FILSAFAT ILMU (Program Studi Magister Kenotariatan)

  (Program Studi Magister Kenotariatan) Dirangkum oleh: Prof. (em) Dr. E. Saefullah Wiradipradja, SH., LL.M. Gurubesar (em) Hukum Udara & Ruang Angkasa

  

Daftar Referensi

  • Bacaan Wajib:

  1. Andi Hakim Nasoetion, Pengantar ke Filsafat Sains, Lentera AntarNusa, Bogor, Cetakan ketiga,1999.

  2. Herman Soewardi, Roda Berputar Dunia Bergulir -

Kognisi Baru Tentang Timbul Tenggelamnya Sivilisasi,

bakti Mandiri, Bandung, 1999 (Khususnya Bab III).

  

2. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu – Sebuah Pengantar

Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2007.

  4. Mochtar Kusumaatmadja, “Tradisi dan Pembaruan di Negara Sedang Berkembang”, Kuliah Perdana Program Pascasarjana Unpad, 1996.

  5. Tarnas, Richard, The Passion of the Western Mind Understanding the Ideas That Have Shaped Our World View, First Ballantine Books Edition, New York, 1993.

  

6. The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta,

2000.

  7. Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions, nd

  2 Ed., Enlarged, The University of Chicago Press, Chicago, 1970.

  8. Tim Dosen Filsafat – Fak. Filsafat UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Liberty, Yogyakarta, 2001.

  • Bacaan Penunjang: (bebas)

  1. Ahmad Mahmud Sulaiman, Tuhan & Sains, PT. Sermabi Ilmu Semesta, Jakarta, 2001.

  

2. A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, Pusataka,

Perpustakaan Salaman ITB, Bandung, 1983.

  3. Bagus Takwin, filsafat timur – Sebuah Pengantar ke Pemikiran-pemikiran Timur, Jalasutra, Yogyakarta & Bandung, 2009.

  4. Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen, Pengantar Filsafat

(judul asli: Inleiding tot de Wetenschapsleer), alih bahasa

Soejono Soemargono, PT Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 2003.

  5. C.A. van Peursen, Susunan Ilmu Pengetahuan – Sebuah

  

Pengantar Filsafat Ilmu (Diterjemahkan oleh J. Drost),

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.

  6. Donny Gahral Adian, Percik Pemikiran Kontemporer –

  

Sebuah Pengantar Komprehensif, Jalasutra, Bandung,

2006.

  7. Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, PT.

  Bina Ilmu, Surabaya, 1979.

  8. Muh. Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna (Pandangan terhadap Pelbagai Aliran Filsafat Dunia), Terjemahan M.

  Nur Mufid bin Ali, Penerbit Mizan, Bandung, 1991.

  9. Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu – Telaah Sistematis

  Fungsional Komparatif, Edisi I, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1998.

  10. Nurcholis Madjid (ed.), Khazanah Intelektual Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.

  11. Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001.

  12. Suragiyo, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di

  

Indonesia – Suatu Pengantar, Bumi Aksara, Jakarta,

2008.

  13. Dan lain sebagainya.

  Renaissance dan Aufklarung yg m’misah ant aktivitas Ilmiah dg nilai2 k’agama di masa lalu shg ilmu b’gerak tanpa kendali dan kering dr rambu2 normatif.

  

Pendahuluan

  • T’dpt semacam k’cemas dn k’galau di kalangan s’bag besar para ilmuwan, filsuf, dan gamawan, b’kena dg k’maju yg sngt pesat iptek.
  • Semula p’kemb iptek s’jln di atas rel k’sejahtera dan k’penting umat man (mrpk fasilitas), namun belakangan justeru b’balik m’jadi ancaman dan m’nyengsara man, bhk alam b’serta isi>M’apa hal itu dpt t’jadi?
  • T’dpt bbrp jawaban yg dpt dikemuka, al:
  • Pertama, alasan historis . Adl mrpk dosa anak2

  Kedua, alasan normatif . Orientasi akademik m’alam p’geser dr wilayah keilmuan ke wilayah pasar yg cenderung profit oriented, shg demi uang (mgk

  

kekuasaan ) s’kelmpk ilmuwan tak segan2 melanggar

kode etik ilmiah.

  ●

  Krn itu, k’hadir fils ilmu sbg upaya m’letak kembali peran dan fungsi iptek sesuai tujuan semula, yi m’dasrkan diri

  dan concern thd k’bahagia umat man. P’ngemb iptek adl utk p’ningkat k’sejahtera masy.

  

Pengetahuan, Ilmu (Sains), dan Tanggung

Jawab Ilmuwan

(Lihat Andi Hakim Nasoetion)

P’tahu sbg Hsl Naluri Ingin Tahu.

  • Orang awam (the layman) sering m’nyama begitu saja ant

    p’erti ilmu (science) dg pengetahuan (knowledge), pdhal

    k’dua t’letak pd tataran dan m’milik ciri yg b’beda.
  • • Dulu di pedesaan scr turun-temurun bila anak sakit mata at

    luka, diobati dg air liur; at sakit perut dg makan pisang raja

    at pisang ambon (embun) lumut yg dibakar. Hal ini d’temu

    atas dsr naluri ingin tahu melalui p’amat.
  • Utk m’tahu scr rinci ttg p’beda ant kedua, perlu d’kemuka lbh dulu p’erti ilmu. Baru d’papar ciri2 ilmu, shg karakteristik

    ilmu itu sendiri lbh mudah diidentifikasi. Akhirnya yg sngt

    penting adl metode2 yg dipakai dlm bid ilmu pd umumnya.

  • Ilmu (P’tahu) at Sains • Rasa ingin tahu m’apa suatu hal t’jadi yg kmd d’golong2

    shg hal (yg t’sendiri) itu dianggap m’wakili suatu p’istiwa

    yg b’laku umum, mk akhirnya m’bangkit ilmu at sains.
  • Dr contoh2 di atas (anak sakit), stl org m’maham prinsip

    dsr apa yg t’dpt dlm pisang raja yg menangkal diare (zat

    p’hambat bakteri), at pisang ambon lumut yg dibakar (arang penyerap racun/karbon aktif yg d’keluar kuman disentri), kmd dpt m’ngata bhw bhn2 lain yg m’andung zat yg sama juga dpt d’guna sbg p’ganti pisang raja at pisang ambon utk k’perlu yg sama, baru dpt d’kata p’tahu itu m’andung unsur ilmu (sains).

  • Sasaran sains adl m’ada p’nata dan p’golong p’tahu atas dsr asas2 yg dpt m’nerang t’jadi p’tahu itu.
  • Mohr (1977) m’definisi sains scr opeasional sbg “suatu

  usaha akal man yg t’atur dan taat-asas menuju p’nemu k’terang ttg p’tahu yg benar”.

  • Tanggung Jawab Utama Ilmuwan • Dr ciri2 p’nyata khusus maupun umum yg m’jadi bentuk ungkapan ilmu dpt d’simpul bhw utk m’bangun ilmu, hingga dpt dipakai utk m’rmal k’jadi2 b’ikutnya, p’nyata2 khusus yg boleh dipakai utk m’buat p’nyata umum hanyalah yg benar saja.

  • Kmd utk menyusun suatu p’nyata umum dr s’kumpul p’nyata khusus d’perlu suatu tatacara yg benar pula.
  • Maksud benar di sini, a.l. bhw tatacara yg d’guna dpt diterima scr umum oleh masy ilmu
  • Krn itu, tanggung jawab utama

  ilmuwan, baik thd dirinya, sesama ilmuwan, dan masy, adl m’jamin k’benar dan

  k’handal p’nyata2 yg d’buat dan dpt dibuat oleh sesama ilmuwan lainnya.

  • Dg dmk, selai m’jaga agar semua p’nyata ilmiah yg dibuat selalu benar, ia juga hrs dpt menanggapi bila ada p’nyata ilmiah yg dibuat ilmuwan lain tidk benar.

  • T.j. ilmiah dmk adl t.j. masy ilmiah yg lazim dan sdh b’laku turun-termurun.
  • Hal ini yg jadi alasan m’apa s’org ilmuwan seharusnya tdk begitu saja menerima p’nyata s’org ilmuwan lain sbg sst yg benar meski, mis. yg d’hadapi adl ilmuwan ternama. Ia hanya menerima suatu p’nyata sbg suatu k’benar atas dsr suatu p’ngamat b’dsr p’alam.
  • Meski dmk, dlm praktek org sering m’percayai begitu saja laporan/p’nyata s’org ilmuwan t’nama, namun umumnya org akan percaya akan suatu p’nyata ilmiah bila hal itu sdh m’jadi k’sepakat bbrp org ilmuwan lain.

  • Contoh ttg k’percaya mutlak thd s’org ilmuwan t’nama: Cyril Burt . Hsl penel
  • Mis. Kasus ahli psikologi Inggris empriknya yg m’nyata bhw inteligensia adl sifat yg turun-

  temurun, pernah diterima di kal ilmuwan psikologi internasional. Org percaya krn dia ilmuwan t’kenal.

  • Suatu ketika s’org ahli psikologi lain m’nemu bhw Burt tlh

    memalsukan bhn bukti yg penting. Stl 5 thn Burt meninggal,

    sebuah iklan dlm The Times (16 Okt 1976) minta kpd dua org

    peneliti p’damping yg m’bantu Burt dlm p’neliti2 ttg intelegensia

    anak kembar, yi Margaret Howard dan J. Conway, utk m’hub

    Oliver Gill, kores-ponden ilmu k’dokter Sunday Time. T’nyata

    tdk ada org yg b’nama spt kedua nama tsb.

  • Delapan hr kmd di Sunday Time muncul berita utam bhw “data penting tlh d’palsu oleh ahli psikologi t’kemuka”. Berita utama tsb memuat foto Sir Cyril Burt, bapak psikologi p’didik Inggris, sbg org yg dituduh (Hearshaw, 1979, lihat Andi Hakim Nst).
  • P’malsu data p’neliti ttg intelegensia anak kembar tsb, utk m’beri dukungan thd teori bhw intelegensia adl sifat yg turun-temurun, yg m’perkuat teori Shockley bhw org b’kulit hitam intelegensianya kurang dibanding org kulit putih.

  • Kasus tsb di samping sbg contoh bhw s’org ilmuwan tdk hrs selalu p’caya meski ilmuwan ybs adl ilmuwan t’kenal, tp juga mrpk contoh p’langgar etika akademik, yi k’tdk- jujur ilmiah.
  • Contoh lain ttg k’tdk-jujur ilmiah adl teori genetika

  Mitschurin. Pemuka teori ini adl T.D. Lyssenko (org Stalin) m’nyata bhw teori Mendel dlm genetika tdk boleh dipelajari di Rusia (pd jaman k’kuasa Stalin). Sbg gantinya hrs d’ikut teori genetika Mitschurin yg m’nyata bhw lingkungan dpt m’bentuk sifat suatu makhluk yg akhirnya dpt d’turun kpd k’turun-nya (zuriat).

  • Teori Mitschurin lbh cocok bagi idiologi Marxisme drpd teori Mendel. Lebih2 lagi krn Mendel semasa hidupnya adl s’org rohaniawan.
  • P’batas k’bebas b’pikir ini hrs dibayar mahal. Slm Lyssenko sngt dominan p’ngaruh di Rusia, ilmu p’mulia tanaman dan ternak t’hambat p’kemb-nya shg produksi p’tani di Rusia m’alam k’mundur. K’tdk-jujur ilmiah ini d’laku utk m’dukung paham politik at k’bijak suatu neg.
  • Pedoman Kerja bagi Ilmuwan • Tujuan sains adl utk m’nemu p’tahu yg benar ttg b’bagi k’ada alam semesta. K’wajib batiniah s’org ilmuwan adl m’beri sumbangan ilmu baru yg benar saja ke kumpulan ilmu p’tahu yg benar yg sdh ada, meski ada tekanan2 ekon at sosial yg m’minta utk tdk m’laku hal itu. Krn tang.jwb-nya ialah memerangi k’tdk-tahu, prasangka, dan takhayul di kalangan man ttg alam semesta.
  • Krn itu di kalangan masy ilmuwan ada s’kumpul pedoman kerja yg disepakati hrs d’ikut oleh s’org ilmuwan yg t’hormat. Scr ringkas m’cakup butir2 sbb.:

  1. Bekerjalah dg jujur;

  2. Jangan se-kali2 menukangi data;

  3. Selalulah b’tindak tepat, teliti, dan cermat; 4. Berlakulah adil thd p’dpt org lain yg muncul lbh dahulu.

  5. Jauhilah pandangan b’bias thd data dan p’mikir ilmuwan lain;

  6. Jangan b’kompromi, ttp usahakanlah m’nyelesaikan p’masalah yg d’hadap dg tuntas.

  • Krn itu di bbrp perg tinggi m’minta kpd s’org yg baru d’anugrah gelar doktor, gelar akadmik t’tinggi bagi s’org ilmuwan, utk m’ucap suatu janji.
  • Janji yg mula2 diminta oleh Immanuel Kant di Freiburg kpd doktor bimb-nya, yg b’bunyi sbb:

  “Senat Universitas tlh m’mutus m’anugrah kpd anda gelar doktor

sains.Hal itu adl suatu k’hormat yg m’bawa suatu k’wajib. K’wajibitu adl

utk selalu m’pertahan k’benar ilmiah, pantang t’goda utk menekan at memalsu k’benar ini, apakah di bawah tekanan ekonomi at politik. Sejiwa dg ini saya selaku Ketua Senat, m’ngulur tangan saya kpd anda dan

meminta anda b’janji utk m’jaga k’hormat yg tlh di’anugrah Senat kpd

anda ini dr sgl macam noda yg m’cemar dan tanpa t’penmgaruh oleg

p’timbang2 lain, selalu m’cari dan m’beri k’setia anda, hanya kpd k’benar”.

  • Suatu p’langgar thd janji ilmuwan ini apabila t’butki akan b’akibat p’cabut kembali gelar doktor yg tlh d’anugrah.
  • Hal ini shrs-nya d’laksana juga di kalngan p’guru tinggi dan ilmuwan di Indonesia.
  • Pembatasan thd Kebebasan Akademik • Krn t.j. ilmuwan adl m’pertahan k’benar ilmiah, mk tdk mgk ada rasa tenggang-menenggang ant p’capai tujuan ilmu dg usaha2 p’ngekang p’buru ilmu.
  • Ini yg dikenal dg ungkapan bhw ilmu itu hrs “value free”

  (bebas nilai). Bila thd suatu masy ilmuwan tnt d’kena p’batas memilih pokok bahasan dan m’laksana p’neliti, mk teknol yg b’landas ilmu akan m’alami k’hancur, spt yg d’alam oleh ilmu genetika Rusia di jaman Stalin.