selatan tahun 2000. Pengembangan model Daerah Perlindungan Laut
Berbasis Masyarakat dilaksanakan melalui kerjasama Proyek Pesisir PKSPL-IPB dan
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan (Wiryawan et al., 2002).
Dalam konsep pengembangan ekowisata bahari, diperlukan partisipasi yang baik dari
para stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata bahari serta kerja sama antara
pemerintah, swasta dan masyarakat menjadi hal yang penting. Pelaksanaan pengelolaan
ekowisata bahari tidak dapat terlaksana dengan baik apabila komponen stakeholder tidak
bekerja sama serta tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan dan mengembangakan
ekowisata bahari. Kerja sama antar stakehoder sangat diperlukan karena adanya banyak
kepentingan antar stakeholder (Pamungkas, 2013).

1

1.2


Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diperoleh berdasarkan pada latar belakang
diatas diantaranya sebagai berikut:

1. Siapa sajakah stakeholder yang terlibat pada pengembangan wisata bahari Pulau
Sebesi Provinsi Lampung?
2. Siapa sajakah stakeholder yang dipengaruhi dan mempengaruhi pengembangan
wisata bahari Pulau Sebesi Provinsi Lampung?
3. Siapa sajakah stakeholder kunci dalam pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi
Provinsi Lampung?
4. Bagaimana daya dukung dan kesesuaian pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi
Provinsi Lampung?
1.3

Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk menjawab masalah yang terdapat
pada rumusan masalah diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui stakeholder yang terlibat pada pengembangan wisata bahari Pulau
Sebesi Provinsi Lampung.

2. Untuk mengetahui stakeholder yang dipengaruhi dan mempengaruhi pengembangan
wisata bahari Pulau Sebesi Provinsi Lampung.
3. Untuk mengetahui stakeholder kunci dalam pengembangan wisata bahari Pulau
Sebesi Provinsi Lampung.
4. Untuk mengetahui daya dukung dan kesesuaian pengembangan wisata bahari Pulau
Sebesi Provinsi Lampung.

2

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Gambaran Umum Pulau Sebesi
Secara geografi, Pulau Sebesi terletak di Teluk Lampung dan dekat dengan Gunung

Krakatau (Pulau

Rakata)

tepatnya


pada posisi

05055’37.43"-05058’44.48"LS

dan

105027’30.50"-105030’47.54" BT. Secara administrasi, Pulau Sebesi termasuk dalam
wilayah Desa Tejang Pulau Sebesi Kecamatan Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan.
Pulau Sebesi merupakan daratan perbukitan yang sebagian besar daratan tersusun dari
endapan gunung api muda dan. Bukit tertinggi di Pulau Sebesi mencapai 884 meter dari
permukaan laut dengan bentuk kerucut yang mempunyai tiga puncak.
Akses menuju Pulau Sebesi yaitu dengan perahu motor (ojek) yang berangkat satu
kali dalam sehari, dari pelabuhan Canti yang terletak di Kalianda Lampung Selatan. Akses
lain menuju Pulau Sebesi juga dapat ditempuh dari Cilegon, Provinsi Banten dengan
menggunakan perahu motor yang biasanya mengangkut kelapa dan kopra.
2.2

Kondisi Biofisik
Ekosistem pada Pulau Sebesi meliputi ekosistem hutan, mangrove, lamun dan


terumbu karang. Pada ekosistem hutan yang ada di Pulau Sebesi merupakan hutan
sekunder, dan termasuk kawasan hutan dataran rendah. Di dalamnya, terdapat 24 jenis
tanaman (5 jenis belum teridentifikasi) yang merupakan tanaman hasil pengkayaan dan
tanaman hasil permudaan alami. Terdapat juga satwa yang terdapat di hutan Pulau Sebesi
dengan 10 spesies dari klas Aves. Pemanfaatan hutan yang ada di Pulau Sebesi oleh
masyarakat diantaranya dengan berkebun, berburu, eksploitasi hasil hutan (penebangan).
Pada ekosistem mangrove, habitat Mangrove di Pulau Sebesi hanya ada di satu lokasi yaitu
antara dusun Tejang dan Regahan Lada dengan luas sekitar 1 Ha. Kondisi hutan mangrove
di daerah ini cukup memprihatinkan akibat dari penebangan kayu dan pengambilan biota di
lokasi hutan mangrove. Pada ekosistem lamun terletak di sekitar pantai yang berpasir putih
di daerah Tejang dan Regahan Lada. Padang Lamun yang umumnya tumbuh di depan
ekosistem mangrove ini berfungsi sebagai filter alami perairan sehingga tetap bersih atau
untuk mencegah terjadinya pelumpuran. Ekosistem Terumbu Karang secara umum hampir
mengelilingi Pulau Sebesi. Ekosistem terumbu karang ini dapat ditemukan sampai
kedalaman 10 meter dari permukaan air laut (Wiryawan et al., 2002).
2.3 Kondisi Sosial Budaya
Pada awalnya penduduk Pulau Sebesi merupakan pendatang yang bekerja sebagai
buruh di kebun kelapa yang dimiliki oleh tuan tanah. Para buruh tersebut berdatangan ke
Pulau Sebesi sejak 1913. Seiring berjalannya waktu, mereka mendapat bagian untuk
3

menanami tanah kosong dengan pohon kelapa yang bertujuan dijadikan kebun dan
membentuk beberapa keluarga lalu berkumpul membentuk kelompok. Kelompok-kelompok
tersebut selanjutnya berkumpul dan membentuk desa yang kemudian dipusatkan di Dusun
Inpres Desa Tejang Pulau Sebesi. Penduduk Dano merupakan penduduk tidak tetap,
mereka kebanyakan buruh kelapa dan mempunyai tempat tinggal di luar Pulau Sebesi.
Organisasi masyarakat yang terdapat di Pulau Sebesi relatif cukup banyak baik
organisasi formal atau pun organisasi non formal. Organisasi formal yang ada di Pulau
Sebesi adalah Rukun Nelayan, Karang Taruna, Koperasi Tani dan Nelayan, dan Seksi
Keamanan Laut sedangkan organisasi non formal yang ada di Pulau Sebesi adalah Sikam
Salamban, Sikam Muahi, dan Risma.
Rukun Nelayan Mina Bahari Pulau Sebesi merupakan organisasi yang melakukan
pembinaan akan arti penting lingkungan dan wadah aspirasi bagi anggotanya. Karang
Taruna merupakan organisasi pemuda yang ada di Desa Tejang Pulau Sebesi namun saat
ini belum begitu aktif hanya lebih banyak bergerak di bidang olah raga. KOPTANALA
merupakan koperasi yang ada di Desa Tejang Pulau Sebesi yang saat ini belum aktif dan
hanya mengelola hasil Nilam dengan modal dari investor yang berasal dari Jakarta. Seksi
Keamanan Laut merupakan organisasi yang bertugas untuk menjaga laut dari pengrusakan
lingkungan yang dilakukan oleh nelayan luar atau pun nelayan Pulau Sebesi. Sikam
Salamban dan Sikam Muahi merupakan organisasi sosial yang beranggotakan beberapa
keluarga guna menghimpun dana untuk digunakan oleh anggota yang tertimpa musibah
seperti sakit, meninggal dunia dan keperluan hajatan. Risma merupakan perkumpulan
pemuda yang berbasis masjid, organisasi ini berada di tiap-tiap masjid tiap dusun. Badan
Pengelola Daerah Perlindungan Laut merupakan lembaga non formal yang dibentuk desa
berdasarkan keputusan kepala desa yang bertugas mengelola Daerah Perlindungan Laut
yang ada di Pulau Sebesi (Wiryawan et al., 2002).
2.4

Kondisi Sosial Ekonomi
Pada bidang perekonomian, penduduk Pulau Sebesi mengandalkan dari mata

pencaharian mereka dari berbagai bidang yang diantaranya bidang pertanian, peternakan,
perikanan dan perdagangan. Pada Pulau Sebesi, dari seluruh luas daratan hampir 65 %
digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Teknologi yang dipakai dalam pengolahan
lahan dan hasil pertanian dan perkebunan masih sangat sederhana. Alat yang dipakai
merupakan alat tradisional. Kegiatan peternakan di Pulau Sebesi masih sangat sederhana.
Dalam sehari-harinya, pada pagi hari hewan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau hanya
dilepaskan di alam guna mencari makan, selanjutnya di sore hari dimasukkan ke dalam
kandang yang biasanya tidak jauh dari pemukiman penduduk.
4

Perikanan tangkap merupakan usaha perikanan yang terdapat di Pulau Sebesi. Alat
tangkap yang dipakai nelayan Pulau Sebesi adalah pancing kotrek, pancing rawe, dan bubu.
Nelayan yang menggunakan alat pancing memakai perahu jukung dengan motor tempel
(gantar) 5,5 PK dengan operasi penangkapan mulai dari pagi sampai siang. Daerah
penangkapan ikan berada di sekitar tendak (rumpon) yang di pasang di sekitar Pulau
Sebesi. Nelayan yang menggunakan bubu biasanya memasang bubu pada sore hari atau
malam hari lalu diangkat pada pagi hari untuk diambil ikannya. Pada umumnya, hasil ikan
yang ditangkap oleh nelayan akan dijual kepada penampung yang kemudian dijual kepada
masyarakat Pulau Sebesi dan Kalianda serta sebagian kecil dijual langsung ke penduduk.
Tata niaga hasil tangkapan ikan nelayan sangat sederhana. Ikan biasanya langsung
dijual kepada pengumpul atau dikonsumsi oleh keluarga nelayan. Nelayan yang diberi
modal oleh pengumpul biasanya menjual hasil tangkapan kepada pengumpul dengan harga
yang ditetapkan oleh pengumpul. Hasil pembelian ikan oleh pengumpul biasanya dijual
kepada penduduk di Desa Tejang Pulau Sebesi dan sebagian dijual di Kota Kalianda.
Penduduk Pulau Sebesi, biasanya pada perdagangan hasil pertanian kelapa akan
dijual kepada pengumpul yang selanjutnya akan dijual langsung ke penampung di Cilegon
untuk kemudian dipasarkan di beberapa pasar tradisional di Pulau Jawa. Sebagian lagi dari
hasil pertanian kela[a biasanya akan diolah menjadi kopra yang kemudian hasilnya dijual
kepada perusahaan pembuat minyak kelapa di Lampung atau di Pulau Jawa. Hasil
pertanian pisang biasanya dijual langsung oleh petani ke penampung di Cilegon untuk dijual
di pasar tradisional di Pulau Jawa (Wiryawan et al., 2002).

5

2.5

Analisis Stakeholder
Stakeholder merupakan sekelompok orang (individu, organisasi, asosiasi dan atau

bagian terkecil lainnya) yang memiliki keterikatan didalam proyek dan juga memberikan
kontribusi dan dampak pada hasil akhir proyek (Weaver, 2002).
Dalam melaksanakan konsep pengembangan ekowisata tentunya diperlukan
partisipasi yang cukup baik dari para stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan
ekowisata. Pengukuran kapasitas stakeholder dalam mengembangkan jejaring kerjasama
dalam kegiatan ekowisata dapat menjadi suatu baseline bagi keberhasilan pengelolaan
ekowisata yang berkelanjutan. Kapasitas jejaring kerjasama ini mencakup kapasitas untuk
mengidentifikasi sumber daya, menjalankan program, serta juga mengelola dan menjadi
sumber daya bagi program (Pamungkas, 2013).
Menurut Mikalsen dan Svein (2001), terdapat 3 tipe stakeholder:
1. Definitive, kelompok atau individu dengan 3 atribut;
2. Expectant, kelompok atau individu dengan 2 atribut;
3. Latent, kelompok atau individu dengan 1 atribut.
Sedangkan dalam stakeholder terdapat 3 atribut yang diantaranya:
1. Legitimacy, kelompok yang memiliki klaim legal, dengan tujuan pengelolaan MPA
2. Power, kelompok yang berada dalam posisi untuk mempengaruhi keputusan
manajemen MPA
3. Urgency, kelompok yang menuntut perhatian segera dari pemerintah

6

2.5.1

Deskripsi dan Peran Stakeholder dalam Pengembangan Wisata Bahari
Pulau Sebesi

Stakeholder dalam pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi Provinsi Lampung
ditunjukkan oleh tabel berikut:
Tabel 1. Deskripsi Stakeholder dalam Pengembangan Wisata Bahari Pulau Sebesi
No

Stakeholder

Kategori Stakeholder

1

Pemerintah Provinsi Lampung

Pemerintah Pusat

2

BAPPENAS

(Badan

Perencanaan Pemerintah Pusat

Pembangunan Nasional)
3

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan

Pemerintah Daerah

4

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Pemerintah Daerah

5

Dinas Kelautan dan Perikanan

Pemerintah Daerah

6

BAPPEDA

(Badan

Perencanaan Pemerintah Daerah

Pembangunan Daerah)
7

USAID

(United

States

Agency

fo Lembaga Pemerintah

Internasional Development)
8

PKSPL-IPB

(Pusat

Kajian

Sumberdaya Peneliti / Akademisi

Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor)
9

Otoritas Wisata Bahari Pulau Sebesi

Balai Pengelola

10

Operator Tour Guide

Industri Pariwisata

11

Divers

Industri Pariwisata

12

Penginapan (cottage)

Industri Pariwisata

13

Rukun Nelayan Mina Bahari

LSM

14

Seksi Keamanan Laut

LSM

15

KOPTANALA

LSM

16

Nelayan

Masyarakat

17

Masyarakat Lokal

Masyarakat

18

Masyarakat Luas

Masyarakat

19

Wisatawan

Masyarakat domestik/mancanegara

20

Media

Swasta

7

Berikut ini adalah peran masing-masing stakeholder dalam pengembangan wisata
bahari Pulau Sebesi Provinsi Lampung:
Tabel 2. Peran Stakeholder dalam Pengembangan Wisata Bahari Pulau Sebesi
No

Stakeholder

1

Lembaga Pemerintah

2

3

4

5

Peran

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Balai Pengelola
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Industri Pariwisata
1.
2.
3.
4.
5.
Lembaga Penelitian
1.
2.
3.
Lembaga
Swadaya 1.
2.
Masyarakat (LSM) dan
3.
4.
Masyarakat

Membuat peraturan mengenai wisata bahari
Mengalokasikan pendanaan pembangunan wisata
Membentuk kelompok penggerak pariwisata
Mengadakan pendidikan dan pelatihan
Mengkoordinasikan pengembangan kegiatan
Mengarahkan masyarakat lokal
Membuat peraturan dan hukuman
Melakukan pengawasan kawasan wisata bahari
Menyediakan sistem infrastruktur pendukung
Mengkoordinasikan program
Melestarikan lingkungan dan budaya kawasan
Melakukan pengembangan kegiatan
Mengarahkan wisatawan
Melakukan pengembangan kegiatan wisata bahari
Melakukan pemasaran
Melakukan pendampingan dan kerjasama
Membuka kesempatan peluang kerja
Mengarahkan wisatawan
Melakukan inventarisasi potensi kawasan wisata bahari
Memberikan pendidikan dan pelatihan
Melakukan penelitian berkelanjutan
Melakukan pengembangan kegiatan wisata bahari
Memberikan dukungan dan komitmen
Menjadi sukarelawan
Melakukan pengawasan kawasan

8

2.5.2 Stakeholder yang Dipengaruhi dan Mempengaruhi dalam Pengembangan
Wisata Bahari Pulau Sebesi
Penentuan stakeholder yang dipengaruhi dan mempengaruhi dalam pengembangan
wisata bahari Pulau Sebesi Provinsi Lampung, dilakukan analisa berdasarkan peran dari
masing-masing stakeholder. Berdasarkan hasil analisa diperoleh daftar stakeholder yang
memberikan pengaruh dan mendapatkan pengaruh dalam pengembangan wisata bahari
Pulau Sebesi adalah sebagai berikut :
Stakeholder

Yang dipengaruhi:

Yang mempengaruhi:
- Pemerintah
Provinsi
Lampung
- BAPPENAS
- Pemerintah
Kabupaten
Lampung Selatan
- Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
- Dinas
Kelautan
dan
Perikanan
- BAPPEDA
- USAID
- Otoritas Wisata Bahari
Pulau Sebesi
- Rukun
Nelayan
Mina
Bahari
- Seksi Keamanan Laut
- KOPTANALA
- PKSPL-IPB
- Media

-

Divers
Operator Tour Guide
Penginapan (cottage)
Nelayan
Masyarakat Lokal
Masyarakat Luas
Wisatawan

Bagan 1. Stakeholder yang Dipengaruhi dan Mempengaruhi dalam
Pengembangan Wisata Bahari Pulau Sebesi

9

2.5.3 Stakeholder Berdasarkan Kategori
Masing-masing stakeholder yang ada memiliki kekuasaan yang terpisah berdasarkan
pada kekuasaan politik dan kekuasaan tradisional sebagai berikut :
Tabel 3. Kekuasaan Politik Stakeholder
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Kekuasaan Tinggi
Pemerintah
Provinsi
Lampung
BAPPENAS
Pemerintah
Kabupaten
Lampung Selatan
Dinas
Pariwisata
dan
Kebudayaan
Dinas
Kelautan
dan
Perikanan
BAPPEDA
USAID
Otoritas Wisata Bahari
Pulau Sebesi

Kekuasaan Sedang
Rukun Nelayan Mina Bahari

Kekuasaan Rendah
PKSPL-IPB

Seksi Keamanan Laut
KOPTANALA

Sebesi Divers
Operator Tour Guide
Penginapan (cottage)
Nelayan
Masyarakat Lokal
Masyarakat Luas
Wisatawan

9

Media

Tabel 4. Kekuasaan Tradisional Stakeholder
No

Kekuasaan Tinggi

Kekuasaan Sedang

Kekuasaan Rendah

1

Nelayan

Sebesi Divers

Pemerintah

Provinsi

Lampung
2

Masyarakat Lokal

Operator Tour Guide

3

Masyarakat Luas

Otoritas Wisata Bahari Pulau Pemerintah

4

BAPPENAS
Kabupaten

Sebesi

Lampung Selatan

BAPPEDA

Dinas

Pariwisata

dan

Kebudayaan
5

Rukun Nelayan Mina Bahari

Dinas

Kelautan

dan

Perikanan
6

USAID

7

Penginapan (cottage)

8

Wisatawan

9

Media

10

Seksi Keamanan Laut

11

KOPTANALA

12

PKSPL-IPB
10

2.5.4

Kategori Stakeholder

Pengembangan wisata bahari dalam pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil
berbasis kesesuaian dan daya dukung dengan studi kasus pulau sebesi Provinsi Lampung,
memiliki stakeholder didalamnya. Kategori stakeholder dalam studi kasus ini dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 5. Kategori Stakeholder
No

Kategori Stakeholder

Urgency

Power

Legitimacy Total

Definitive
1

Pemerintah Provinsi Lampung

3

3

3

9

2

BAPPENAS

3

3

3

9

3

3

3

3

9

4

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

3

3

3

9

5

Dinas Kelautan dan Perikanan

3

3

3

9

6

BAPPEDA

3

3

3

9

7

USAID

3

2

3

8

8

PKSPL-IPB

3

2

3

8

9

Otoritas Wisata Bahari Pulau Sebesi

3

3

3

9

10

Nelayan

3

3

3

9

Expectant
11

Masyarakat Lokal

3

2

3

8

12

Masyarakat Luas

2

1

2

5

13

Rukun Nelayan Mina Bahari

2

2

2

6

14

Seksi Keamanan Laut

2

2

2

6

15

KOPTANALA

2

2

2

6

Latent
16

Media

1

1

1

3

17

Wisatawan

1

1

1

3

18

Operator Tour Guide

1

2

1

4

19

Divers

1

2

1

4

20

Penginapan (cottage)

1

2

1

4

11

2.5.5 Stakeholder kunci
Stakeholder kunci adalah stakeholder yang mempunyai kepentingan dan pengaruh
yang besar terhadap pengembangan dan pengelolaan kawasan ekowisata bahari.
Stakeholder kunci dalam pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi Provinsi Lampung
ditentukan berdasarkan pada hasil pengkategorian stakeholder dimana stakeholder dengan
total nilai tertinggi merupakan stakeholder kunci.
Berdasarkan hasil skoring analisa kategori stakeholder, stakeholder kunci dalam
pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi Provinsi Lampung dengan memiliki skor
tertinggi yaitu 9 diantaranya adalah Nelayan, Pemerintah Provinsi Lampung, BAPPENAS,
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas
Kelautan dan Perikanan, BAPPEDA, dan Otoritas Wisata Bahari Pulau Sebesi
2.6

Program Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Pulau Sebesi
Pulau Sebesi merupakan satu-satunya pulau di sekitar Gunung Krakatau yang

berpenghuni. Pulau Sebesi merupakan pulau yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi
salah satu Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) yang berbasis pada ekologi. Ekosistem
terumbu karang ini dapat ditemukan sampai kedalaman 10 meter dari permukaan air laut.
Ikan karang yang ditemukan di daerah terumbu karang Pulau Sebesi sebanyak 168 spesies
dalam 28 famili (Wiryawan et al. 2002).
Dengan adanya sumberdaya alam yang beragam dalam pulau ini, misalnya ekosistem
terumbu karang, akan mendukung dalam pengembangan kawasan wisata bahari pada
Pulau Sebesi. Ekosistem terumbu karang akan menarik para wisatawan untuk menikmati
keindahan alam ini. Dalam program pengembangan kawasan wisata bahari ini diperlukan
analisis kesesuaian kawasan wisata bahari sehingga pada nantinya akan menjadi salah satu
objek daerah tujuan wisata yang berbasis pada ekologi tanpa merusak sumberdaya alam.
2.7

Analisis Kesesuaian Kawasan Wisata Bahari
Pada ekosistem terumbu karang, akan menarik para wisatawan untuk menikmati

keindahan alam dengan wisata diving dan snorkeling. Kesesuaian wisata bahari kategori
wisata diving mempertimbangkan enam parameter dengan empat klasifikasi penilaian.
Parameter kesesuaian wisata bahari kategori wisata diving antara lain kecerahan perairan,
tutupan karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu
karang yang dapat dilihat pada Tabel 4.

12

Tabel 6. Matriks kesesuaian wisata bahari kategori wisata diving

Sumber: Yulianda (2007) dalam Johan et al., (2011)
Kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkeling mempertimbangkan tujuh
parameter dengan empat klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata bahari kategori
wisata snorkeling antara lain kecerahan perairan, tutupan karang, jenis life form, jenis ikan
karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang, dan lebar hamparan datar karang yang
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 7. Matriks kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkeling

Sumber: Yulianda (2007) dalam Johan et al., (2011)
Analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) merupakan lanjutan dari matriks kesesuaian
wisata bahari kategori wisata diving dan wisata snorkeling dengan Sistem Informasi
Geografis (SIG) yang menggunakan software ArcGIS. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)
mengacu pada Yulianda (2007) dalam Johan et al., (2011).
2.8

Analisis Daya Dukung (Carrying Capacity) Kawasan Wisata Bahari
Daya Dukung Kawasan (DDK) merupakan jumlah maksimum pengunjung yang secara

fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan
gangguan pada alam dan manusia. Analisis daya dukung (carrying capacity) kawasan
wisata bahari Pulau Sebesi mengacu pada Yulianda (2007) dalam Johan et al., (2011).

13

2.9

Hasil dan Pembahasan Kesesuaian Daya Dukung Kawasan Pulau Sebesi
sebagai Kawasan Wisata Bahari

2.9.1 Kesesuaian Kawasan Wisata Bahari Berdasarkan Kategori Diving
Analisis kesesuaian wisata bahari kategori diving dilakukan pada lokasi dengan
kedalaman 10 meter dari permukaan air laut. Tujuan wisata bahari kategori diving salah
satunya yaitu para wisatawan dapat melihat keindahan bawah laut dari dalam perairan
dengan peralatan SCUBA.
Secara keseluruhan luas dan lokasi wilayah untuk wisata bahari kategori diving
berdasarkan tingkat kesesuaiannya disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 1.
Tabel 8. Luas dan lokasi wilayah untuk wisata bahari kategori diving

Sumber: Johan et al., (2011)

Gambar 1. Peta kesesuaian kawasan wisata bahari kategori diving Pulau Sebesi
14

Berdasarkan hasil analisis matriks kesesuaian kawasan pengembangan wisata bahari
kategori diving yang dilakukan di sekitar kawasan terumbu karang di perairan Pulau Sebesi,
bahwa keseluruhan lokasi memenuhi syarat untuk wisata bahari kategori diving. Tutupan
komunitas karang tertinggi kategori sesuai dengan nilai 50-2 meter) akan mengurangi dampak kerusakan terumbu karang.
Hasil overlay antara kategori diving dengan snorkeling menunjukan bahwa kelas S2
(sesuai) untuk wisata bahari kategori diving serta dapat ditemui di Pulau Umangumang dan
15

Segenom. Sedangkan untuk wisata bahari kategori snorkeling hampir di seluruh lokasi di
Pulau Sebesi kecuali di Segenom dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 2. Peta kesesuaian kawasan wisata bahari kategori snorkeling Pulau Sebesi
2.9.3

Daya Dukung Kawasan Pulau Sebesi sebagai Kawasan Wisata Bahari

Pulau Sebesi merupakan pulau yang memiliki luasan terumbu karang sebesar
25.650.700 m2 (256.51 ha). Kegiatan wisata bahari yang dapat dilakukan di Pulau Sebesi
diantaranya wisata bahari kategori diving dan kategori snorkeling. Luas daerah terumbu
karang yang dapat dimanfaatkan dalam kategori diving yaitu 595.300 m2 (59.53 ha)
sedangkan kategori snorkeling yaitu 622.320 m2 (62.23 ha). Hasil perhitungan daya dukung
kawasan (DDK) di Pulau Sebesi dapat dilihat pada Tabel 5.
Menurut Lim (1998) dalam Johan et al., (2011), daya dukung suatu kawasan adalah
jumlah wisatawan suatu kawasan yang dapat diakomodasi dengan tingkat kepuasan
wisatawan yang tertinggi dan berdampak minimal pada sumberdaya.
Menurut Clark (1996) dalam Johan et al., (2011), daya dukung merupakan cara
menerapkan konsep dimana ada pembatasan dalam pemanfaatan sumberdaya. Hal ini
untuk menjaga kelestarian sumberdaya secara berkelanjutan tanpa menimbulkan kerusakan
sumberdaya dan lingkungan. Daya dukung yang ada lebih sering diterapkan sebagai batas
kegiatan wisata.

16

Gambar 3. Peta rekomendasi kesesuaian kawasan wisata bahari kategori diving dan
snorkeling Pulau Sebesi
Tabel 10. Daya dukung kawasan di Pulau Sebesi kategori diving dan snorkeling

Sumber: Johan et al., (2011)
Berdasarkan hasil dari analisis daya dukung kawasan (DDK) di Pulau Sebesi
diperoleh bahwa kegiatan wisata bahari kategori diving yaitu 2.394 orang/hari dan wisata
bahari untuk kategori snorkeling yaitu 2.489 orang/hari.

17

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan dan analisa yang telah di lakukan terhadap
stakeholder dalam pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi Provinsi Lampung
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Stakeholder

pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi Provinsi Lampung

meliputi berbagai kelompok yang diantaranya pemerintah pusat, pemerintah daerah,
otoritas wisata bahari Pulau Sebesi, LSM, industri pariwisata dan masyarakat
2. Nelayan, Pemerintah Provinsi Lampung, BAPPENAS, Pemerintah Kabupaten
Lampung Selatan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Kelautan dan
Perikanan, BAPPEDA, dan Otoritas Wisata Bahari Pulau Sebesi sebagai stakeholder
kunci

yang

mempunyai

kepentingan

dan pengaruh

yang

besar

terhadap

pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi Provinsi Lampung.
3. Kesesuaian kawasan wisata bahari dalam kondisi S2 (sesuai) untuk kategori diving
terdapat di sekililing Pulau Umang-umang dan Segenom dengan luasan 595.300 m2
(59.53 ha) sedangkan kategori snorkeling dapat ditemukan di Bangunan, Regan
Lada dan Sianas dengan luasan 622.320 m2 (62.23 ha). Sedangkan daya dukung
(carryng capacity) kawasan wisata bahari kategori diving 2.394 orang/hari dan
kategori snorkeling 2.489 orang/hari.
3.2 Saran
Kerjasama antara berbagai kelompok stakeholder yang berperan penting dalam
pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi Provinsi Lampung merupakan kunci utama
dalam kesuksesan pengelolaan kawasan wisata bahari. Selain itu perlu diperhatikan dalam
pengembangan wisata bahari ini tetap mengutamakan aspek kelestarian lingkungan agar
tetap terjadi keseimbangan antara usaha konservasi lingkungan dengan perkembangan
ekonomi.

18

DAFTAR PUSTAKA
Amir S., F. Yulianda., D.G Bengen., M. Boer. 2011. Optimasi Pemanfaatan Wisata Bahari
Bagi Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Berbasis Mitigasi (Kasus Kawasan Gili Indah
Kabupaten Lombok Utara Propinsi Nusa Tenggara Barat). Jurnal Agribisnis Vol.III
No.12 Hal:192-199
Johan, Y., F. Yulianda., V.P Siregar., Ita K. 2011. Pengembangan Wisata Baharidalam
Pengelolaan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Berbasis Kesesuaian Dan Daya
Dukung – Studi Kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung. Prosiding Seminar
Nasional Departemen Pengelolaan Pesisir dan Lautan Sekolah Pascasarjana IPB.
Mikalsen Knut H dan Svein Jentoft, 2001. From user-groups to stakeholders? The public
interest in fisheries management. Journal of Marine Policy No. 25 (281–292)
Pamungkas, Gilang. 2013. Ekowisata Belum Milik Bersama : Kapasitas Jejaring Stakeholder
dalam Pengelolaan Ekowisata (Studi Kasus : Taman Nasional Gunung Gede
Pangrangno). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol XXIV : 49-64
Wiryawan B, Yulianto I, Haryanto B. 2002. Rencana Pembangunan dan Pengelolaan Pulau
Sebesi. Desa Tejang Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan. Penerbitan Khusus Proyek Pesisir. Coastal Recources Center- University
of Rhode Island.
Weaver, P. Bourne L. 2002. Concept for a Stakeholder CircleManagement Tool. Presented
at the PMI Melbourne Chapter Conference, Maximizing Project Value in 21 October

19

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15