PIDANA MATI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM Roni Efendi

PIDANA MATI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM

Roni Efendi

Fakultas Syariah IAIN Batusangkar Jl. Jenderal Sudirman No. 137, Lima Kaum Batusangkar e-mail: [email protected]

Abstract: Debatable of the death penalty actually based on the issue of justice, humanity and the prevention of

the possibility of crime. The reasons for the rejection of the death penalty are not justified in the view of life as well as humanitarian factors and the imposition of capital punishment will not be able to prevent crime and reduce crime rates. But for those who agree with the imposition of capital punishment because of the sense of justice and peace that is in the community. The portrait is just a glimpse of the issue that colored the discourse on the pros and cons of the existence of capital punishment. Between the retensionist and the abilitionist against true the death penalty has an argument each based on his theoretical framework and norms. Indonesia as one of the countries with the European Continental legal system still apply the death penalty in punishment system beside Saudi Arabia with qhisash which applid in Islamic Law system. Both countries have a legal standing built on the meta norms, their theories and philosophies each of course has its own urgency to

be discussed in the midst of countries that condemn the existence of capital punishment. Here's an article that analyzes comparative relation to the application of the death penalty in both countries that embraces the different legal system, from this comparative study will contribute thoughts in the reform of criminal law in Indonesia.

Kata kunci: pidana mati, hukum pidana, hukum pidana Islam

PENDAHULUAN

belahan dunia yang berbeda, Arab Saudi erbedaan

P dengan sistem hukum Islam, juga tercatat

paradigma

dalam

sebagai salah satu negara yang masih memaknai eksistensi pidana mati

mempertahankan pidana mati. dalam berbagai sistem hukum yang

Indonesia pidana mati diatur dalam berlaku di dunia, Belanda sebagai negara

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pewaris Wetboek van Strafrech (WvS)

(KUHP) sebagai kodifikasi hukum pidana kepada Indonesia sudah menghapus

berasal dari WvS, pidana mati dari sistem pemidanaannya

positif

yang

dengan dasar hukum dan teori yang telah

berdasarkan asas diungkapkan di atas. Namun dari sekian

diberlakukan

konkordansi. WvS berlaku di Indonesia banyak negara yang sudah tidak

sejak 1 Januari 1918 dengan Stb 1915 mengakomodir pidana mati, masih

Nomor 732. Setelah Indonesia merdeka terdapat beberapa negara dengan sistem

WvS tetap diberlakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946

hukum civil

dan berdasarkan undang-undang ini mempertahankan eksistensi pidana mati

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana seperti negara Indonesia. Sementar di

mendapatkan

nama

KUHP yang

126 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

kemudian diberlakukan kembali untuk istilah qhisash. Qhisash merupakan seluruh wilaya negara Kesatuan Republik

hukuman yang telah disyari’atkan Indonesia berdasarkan Undang-Undang

berdasarkan Alquran, sunnah dan ijma’. Nomor 73 Tahun 1958. (Agustina, 2015:

Qhisash secara bahasa artinya adalah 32)

menelusuri jejak. Pengertian tersebut Pada ketentuan ini, pidana mati

digunakan untuk arti hukuman, karena ditetapkan sebagai salah satu jenis pidana

orang yang berhak atas qhisash mengikuti pokok yang tertuang dalam Pasal 10

dan menelusuri jejak tindak pidana dari KUHP. Pasal 10 KUHP tersebut adalah

pelaku. Qhisash juga dapat diartikan sebagai berikut: (Kitab Undang-undang

sebagai keseimbangan dan kesepadanan. Hukum Pidana dan Kitab Undang-

Sehingga qhisash dapat didefenisikan undang Hukum Acara Pidana, 2006: 5)

memberikan balasan kepada pelaku Pasal 10: Pidana terdiri atas:

tindak

pidana

sesuai dengan

1. Pidana Pokok perbuatannya. (Zuhaili, 1989: 261)

a. Pidana mati Sebagai sistem hukum yang berbeda,

b. Pidana penjara pemberlakuan pidana mati di Indonesia

c. Pidana kurungan dan qhisash yang berlaku di Arab Saudi

d. Pidana denda Studi akan menarik untuk diperbandingkan.

e. Pidana tutupan Perbandingan hukum pidana pada dasarnya memperbandingkan berbagai sistem hukum

2. Pidana Tambahan yang ada. Dalam Black’s Law Dictionary

a. Pencabutan hak-hak tertentu yang dikutip oleh Barda Nawai Arief

b. Perampasan barang-barang tertentu

perbandingan

hukum didefinisikan:

c. Pengumuman putusan hakim. “Comparative Jurisprudence is the study of

Pasal tersebut menegaskan bahwa the principles of legal science by the pidana mati merupakan jenis pidana yang

comparison of various systems of law”. (Barda berada pada urutan pertama dalam

Nawawi Arief, 2003: 3)

hirarki pidana pokok. Di samping KUHP,

ini yang akan banyak terdapat peraturan di luar KUHP

Dalam

hal

diperbandingkan adalah dua atau lebih yang mengatur tentang pidana mati di

dari sistem hukum yang berbeda. Yakni luar KUHP yang dikenal dengan pidana

pidana mati dalam hukum pidana positif khusus, di antaranya Undang-Undang

Indonesia yang berasal dari Civil Law Tentang Tindak Pidana Terorisme (UU No

System atau Eropa Continental. Civil law

15 Tahun 2003), Undang-Undang Tentang atau sistem hukum Eropa Continental Pengadilan Hak Asasi Manusia (UU No

merupakan

sistem

hukum yang

26 Tahun 2000), Undang-Undang Tentang diturunkan dari Romawi Kuno dan Psikotropika (UU No 5 Tahun 1997) dan

pertama kali diterapkan di Eropa Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

berdasarkan jus civile. Prinsip utama yang Tentang Narkotika.

menjadi dasar sistem hukum Eropa Sementara dalam sistem hukum

Continental itu ialah hukum memperoleh yang berbeda, Arab Saudi juga sebagai

kekuatan mengikat, karena diwujudkan salah satu negara yang saat ini masih

peraturan-peraturan yang memberlakukan pidana mati dengan

dalam

berbentuk undang-undang dan tersusun

Pidana Mati dalam Perspektif Hukum Pidana dan Hukum Pidana Islam ║ 127

secara sistematik di dalam kodifikasi atau dengan permasalahan yang lain. Bahkan, kompilasi tertentu. Prinsip dasar ini

masalah yang sama bisa ditinjau dari dianut mengingat bahwa nilai utama yang

sudut pandang yang berbeda. Demikian merupakan

sebaliknya, masalah yang sebenarnya kepastian hukum. Kepastian hukum

tujuan

hukum adalah

berbeda bisa menjadi masalah yang sama hanya dapat diwujudkan kalau tindakan-

karena ditinjau dari sudut pandang yang tindakan

pergaulan hidup

diatur

dengan

peraturan-peraturan hukum yang tertulis.

METODE PENELITIAN

(Mahmud, 2009: 286) Kemudian menganalisa ketentuan

Pendekatan Masalah

pidana mati dalam sistem hukum pidana Dalam penelitian ini, Penulis Islam (Muslich, 2006: 3) yang dianut

menggunakan metode penelitian hukum Negara Arab Saudi. Hukum pidana Islam

normatif, yang mencakup tentang asas- Atau Fiqh Jinayah merupakan bagian dari

asas hukum. Selain itu penelitian ini juga syari’at Islam yang berlaku sejak

meneliti peraturan diutusnya

perundang-undangan. (Soekanto, 1986: karenanya, pada zaman Rasulullah dan

peraturan perundang- Khulafaur Rasyidin, hukum pidana Islam

Yakni

undangan terkait pelaksanaan pidana berlaku sebagai hukum publik. Yaitu

mati dengan meta norma yang berasal hukum yang diatur dan diterapkan oleh

dari kajian filsafat dan teori hukum. pemerintah selaku penguasa yang sah

Sehingga ditemukan masalah dan solusi atau ulil amri.

mendasar terkait dengan kedudukan Karena pidana mati yang dianut

masa tunggu eksekusi bagi terpidana mati kedua sistem hukum tersebut berorientasi

dalam sistem pemidanaan. Penelitian pada upaya pembalasan kepada terpidana

hukum normatif akan bertitik tolak pada dan sebagai tindakan prevensi umum.

bahan pustaka atau data sekunder, Namun tidak tertutup kemungkinan

dengan cakupan bahan hukum primer, pidana mati dalam hukum pidana Islam

sekunder dan tersier. (Soekanto, 1986: 52) bisa berubah menjadi pidana lain yaitu

Metode penelitian hukum normatif pidana penjara seumur hidup, sama

adalah metode atau cara yang dipergunakan halnya dengan qhisash yang dapat

di dalam penelitian hukum yang berubah menjadi pidana diyat serta ta’zir.

dilakukan dengan cara meneliti bahan Ketertarikan

pustaka yang ada. (Soekanto dan memperbandingan pidana mati dari

penulis untuk

Mamudji, 2009: 13). Dengan kata lain kedua sistem hukum yang berbeda

penelitian ini penelitian kepustakaan dikarenakan hingga saat ini pidana mati

(Library Reseach) artinya penelitian ini merupakan topik yang selalu kontroversi

dilakukan dengan membaca karya-karya untuk dibahas. Kontroversi ini disebabkan

yang terkait dengan persoalan yang akan oleh permasalahan yang sangat kompleks

dikaji kemudian memuat kajian tentang dalam pelaksanaan pidana mati tersebut.

penelitian. (Zed, 2007: 3) Permasalahan yang satu saling berkaitan

128 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Sifat Penelitian

dalam preoses pelaksanaan pidana mati di Penelitian pada dasarnya merupakan

menjelaskan hal tahapan untuk mencari kembali sebuah

Indonesia. Untuk

tersebut, penulis perlu menggali teori- kebenaran.

teori dalam ilmu hukum yang dapat menjelaskan hal tersebut.

menjawab pertanyaan yang muncul tentang suatu objek penelitian. (Sugono,

Sumber Bahan Hukum

2001: 29) Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk

Karena penelitian ini merupakan menguraikan objek penelitiannya, atau

penelitian hukum normatif maka sumber penelitian

hukum yang digunakan adalah sumber mendeskripsikan tentang sesuatu hal di

hukum primer dan sumber hukum daerah tertentu dan pada saat tertentu.

sekunder, yaitu:

(Waluyo, 2002: 8) Maka sifat penelitian

1. Bahan Hukum Primer, yaitu berasal yang penulis gunakan adalah penelitian

dari peraturan perundang-undangan. hukum deskriptif (descriptive legal study)

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan berupa pemaparan dan bertujuan untuk

yang memberikan penjelasan mengenai memperoleh gambaran lengkap tentang

bahan hukum primer. (Soekanto dan penerapan hukum.

Mamudji, 2009: 13) Bahan hukum Dalam hal sifat penelitian, penulis

sekunder berasal dari buku-buku teks lebih cenderung menggunakan tipe

yang berisi prinsip-prinsip hukum dan reform-oriented research , yang menurut

pandangan-pandangan para sarjana. Hitchinson

intensively evaluates the adequacy of exsiting

3. Bahan hukum tersier, merupakan rules and which recommends changes to any

bahan hukum yang memberikan rules found wanting . (Muhammad, 2004: 52)

petunjuk maupun penjelasan terhadap Pilihan pendekatan dalam penelitian

bahan hukum primer dan bahan ini adalah menggunakan pendekatan

hukum sekunder. (Soekanto, 2006: 61) penelitian hukum doktrinal (doctrinal legal

Seperti kamus hukum, ensiklopedia, research) . Dengan pendekatan ini, berarti

indeks kumulatif, Kamus Besar Bahasa penelitian akan mengkaji hukum sebagai

Indonesia, dan internet. sebuah sistem yang normatif. (Hoecke,

2011: 3) Sebagai sebuah sistem yang

Metode Pengumpulan Data

normatif maka hukum tidak dapat Sebagaimana ciri dari penelitian dipandang hanya sebagai aturan tertulis

maka metode saja, semacam undang-undang, melainkan

hukum

normatif,

pengumpulan data dapat dilakukan keseluruhan asas

kepustakaan (library mendasarinya maupun bentuk lain dari

dengan studi

research) , maksudnya adalah jika data kaidah hukum yang tidak tertulis atau

untuk menjawab ketika dilaksanakan (in conreto).

yang diperlukan

masalah penelitian terdapat dalam bahan Dalam konsep teori, pertanyaan

pustaka, maka kegiatan pengumpulan penelitian diarahkan guna melihat

data itu disebut dengan literatur study. kembali rasionalisasi dan asumsi dasar

(Adi, 2004: 72) Selanjutnya dapat

Pidana Mati dalam Perspektif Hukum Pidana dan Hukum Pidana Islam ║ 129

dilakukan dengan studi dokumen yaitu teknik apapun yang digunakan terhadap literatur yang berkaitan dengan

untuk menarik kesimpulan melalui usaha pelaksanaan pidana mati dalam sistem

menemukan karakteristik pesan dan pemidanaan.

dilakukan secara objektif dan sistematis. (Soejono dan Abdurrahman, 2003: 16)

Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan Data

PEMBAHASAN

Pengolahan data adalah kegiatan merapikan hasil pengumpulan data di

Kedudukan Pidana Mati dalam Sistem

lapangan, yaitu dengan cara menyeleksi

Hukum Pidana di Indonesia

atas dasar reabilitas dan validitasnya.

Pidana Mati dalam Sistem Pemidanaan

(Suryabrata, 2006: 40) Data yang telah Kata pidana mati menurut Kamus didapat dilakukan edditing yaitu meneliti Umum Bahasa Indonesia pidana mati kembali terhadap catatan-catatan, berkas- berasal dari kata “pidana” dan “mati”. berkas, informasi yang dikumpulkan oleh (Poerwodarminto, 1983: 750) Pidana pencari data yang diharapkan akan dapat berasal dari kata straf (Belanda), yang meningkatkan mutu kehandalan (reabilitas) pada dasarnya dapat dikatakan sebagai

yang hendak dianalisis. (Amiruddin dan suatu penderitaan atau nestapa yang

Asikin, t,th.: 168) sengaja dikenakan atau dijatuhkan kepada

Setelah lengkap data yang penulis seseorang yang telah terbukti bersalah

kumpulkan dari lapangan, penulis melakukan suatu tindak pidana. (Muladi melakukan pengolahan data ketahap dan Arif, 2005: 1) Sedangkan kata “mati” berikutnya yaitu cording yaitu proses mempunyai arti kehilangan nyawa. untuk

mengklasifikasikan

jawaban-

(Poerwodarminto, 1983: 750) jawaban responden berdasarkan kriteria Bentuk pidana ini merupakan yang ditetapkan. (Sugono, 2001: 126) pidana yang dilaksanakan dengan

Analisis Data

merampas jiwa seseorang yang melanggar Penulis melakukan analisis data

ketentuan undang-undang. Pidana ini dengan menggunakan metode analisis

juga merupakan pidana tertua dan paling kualitatif yaitu analisis yang dilakukan

kontroversial dari berbagai bentuk pidana tidak dengan menggunakan angka-angka

diadakan dan atau rumus statistik, melainkan dengan

lainnya.

Tujuan

dilaksanakannya pidana mati supaya menggunakan kata-kata atau uraian

memperhatikan bahwa kalimat dengan melakukan penilaian

masyarakat

pemerintah tidak menghendaki adanya berdasarkan

gangguan terhadap ketentaraman yang undangan, teori atau pendapat ahli, serta

peraturan

perundang-

sangat ditakuti oleh umum. (Djamali, logika sehingga dapat ditarik kesimpulan

yang logis dan merupakan jawaban dari Sebagai salah satu jenis pidana, permasalahan. Kemudian penulis juga

pidana mati telah dikenal sejak zaman menggunakan analisis isi (content analisis)

Romawi, Yunani, Jerman. (Prasetyo, 2012: 117) Pidana mati adalah pidana yang

130 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

terberat dari semua ancaman pidana yang Cara Pelaksanaan Pidana Mati Yang ada. (Marpaung, 2005: 104) Pidana mati

Pengadilan Di merupakan pidana yang dijatuhkan

Dijatuhkan Oleh

Lingkungan Peradilan Umum Dan Militer terhadap orang berupa pencabutan nyawa

menegaskan bahwa :

berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. (Hamzah, 2008:

Pasal 1: Dengan tidak mengurangi 120)

ketentuan-ketentuan hukum acara pidana Berdasarkan sejarah pidana mati

yang ada tentang penjalanan putusan bukanlah jenis pidana yang baru di

pengadilan, maka pelaksanaan pidana mati, Indonesia. Pidana ini telah dikenal sejak

yang dijatuhkan oleh pengadilan di zaman kerajaan-kerajaan, hal ini dapat

lingkungan peradilan umum atau peradilan militer, dilakukan dengan ditembak sampai

dibuktikan dengan memperhatikan jenis-

mati.

jenis pidana menurut hukum adat atau hukum para raja dahulu, misalnya:

Eksekusi terhadap terpidana mati

1. Mencuri dihukum potong tangan haruslah dilaksanakan setelah putusan

2. Pidana mati

pengadilan yang dijatuhkan padanya memutilasi, memukul kepala (sroh),

dilakukan

dengan

berkekuatan hukum tetap dan kepada dipenggal dan kemudian kepalanya

terpidana telah diberikan kesempatan ditusuk dengan kayu (tanjir), dan

untuk mengajukan grasi kepada Presiden. sebagainya. (Soesilo, t,th.: 14)

Eksekusi dapat dilaksanakan dengan Pada awalnya WvS menentukan

terlebih dahulu melalui fiat executie bahwa eksekusi pidana mati dilakukan

(Pernyataan setuju untuk dijalankan). dengan cara digantung. Kemudian

(Kansil, t,th.: 92)

berdasarkan Staatsblad 1945 Nomor 123

pemidanaan menempatkan yang dikeluarkan oleh pemerintah

Sistem

pidana mati menurut penulis itu dapat Belanda, pidana mati dijatuhkan dengan

dilihat dari tujuan pemidanaan pidana cara ditembak mati. Hal ini diperkuat

mati. Tujuan pemidanaan dari pidana dengan Penetapan Presiden Nomor 2

mati ini penulis analisis berdasarkan teori Tahun 1964, Lembaran Negara 1964

absolut. Menurut teori absolut, pidana Nomor 38 kemudian ditetapkan menjadi

adalah suatu hal yang mutlak harus Undang-undang nomor 5 Tahun 1969

dijatuhkan terhadap adanya suatu yang menetapkan bahwa pidana mati

kejahatan. Muladi dan Barda Nawawi dijalankan dengan cara menembak mati

Arief berpendapat bahwa “pidana terpidana. Dalam hal ini eksekusi harus

merupakan akibat mutlak yang harus ada dihadiri Jaksa (Kepala Kejaksaan Negeri)

sebagai suatu pembalasan kepada orang sebagai eksekutor dan secara tekhnis

yang melakukan kejahatan. Jadi dasar pelaksaan eksekusi dilakukan oleh regu

pembenaran dari pidana terletak pada tembak kepolisian. (Marpaung, 2005: 104)

adanya atau terjadinya kejahatan itu Undang-Undang Nomor 2 / Pnps/

sendiri”. (Muladi dan Arief, 2005: 10) Hal 1964/ Yaitu Penpres Nomor 2 Tahun 1964

ini senada dengan yang disampaikan oleh (LN 1964 Nomor 38) yang ditetapkan

Andi Hamzah bahwa pidana adalah hal menjadi undang-undang dengan undang-

diberikan sebagai undang nomor 5 Tahun 1969 tentang Tata

yang

mutlak

Pidana Mati dalam Perspektif Hukum Pidana dan Hukum Pidana Islam ║ 131

pembalasan terhadap suatu kejahatan. Indonesia. Teori absolut atau retributif (Hamzah, 1993: 26)

sebagai salah satu batu uji dalam Teori ini menganggap bahwa

mengukur penerapan pidana mati dalam hukuman yang diberikan kepada sipelaku

sistem pemidaan yang secara otomatis tindak pidana menjadi suatu pembalasan

akan memberikan tindakan preventif bagi yang adil terhadap kerugian yang

masyarakat agar tidak melakukan tindak diakibatkannya, penjatuhan pidana pada

pidana yang akan diancam dengan pidana dasarnya penderitaan pada penjahat

mati. Relevansi antara teori absolut dibenarkan

dengan urgensi pidana mati di Indonesia membuat penderitaan bagi orang lain.

tercapainya keadilan, (Prasetyo dan Barkatullah, 2005: 90)

yaitu

dapat

kemanfaatan serta kepastian hukum Teori absolut ini memandang bahwa

dalam penegakan hukum pidana scara pemidanaan merupakan pembalasan atas

komprehensif.

kesalahan yang telah dilakukan, jadi berorientasi pada perbuatan dan terletak

Urgensi Pidana Mati

pada kejahatan itu sendiri. Pemidanaan Urgensi pidana mati di Indonesia diberikan karena si pelaku harus

juga dapat dianalisis dari teori tujuan menerima sanksi itu demi kesalahannya.

hukum. Meski banyak pihak berpendapat Menurut teori ini, dasar hukuman harus

bahwa masalah tujuan hukum adalah dicari dari kejahatan itu sendiri, karena

kajian filsafat hukum, namun Rusli kejahatan

Effendi dan kawan-kawan menjelaskan penderitaan bagi orang lain, sebagai

bahwa tujuan hukum dapat dikaji dari imbalannya (vergelding) si pelaku harus

tiga sudut pandang yaitu: (Effendi dkk, diberi penderitaan. (Marpaung, 2005: 105)

1. Dari sudut pandang ilmu hukum pelaku tindak pidana ini merupakan

normatif, tujuan hukum dititikberatkan suatu hal yang memang sengaja

pada segi kepastian hukum. ditimpakan

2. Dari sudut pandang filsafat hukum, mempunyai manfaat yang berbeda-beda.

maka tujuan hukum dititkberatkan (Sahetapy, 1982: 201) Namun, Andi

pada keadilan.

Hamzah lebih tegas menyatakan bahwa

3. Dari sudut pandang sosiologi hukum, “pidana secara mutlak ada, karena

maka tujuan hukum dititikberatkan dilakukan suatu kejahatan dan tidaklah

pada segi kemanfaatan. perlu memikirkan manfaat dijatuhkannya

Dengan gambaran yang demikian pidana tersebut”. (Hamzah, 1993: 26)

membawa kita pada tiga nilai dasar Pendapat ini terkesan lebih tegas dari hukum yang dikemukakan oleh Gustav pernyataan

sebelumnya

karena

Radbruch yaitu keadilan, kemanfaatan penjatuhan pidana itu terlepas dari dan kepastian hukum. Meski diharapkan manfaat yang akan ditimbulkannya.

hakim hendaklah Jadi teori absolut merupakan

bahwa

putusan

merupakan resultante dari ketiga hal pendekatan

tersebut, namun dalam praktiknya hal itu menganalisis eksistensi pidana mati di

132 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

sulit terjadi. Bahkan seringkali terjadi berpandangan bahwa hukum itu harus adalah

dapat dilihat dalam ketentuan undang- ketiganya terjadi

undang, karena hanya dengan itulah pertentangan. Dalam satu peristiwa, jika

ketegangan

atau

ketentuan hukum itu dapat diverifikasi. hakim harus memutus dengan adil,

Adapun yang di luar Undang-Undang kepastian

tidak dapat dimasukkan sebagai hukum dikorbankan. Atau sebaliknya, demi

karena hal itu berada di luar hukum. kepastian hukum, keadilan tidak tercapai

Hukum harus dipisahkan dengan moral, karena hukum yang sudah ada tidak

kalangan positivisme sesuai lagi dengan rasa keadilan dalam

walaupun

mengakui bahwa fokus mengenai norma masyarakat. (Agustina, 2014: 25)

hukum sangat berkaitan dengan disiplin Jika terjadi kondisi seperti itu, maka

moral, teologi, sosiolgi dan politik yang menurut Radbruch jalan keluarya adalah

mempengaruhi perkembangan sistem dengan menggunakan asas oportunitas,

hukum. Moral hanya dapat diterima yang mengatakan bahwa jika harus

dalam sistem hukum apabila diakui dan diurutkan dari ketiga hal tadi, maka

disahkan oleh otoritas yang berkuasa urutannya adalah keadilan, kemanfaatan

memberlakukannya sebagai dan kepastian hukum. Keadilan sebagai

dengan

hukum. Oleh karenanya suatu hukum tujuan hukum sudah dibicarakan sejak

bisa saja tidak adil, namun tetap hukum zaman filsafat Yunani Kuno. Dalam

karena dikeluarkan oleh penguasa. (Ali, lintasan sejarah filsafat hukum, keadilan

merupakan substansi utama yang menjadi Pada hakikatnya karakter hukum kajian semua aliran dalam filsafat hukum.

adalah keadilan, sebagaimana dilakukan (Agustina, 2014: 26)

oleh Cicero dan pemikir zaman abad Aliran Hukum Alam (Natural Law),

pertengahan. Namun mustahil pula untuk hakikat dari ajaran hukum alam

mengidentikkan hukum dengan keadilan, memandang bahwa hukum alam harus

sebagaimana dikehendaki oleh Hobbes dipelihara oleh manusia untuk mencapai

dan kalangan positivis agar kita tujuan. Sehubungan dengan perlunya

Keadilan dapat kesadaran atas posisi manusia untuk

melaksanakannya.

dianggap sebagai sebuah gagasan, atau menyesuaikan dengan kepentingan atau

sebuah realitas absolut sebagaimana tatanan normatif yang terdapat pada alam

dilakukan oleh Plato dan Hegel yang tersebut, maka tolok ukur aliran hukum

mengasumsikan bahwa pengetahuan dan alam terhadap esensi hukum, terletap

pemahaman tentangnya hanya bisa berorientasi pada kepentingan alam yaitu

didapatkan secara parsial dan melalui kebaikan. Hakikat ini merupakan aturan

upaya filosofis yang sangat sulit. Namun alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan

keadilan sebagai tujuan hukum merupakan dalam abadi-Nya, sehingga norma-norma

suatu keadaan yang harus diwujudkan dasar pada aliran hukum alam bersifat

oleh hukum, dengan berbagai upaya kekal, abadi dan universal. (Erwin, 2013:

waktu kewaktu. 141)

Sebaliknya dengan aliran positivis Dari perbedaan tentang apa yang yang dipelopori oleh John Austin,

merupakan hukum menurut aliran

Pidana Mati dalam Perspektif Hukum Pidana dan Hukum Pidana Islam ║ 133

hukum alam dan positivisme, maka dapat diberikan kepada pelaku kejahatan. dilihat adanya perbedaan prioritas tujuan

(Agustina, 2014: 28)

hukum. Jika aliran hukum alam Berkenaan dengan berbagai macam mengutamakan keadilan sebagai tujuan

tentang keadilan, Thomas Aquinas hukum,

memberikan pembedaan antara justitia mempertimbangkan kepastian hukum

maka

positivisme

distributiva dan justitia commutativa, yang sebagai tujuan hukum. Dari paradigma

merupakan varian dari asas persamaan. positifis, keadilan memang merupakan

Jadi prinsip pertama keadilan adalah tujuan hukum, tetapi relativitas keadilan

impartialitas dengan itu sering mengaburkan unsur lain yang

perwujudan

perlakuan yang sama terhadap pribadi- juga penting yaitu kepastian hukum.

pribadi serta bebas prasangka. Selain dari Keadilan menurut aliran hukum

distributive justice dan commutative justice, alam adalah bila seseorang memberikan

juga dikenal substantive justice dan kepada orang lain apa yang menjadi

prosedural justice. Subtantive justice terkait haknya dan tidak merugikan orang lain.

dengan substansi dari persoalan dalam Menurut Aristoteles keadilan harus

hukum, yaitu masalah hak, kewajiban, difahami dengan pengertian kesamaan,

kekuasaan, pertanggungjawaban dan lain- yaitu kesamaan numerik dan kesamaan

prosedural justice proporsional. Kesamaan numerik adalah

lain.

Sementara

prosedur yang mempersamakan setiap manusia sebagai

berkenaan dengan

diterapkan dalam penyelesaian suatu suatu unit, yang pada saat sekarang

konflik hukum, atau pengambilan suatu difahami sebagai kesamaan kedudukan

keputusan dalam persoalan hukum. setiap warga negara di depan hukum

Suatu hal yang penting untuk (equality before the law). Sedangkan

dipahami dalam kaitan keadilan sebagai kesamaan proporsional adalah bertindak

tujuan hukum adalah apa yang dikatakan proporsional dan tidak

oleh Kelsen dalam bukunya What is justice hukum. (Agustina, 2014: 27)

melanggar

? Dia mengatakan bahwa justice is a quality Selain

which relates not to content of a positive mengemukakan

order, but to its apllication. Jadi keadilan itu distributif dan keadilan korektif. Keadilan

tentang

keadilan

ada pada penerapan hukum, manakala distributif

dalam praktik penegakan hukum terdapat kesamarataan

persamaan perlakuan bagi mereka yang pemenuhan hak kepada setiap orang.

dalam

memberikan

melakukan tindak pidana yang sama atau Sementara keadilan korektif, merupakan

dapat dipersamakan. Begitupun kesimpulan usaha membetulkan suatu yang salah. Jika

dari Carl Joachim Friedriech bahwa suatu peraturan dilanggar atau seseorang

keadilan hanya bisa dipahami jika melakukan kesalahan, maka keadilan korektif

diposisikan sebagai keadaan yang hendak berusaha memberikan kompensasi yang

diwujudkan oleh hukum. (Agustina, 2014: memadai kepada pihak yang dirugikan.

Apabila kejahatan telah dilakukan, maka Mengacu pada teori keadilan, maka hukuman yang

sepantasnya perlu

teranglah bahwa pidana mati sebagai sanksi pidana yang ada dalam sistem

134 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

pemidanaan mempunyai peran yang adalah mungkinkah harmonisasi sosial sangat urgent. Yaitu memberikan keadilan

dalam masyarakat dipulihkan dengan kepada korban dan keluarga secara

merestorasi pelaku kejahatan. Maka khusus dan kepada masyarakat pada

pidana mati yang dijatuhkan haruslah umumnya. Keadilan yang ingin dicapai

upaya untuk dengan pidana mati adalah keadilan yang

dilihat

sebagai

mengembalikan harmoni sosial yang bersifat substantif dan keadilan bersifat

terganggu akibat tindak pidana tersebut prosedural. Keadilan substantif salah

dan pada akhirnya akan terciptanya satunya terkait dengan substasi persoalan

ketertiban dalam masyarakat. (Efendi, hukum, yaitu persoalan hukum terpidana

sehingga dengan segala pertimbangan majelis hakim terpidana dijatuhi pidana

Hasil Penelitian

mati. Sementara keadilan prosedural

K e d u d u k a n P id a n a M a t i dalam

adalah rangkaian

diterapkan dalam penyelesaian suatu

kedudukannya sebagai konflik hukum. pengawal konstitusi, Mahkamah Konstitusi Urgensi pidana mati selanjutnya melalui putusannya Nomor 2-3/PUU- akan memberikan ketertiban karena V/2007 memberikan titik akhir akan harmonisasi sosial di tengah-tengah perdebatan pidana mati selama ini masyarakat telah terpulihkan. Artinya k`arena konstitusionalitas pidana mati yang membutuhkan upaya restoratif semakin dikukuhkan. Sekalipun putusan sesungguhnya adalah masyarakat yang tersebut dalam konteks tindak pidana harmonisasi sosialnya terganggu oleh narkotika, namun demikian putusan ini kejahatan tersebut. Dengan demikian menjadi dasar pemikiran yang genuine pidana mati sebagai upaya untuk tentang kedudukan pidana mati dan merestorasi disharmonisasi sosial itu.

Dalam

di Indonesia. (Efendi, 2016: 100) (http://majalahprosekutor.com) Berbanding

Jaminan perlindungan konstitusional argumentasi yang berlindung di balik atas hak hidup yang diatur dalam restorative justice yang semata-mata

konstitusional Republik melihat pelaku kejahatan yang diancam Indonesia Pasal 28A dan 28I ayat (1) dengan pidana mati. Pandangan ini telah

landasan

Dasar Republik mengabaikan

Indonesia Tahun 1945 dipahami sebagai kejahatan

sesungguhnya

serangan

non-derogable rights , yaitu: terhadap harmonisasi sosial dalam

masyarakat, yang berarti pula bahwa Bahwa hak untuk hidup, hak untuk tidak setiap kejahatan menimbulkan luka

disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati berupa disharmonisasi sosial pada

nurani, hak beragama, hak untuk tidak masyarakat.

diperbudak, hak untuk diakui sebagai Makin tinggi kualitas kejahatan,

pribadi di hadapan hukum dan hak untuk makin tinggi pula kualitas disharmonisasi

tidak dituntut atas dasar hukum yang sosial yang ditimbulkan. Sehingga

berlaku surut adalah hak asasi manusia pertanyaan yang muncul kemudian

Pidana Mati dalam Perspektif Hukum Pidana dan Hukum Pidana Islam ║ 135

yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan rujukannya atau yang melatarbelakanginya apapun.

MPR Nomor Artinya jika difahami hanya sebatas

adalah

Ketetapan

XVII/MPR/1998. Dari ketetapan MPR pada ketentuan Pasal 28 I ayat (1) tersebut

tersebut kemudian lahir Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

di atas, maka hak hidup merupakan hak mutlak yang tidak dapat dikurangi dalam

Manusia. Semangat keduanya adalah kondisi dan alasan apapun. Namun secara

sama-sama menganut pendirian bahwa sistematis

hak asasi manusia bukan tanpa batas. memahami ketentuan secara parsial,

Selanjutnya bahwa semangat yang sama melainkan

juga terdapat dalam pengaturan tentang komprehensif termasuk juga terhadap

hak asasi manusia dalam UUD 1945, yaitu pasal 28J ayat (2) yang menyatakan:

bahwa hak asasi manusia bukanlah sebebas-bebasnya melainkan dimungkinkan

Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, untuk dibatasi sejauh pembatasan itu setiap orang wajib tunduk kepada

ditetapkan dalam undang-undang. (Lubis pembatasan yang ditetapkan dengan

dan Lay, 2009: 354)

undang-undang dengan maksud semata- Semangat inilah yang melahirkan mata untuk menjamin pengakuan serta

Pasal 28J UUD 1945. Pembatasan penghormatan atas hak dan kebebasan

sebagaimana tertuang dalam Pasal 28J itu orang lain dan untuk memenuhi tuntutan mencakup Pasal 28A sampai dengan Pasal yang adil sesuai dengan pertimbangan 28I UUD 1945. Dari perspektif original moral, nilai-nilai agama, keamanan dan instent, pembentuk UUD 1945, seluruh ketertiban umum dalam suatu masyarakat hak asasi manusia yang tercantum dalam

yang demoktratis. Bab XA UUD 1945 keberlakuannya dapat

Berdasarkan pasal 28J ayat (2) dibatasi. Original intent pembentuk UUD tersebut, diberikan pembatasan yang

1945 yang menyatakan bahwa hak asasi diartikan bahwa hak untuk hidup tidak

manusia dapat dibatasi juga diperkuat bersifat mutlak, sehingga pidana mati

oleh penempatan Pasal 28J sebagai Pasal tidak bertentangan dengan konstitusi.

penutup dari seluruh Pasal yang Pemahaman hak untuk hidup sebagai

mengatur tentang hak asasi manusia salah satu non-derogable rights yang

dalam Bab XA UUD 1945 tersebut. (Lubis dipahami dalam pengertian instrument

dan Lay, 2009: 355)

HAM internasional, bahwa Pasal 6 Berdasarkan penafsiran sistematis International Convenan On Civil and Political

(sistematische interpretatie), hak asasi Rights

manusia yang diatur dalam Pasal 28A memperbolehkan diterapkannya pidana

sampai dengan Pasal 28I UUD 1945 mati untuk the most serious crime. (Putusan

tunduk pada pembatasan yang diatur Mahkamah Konstitusi, 2007: 456)

dalam Pasal 28J UUD 1945. Sistematika Bahwa menurut sejarah penyusunan

pengaturan hak asasi manusia sejalan Pasal 28I UUD 1945, yang pada intinya

dengan sistematika pengaturan dalam menerangkan bahwa ketika merumuskan

Universal Declaration of Human Rights yang Bab XA tentang Hak Asasi Manusia

juga menempatkan Pasal penutup, yaitu

136 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Pasal 29 Ayat (2) yang berbunyi : (United

Qhisash dalam Ketentuan Fiqih Jinayah

Nations Universal Declaration Human

Jarimah dan Uqubah (Tindak Pidana dan

Rights, 1948: 6)

Hukuman)

In the exercise of his rights and freedoms, Tindak pidana dalam fiqih jinayah everyone shall be subject only to such

diikenal dengan istilah jarimah (Moeljatno, limitations as 412 are determined by law

1993: 55). Kata jarimah merupakan solely for the purpose of securing due sinonim dari kata jinayat. Secara istilah recognition and respect for the rights and diartikan sebagai perbuatan yang dilarang freedoms of others and of meeting the just oleh syara’ baik perbuatan itu merugikan requirements of morality, public order and jiwa, harta benda atau lainnya. Lebih the general welfare in a democratic society. khusus jarimah didefinisikan sebagai

yang melanggar ayat (1) saja yang dianalisis tanpa

Dengan demikian apabila Pasal 28 I

kejahatan-kejahatan

hukum syara’ dan pelakunya dikenakan mengkorelasikan dengan Pasal lain akan

hukuman. (Zahrah, t,th. : 29) menimbulkan

Fiqh jinayah atau hukum pidana konstitusi melarang pidana mati. Tetapi

pemahaman

bahwa

Islam bersumber kepada Alquan, sunnah jika mencermati Pasal 28 I ayat (1)

dan ijma’. Pada dasarnya fiqh jinayah sama kemudian

pendiriannya dengan hukum positif ketentuan Pasal 28 J ayat (2), maka dapat

dikorelasikan

dengan

dalam menetapkan perbuatan-perbuatan ditarik suatu kesimpulan bahwa hak

pidananya yaitu untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak

jarimah

beserta

memelihara kepentingan, ketenteraman, dan kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak

hidup masyarakat. beragama , hak untuk tidak diperbudak,

kelangsungan

(Syahrur, 2008: 16)

hak untuk diakui sebagai pribadi di Jarimah dalam fiqh jinayah secara hadapan hukum dan hak untuk tidak umum dikelompokan menjadi tiga jenis, dituntut atas dasar hukum yang berlaku

meliputi:

surut adalah hak asasi manusia yang tidak

1. Jarimah Hudud

dapat dikurangi dalam keadaan apapun, Jarimah hudud adalah jarimah yang tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat diancam dengan hukuman had, yaitu dibatasi dan dihilangkan pelaksanaannya hukuman yang telah ditentukan oleh dengan syarat memenuhi persyaratan syara’ dan merupakan hak Allah. Oleh dalam Pasal 28 J ayat (2) UUD 1945. karena hukuman had merupakan hak Sehingga penulis berpendapat bahwa Allah maka hukuman tersebut tidak pidana mati dalam sistem pemidanaan bisa digugurkan oleh perseorangan merupakan sanksi pidana yang masih (korban atau keluarganya). Jarimah sangat relevan untuk diaplikasikan yang hudud ini dibagi menjadi tujuh macam, mendasarkan pada ketentuan Ultymum

yaitu:

Remedium sebagai upaya untuk menekan

a. Jarimah zina

pertumbuhan kriminalitas.

b. Jarimah qadzaf

c. Jarimah syurb al-khamr

d. Jarimah pencurian

e. Jarimah hirabah

Pidana Mati dalam Perspektif Hukum Pidana dan Hukum Pidana Islam ║ 137

f. Jarimah riddah badan dengan sengaja. (Hakim, 2000:

g. Jarimah pembrontakan. (Muslich, 2005: 125) Qhisash disyari’atkan berdasarkan x)

Alquran, sunnah dan ijma’. Dasar hukum yang terdapat dalam Alquan

2. Jarimah qhisash dan diyat salah satunya terdapat dalam surat al-

Jarimah qhisash dan diyat adalah Baqarah ayat 178, surat Al-Baqarah ayat

jarimah yang

diancam

dengan

179, surat Al-Maidah ayat 45 serta hukuman qhisash atau diyat. Baik qhisash

beberapa hadis Nabi Muhammad Saw. maupun diyat kedua-duanya adalah

hukuman yang sudah ditentukan oleh

2. Syarat-Syarat Qhisash

syara’. Perbedaannya dengan hukuman Hukuman qhisash tidak dapat had adalah bahwa hukuman had

dilaksanakan apabila syarat-syaratnya merupakan

tidak terpenuhi. Syarat-syarat tersebut masyarakat), sedangkan qhisash atau

meliputi syarat-syarat untuk pelaku, diyat

korban, perbuatan (tindak pidana) serta (individu). Di samping itu, perbedaan

ahli warisnya.

yang lain adalah qhisash atau diyat

a. Syarat-syarat pelaku yaitu pelaku merupakan

harus mukalaf (baligh dan berakal), hukuman tersebut bisa dimaafkan atau

melakukan pembunuhan dengan digugurkan oleh korbandan keluarganya,

sengaja, pelaku harus orang yang sedangkan hukuman had tidak bisa

mempunyai kebebasan dimaafkan atau digugurkan. Muslich,

b. Syarat-syatat korban yaitu korban 2005: x) Sementara diyat merupakan

yang dijamin hukuman pokok bagi pembunuhan

harus

orang

keselamatannya oleh negara Islam, disengaja, pembunuhan menyerupai

hendaknya korban seimbang dengan sengaja (diyat dan kifarat) dan

pelaku (yaitu Islam dan merdeka, pembunuhan tidak disengaja. (Hakim,

dengan demikian seorang muslim 2000: 133)

tidak bisa di qhisash karena ia membunuh orang kafir, seorang

3. Jarimah ta’zir merdeka tidak dapat di qhisash

Jarimah ta’zir pada dasarnya karena membunuh hamba).

adalah hukuman

yang

belum

c. Syarat untuk perbuatan yaitu untuk ditetapkan oleh syara’ dan wewenang

bisa diterapkannya qhisash bagi untuk menetapkannya diserahkan

disyaratkan perbuatan kepada ulil amri. (Muslich, 2005: xii)

pelaku

pembunuhan

harus perbuatan

Qhisash

langsung. (Muslich, 2005: 151)

1. Pengertian dan Dasar Hukum Qhisash

3. Pelaksanaan Hukuman Qhisash Qhisash adalah hukuman pokok

a. Orang yang berhak melaksanakan bagi tindak pidana dengan objek jiwa

qhisash dalam tindak pidana selain atau anggota badan yang dilakukan

jiwa adalah korban itu sendiri, yaitu dengan sengaja, seperti membunuh,

apabila telah baligh berakal. Apabila melukai,

menghilangkan

anggota

belum baligh maka yang berhak

138 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

untuk melaksanakan qhisash adalah tidak dibebankan atas Aqilah ahli waris.

(keluarga besar pelaku), melainkan

b. Eksekusi qhisash yaitu jika vonis atas pelaku sendiri. Besar kompensasi qishash telah ditetapkan dan semua

tergantung kesepakatan antara wali syarat-syaratnya terpenuhi, maka

korban dan si pelaku. Boleh dibayar ahli waris (wali) korban boleh segera

kontan atau berangsur. Karena melaksanakan qishash tanpa menunda-

perdamaian berstatus ganti rugi. nunda waktu. Karena qishash adalah

(Muslich, 2005: 160) hak mereka. Namun jika pelaku

5. Diyat sebagai Pengganti Qhisash adalah seorang perempuan yang

Diyat sebagai pidana pengganti sedang hamil, maka pelaksanaan

dari qhisash dapat dibedakan menjadi: ditunda sampai ia melahirkan.

Bahkan pelaksanaannya

a. Diyat Mughalallazhah ditunda

harus

Menurut jumhur ulama diyat menyusui jika tidak ada orang lain

berlaku untuk yang menyusui bayinya. Eksekusi

mughalallazhah

pembuhan dengan sengaja apabila qhisash

qhisash dimaafkan oleh keluarga penguasa, mayoritas ahli fiqih

berlaku bagi berpendapat bahwa tidak boleh

korban

serta

pembunuhan menyerupai sengaja. melaksanakan qishash tanpa adanya

304) Diyat izin dari penguasa, karena pentingnya

(Zuhaili,

Mughalallazah hanya berlaku apabila masalah eksekusi qishash ini.

diyat tersebut dibayar dengan unta, sesuai dengan ketentuan syara’ dan

4. Hal-hal yang Menggugurkan Qhisash tidak berlaku dalam jenis yang lain

a. Kematian pelaku pembunuhan, jika seperti emas dan perak. Dengan

pelaku pembunuhan meninggal ketentuan: (Audah, t,th.: 249)

sebelum diqishas, maka gugurlah qhishas atas dirinya.

1) Tiga puluh ekor unta hiqqah (unta

b. Pemberian maaf ahli waris (wali) betina berumur 3-4 tahun). korban, jika ahli waris (wali) korban

2) Tiga puluh ekor unta jadza’ah memaafkan si pembunuh, maka

(unta betina berumur 4-5 tahun). berdasarkan

3) Empat puluh ekor unta khalifah ulama, gugurlah hukum qishash.

kesepakatan

para

(unta sedang bunting). Karena ahli waris mempunyai dua

Pendapat tersebut di atas di hak atas orang yang membunuh

dasarkan pada hadis Nabi yang saudaranya yaitu diyat atau qishash.

diriwayatkan oleh Turmidzi dan

c. Perdamaian atas qhishas, para ahli Abu Dawud dari Amr ibnu Syu’aib

fikih sepakat

atas

bolehnya

bahwa Rasulullah bersabda yang kesepakatan damai antara pelaku

pembunuhan dengan ahli waris

artinya:

(wali) korban. Kemudian si pelaku “diyat itu adalah tiga puluh ekor membayar kompensasi yang telah

unta jadza’ah (umur 4-5 tahun), tiga disepakati oleh keduanya. Dan itu

puluh hiqqah (umur 3-4 tahun), dan

Pidana Mati dalam Perspektif Hukum Pidana dan Hukum Pidana Islam ║ 139

empat puluh khalifah (unta yang

Analisis Kajian Comparatif Pidana Mati

sedang bunting)”

dalam Sistem Pemidanaan di Indonesia dan Qhisash dalam Sistem Hukum

b. Diyat Mukhafaffah

Pidana Islam di Arab Saudi

Yaitu denda yang sifatnya ringan dengan membayar denda

Sebagai negara yang berdaulat, berupa 100 ekor unta terdiri 20

Indonesia dan Arab Saudi adalah negara ekor hiqqah, 20 ekor jadz’ah, 20 yang masih menerapkan pidana mati

ekor binta labun (unta betia umur dalam sistem hukum pidana. Eksistensi lebih dari 2 tahun), 20 ekor ibnu

pidana mati di kedua negara ini labun (unta jantan berumur lebih dari

dikarenakan pidana mati masih sangat

dibutuhkan dalam rangka mencapai mukhod (unta betina bermur lebih 2

2 tahun)

dan 20 ekor binta

kebenaran materil. Selain itu pidana mati tahun) diyat mukhaffah diwajibkan

sebagai upaya terhadap penghormatan atas pembunuhan bersalah dibayar

hak asasi manusia, karena pidana mati oleh keluarga pembunuh dan

tidak akan dijatuhkan melainkan karena diangsur 3 tahun tiap tahun

terpidana telah melakukan tindak pidana sepertiganya. (Muslich, 2005: 171)

yang telah terlebih dahulu melanggar hak asasi orang lain, sehingga dipandang

Dengan demikian, sungguh di perlu untuk dijatuhi pidana mati. dalam qhisash terdapat kedupan, Pidana mati yang ada di Indonesia yakni dengan qishahs sebagai detrance maupun di Arab Saudi memiliki banyak efect serta sebagai tidakan preventif persamaan yang menempatkan pidana bagi masyarakat luas untuk tidak mati sebagai ultimum remedium, yakni melakukan tidakan yang sama. pidana yang dapat diterapkan manakala Dengan tidak melakukan perbuatan unsur-unsur pemidanaan itu telah yang sama di sinilah kehidupan terpenuhi. Sekalipun dipandang sebagai yang dimaksud oleh tujuan qhisash hak mendasar, namun hak asasi manusia ini. Di samping itu juga bahwa patut mendapat pembatasan. Pembatasan qhisash sesungguhnya mengakomodir itu dibenarkan manakala hak hidup orang

dua kepentingan, hak Allah dan hak banyak dijadikan sebagai prioritas dari korban serta keluargnya. Di mana pada hak hidup perseorangan. hak Allah akan gugur jika keluarga Pidana Islam Sebagaimana dianut memberikan

pemaafan

kepada

oleh Arab Saudi membenarkan penerapan terpidana. Sehingga hukum pidana pidana mati karena adanya prinsip Islam merupaka hukum pidana yang pembalasan yang setimpal, maka hal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai demikian harus dilihat secara hernemeutik humanisme. yaitu teks yang diturunkan dalam konteks

tingkat kemampuan dan perkembangan masyarakat manusia saat itu dalam mengelola kehidupan bersama yang tertip menurut hukum Pidana Islam dan dapat

140 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

dipahami oleh tingkat komplesitas

mengakomodir kelembagaan yang ada pada saat itu.

kemungkinan

untuk

sistem hukum Islam, qhisash khususnya Akan tetapi Allah Swt memberi manusia

dalam sistem hukum pidana di Indonesia. akal budi dan pengetahuan tentang hal

Mengintegrasikan qhisash dalam yang

sistem hukum pidana di Indonesia dapat mengembangkan diri dan kemanusiaan.

baik dan

buruk

untuk

dilakukan dengan jalan pembaruan Dari kajian perbandingan ini penulis

hukum pidana, yaitu membuat atau menganalisis bahwa keberadaan Qhisash

memberlakukan suatu peraturan yang ada di Arab Saudi lebih memberikan

perundang-undangan untuk mengatur kepastian dan kemanfaatan hukum, yaitu

tindak pidana yang dapat diancam pidana penerapan qhisash terbukti memberikan

mati. Muladi memberikan metode manfaat dan kebahagiaan bagi penganut

pendekatan yaitu: (Muladi, t,th. :30) sistem hukum Islam. Di mana adanya

Evolutionary Approach

keseimbangan antara Hak Allah dan hak manusia, di mana qhisash akan gugur jika

Dengan metode ini kriminalisasi pelaku telah dimaafkan oleh korban

kejahatan dilakukan dengan cara (untuk jarimah selain jiwa) dan keluarga

perbaikan, penyempurnaan dan untuk tindak pidana atas jiwa. Artinya

amandemen terhadap peraturan- adalah Allah lebih mendahulukan hak

peraturan yang sudah lama di dalam manusia,

KUHP. Terkait dengan memberlakukan pemaafan maka terpidana baru akan di

qhisash dalam sistem pemidanaan di qhisash. Hal ini adalah bukti konkrit

Indonesia, kita dapat memperbaiki, bahwa hukum pidana Islam adalah

atau mengamandemen hukum yang sangat humanisme, sehingga

menyempurnakan

secara kompehensif seluruh legal substance di dalam qhisash sungguh terdapat

(Basuki, 2001: 7) yang mencantumkan kehidupan

sanksi pidana mati dirubah secara memikirkannya karena detrance effect.

substansi kepada qhisash. Pemberlakukan Indonesia sebagai negara civil law,

ini di dasarkan atas asas prefensi umum adalah suatu keniscayaan untuk

yaitu lex specialis derogat legi generali, yang mengakomodir qhisash dalam sistem

diberlakukan khusus bagi umat muslim pemidanaannya. Terlebih dengan telah

yang ada di Indonesia. Bukankan 90 % diterapkan hukum pidana mati masih

adalah umat dinilai belum efektif untuk menekan

penduduk Indonesia

muslim, sehingga tidak berasalan untuk angka pertumbuhan tindak pidana,

tidak menerpkan sistem hukum pidana sehingga menurut penulis tidak ada

Islam bagi para pemeluknya, sebagaimana salahnya untuk mencoba terlebih dahulu

memberlakukan secara parsial hukum memberlakukan qhisash untuk beberapa

perdata Islam bagi pemeluknya di negeri tindak pidana yang tergolong extra

ini.

ordinary crime . Tawaran ini penulis

Global Approcah

dasarkan atas

Indonesia

yang

Metode ini dilakukan dengan notabenenya Eropa Kontinental namun

membuat peraturan tersendiri di luar juga mengakomodir sistem hukum Anglo ketentuan hukum pidana yang sudah ada. Saxon, artinya bahwa tidak tertutup

Pidana Mati dalam Perspektif Hukum Pidana dan Hukum Pidana Islam ║ 141

Menurut hemat penulis, hal ini adalah Sepanjang Undang-undang masih jalan

mengatur tentang pidana mati dalam membentuk iuc constituendum melalui

yang lebih

terbuka

untuk

sistem pemidanaan, maka pidana mati jalan

adalah sanksi pidana yang konstitusional, Merumuskan norma baru

terlebih dalam hukum pidana Islam, ketentuan bagi umat Islam yang

dengan

ketentuan qhisash merupakan sanksi melakukan tindak pidana yang diancam

pidana yang datangnya dari ketentuan dengan pidana mati, maka qhisash berlaku

Allah, walaupun berbeda sistem hukum atasnya sebagaimana memberlakukan

baik qhisash maupun pidana mati yang hukum perdata Islam di Indonesia.

Dokumen yang terkait

TIDAK BEROLAHRAGA, OBESITAS, DAN MEROKOK PEMICU HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA 40 TAHUN KE ATAS NON EXERCISE, OBESITY, AND SMOKING ARE RISK FACTOR OF HYPERTENSION IN MAN MORE THAN 40 YEARS Dedy Wahyuddin1 , Susilowati Andajani

0 0 7

PENGARUH MOTIVASI DAN TINDAKAN TIDAK AMAN TERHADAP KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DALAM MASA GILING SHIFT 3 PG X KEDIRI RELATIONSHIP BETWEEN MOTIVATION AND UNSAFE ATTITUDE WITH WORK ACCIDENT OF PRODUCTION STAFF ON 3

0 0 7

DAYA HAMBAT PERTUMBUHAN Candida albicans DAN DAYA BUNUH Candida albicans EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum l.) GROWTH INHIBITION OF Candida albicans AND POWER KILL Candida albicans EXTRACT BASIL LEAVE Antonius Komang De Ornay, Herlambang Prehananto, Am

0 0 6

GAMBARAN PILIHAN PENOLONG PERSALINAN, PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN POSYANDU ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGLETIH KEDIRI TAHUN 2017 DESCRIPTION OF BIRTH ATTENDANT, EXCLUSIVE BREASTFEEDING AND POSYANDU IN CHILDREN IN NGLETIH HEALTH CENTER, KEDIRI 2017 Peb

0 0 6

ANALISIS KADAR VITAMIN C DAN FRUKTOSA PADA BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) VARIETAS PODANG URANG DAN PODANG LUMUT METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS ANALYSIS OF VITAMIN C AND FRUCTOSE CONTENT IN MANGO (Mangifera indica L.) VARIETY PODANG URANG AND PODANG LU

0 0 9

PREPARASI DAN KARAKTERISASI KARBON DARI “BLOTONG” LIMBAH PABRIK GULA PADA BERBAGAI SUHU KARBONASI PREPARATION AND CHARACTERIZATION CARBON FROM ”BLOTONG” WASTE IN SUGAR INDUSTRY WITH VARIATION IN CARBONATION TEMPERATURE Fery Eko Pujiono, Tri Ana Mulyati

0 0 7

PENGARUH KETERATURAN BEROBAT DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN NEUROPATI DIABETIK TIPE 2 INFLUENCE THE REGULARITY OF TREATMENT AND PHYSICAL ACTIVITY AGAINST THE OCCURRENCE OF TYPE 2 DIABETIC NEUROPATHIES Arini Rahmawati

0 0 8

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PRIVASI DAN DATA MEDIS PASIEN DI RUMAH SAKIT X SURABAYA LEGAL PROTECTION ON PRIVACY RIGHTS AND PATIENT MEDICAL DATA IN HOSPITAL X SURABAYA

0 0 14

KARAKTER SPESIFIK DAN PENGARUH PEMBERIAN ORAL EKSTRAK TERPURIFIKASI KELOPAK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP MAKROSKOPIS ORGAN HEPAR TIKUS WISTAR SPECIFIC CHARACTER AND EFFECT ORAL ADMINISTRATION OF ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) CALYX PURIFIED

0 0 9

PENGARUH LABEL HALAL DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE INSTAN MAHASISWA IAIN BUKITTINGGI T.A 2016/2017

0 0 14