1 PENGARUH LATIHAN ABC RUNNING TERHADAP POWER TUNGKAI PESERTA DIDIK EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI

  

PENGARUH LATIHAN ABC RUNNING TERHADAP POWER

TUNGKAI PESERTA DIDIK EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI

Wardianto, Victor Simanjuntak dan Mimi Haetami

  

Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP Untan Pontianak

Email : wardianto.rodila@gmail.com

  

Abstract

The problem in this study is whether Acceleration Balance Coordination (ABC) Running

affects the power of leg muscles of students in extracurricular MAN 1 Pontianak. The

purpose of this study was to determine the effect of ABC training running on the

strength of leg muscle power in jumping smash of extracurricular volleyball game MAN

  

1 Pontianak The population in this study were 12 people. By taking samples using saturated

sample techniques, the number of samples is 12 people. The method used is an experiment

with pre-experimental design. Data analysis techniques use the t-test formula. Based on the

results of this t-test, obtained t count itung (>) t table, namely the value of t count 1.52 and t

table 2.89 with a significant rate of 5%. Then Ho is refused and Ha is accepted. This means that there is an influence on the 12.44% running ABC coordination (ABC) running, on the

  extracurricular leg muscle power of MAN 1 Pontianak.

  Keywords: Exercise, ABC running, Power, Volleyball.

  PENDAHULUAN

  Peningkatan prestasi olahraga perlu dilakukan pembinaan sedini mungkin melalui pencarian dan pembentukan bakat, pendidikan, serta pelatihan olahraga. Pendidikan jasmani yang ada di sekolah memiliki tujuan untuk membangun kesehatan, sportivitas, disiplin, ketahanan dan jiwa yang kuat dalam upaya membangun manusia yang unggul dan berdaya saing. Oleh karena itu, olahraga harus diberdayakan baik itu di instansi-instansi, masyarakat luas maupun di lingkungan pendidikan. Menurut WHO (dalam Rahayu, 2003: 7) pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselengarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera rohani (melalui kegiatan jasmani) yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani.

  Pendidikan jasmani sebagai wahana dalam peningkatan kebugaran jasmani yang akan berdampak pada fisik sehingga mendapatkan tubuh yang sehat dan mudah melakukan aktivitas sehari-hari. Contoh seperti bekerja, berjalan, berlari, dan lain-lain. Menurut Howley & Franks (dalam Suharjana, 2013: 2) mendefinisikan Physical Fitness: optimal

  physical quality of life, including obtaining criterion levels of physical fitness test scores, and low risk of develoving health problems.

  Dalam konteks sederhana kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan fisik yang optimal dalam hidup seseorang yang ditandai oleh pencapai nilai tes kebugaran jasmani dalam tingkat tertentu dan terhindarkan dari masalah- masalah kesehatan. Dengan demikian, kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang untuk menjalankan hidup sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih memiliki kemampuan untuk mengisi pekerjaan ringan lainnya. Daya ledak (power) adalah hasil kali dari kekuatan dan kecepatan. Kirkendal, Gruber,

  & Jonhson (dalam Suharjana, 2013: 144) menyatakan bahwa power adalah kemampuan sekelompok otot tungkai untuk melakukan lompatan secara eksplosif yang dinyatakan dalam satuan Kg. Power otot tungkai dapat dimaksimalkan melalui ekstrakurikuler yang merupakan suatu kegiatan yang sering diadakan di luar jam sekolah. Peningkatan prestasi olahraga perlu dilakukan pembinaan sedini mungkin melalui pencarian dan pembentukan bakat, pendidikan, serta pelatihan olahraga. Pendidikan jasmani yang ada di sekolah memiliki tujuan untuk membangun kesehatan, sportivitas, disiplin, ketahanan dan jiwa yang kuat dalam upaya membangun manusia yang unggul dan berdaya saing. Oleh karena itu, olahraga harus diberdayakan baik itu di instansi- instansi, masyarakat luas maupun di lingkungan pendidikan. Menurut WHO (dalam Rahayu, 2003: 7) pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselengarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan.

  Jadi pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera rohani (melalui kegiatan jasmani) yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani. Pendidikan jasmani sebagai wahana dalam peningkatan kebugaran jasmani yang akan berdampak pada fisik sehingga mendapatkan tubuh yang sehat dan mudah melakukan aktivitas sehari-hari. Contoh seperti bekerja, berjalan, berlari, dan lain-lain. Menurut Howley & Franks (dalam Suharjana, 2013: 2) mendefinisikan Physical Fitness:

  optimal physical quality of life, including obtaining criterion levels of physical fitness test scores, and low risk of develoving health problems. Dalam konteks sederhana kebugaran

  jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan fisik yang optimal dalam hidup seseorang yang ditandai oleh pencapai nilai tes kebugaran jasmani dalam tingkat tertentu dan terhindarkan dari masalah-masalah kesehatan. Dengan demikian, kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang untuk menjalankan hidup sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih memiliki kemampuan untuk mengisi pekerjaan ringan lainnya. Dengan itu untuk ranah jasmani merupakan ranah yang akan diperlukan sehari-hari, maka dari itu jasmani juga mempunyai berbagi komponen, seperti kekuatan, kecepatan, power, daya tahan kelenturan dan masih banyak yang lainya oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari juga memerlukan power dalam melakukan kegiatan agar lebih semangat dalam menjalankan aktivitas. Daya ledak (power) adalah hasil kali dari kekuatan dan kecepatan. Para ahli mengemukakan power Kirkendal, Gruber, & Jonhson (dalam Suharjana, 2013: 144) menyatakan bahwa power adalah kemampuan sekelompok otot tungkai untuk melakukan lompatan secara eksplosif yang dinyatakan dalam satuan Kg. Power otot tungkai dapat dimaksimalkan melalui ekstrakurikuler yang merupakan suatu kegiatan yang sering diadakan di luar jam sekolah. Dari kegiatan ekstrakurikuler ini akan membentuk kekuatan dari berbagai komponen.

  Maka dari itu ada beberapa komponen fisik menurut Harsono (2017: 40) antara lain: (1) kekuatan otot, (2) daya tahan, (3) daya ledak, (4) kecepatan, (5) kelenturan, (6) keseimbangan, (7) kelincahan, (9) daya ledak otot, (10) daya tahan kardiovaskular. Dari berbagai komponen tersebut akan di kupas tentang power tungkai.

  Power otot tungkai merupakan hasil dari perkalian antara kekuatan dan kecepatan.

  Kekuatan yang baik didukung oleh kecepatan yang baik dan akan dapat menghasilkan daya ledak (power) yang baik pula. Beberapa definisi

  power /daya ledak. Daya ledak (muscular power)

  adalah kemampuan otot untuk melakukan pekerjaan yang kuat dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Indrati dkk, 2010: 28). Kirkendal, Gruber, & Jonhson (dalam Suharjana, 2002: 144) mengartikan power adalah kemampuan sekelompok otot tungkai untuk melakukan lompatan secara eksplosif yang dinyatakan dalam satuan Kg.

  Harsono, (2004: 47) mengatakan Daya ledak (power) adalah kemampuan untuk mengontrol kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan power adalah kemampuan sekelompok otot tungkai untuk melakukan lompatan tahanan sekelompok otot dan gerakan yang sangat cepat yang dinyatakan Kg. Sehingga power merupakan hubungan yang sangat erat terhadap kekuatan dan kecepatan. Karena power akan bertambah jika perpaduan kekuatan dan kecepatan sama- sama baik. Komponen yang dapat meningkatkan

  power adalah kekuatan dan kecepatan. Dari

  komponen tersebut dapat meningkatkan power otot tungkai. Kecepatan (speed), Kecepatan merupakan yang sangat penting dalam peningkatan power. Maka dari itu kecepatan adalah kemampuan berpindah dari satu tempat lain dalam waktu yang sangat singkat (Bardianto dkk, 2013: 41). Kecepatan adalah kemampuan untuk menghasilkan gerak secara berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat mungkin (Indrati dkk, 2010: 29). Kecepatan adalah jarak yang ditempuh dalam satuan waktu tertentu (Harsono, 2004: 47). Jadi kecepatan adalah kemampuan gerak yang dapat dilakukan dengan secepat mungkin dalam jarak tertentu dan waktu yang sangat singkat. Sedangkan power juga memiliki satu komponen lagi yaitu kekuatan yang dapat membantu peningkatan power menjadi lebih baik. Kekuatan (streght), Kekuatan merupakan komponen yang sangat berpengaruh terhadap daya ledak (power). Sehingga kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan (Irianto, 2002 : 66).

  Kekuatan adalah kemampuan otot melakukan kontraksi guna membangkitkan ketegangan terhadap suatu tekanan (Bardianto dkk, 2013: 40). Kekuatan adalah komponen yang sangat penting untuk meningkatkan kondisi fisik seseorang secara menyeluruh (Tengkudung & Puspitorini, 2012: 68). Juliantine (2007: 3.5) mengartikan kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna dapat membangkitkan otot. Jadi kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi yang sesuai dengan fungsi-fungsinya untuk menahan beban/tekanan yang berasal dalam diri sendiri maupun dari luar untuk membangkitkan otot-otot tersebut. Oleh karena itu kekuatan dan kecepatan sama-sama baik maka akan menghasilkan power yang baik juga. Maka dari itu akan terdapat beberapa komponen power. Komponen-komponen power tungkai Kedua komponen fisik ini mampu meningkatkan

  power

  tungkai menjadi lebih baik. Akan tetapi yang di diketahui tidak hanya komponen fisik saja, tetapi harus mengetahui komponen otot tungkai yang ada dalam komponen otot dan mengetahui latihan otot tungkai tersebut.Untuk melatih power otot tungkai sebaiknya yang harus diketahui adalah komponen otot-otot tungkai. Semua insertio melekat pada kaki dan jari-jari kaki dengan perantara urut-urut panjang yang diikat semua kuku kaki. Menurut Kaswari (2007: 65) otot-otot tersebut menjadi empat komponen meliputi: Golongan depan dibentuk oleh m. tibialis interiors (otot tulang kering depan) dan m. haliccis longus (otot kedang jari kaki). Golongan terletak di bagian luar, yaitu m.

  fibularis (otot betis) yang menggerakan kaki

  keluar di dalam sendi tulang loncat bawah (os

  tolus ). Yang melekat pada tumit dengan

  perantara urut (tendon) misal otot betis berkepala dua (m. gastrocnemius).

  Otot-otot ketul yang menurunkan ujung kaki, mengentulkan jari-jari kaki dan juga menggerakan kaki ke dalam. Maka dari uraian di atas dapat dirangkumkan bahwa kecepata dan kekuatan apabila di gabungkan akan menghasilkan power tungkai yang sagat baik dan otot-otot tungkai akai lebih cepat bereaksi dengan baik. Dari itu diperlukan metode yang dapat meningkatkanya. Seperti drill, plyometrik, ABC running dan lain-lain. ABC running Drills dengan latihan kekuatan, bisa menjalankan bentuk kinerja yang akan ditingkatkan, karena berjalan memiliki komponen neuromuskuler, bentuk berjalan dapat ditingkatkan melalui bentuk latihan yang mengkoordinasikan gerakan yang terlibat dengan anatomi. Latihan dikembangkan oleh pelatih Gerard Mach pada 1950-an, yang sederhana untuk melakukan dan menyebabkan sedikit stress. Contoh gerakannya mengangkat lutut, gerakan kaki bagian atas, dan

  pushoff. Dengan meningkatkan setiap fase dan

  memperlambat gerakan latihan, bila dilakukan dengan benar akan membantu pelari meningkatkan power otot tungkainya. kinestetik mempromosikan respon neuromuscular, dan menekankan pengembangan kekuatan. Sebuah gerakan dilakukan dengan benar harus mengarah ke sasaran yang tepat bentuk dan jalannya. Pada kecepatan yang lebih cepat, awalnya latihan ini dirancang untuk pelari, tetapi dapat digunakan oleh semua pelari dan cabang olahraga lainya seperti, bola voli basket, lompat jauh dan masih banyak yang lainya. Ini harus dilakukan satu atau dua kali seminggu dan dapat diselesaikan dalam 15 menit. Fokus pada bentuk yang tepat gerak mengangkat lutut didorong oleh lutut dan paha. Fleksi lutut terjadi, dan panggul diputar ke depan. Gerak lengan sederhana dan digunakan untuk menyeimbangkan tindakan dari tubuh bagian bawah sebagai lawan mendorong pinggul. Lengan berlawanan dengan kaki diangkat dan ditekuk 90 derajat di siku kaki, dan ayunan ke depan dan kembali seperti awalnya, bahu sendi bertindak sebagai titik tumpu, lengan yang berlawanan juga bergerak secara bersamaan dalam arah yang berlawanan. Kedua tangan harus rileks pada sendi pergelangan. Penekanannya adalah pada mengemudi di ayunan kaki, yang memulai angkat lutut kaki lainnya.

  Menurut Kaswari (2007: 81-84) latihan olahraga yang rutin dan teratur menyebabkan perubahan tetap yang bersifat meningkat baik susunan maupun fungsi otot, antara lain: Serabut-serabut otot menjadi besar, kuat dan elestis otot meningkat sehingga daya otot menjadi lebih lincah.Kemampuan otot menerima dan menanggapi rangsangan menjadi lebih peka dan refleksi otot meningkat. Kapilarisasi pembuluh darah pada otot yang terlatih menjadi banyak sehingga bagian otot menjadi lebih lancar, sirkulasi darah lancar pada otot yang bekerja mempunyai arti yang sangat penting, karena dengan lancaran peredaran darah akan mempermudah pembakaran (glucose, oksigen dan hormon). Dengan sirkulasi darah yang lancar pada otot yang bekerja menjamin pembuangan sampah pembakaran diangkut menuju alat-alat exercise. Demikian otot yang berlatih akan meningkatkan daya tahan, bekerja tahan lama dan tidak mudah leleh. Bila dikaitkan dengan alat kerja vegetatif, misal alat pernapasan (paru-paru), alat peredaran darah (jantung dan pembuluh darah) vebtilasi udara paru-paru pada orang terlatih menjadi baik, pernapasan longgar dan mendalam. Kapisitas vital menjadi besar dan baik, pada orang terlatih baik, kemampuan jantung dalam memompa darah juga baik disebabkan volume sekuncup jantung besar sehingga volume semenit jantung menjadi besar. Dalam hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa latihan-latihan olahraga teratur dan rutin kerja otot menjadi efisien, efektif dan tidak lekas lelah. Contoh saat kita melakukan latihan banyak sekali mengeluarkan energi badan menjadi sakit. Jumlah massa otot 40%-50% dari massa tubuh pada otot seran lintang yang bisa diperintahkan. Bila seseorang berlatih dengan teratur massa otot akan bertambah besar. Pembesaran otot ini dikenal dengan nama hipertrobi otot, artinya sel otot bertambah besar, bukan sel ototnya bertambah banyak. Otot seran lintang terdiri dari: Serabut otot merah (slow twicth fibre): otot ini kontrasinya lambat, powernya tidak begitu besar, tahan lama dan memiliki banyak pembuluh darah.

  Serabut otot putih (fast twicth fibre): otot ini kontraksi cepat, powernya besar, tidak tahan lama dan tidak banyak pembuluh darah. Macam- macam pacu (rangsangan) otot Baik otot polos, jantung dan seran lintang dalam berkontraksi memerlukan pacu dari luar itu berupa: Mekanis : pijatan, pukulan dan tusukan Thermis : panas, dingin Kimia : asam basa, amonia, dan senyawa lain. Listrik : aliran listrik Syaraf : rangsangan dari saraf pusat. Kontraksi otot. mempunyai tiga fase kontraksi otot Fase latent ialah fase antara saat pacu sampai otot memulai kerut Fase ini berkisar 0,01 detik. Fase kontraksi ialah fase dimana otot melakukan kerut dan fase ini berkisar 0,04 detik. Fase rileksasi ialah fase kembali otot setelah mengkerut ke bentuk semula dan lama fase ini berkisar 0,05 detik. Kontraksi otot ada tiga fase, yaitu : Kontraksiisotonis ialah kontraksi dimana tegangan otot dalam kontraksinya relatif tetap. Contoh berjalan, mengangkat benda yang bisa terangkat. Kontraksi isometris ialah kontraksi otot dimana bentuk otot selama berkontraksi relatif tetap. Contoh seorang binaragawan melihatkan otot-ototnya atau mendorong tembok. Kontraksi isokenetis ialah kontraksi dimana kecepatan bergeraknya sendi relatif tetap, contoh menekan alat yang memakai “shock adsorber” seperti pintu memakai alat peredam. Kontraksi isotonis terdiri dan kontraksi isotonis yang konsentris dan eksentris.

  Eksentris ialah kontraksi dimana otot berkehendak memendek, tetapi malah memanjang karena adanya gaya luar yang lebih besar dan berlawanan. Tenaga/proses kontraks Jaringan otot mengandung 20% protein, 75% air, 5% mineral dan zat-zat yang penting antaranya : 1. Adenosin tri phosphat (ATP) 2.

  Phospho creatine (PC) 3. Glicogen 4. Actin 5. Myosin 6. Myoglobine 7. Ion k,Ca,P,Mg,Na.

  MCV (Maximum Contraction), artiya semangkin besar kemauan semangkin besar pula kekuatannya. Massa otot, semangkin besar massa otot semangkin besar actine dan myosin, sehingga semangkin kuat kontraksinya. Otot yang dipanjangkan sebelum kontraksi. Otot yang diberi beban sebelum berkontraksi. Tingkat kelelahan Tingkat keterlatihan.Suhu otot optimal pada suhu 39 derajat celcius. Tolak ukur otot Kekuatan biasanya diukur dengan alat dinamometer, dapat mengukur kekuatan otot maksimal. Kecepatan seberapa otot berkontraksi.

  Power /daya ledak kemampuan kerja otot

  Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut. Latihan otot tungkai untuk meningkatkat smash bola voli dengan latihan ABC running sangat menarik minat siswa khususnya siswa SMA/MA untuk mempelajari cara meningkatkan power otot tungkai pada permainan bola voli. Pengunaan latihan ABC running ini sagat tepat untuk menambah power tungkai siswa yang mengikuti ekstrakulikuler di

  Group. Observasi yang dilakukan sebelum tes

  Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen, “penelitian ini sangat dekat hubungannya dengan sebab dan akibat (Bambang Prasetyo, 2012:158). Menurut Sugiyono (2009:72), penelitian eksperimen dilakukan di laboratorium sedangkan survei dilakukan dilakukan secara ilmiah. Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatmant) dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan bentuk Pre-Experimental Design. Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah melakukan eksperimen Pre-Test and Post-Test

  1 Pontianak”.

  jarak 20 meter dalam pelaksanaannya latihan meningkatkan power otot tungkai dalam melakukan lompatan smash bola voli. Latihan ABC running ini digunakan melatih lompatan/loncatan pada saat melakukan smash. Secara lebih rinci media jenis-jenis tersebut dijabarkan dalam program latihan tiap-tiap pertemuan yang ada pada tabel 3.2. Diharapkan dengan diberikan latihan ABC running dapat meningkatkan kemampuan power otot tungkai siswa. Sehingga dapat mendorong kemampuan siswa untuk melakukan lompatan yang lebih maksimal agar dapat melakukan smash yang maksimal pula. HipotesisMenurut Sugiyono (2016:96) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian dimana rumusan masalah penelitian terbentuk dalam kalimat tanya. Untuk memberikan arah penelitian, maka disusun suatu hipotesis yang perlu diuji kebenaranya. Hipotesis tersebut ada kemungkinan ditolak dan ada juga diterima. Hal ini tergantung dari perhitungan statistik untuk menjawabnya.Menurut Arikunto (2010: 110) kata hipotesis berasal dari dua penggalan kata “hypo” artinya “di bawah” dan “thesa” artinya “kebenaran”. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, dari kata hupo dan tesis. Hupo artinya sementara dan tesis artinya pernyaan atau teori hipotesis adalah pertanyaan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya (Husain Usman, 2009:110). Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan (conjectural) tentang hubungan dua atau lebih variabel (Nasehudin, 2012:88). Maka hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh latihan ABC running terhadap power otot tungkai pada peserta didik ekstrakulikuler MAN

  running ini dengan perlakuannya menggunakan

  MAN 1 Pontianak. Penggunaan latihan ABC

  Penelitian yang Relevan ada beberapa penelitian yang relevan yang akan dikemukan sebagai berikut:Berdasarkan relavansi pada penelitian Edy (2016) dengan judul peningkatan lari 60 meter dengan ABC running di SDN 18 Tanjung Tapang Melawi. Pada penelitian Edy terdapat peningkan signifikan yaitu 50%.

  dari satu waktu , power merupakan hasil kekuatan kali kecepatan. Daya tahan/endurence merupakan kualitas otot dimana dihubungkan dari satu waktu antara lain ada dua daya tahan : Daya tahan aerobik, ialah daya tahan otot dalam keadaan aerob, dimana faktor O

  kesenambungan antara otot-otot dan latihan yang akan dilakukan dengan baik, maka akan menghasilkan kekuatan dan power otot tungkai yang sangat baik.

  forward flexion/ sitanrice. Dengan adanya

  relatif tidak diperlukan sama sekali melakukan aktivitas, contoh lari 100 meter, lompat jauh dan lain-lain. Koordinasi (otot + syaraf). Agility ialah kelincahan tubuh melakukan gerak bermacam-macam dengan gerakan cepat. Flexibility ialah kelenturan tubuh melakukan gerak pada sendinya, contoh:

  2

  relatif sagat diperlukan sekali selama otot melakukan aktivitasnya. Contoh lari jarak jauh. Daya tahan anaerobik ialah daya tahan otot dalam keadaan anaerob diman faktor O

  2

  disebut pre-test,setelah tes dilakukan disebut

  post-test (Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah,

  2012:161) Populasi menururt Babbie (dalam Sukardi, 2003:53) tidak lain elemen dari

  penelitian yang hidup dan tinggalyang akan menjadi target penelitian. Sedangkan menurut

  Martono (2011:74) populasi merupakan keseluruhan objek dan subjek yang berada di tempat atau wilayah sesuai dengan syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Nazir (dalam Nasehudin dan Gozali, 2012:120) mendefinisikan populasi merupakan semua kumpulan individu beserta ciri-ciri yang ada pada setiap manusia. Dalam rencana penelitian ini, jumlah populasi siswa putra ekstrakulikuler bola voli MAN 1 Pontianak berjumlah 12 siswa.

  Dikarenakan penelitian ini jumlah anggota populasi sedikit 12 siswa jadi populasi dalam penelitian ini digunakan semua sebagai

  sampel Menurut Martono (2011:74) sampel

  merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri khas tertentu berkaitan dengan permasalahan penelitian. Menurut Haryono (1998:194) sampel adalah merupakan anggota yang diambil dengan menggunakan teknik yang tertentu yang disebut dengan teknik sampling. Menurut Azwar (2016:79) sampel adalah sebagian dari populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Jadi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah semua populasi dari MAN

  1 Pontianak yang mengikuti ekstrakurikuler bola voli berjumlah dua belas orang. Lapangan, digunakan untuk melakukan latihan ABC running. Peluit, digunakan untuk memberikan aba-aba dan perintah pada siswa. Kun, digunakan untuk memberikan batas pada saat melakukan latihan. Kamera, digunakan untuk dokumentasi serta membantu evaluasi gerak uji praktek siswa. Papan Vertikal Jump, digunakan untuk mengetahui hasil yang dicapai saat melakukan uji tes. Formulir tes dan alat tulis tes, digunakan untuk mencatat hasil yang dicapai dalam pelaksanaan uji tes. Bubuk kapur, digunakan sebagai tanda ukuran tingginya loncatan.Meteran, untuk mengukur jarak lapangan yang akan digunakan pada saat latihan. Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pretest merupakan tes yang akan diberikan pada siswa sebelum diberkan perlakuan, yang mana pretest merupakan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam melakukan vertikal power jump.

  Cara melaksanakannya adalah sebagai berikut Siswa berbaris melakukan pemanasan sebelum tes dimulai. Siswa dipanggil satu- persatu sesuai dengan urutan absen. Siswa melakukan tes vertikal jump diberikan sebanyak tiga (3) kali pengulangan.Hasil dicatat dan diambil lompatan tertinggi. Para ahli olahraga berpendapat atlet yang melakukan program latihan secara intensif selama 6-10 minggu akan memiliki stamina dan kekuatan yang lebih baik dari sebelumnya dibandingkan atlet yang hanya melakukan 1-2 minggu saja sebelum musim latihan (James Tengkudung & Puspitirini 2012:67). Sedangkan menurut Juliantine, Yudiana, dan Subarjah (2007:3.5) pelaksnaan latihan dapat dilakukan dengan frekuensi latihan 3 hari/minggu. Sedangkan lamanya latihan paling sedikit 4-6 minggu. Dari pendapat para ahli di atas maka penelitian yang dilaksanakan dengan waktu 4 minggu (satu bulan) dengan setiap minggunya dilakukan 3 kali pertemuan. Seluruhnya 12 pertemuan, satu kali melakukan pretest dan satu kali posttest, dan 10 kali pemberian perlakuan.

  Posttest merupakan tes yang akan diberikan pada siswa, yaitu setelah siswa diberi perlakuan dimana posttest merupakan untuk mengetahui siswa dalam melakukan aktivitas vertikal power jump . Adapun tata cara untu melaksanakannya sebagai berikut: Siswa dibariskan dan melakukan pemanasan terlebih dahulu, sebelum tes dilakukan. Siswa dipanggil satu-persatu sesuai dengan urutan absennya. Siswa melakukan tes vertikal power jump diberikan 3 kali kesempatan setiap individu dan diukur hasil lompatannya. Hasil lompatan tersebut dicatat dan diambil nilai tertinggi/lompatan tertinggi.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskriptif Data Hasil Penelitian

  Pelaksaan penelitian ini dilakukan di MAN

  1 Pontianak. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh latihan power otot tungkai menggunakan metode ABC running terhadap lompatan smash bola voli Di ekstrakurikuler siswa MAN 1 Pontianak.

  Pada pengolahan data hasil penelitian, berdasarkan hasil peningkatan lompatan dengan analisis uji pengaruh. Maka hasil analisis data dibandingkan dan diambil kesimpulan untuk mengetahui hasil dari penelitian untuk menjadi jawaban dari masalah penelitian ini. Data yang diproleh adalah sebagai berikut : Deskripsi Data

  Hasil Penelitian Dari hasil data yang diproleh dalam penelitian ini melalui tes awal atau pretest dan tes akhirnya adalah posttest. Hasil Pretest dan Posttest Dari deskriptif data hasil pretest dan posttest sebagai berikut :

  Perlakuan Rata- rata Persen (%) Skor Terendah Skor Tertinggi Simpangan Baku

  Posttest

  12 38,17 2,836 2,919 Normal

  2 tabel 5% Ket Pretest

  X

  

2

hitung

  X

  Tes N Mean

  29 58 10,62

  Posttest 42,5 42,5%

  23 42 10,44

  Metode ABC Running Pretest 38,17 38,17%

  = 2,836 dan posttest = 2,351 lebih kecil dari pada chi kuadrat tabel (2,919), maka distribusi dari data statistik 12 siswa tersebur dapat dinyatakan berdistribusi normal.Uji homogenitas adalah untuk mengetahui kesamaan varians antara kelompok 1 dan kelompok 2. Dari hasil uji homogenitas yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel sebagi berikut :

  

Tabel 1. Diskripsi data pretest dan posttest

  pretest

  ) dapat diketahui apabila dk = 2 dan kesalahan 5%, maka harga chi kuadrat tabel = 2,919. Karena chi kuadrat hitung untuk

  2

  Dalam perhitungan ditemukan Chi Kuadrat hitung (pretest) = 2,836 dan chi kuadrat hitung (posttest) = 2,351, kemudian dibandingkan dengan chi kuadrat tabel dengan dk ( derajat kebebasan) jumblah kelas – (5-3=2). Berdasarkan tabel chi kuadrat (x

  

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas

  ). Maka dari itu uji normalitas data yang dilakukan pada pretest dan posttest sebagai berikut :

  Pada saat melakukan analisis data harus melakukan dahulu uji disribusi kenormalan. Uji normalitas ini mengunakan data chi kuadrat (

  Hasil Analisis Data

  ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontianak menunjukan 12 sampel tersebut, maka hasil yang diproleh untuk rata-rata 42,92, skor tertinggi 58, skor terendah 29 dengan simpangan baku 10,62. Berdasarkan analisis data deskriptif data pretest dan posttest pada tabel 4.1. Maka hasil rata-rata lompatan siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontianak pada pretest adalah 38,17 sedangkan pada posttest adalah 42,92.

  posttest pada hasil lompatan siswa

  Deskripsi data pretest hasil lompatan siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontianak berdasarkan tabel 4.1 menunjukan dari 12 sampel menyatakan hasil yang diproleh untuk rata-rata pretest 38,17 dan posttest 42,5, dengan persetase pretest 38,17% dan posttest 42,5%, skor tertinggi 42, skor terendah 23 dengan simpang baku 10,44. Sedangkan untuk hasil

  12 42,92 2,351

  

Tabel 3. Uji Homogenitas

  hitung >

  11 2,89 5%

  Uraian Rata-rata Lompatan Atlet t hitung d.b t tabel Taraf signifikan Pretest 38,17 1,52

  12 8,8

  Posttest

  12 9,03 1,026 2,89 Homogenitas

  Tes N Varians F hitung F tabel Ket Pretest

  sebesar 12,44%. Berdasarkan hasil tes lompatan siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontinak, dapat dilihat dari hasil peningkatan lompatan siswa. Tes kemampuan awal yang dilakukan sebelum pemberian tidakan menunjukan kemampuan siswa masih rata-rata katagori cukup. Setelah dilakukan pemberian perlakuan mengalami peningkatan tes awal rata- rata meningkat menjadi sedang. Perbandingan persentase lompatan siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontinak, hipotesis penelitian ini

  smash siswa ekstrakurikuler MAN 1 Pontianak

  Pada saat menungu giliran siswa juga bersemagat saat menyaksikan dan melakukan kegiatan latihan. Keadaan seperti ini dikarenakan model dalam ABC running sagat beragam dan baru di kalangan siswa. Sehingga dengan pemberian bentuk latihan ABC running ini dapat menjadi ilmu dan inspirasi bagi siswa untuk melatih power tungkainya masing- masing.Berdasarkan relavansi pada penelitian Edy (2016) dengan judul peningkatan lari 60 meter dengan ABC running di SDN 18 Tanjung Tapang Melawi. Pada penelitian Edy terdapat peningkan signifikan yaitu 50%. Sedangkan pada penelitian ini juga terdapat pengaruh latihan power tungkai, mengunakan metode ABC running terdapat peningkatan lompatan

  Menurut Bompa (dalam Tite Juliantine, 2007: 2.29) memperkirakan ratio sebagai berikut : untukan kekuatan membutuhkan waktu dari minggu ke minggu. Sehingga dari penelitian ini terdapat hasil lompat karena terdapat perubahan yang begitu signifikan dari pretest dikatagorikan cukup menjadi posttest menjadi sedang. Terbukti pada kemampuan rata-rata pretest adalah 38,17, sedangkan pada posttest adalah 42,92 (meningkat 4,75). Dipersentasekan mengunakan rumus berdasarkan perhitungan peningkatan hasil lompatan maka hasil yang diperoleh sebesar 12,44%.Selain dari aspek kemampuan lompatan smash, peningkatan juga terjadi pada partisipasi siswa secara menyeluruh.

  Pembahasan

  tabel .

  t

  dengan db = N-1 taraf signifikan 5% sebesar 2,89, maka pada rata-rata tes lompatan smash siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontianak diproleh t

  Harga F dibandingkan dengan F tabel dengan dk pembilang sama, kebetulan jumlah N sama yaitu 12 (dk pembilang dan dk penyebut sama), jadi berdasarkan tabel F, maka F hitung lebih kecil dari F tabel 1,026< 2,89 untuk F tabel 5% , dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians data yang akan di analisis homogen. Dalam uji t ini dapat diketahui jika t

  tabel

  sebesar 1,52 dan dibandingkan dengan t

  power tungkai di peroleh t hitung

  Dari perhitungan rata-rata untuk tes lompatan

  

Tabel 4. Data hasil uji t pretest dan posttest

  hitung lebih dari nilai derajat kepercayaan.

  maka perlakuan yang dilakukan tidak mempunyai pengaruh. Pengujian dengan uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Derajat signifikan yang digunakan adalah 5%. Kriteria pengujian adalah diterima apabila hasil perhitungan diperoleh nilai t

  tabel

  < t

  hitung

  maka perlakuanyang diberikan mempunyai pengaruh, namun jika t

  tabel

  > t

  hitung

  Posttest 42,92 dapat diterima dan terbukti latihan ABC running siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 terdapat pengaruh pada power tungkai. Pontianak yang telah diberikan perlakuan dari selisih yang didapat peningkat menjadi

  

SIMPULAN DAN SARAN terendahnya ialah 29 dan tertingginya 58 dengan

Kesimpulan rata-rata 42,92. Dengan demikian terdapatlah

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan pengaruh latihan power dengan 12 orang siswa tersebut, dengan jumlah siswanya 12 orang, yang mengunakan metode ABC running maka dapat disimpulkan bahwa latihan power terdapat kekuatan lompatan power dengan mengunakan metode ABC running dapat ekstrakurikuler MAN 1 Pontianak sebesar 12,44 meningkatkan lompatan smash. hasil penelitian %. ini, sebelum diberikan perlakuan. Selisih lompatan pada siswa ekstrakurikuler MAN 1 Pontianak selisih terendah 23 dan tertingginya 52 dengan rata-rata tesebut 38,17. Setelah itu

  

Saran Kaswari. (2007). Anatomi. Pontianak:

dengan mengunakan hasil penelitian ini Univesitas Tanjungpura.

  menyarankan :Bagi guru olahraga untuk Kirana, Candra dkk. (2013). Pendidikan memberikan latihan yang lebih berverisias. Jasmani Olahraga. Semarang: Viva upaya untuk meningkatkan power tungkai. Pakarindo. Perlunya ditindak lanjuti penelitian ini pada Martono, Nanang. (2010). Metode Penelitian skripsi ini masih banyak kekurangan yang Kuantitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo terdapat didalamnya’ oleh karena itu peneliti Persada. selanjutnyameneliti dan mengembangkanya. Nasehudin, Gozali. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

  

DAFTAR PUSTAKA Nurgiyantoro, Burhan. (2015). Metode

Azwar, Saifuddin. (2016). Metode Penelitian. Penelitian Kuantatif. Yogyakarta: BPFE.

  Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Presetiyo, Bambang, Jannah, Miftahul, & Lina.

  Metode Penelitian Kuantitaf.

  Bardiyanto, Agus dkk. (2013). Pendidikan (2012).

  Jasmani Olahraga. Semarang: Viva Jakarta: PT Rajagrafindo Perseda.

  Pakarindo. Rahardian, Berta dkk. (2013). Pendidikan Haryono, Amirul . (1998). Metode Penelitian Jasmani Olahraga. Semarang : Viva Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. Pakarindo..

  Harsono. (2004). Perencanaan Program Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Latihan. Bandung: UPI. Pendidikan. Bandung: Alfabeta. (2015). Kepelatihan Olahraga. Bandung: PT (2016). Metode Penelitian Pendidikan.

  Remaja Rosdakarya. Bandung: Alfabeta. Idrarti. Surjadji. (2010). Kesehatan Olahraga. Suharjana (2013). Kebugaran Jesmani.

  Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Yogyakarta: Jogja Global Media. Jasmani Sekreteriat Jendral Kementrian Tangkudung, James, Puspitorini, & Pendidikan Nasional. Wahnugtyas. (2012). Kepelatihan

  Juliantine, Tite. (2007). Modul Mata Kuliah Olahraga. Jakarta: Cerdas Jaya

  Teori Latihan. Bandung. Depertemen Pendidikan Indonesia.