MAKALAH PRESENTASI KASUS HALUSINASI TB

MAKALAH PRESENTASI KASUS HALUSINASI
1. Tinjauan Teori Halusinasi
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca
indra (Isaacs, 2002). Sedangkan menurut Direja (2011) halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangasanga internal (pikiran)
dan rangsangan eksternal (dunia luar). Kien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
Menurut Maramis (2005) halusinasi merupakan gangguan atau perubahan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.
Menurut Stuart (2007) halusinasi adalah kesan respon dan pengalaman
sensori yang salah (Stuart, 2007). Beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpukan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.. Berbeda dengan ilusi
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi
pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus
internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien.
a. Jenis
Jenis halusinasi terbagi dalam:


Jenis Halusinasi
Prosentase
Pendengaran (auditorik) 70 %

Karakteristik
Mendengar suara-suara

atau

kebisingan,

paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata
yang jelas berbicara tentang klien bahkan
sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang
atau lebih tentang orang yang mengalami
halusinasi.

Penglihatan (Visual)


20 %

Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya,
gambar geometris, gambar kartun, bayangan
yang rumit atau kompleks, bayangan bisa
menyenangkan

Penghidu (olfactory)

atau

menakutkan

seperti

melihat monster.
Membaui bau-bauan tertenru seperti bau
darah, urine atau feces. Umumnya bau-bauan


Pengecapan (gustatory)

yang tidak menyenangkan.
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,

Perabaan (tactile)

urine atau feces.
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas, Rasa tersetrum listrik
yang datang dari tanah, benda mati atau orang

Cenesthetic

lain.
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di
vena atau arteri, pencernaan makanan atau

Kinesthetic


pembentukan urine.
Merasakan pergerakan

sementara

tanpa bergerak
B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
a. Faktor Predisposisi
1. Genetic
Setelah diketahui secara genetik bahwa halusinasi di turunkan melalui
kromoson-kromoson namun demikian yang beberapa yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen
halusinasi ada kromozom no 6 dengan kontribusi genetik tambahan no 4, 8, 15,
dan 22 (Dan Carpenter, 2002) anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami halusinasi sebesar 50% jika salah satunya mengalami halusinasi
sementara dizigote peluangnya sebesar 15%, orang anak yang salah satunya orang
tua yang mengalami halusinasi, sementara bila kedua orang tuanya halusinasi
maka peluangnya mencapai 35% (Rasmun,2001).
2. Biologis


berdiri

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan halusinasi. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya halusinasi.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien
dengan halusinasi kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi
korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
3. Neuraotransmiter
Halusinasi juga di sebabkan adanya kehidupan seimbang neurotransmitter
dopamine berlebihan tidak seimbang dengan kadar serolonine
4. Abnormal perkembangan saraf

5. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
6. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres.
b. Faktor Prespitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,

putus asa dan tidak berdaya. Menurut Stuart (2007). faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis (mekanisme penghantar listrik yang abnormal)
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2. Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber Koping (proses pengolahan informasi yang berlebih)
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.

C. MANIFESTASI KLINIK
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri
tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi:
1. Tahap 1 : Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum
halusinasi merupakan suatu kesenangan
Gejala klinis:
a. Data Subjektif
1) Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
3) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran

(jika kecemasan dikontrol).

b. Data Objektif
1) Menyeriangai, tersenyum sendiri/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara/tanpa suara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2 : Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi
menyebabkan rasa antipasti/ bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a. Data Subjektif
1) Pengalaman sensori menakutkan
2) Mulai merasa kehilangan kontrol
3) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
4) Menarik diri dari orang lain
5) Non Psikotik
b. Data Objektif
1) Cemas, peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
2) Konsentrasi menurun, rentang perhatian menyempit

3) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita
3. Tahap 3 : Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak
dapat ditolak lagi (halusinasi bersifat mengendalikan)
Gejala klinis:
a. Data Subjektif
1) Pasien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.
2) Isi halusinasi menjadi antraktif
3) Kesepian bila sensori berakhir
4) Psikotik
b. Data Objektif
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)
4. Tahap 4 : Menguasai tingkat kecemasan panik secara umum diatur dan
dipengaruhi oleh waham (halusinasi bersifat menaklukkan).
Gejala klinis:
a. Data Subjektif

1) Pengalaman sensori menjadi ancaman
2) Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika
tidak diintervensi)
3) Psikotik
b. Data Objektif
1) Perilaku panik
2) Pasien mengikuti halusinasi
3) Tidak mampu mengendalikan diri
4) Tindakan kekerasan, agitasi menarik diri atau ketakutan
5) Tidak mampu mengikuti perintah nyata dan perintah yang kompleks
6) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
7) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

D. PSIKOPATOLOGI
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (Core Problem)

Isolasi sosial : Menarik diri


Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
E. PENATALAKSANAAN
a. Medis (Psikofarmako)
1) Chlorpromazine
a)Indikasi :
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma
social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental
seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan seharihari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan
kegiatan rutin.
b)Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya
system ekstra pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar
sadar atau tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti
mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
- Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome
parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresan.

e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg.
Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg
pada malam hari saja.
2) Haloperidol (HLP)
a)Indikasi :
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi
kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi dan inhibisi psikomotor
- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk
injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan
pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
3) Trihexyphenidil (THP)
a) Indikasi:
dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk
pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri)
dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat
obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.

b) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson,
dan antikolinergik lainnya.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi
(gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP),
glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat,
dan obstruksi saluran edema.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai
anti parkinson.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b. Isolasi sosial
c. Resiko periaku mencederai diri
d. Harga diri rendah

G. FOKUS INTERVENSI
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi
a. Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
b. Tujuan khusus
1) TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan
rasa senang,

ada

kontak

mata,

mau

berjabat tangan, mau menyebutkan nama,
mau

menjawab

berdampingan

salam,

dengan

mau

duduk

perawat,

mau

mengutarakan masalah yang dihadapi.

INTERVENSI

RASIO

Bina hubungan saling percaya dengan :

Hubungan saling percaya

1. Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non merupakan dasar untuk
verbal.

memperlancar hubungan

2. Perkenalkan diri dengan sopan.

interaksi selanjutnya.

3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai klien.
4. Jelaskan tujuan pertemuan.
5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien

2) TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi
Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan waktu,

isi dan frekuensi

timbulnya

halusinasi.
b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
INTERVENSI

RASIO

1. Adakan kontak sering dan singkat secara Kontak sering dan singkat selain
bertahap.

upaya membina hubungan saling
percaya juga dapat memutuskan
halusinasinya

2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan Mengenal
halusinasinya.

Bicara

dan

tertawa

tanpa halusinasi

stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan perawat

perilaku

pada

saat

timbul

memudahkan

dalam

melakukan

seolah-olah ada teman bicara.

intervensi

3. Bantu klien mengenal halusinasinya dengan Mengenal
cara :

halusinasi

memungkinkan

a. Jika

menemukan

klien

yang

sedang menghindari

klien
faktor

untuk
timbulnya

halusinasi tanyakan apakah ada suara yang halusinasi.
di dengar.
b. Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang
dikatakan.
c. Katakan bahwa perawat percaya klien
mendengar suara itu, namun perawat sendiri
tidak mendengarnya (dengan nada sahabat
tanpa menuduh/menghakimi).
d. Katakan pada klien bahwa ada juga klien
lain yang sama seperti dia.
e. Katakan bahwa perawat akan membantu
klien.
4. Diskusikan dengan klien tentang
a. Situasi

yang

Dengan mengetahui waktu, isi dan

menimbulkan/tidak frekuensi

menimbulkan halusinasi.

munculnya

mempermudah

halusinasi
tindakan

b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi keperawatan yang akan dilakukan
(pagi, siang, sore dan malam atau jika perawat.
sendiri, jengkel, sedih)
5. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan

Mengidentifikasi

jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, halusinasi pada klien
tenang)

beri

kesempatan

mengungkapkan

perasaan.

3) TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Kriteria evaluasi :
a) Klien

dapat

menyebutkan

tindakan

dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.

yang

biasanya

pengaruh

b) Klien dapat menyebutkan cara baru.
c) Klien

dapat

memilih

cara

mengatasi

halusinasi

seperti

yang telah didiskusikan dengan klien.
d) Klien

dapat

melakukan

cara

yang

telah

dipilih

untuk

mengendalikan halusinasi.
e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.

INTERVENSI

RASIO

1. Identifikasi bersama klien tindakan
dilakukan jika

yang

Upaya

untuk

memutus

siklus

terjadi halusinasi (tidur, marah, halusinasi sehingga halusinasi tidak

menyibukkan diri sendiri dan lain-lain)

berlanjut.

2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien,
jika bermanfaat beri pujian.

Reinforcement dapat mneingkatkan
harga diri klien.

3. Diskusikan cara untuk memutus/ mengontrol Memberikan
timbulnya halusinasi :

alternatif

pilihan

untuk mengontrol halusinasi.

a. Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada
saat halusinasi muncul.
b. Menemui orang lain atau perawat, teman atau
anggota keluarga yang lain untuk bercakapcakap atau mengatakan halusinasi yang
didengar.
c. Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi
tidak sempat muncul.
d. Meminta

keluarga/teman/perawat,

jika

tampak bicara sendiri.
4. Bantu

klien

memilih

cara

dan

melatih

Memotivasi dapat meningkatkan

cara untuk memutus halusinasi secara bertahap, keinginan klien untuk mencoba
misalnya dengan :

memilih salah satu cara untuk

a. Melakukan ibadah.

mengendalikan

b. Membersihkan rumah dan alat-alat rumah dapat
tangga.
c. Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat

klien.

halusinasi

meningkatkan

harga

dan
diri

(pengajian, gotong royong).
d. Mengikuti kegiatan olah raga di kampung
(jika masih muda).
e. Mencari teman untuk ngobrol.
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang Memberi kesempatan kepada klien
telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian untuk mencoba cara yang telah
jika berhasil.

dipilih.

6. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas Stimulasi
kelompok,

orientasi

realita

dan

persepsi

dapat

stimulasi mengurangi perubahan interprestasi

persepsi.

realitas akibat halusinasi.

4) TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
Kriteria evaluasi :
a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
b) Keluarga

dapat

menyebutkan pengertian, tanda dan

tindakan untuk mengendalikan halusinasi.

INTERVENSI

RASIO

1. Membina hubungan saling percaya dengan

Hubungan

menyebutkan nama, tujuan pertemuan dengan merupakan
sopan dan ramah.

saling
dasar

percaya
untuk

memperlancar hubungan interaksi
selanjutnya.

2. Anjurkan klien menceritakan halusinasinya Mengetahui pengetahuan keluarga
kepada keluarga. Untuk mendapatkan bantuan tentang halusinasi dan menambah
keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

pengetahuan keluarga cara merawat
anggota keluarga yang mempunyai
masalah halusinasi.

3. Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung Menambah
tenang :
a. Pengertian halusinasi
b. Gejala halusinasi yang dialami klien.

pemahaman

klien

tentang halusinasi yang dirasakan

c. Cara yang dapat dilakukan klien dan
keluarga untuk memutus halusinasi.
d. Cara merawat anggota

keluarga yang

berhalusinasi di rumah, misalnya : beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian bersama.
e. Beri informasi waktu follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak
terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang
lain dan lingkungan.
5) TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria evaluasi :
a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan
efek samping obat.
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa
konsutasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan
obat.

INTERVENSI

RASIO

1. Diskusikan dengan klien dan keluarga Dengan
tentang dosis dan frekuensi serta manfaat frekuensi
minum obat.

diharapkan

menyebutkan
dan

dosis,

manfaat

klien

obat

melaksanakan

program pengobatan.
2. Anjurkan klien minta sendiri obat pada
perawat dan merasakan manfaatnya.

Menilai kemampuan klien dalam
pengobatannya sendiri.

3. Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter Dengan mengetahui efek samping
tentang mafaat dan efek samping obat yang klien akan tahu apa yang harus
dirasakan.

dilakukan setelah minum obat.

4. Diskusikan akibat berhenti minum obat Program pengobatan dapat berjalan
tanpa konsultasi dengan dokter.

dengan lancar.

5. Bantu klien menggunakan obat dengan Rasional : Dengan mengetahui
prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat, prinsip penggunaan obat, maka
benar waktunya, benar caranya, benar kemandirian
pasiennya).

pengobatan

klien
dapat

ditingkatkan

secara bertahap.
2.

TINJAUAN KASUS
I.

Pengkajian
A. Identitas
Nama
Umur
Jenis Klamin
Alamat
Pendidikan
Agama
Tgl Masuk
Dx. Medis

untuk

: Tn. I
: 30 th
: laki-laki
: bantul, yogyakarta
: SMP
: Islam
: 01 juni 2016
: F 20.0 (Skizofrenia paranoid)

B. Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Tn.s
Umur
: 37 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: bantul, yogakarta
Hub. Dengan Klien : saudara
C. Alasan Masuk
Pasien sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri
D. Faktor Perdisposisi
klien sakit kurang lebih 2 th yang lalu. klien sebelumnya belum
pernah mengalami gangguan jiwa klien tidak mengalami trauma
aniaya fisik,seksual,kekerasan dalam keluarga serta tindakan
kriminal. Dalam anggota keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa. Klien juga tidak mengalami pengalaman yang
buruk
E. Penkajian fisik

Keadaan umum
: baik
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 18 x/menit
TB
: 172 cm
N
: 88 x/menit
S
: 36°c
BB
: 56 kg
F. Penkajian fisikososial
Genogram

Keterangan:
: laki-laki
meninggal
: perempuan
: tinggal serumah
meninggal

:

laki-laki

: pasien
:

perempuan

G. Pola asuh
klien mengatakan tinggal bersama kedua orang tuanya
Sejak kecil Tn.I di asuh oleh kedua orang tuanya, bersama dengan
kedua kakak laki-lakinya, Tn.I sangat rajin membantu kedua orang
tuanya di rumah
H. Konsep diri
a. Gambaran diri
klien mengatakan bersyukur dengan apa yang ada pada
tubuhnya. Pasien mengatakan walaupun saya kurus tapi saya
tinggi
b. Identitas diri

c.

d.

e.

f.

g.

Klien mengatakan dirinya adalah seorang laki-laki berumur 30
th belum menikah dan belum mempunyai keluarga sendiri
Peran diri
Klien mengatakan adalah seorang anak yang belum
mempunyai pekerjaan dan belum berkeluarga
Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali berkumpul
dengan keluarganya di rumah terutama ibunya. Pasien ingin
bekerja.pasien juga ingin memulai hidup dalam keluarga atau
hidup berkeluarga
Harga diri
Klien mengatakan walaupun harapan saya belum tercapai saya
tetap berusaha dan tetap optimis
Hubungan sosial
a) Orang yang berarti :
b) Peran dalam kegiatan kelompok :
- Sebelum sakit, klien lebih senang berkumpul dan pergi
jalan-jalan.Hubungan dengan keluarga juga baik namun
2 bulan terakhir ini klien sering menyendiri dan banyak
diam tidak mau bicara .
- Saat di rumah sakit, pasien tampak aktif di lingkungan
rumah sakit, pasien mau berbicara jika di tanya
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
- Sebelum sakit , pasien kurang bisa bergabung atau
berinteraksi dengan orang lain
- Saat di rumah sakit, pasien bisa bergabung dengan
orang lain dengan baik
Spiritual
a) Nilai kepercayaan :
Pasien mengatakan sakit ini adalah cobaan dari ALLAH
SWT dan pasien percaya akan kesembuhanya
b) Kegiatan ibadah :
Pasien mengatakan ibadah 5 waktu

h. Status mental
1. Penampilan umum
Klien berpenampilan tidak rapi dalam berpakaian, kukunya
panjang,gigi kuning dan bau mulut. klien juga tidak
memakai alas kaki /sandal
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan nada rendah dan klien juga terlihat
komat-kamit sendiri.

3. Aktivitas motorik
Gerakan tubuh klien lambat dan lesu namun klien mau
mengikuti
kegiatan
dirumah
sakit
seperti
menyapu,mengepel dan mencuci piring
4. Alam perasan
Klien tampak khawatir jika mendengar bisikan-bisakan itu
datang .
5. Afek
Klien saat diajak bercanda ekspresi pasien biasa-biasa saja.
(tidak berespon)
6. Intraksi selama wawancara
Klien tampak kooperatif namun kontak mata kurang ,
terlihat seperti menatap tajam dan melihat sesuatu dan
sering menengok kanan kiri saat di ajak bicara , klien mau
menceritakan masalah yang di hadapi.
7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
jelas, frekuensinya 1xsehari pada malam saat menjelang
tidur
8. Proses pikir
Tangensial: pasien saat ditanya menjawab dengan berbelit –
belit dan tidak sampai dengan pertanyaan perawat
9. Isi pikir
Klien tidak memiliki gangguan isi pikir
10. Tingkat kesadaran
Kesadaran tn I composmentis , orientasi waktu , tempat dan
orang masih baik. Dan klien juga mengatakan bahwa
dirinya sakit dan mengerti bahwa dirinya berada di rumah
sakit jiwa.
11. Memori
Klien mudah mengingat apa yang baru di kenal, klien juga
masih mengingat dengan apa yang dia lakukan sebelum ia
masuk ke rumah sakit jiwa.
12. Tingkat konsentrasi
Klien mampu berhitung dan mengerti barang-barang yang
ada di sekitarnya tingkat konsentrasi klien tinggi mudah
menangkap dan paham tentang sesuatu pengatahuan yang
di berikan oleh perawat.
13. Daya titik diri
Ketika klien di tanya klien mampu menjawab dan saat
dihadapkan pada suatu masalah klien mampu
menyelesaikan masalah tanpa meminta pendapat orang lain.

I. Kebutuhan pasien pulang
1. Kemempuan memenuhi kebutuhan
Klien
mampu
mampu
memenuhi
kebutuhan
makan,keamanan,perawatan kesehatan dan tempat tinggal
2. Kegiatan sehari -hari
Klien sudah bisa melakukan kegiatan sehari-hari
(makan,mandi,kebersihan BAB/BAK, dan ganti baju
3. Nutrisi
Klien merasa puas dengan selera makannya dan menghabiskan
makananya,klien terlihat lahab (frequensi makan 3xsehari)
4. Istirahat
Klien mengatakan jarang tidur siang karena digunakan untuk
aktifitas dan kien juga mengatakan terkadang sulit tidur siang
karena ada suara yang menyuruhnya untuk tidak menutup mata
ketika malam hari klien bisa tidur.
5. Penggunaan obat
Setelah klien pulang maka pengobatannya rawat jalan dan akan
di urus oleh keluarganya dan di rumah masih mengkonsumsi
obat-obatan yang di berikan oleh rumah sakit.
6. Pemeliharaan kesehatan
Klien melakukan pemeliharaan kesehatan secara mandiri di
rumah.
7. Aktivitas di dalam dan luar rumah
 Kegiatan di dalam rumah
Klien selalu membantu kegiatan yang di lakukan di
rumah seperti membersihkan halaman, mengepel dan
mencuci piring.
 Kegiatan di luar rumah
Klien mengaku akan berusaha untuk bertemu dan pergi
jalan-jalan dengan teman sebayanya.
J. Mekanisme koping
 Adaptif
Jika pasien mumpunyai masalah,pasien mengatakan cara
pengalihan dengan bicara dengan orang lain agar masalahnya
terlupakan
K. Masalah psikologi dan lingkungan
- Masalah dengan dukungan kelompok/keluarga
Klien jarang berbicara dengan pasien lain,tidak mampu
memulai pembicaraan
- Masalah berhubungan dengan lingkungan

-

Klien kurang bisa bergaul atau berinteraksi dengan orang
lain
Masalah dengan pendidikan
Klien hanya lulusan smp
Masalah dengan perumahan
Klien masih tinggal dengan kedua orang tuanya
Masalah dengan pekerjaan
Pasien belum bekerja
Masalah ekonomi
Klien selama ini dibiayai dengan orang tuanya
Klien termasuk dari keluarga yang tidak mampu
Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan disekitar rumahnya terdapat pelayanan
kesehatan yaitu posyandu,puskesmas dan rumah sakit

L. Aspek medis
1. Diagnosa medis : f 20.0 (skizofrenia paranoid)
2. Terapi medis
 ChlorpromaZine
2x100 mg / (pagi-sore) secara oral
 Haloperidol
2x5 mg / (pagi-sore) secara oral
 Risperidone
2x2 mg / (pagi-sore) secara oral
 Thryhixipenidile
2x2 mg / (pagi-sore) secara oral
B. ANALISA DATA
No Tgl/jam
1
Senin,
17
Agustus
2015
Jam
09.00

Data fokus
Ds :
- klien
mengatakan
mendengar suara
dan bisikan
- klien
mengatakan
mendengar suara
yang
tidak
beraturan
dan
kacau
- klien
mengatakan
mendengar suara
yang mengajak
bercakap-cakap
Do :
- klien
terlihat
sering berbicara
sendiri

diagnosis

Gangguan
persepsi sensori
halusinasi
pendengaran

paraf

-

2

klien
terlihat
senyum-senyum
sendiri
- klien
terlihat
menyendiri dan
melamun
Senin
Ds :
17
- pasien
Agustus
mengatakan
2015
giginya
sering
sakit
- pasien
mengatakan
jarang menyikat Defisit
gigi
perawatan diri
Do :
- pasien
terlihat
tidak rapi dalam
berpakaian
- gigi
pasien
terlihat kuning
dan bau mulut

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
2. Defisit perawatan diri

D. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana keperawatan
Tgl/jam Diagnosis
Gangguan
persepsi
sensori
halusinasi
pendengar
an.

Rasional
Tum/Tuk & kriteria hasil
Tum:
Setelah
di
lakukan
tindakan
selama
6x
intraksi di harapkan klien
dapat
mengontrol
halusinasi
yang
di
alaminya dengan kriteria
hasil Sp I:

Tindakan
1. Identifikasi
1. Menentukan
njenis halusinasi
jenis halusinasi
pasien
yang di alami
2. Identifikasi
atau di rasakan
waktu halusinasi
pasien.
pasien.
2. Menentukan
3. Identifikasi
apa isi /seperti
frekuensi
apa halusinasi

1. Mengidentifikasi
jenis
halusinasi
pasien.
2. Mengidentifikasi
waktu
halusinasi
pasien.
3. Mengidentifikasi
frekuensi halusinasi
pasien.
4. Mengidentifikasi isi
halusinasi pasien.
5. Mengidentifikasi
sesuatu
yang
menimbulkan
halusinasi.
6. Mengidentifikasi
respon
pasien
terhadap halusinasi.
7. Melatih pasien cara
kontrol halusinasi
dengan menghardik.

4.
5.

6.
7.

8.

halusinasi
pasien.
Identifikasi
isi
halusinasi
pasien.
Identifikasi
situasi
yang
menimbulkan
halusinasi.
Identifikasi
respon terhadap
halusinasi.
Latih pasien cara
kontrol
halusinasi
dengan
menghardik.
Bimbing pasien
melakukan
dalam
jadwal
kegiatan harian

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Sp II
1. Memvalidasi
masalah
dan
latihan
sebelumnya.
2. Memperjelaskan
cara
kontrol
halusinasi dengan
teratur
minum
obat, (prinsip 5
benar
minum
obat)
3. Membimbing
pasien

yang
di
rasakan pasien.
Menentukan
kapan
halusinasi
tersebut
muncul.
Menentukan
berapa sering
halusinasi
muncul.
Menentukan
pada saat apa
halusinasi
tersebut
muncul.
Mengatahui
reaksi
atau
respon pasien
saat
mengalami
halusinasi.
Mencegah
terjadinya
halusinasi
ketika muncul.
Mengatahui
perkembangan
kegiatan
menghardik
untuk
mengatasi
halusinasi jika
muncul.

1. Validasi maslah 1. Menentukan
dan
latihan
apakah pasien
sebelumnya.
sudah mampu
2. Jelaskan
cara
mengendalikan
kontrol
halusinasinya.
halusinasi
2. Pasien
dapat
dengan teratur
mengatahui
minum obat.
cara
minum
3. Bimbing pasien
obat
yang
memasukan
benar.
dalam
jadwal
harian.

memasukan
dalam
jadwal
kegiatan harian.
SP III
1. Memvalidasi masalh 1. Validasi masalah 1. Menentukanap
dari
latihan
dan
latihan
akah
pasien
sebelumnya.
sebelumnya .
sudah
2. Melatih pasien cara 2. Latihan
pasien
menetapkan
kontrol halusinasi.
cara
kontrol
latihan
Dengan berbincanghalusinasi dengan
sebelumnya.
bincang
dengan
berbincang2. Mengalihkan
orang lain.
bincang
halusinasi
3. Membimbing pasien
Dengan
orang
dengan
dalam
jadwal
lain.
kegiatan
kegiatan harian
3. Bimbing pasien
berbincangmemasukan
bincang dengan
dalam
jadwal
orang lain.
kegiatan harian
3. Mengatahui
kegiatan yang
sudadi lakukan
Sp III
1. Validasi masalah 1. Menentukan
1. Mempalidasi
dan
latihan
apakah pasien
masalah dan latihan
sebelumnya.
sudah mampu
sebelumnya.
2. Latih pasien cara
mengendalikan
2. Melatih pasien cara
kontrol
halusinasinya.
kontrol halusinasi
halusinasi
2. Dapat
dengan
kegiatan
dengan kegiatan.
mengalihkan
( yang biasa di 3. Bimbing pasien
halusinasi
lakukan pasien).
memasukan
dengan
3. Membimbing
dalam
jadwal
kegiatan.
pasien memasukan
kegiatan
3. Mengatahui
dalam
jadwal
kegiatan yang
kegiatan harian.
sudah
di
lakukan
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosis

Implementasi

Evaluasi Respon

Gangguan
persepsi
sensori
halusinasi
pendengar
an

SP I
1. Mengidentifikasi
jenis halusinasi

S:
- Saya masih mendengar bisikan
suara

Tgl/jam
kamis
23-062016

2. Mengidentifikasi
isi halusinasi.

-

Saya mendengar suara yang
tidak beraturan

3. Mengidentifikasi

-

Saya mendengar suara paling

Paraf

waktu halusinasi

4. Mengidentifikasi
frekuensi
halusinasi

sering malam hari saat mau
tidur
-

Saya bisa mendengar suara
bisikan berkali-kali

5. Mengidentifikasi
situasi
yang - Saya ajak bercakap-cakap
menimbulkan
O : Pasien terlihat bisa melakukan
halusinasi
cara menghardik dengan baik.
6. Mengidentifikasi
respon
pasien A : Masalah sudah teratasi
- Pasien mampu menghardik
terhadap
dengan benar
halusinasi
7. Mengajarkan cara
P : Lanjutkan SP II : mengontrol
mengontrol
halusinasi yang halusinasi dengan mengajarkan
minum obat .
pertama
“MENGHARDIK

8. Membimbing
pasien
memasukkan
dalam
jadwal
kegiatan.

jumat
24-0616

Gangguan
persepsi
sensori
halusinasi
penglihata
n

Sp II :yang ke 1

S:
-

1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien
2. Memberikan
pendidikan
keadaan tentang
penggunaan obat
secara teratur
3. Menganjurkan
klien memasukan
ke
jadwal
kegiatan harian

-

-

Saya belum mencatat
kegiatan
dalam
buku
kegiatan
Pasien
mengatakan
bersedia
diberi
pengetahuan
tentang
penggunaan obat secara
teratur
Pasien
mengatakan
minum 2 macam obat yaitu
warna
kuning
(trihexypenidil) berguna
untuk merilekskan pikiran

4. Menganjurkan
dan yang warna merah
klien
muda
(haloperidol)
mendemonstrasik
berguna untuk mengurangi
an
cara
suara – suara, diminum 2x
mengontrol
sehari (pagi dan sore) jam
halusinasi yang
7.30 dan 16.30
sudah di ajarkan
5. Memberi pujian O :Klien bersedia dan mau
jika
klien
menggunakan obat dengan
menggunakan
baik dan benar.
obat dengan benar
A : sp II belum tercapai
- Klien
belum
mampu
menyebutkan jenis obat yang
dengan benar
- Klien
belum
mampu
menyebutkan kegunaan obat

Sabtu
25-0616

Sp II : yang ke 2
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien
2. Memberikan
pendidikan
keadaan tentang
penggunaan obat
secara teratur
3. Menganjurkan
klien memasukan
ke
jadwal
kegiatan harian
4. Menganjurkan
klien
mendemonstrasik
an
cara
mengontrol
halusinasi yang
sudah di ajarkan
5. Memberi pujian
jika
klien
menggunakan
obat dengan benar

S:
- Saya
belum
memcatat
kegiatan dalam buku kegiatan
- Pasien bersedia di beri
pendidikan
tentang
penggunaan
obat
secara
teratur
- Pasien mengatakan minum
dua obat yaitu kuning dan
putih
- Pasien mengatakan meminum
obat 2xsehari pagi dan sore
(7.50 dan 16.30
O:
- Klien
terlihat
mampu
menyebutkan
jenis
obat
denagan benar
- Klien mampu menyebutkan
kegunaan obat dengan benar
- Klien
mengerti
dampak
minum obat
A : SP II tercapai
- Klien mampu menyebutkan
jenis obat dan kegunaannya
P: lanjutkan SP III: cara
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
- Mengajarkan pasien untuk
mengontrol
halusinasinya
dengan bercakap-cakap

3. PEMBAHASAN
Pada BAB ini kelompok akan membahas tentang keberhasilan tindakan
yang telah dilakukan implementasi. Akan diungkap pula hambatan kelompok
dalam melakuakan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. I dan menyelesaikan
sengan pedoman pada teori yang telah didapat baik teori yang telah didapat
baik dari studi perpustakaan dan bimbingan dari pembimbing dari
lapangan,bantuan dari kepeala ruangan dan para perawat pelaksana di ruang
puntadewa

Telah disebutkan sebelumnya bahwa masalah keperawatan yang muncul
pada
pengkajian Tn.I adalah sebagai berikut:
1. Gangguan prersepsi sensori halusinasi pendengaran
2. Defisit perawatan diri
Kelompok melakukan satu masalah keperawatan dari dua masalah
keperawatan
Yang dialami oleh Tn.I yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi pendengar
dikarenakan gangguan persepsi halusinasi adalah core problem. Hal ini
disebapkan karena kelompok memprioritaskan berdasarkan sifat yang
mengancam jiwa pasien,bersifat dominan dan bisa oleh kelompok saat
sekarang dan disini. Pembahasan akan dilakukan sesuai dengan prioritas
masalah dan tindakan yang dilakukan
Pada saat pengkajian kelompok tidak mengalami kesulitan dalam
berinteraksi,
kontak mata terjalin klien mampu berjabat tangan,namun klien terlihat
tertawa sendiri
Untuk mengatasi masalahini,kelompok menyiapkan laporan dan strategi
pelaksanaan dengan pertanyaan terbuka agar klien leluasa menyampaikan
perasaanya.kelompok menyiapkan perasaanya. Kelompok menyiapkan diri
untuk lebih bersabar,memahami persoalan klien dan berempati terhadap
klien.
Pada saat memulai interaksi di pagi hari,kelompok memotivasi klien
untuk memenuhi personal hiegen,menemani klien menyapu di sekitar
halaman dan melakukan kontrak dengan klien sering tapi singkat
Setela terbina hubungan saling percaya antar kelompok dengan klien,
klien mampu bercerita masalahnya, tetapi ketika klien mulai bosan, dengan
tampak dari ekspresi wajahnya dan mulai tampak gelisa, kelompok segera
mengakhiri percakapan dengan tidak lupa melakukan kontrak lagi

Dengan cara ini klien tampak nyaman berinteraksi dengan kelompok.
Untuk membina hubungan saling percaya kelompok berinisiatif untuk
masing-masing membuka diri dengan menceritakan tentang identitas, asal,
tujuan dan ketertarikan berkenalan dengan klien.
Strategi pelaksanaan sesuai dengan sp baik untuk klien maupun untuk
keluarga klien.kelompok terlebih dahulu menanyakan perasaan klien yang
klien alami saat ini dan menyanyakan jadwal kegiatan harian klien .setelah
melakukan kesepakatan maka topik percakapan dilanjutkan ke tahap kerja.
Kelompok menanyakan tentang halusinasi yang di alaminya. Klien menjawab
dengan lancar. Pada pertemuan selanjutnya secara bertahap kelompok
mengajarkan pada klien cara mengontrol halusinasinya kelompok selalu
memberikan reinfocement positif atas usaha yang dilakukan.

4.IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. KESIMPULAN DARI PROSES DAN HASIL PEMBERIAN ASUHAN
KEPERAWATAN YANG TELAH DILAKUKAN
Tahap pengkajian memerlukan waktu yang lama yaitu membutuhkan
kesetaraan, keterampilan berkomunikasi, membina hubungan saling percaya,
komunikasi yang baik, serta memperdalam pengetahuan tentang halusinasi
pendengaran.
Dari data ada yang ada penyusun memprioritaskan 2 diagnosa yaitu:
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan defisit perawatan diri
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. I dapat diambil
kesimpulan bahwa pada dasarnya , klien dengan halusinasi pendengaran perlu
dilakukan tindakan awal dengan membina hubungan saling percaya, mengenal
halusinasi serta cara mengontrol halusinasinya. Selain iti peranan peranan terapi
psikofarmaka juga tidak kalah pentingnya dalam pencapain keberhasilan klien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
Dalam evaluasi semua masalah atau diagnosa keperawatan yang diambil
dapat teratasi dengan baik

B. SARAN ATAU REKOMENDASI
Untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam merawat klien Tn. I dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran,diperlukan perhatian dari :
1. Klien
Klien harus punya motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang
sesuai dengan kemampuan klien secara bertahap, salah satunya dengan
cara klien harus melakukan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan
selama di rumah sakit
2. Keluarga
 Keluarga dapat melanjutkan peranan klien dirumah dengan
memanfaatkan support system keluarga untuk mencegah kekambuhan
klien
 Keluarga juga harus memberikan reinforcement positif terhadap klien
setiap klien dapat melakukan aktivitas atau kegiatan yang positif

3. Mahasiswa
 Diharapkan pada mahasiswa yang akan melakukan praktek
keperawatan kesehata jiwa telah mempersiapkan secara kognitif
dengan penguasaan konsep asuhan keperawatan jiwa yang lebih
matang sehingga tidak banyak mengalami kesulitan dalam
mengaplikasikan dilapangan atau di lahan praktek
 Diharapkan pada mahasiswa harus dapat memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya pada saat tidak berinterksi dengan klien digunakan
untk menlengkapi dokumentasi asuhan keperawatan.