Dosen tetap Prodi Pendidikan Agama islam STAI Muara Bulian Shukatingmail.com Abstract - View of URGENSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBELAJARAN

  5 URGENSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBELAJARAN * Oleh : Sukatin

  • *Dosen tetap Prodi Pendidikan Agama islam STAI Muara Bulian

  Shukatin@gmail.com

  Abstract

Islamic Educational Psychology is a new term in psychology, basing

the entire kind of theories and concepts to the value of Islamization.

  

Particularly, In educational psychological Islam, it is very essential

to be understood and applied by the teachers. The main function of

Educational Psychology in education can be aware of the signs

that showed by the learners in the teaching and learning process

as well as the way to overcome their problems that happen to

learners. The mostimportant of its application in Islamic Educational

Psychology; giving intellectual activity or reasoning for children. A

teacher has to understand the situation of children. For instance,

where they grows and develops, how the situation surrounding

environment, how the family economy, and how the activity of the

parents, these are certainly very influential in the life of the

children's personality. It is happen since the behavior change

for the development of learners towards more developed

continuously with the development of education, experience, and

values that is espoused.

  Keywords: Educational psychology Islam, Learning Abstrak

  Psikologi pendidikan ialah suatu studi yang sistematis tentang proses dan cara terkait erat dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Psikologi Pendidikan ialah Ilmu yang mempelajari pra syarat (faktor-faktor) bagi pelajar di sekolah, berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam semua proses belajar. Psikologi Pendidikan Islam merupakan sebuah aliran baru dalam dunia psikologi yang mendasarkan seluruh bangunan teori-teori dan konsep-konsepnya kepada nilai-nilai ke-Islaman. Dalam psikologi pendidikan Islam pada khususnya sangatlah penting untuk difahami dan diterapkan oleh guru. Adapun Fungsi Psikologi Pendidikan dalam pendidikan dapat mengetahui gejala-gejala yang di timbulkan oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar, dan mampu untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada diri peserta didik. Aplikasi teori Psikologi Pendidikan Islam dalam pengajaran yang paling penting adalah menanamkan penalaran anak. Melakukan studi belajar mengajar secara ilmiah dan harus

  Urgensi Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran - Sukatin

  95 anak, dimana ia tumbuh dan berkembang, bagaimana situasi lingkungan disekitarnya, bagaimana ekonomi keluarganya, dan juga bagaimana aktivitas orang tuanya, tentu ini sangat berpengaruh dalam kehidupan kepribadian anak. Hal ini terjadinya perubahan perilaku untuk perkembangan peserta didik ke arah lebih berkembang terus dengan adanya laju pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai yang dianutnya.

  Kata kunci: Urgensi, Psikologi Pendidikan Islam, Pembelajaran.

A. Pendahuluan

  Sejak pertengahan abad ke IX yang didakwahkan sebagai abad kelahiran Psikologi kontemporer di dunia Barat, terdapat banyak pengertian mengenai “Psikologi” yang ditawarkan oleh para Psikolog. Masing-masing pengertian memiliki keunikan, seiring dengan kecendrungan, asumsi, dan aliran yang di anut oleh para penciptanya.

  Meskipun demikian perumusan psikologi dapat disederhanakan dalam tiga pengertian:

  Pertama, Psikologi adalah studi tentang jiwa seperti studi yang

  dilakukan oleh Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (322-384 SM) tentang kesadaran dan proses mental yang berkaitan dengan jiwa; Kedua, Psikologi adalah Ilmu pengetahan tentang kehidupan mental, seperti perhatian, persepsi, intelegensi, kemauan dan ingatan. Defenisi ini dikemukakan oleh William Wundt; Ketiga, Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang prilaku organisme, seperti prilaku kucing terhadap tikus, prilaku manusia terhadap sesamanya, dan sebagainya, definisi ini dikemukakan oleh Jhon Watson.

  Lebih lanjut disebutkan bahwa Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya. Psikologi umum mengkaji sejarah dan definisi psikologi, manusia, fungsi-fungsi psikis, kehkususan individual, interaksi sosial, dan gangguan mental. Psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya:

96 At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 94 - 119

  1. Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat;

  2. Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek

  • –aspek kepribadiannya;

  3. Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis);

  4. Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal;

  5. Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industry;

  6. Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan.

  Di samping jenis-jenis psikologi yang disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan

  1 perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.

  Termasuk dalam perkembangannya psikologi pendidikan Islam sebagai bagian dari psikologi. Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan- persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif. Dalam perkembangannya peserta didik secara demokratis terus melaju ke depan sesuai dengan kemajuan teknologi dalam pendidikan. Secara global pendidikan saat ini telah berkembang secara pesat sesuai dengan perkembangan yang tidak terbatas.

  Urgensi Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran

  97

  • Sukatin

B. PEMBAHASAN

  

1. Pengertian Psikologi, Psikologi Pendidikan dan Ruang Lingkup

Psikologi Pendidikan

  Dalam Istilah lama psikologi lazim disebut dengan ilmu jiwa. Psikologi itu sendiri berasal dari bahasa Inggris psychology. Kata

  

psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek

  (Yunani) yaitu: psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara etimologi psikologi adalah Ilmu Jiwa. Mengingat jiwa seseorang dapat dipelajari, diselidiki melalui prilakunya, maka psikologi sering kali dikatakan ilmu yang mempelajari prilaku manusia. Karena prilaku seseorang adalah hasil intraksi antara dirinya dengan lingkungan, maka

  2 perilaku harus dipelajari dalam hubungan dengan lingkungannya.

  Sedangkan pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan“me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dunia pendidikan membicarakan berbagai hal diantaranya dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode- metode tertentu hingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

  Psikologi pendidikan merupakan suatu cabang ilmu psikologi yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Psikologi pendidikan 2 sebenarnya merupakan pembahasan psikologi terhadap masalah sehari-

  

Singgih, D. Gunarsa, Psikologi Praktis, Anak, Remaja dan Keluarga (Jakarta; Gunung

  98 At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 94 - 119

  hari dalam pendidikan, yang mengembangkan prinsip-prinsip, model- model, teori, prosedur di dalam pembelajaran serta membahas isu-isu lainnya yang mempengaruhi interaksi siswa dengan guru dalam buku Educational Psychology, karya John W. Santrock kemudian diterjemahkan oleh. Diana Angelika dengan judul Psikologi pendidikan, di dalamnya telah mengemukakan bahwa psikologi, adalah Studi ilmu mengenai perilaku dan proses mental. Sedangkan Psikolpgi pendidikan merupakan cabang psikologi yang khusus mengkaji pemahaman pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan bentangan luas ilmu yang akan membawa kita mempelajari

  3 keseluruhan prilaku dan tidak polah manusia dalam proses pembelajaran.

  Dari defenisi di atas dapat dipahami, bahwa psikologi pendidikan merupakan sebuah proses pembelajaran yang terjadi dan dilakukan antara pendidik dengan peserta didik. Artinya Bagaimana pendidik dalam proses pembelajaran dapat memahami dan mengetahui secara baik terhadap sifat dan prilaku dari peserta didik. Sehingga apa yang di sempaikan oleh seorang pendidik kepada peserta didik akan diterima dan dapat dipahami secara baik. Namun seorang pendidik, akan menemukan sebuah kegagalan, jika tidak mampu untuk memahami sifat dan perilaku peserta didik secara baik.

  Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri, psikologi memiliki akar akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filasafat hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang terfikir dan terasa oleh organ-organ biologis

  

(jasmaniah). Sedangkan dalam filsafat psikologi berperan seta dalam

  memecahkan masalah masalah itu yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan.

  3 John W. Santrock ( Terjemah: Diana Anglika), Educational Psychology,(Psikologi Pendidikan ( Salema Humanika, Yogyakarta- Jakarta , 2009). hal 3.

  Urgensi Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran

  99

  • Sukatin

  Karena kontak dengan berbagai disiplin ilmu tersebutlah maka timbul bermacam-macam definisi psikologi yang satu sama lain berbeda seperti:

  a. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (The Science of

  Mental Life);

  b. Psikologi adalah ilmu mengenai fikiran (The Science of Mind);

  c. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (The Science of Behavior).

  Pada asasnya psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme baik manusia maupun hewan. Psikologi dalam hal ini berhubungan dengan penyelidikan mengenai bagaimana dan mengapa organisme-organisme itu melakukan apa yang mereka lakukan.

  Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi.), perasaan (emotion) dan kehendak (conasi). Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri manusia dewasa, normal dan beradab. Dengan demikian, ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan prilaku manusia. Namun terkadang ada diantara pernyataan dalam aktivitas yang tampak itu merupakan gejala campuran, sehingga para ahli psikologi menambahnya hingga menjadi empat gejala jiwa utama yang dipelajari psikologi, yaitu pikiran, perasaan, kehendak dan gejala campuran. Adapun yang termasuk gejala campuran ini seperti intelegensi, kelelahan maupun sugesti.

  Kemudian pada perkembangan selanjutnya mulai terungkap bahwa gejala- gejala jiwa tersebut tidak sama pada manusia yang berbeda usia, gejala jiwa yang melatar belakangi aktivitas, sikaf dan tingkah laku Peserta didik berbeda dengan anak remaja, serta juga terdapat perbedaan antara remaja dengan orang dewasa maupun orang yang sudah lanjut usia. Kenyataan ini mendorong para ahli psikologi untuk mengembangkan cabang-cabang psikologi yang dapat digunakan untuk mempelajari gejala-

  100 At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 94 - 119

  Dalam pengertian yang luas dan representative (mewakili/mencerminkan segala segi), pendidikan ialah seluruh tahapan pengembangan kemampuan dan prilaku-prilaku manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan. Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena di dalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni:

  4

  1) Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku- perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.

  • – 2) Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.

  3) Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan. Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.Latar belakang historis Psikologi Pendidikan didirikan oleh beberapa perintis bidang Psikologi Pendidikan sebelum Awal abad ke-20. Tokoh paling menonjol dalam sejarah awal psikologi pendidikan kebanyakan adalah pria kulit putih, seperti James, Deway, dan Thorndike. Psikologi Pendidikan ini sangat erat kaitannya dengan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar.

  Urgensi Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran 101

  • Sukatin

  Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.

  Psikologi pendidikan menurut Arthur S. Reber seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University Of New York mengatakan psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut:

  a) Penerapan disiplin-prinsip belajar dalam kelas;

  b) Pengembangan dan perbarun kurikulum;

  c) Ujian dan evaluasi bakat kemampuan;

  d) Sosialisasi proses-proses dan intraksi pross-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif;

  5 e) Penyelenggarakan pendidikan keguruan.

  Ahli lain menyebutkan yang dimotori oleh H.C. Whitherington, Psikologi Pendididkan adalah studi yang sistematis tentang proses-proses

  6 dan factor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.

  Didukung pula oleh pendapat Lester. D. Crow, dan Alice Crow, Psikologi pendidikan dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan praktis, yang berguna untuk menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang

  7 ditetapkan secara ilmiah dan fakta-fakta sekitar tingkah laku manusia.

  Berbeda dengan WS. Winkel SJ, Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari pra-syarat-pra syarat (Faktor-faktor) bagi pelajar di sekolah, berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam semua proses

  8

  belajar. Dimana mendapat dukungan oleh Daniel lenox Barlow mendefenisikan Psikologi Pendidikan sebagai sebuah pengetahuan 5 berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-

  

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja

6 Rosdakarya, 2010), hal.7-12. 7 H.C. Whetherington, Educational Psychology, terj. M. Bukhori (Jakarta: Aksara Baru, 1982),hal.10.

  L.D. Crow, Alice Crow, Educational Psycology, (New York: American Book Company, 1985),

  102 At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 94 - 119

  sumber untuk membantu melaksanakan tugas sebagai guru dalam proses

  

9

mengajar- belajar secara lebih efektif.

  Proses pendidikan memang tidak terlepas dari situasi Psikologis yang sangat beragam, karena setiap individu yang terlibat dalam pendidikan itu tentu memiliki situasi psikologis sendiri. Maka di sini dibutuhkan kematangan kepribadian seorang guru agar dapat membimbing situasi yang beragam tersebut pada kondusifitas yang bermakna. Sementara John. W, Santrock mendefenisikan Psikologi Pendidikan sebagai cabang ilmu yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi Pendidikan merupakan bidang yang sangat luas sehingga

  10 dibutuhkan satu buah buku tersendiri untuk menjelaskannya.

  Beragamnya kondisi psikologis dan kepribadian orang yang terselibat didalam pendidikan tentu memunculkan banyak potensi yang beragam pula, untuk melihat tersebut hendaknya harus obyektif. Misalnya sering kasus yang muncul belakangan ini dimana kita melihat kabar buruk dari sebagian kecil pendidik kita, mereka dengan sengaja menganiaya anak muridnya, melakukan pelecehan seksual dan sebagainya. Tentu kondisi ini dipengaruhi oleh sebuah penyebab yang membutuhkan pendekatan yang intens.

2. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan

  Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang, khusus mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu meliputi tingkah laku belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar (oleh guru), dan tingkah laku mengajar-belajar (oleh guru dan siswa yang saling berintraksi).

  Inti persoalan psikologi dalam psikologi pendidikan, tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru, terletak pada siswa. Pendidikan 9 pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan...., 13.

  • Sukatin

  3. Ligkungan yang bersifat fisik (Physical Structure);

  9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dan batasan-batasan pengukuran evaluasi (Measurement: basic principles and definitions;)

  8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (Lows and theories learning;)

  learning);

  7. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (Factors that condition

  6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning);

  5. Proses-proses tingkah laku (Behavior Process);

  4. Perkembangan siswa (Growth);

  2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity);

  Urgensi Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran

  educational psikology);

  1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of

  c. Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, suasana dan keadaan lingkugan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa. 11 Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana dikutip Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik bahasan yang rinciannya sebagai berikut:

  Pokok bahasan mengenai “proses belajar” yakni tahaban perbuatan danperistiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.

  b.

  Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam: a. Pokok bahasan mengenai “Belajar” yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas prilaku belajar siswa dan sebagainya.

  103 siswa. Oleh karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori-teori pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis para siswa khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan proses mengajar-belajar.

  10. Transfer belajar meliputi mata pelajaran (transfer of learning: sunjec matters);

  104 At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 94 - 119

  11. Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (Pratical

  aspects of measurements);

  12. Ilmu statistic dasar (element of statistic);

  13. Kasehatan rohai (mental hygiene);

  14. Pendidikan membentuk watak (Character education);

  15. Pengetahuan psikologi tentang pelajaran sekolah menengah (Psychologyof secondary school subjects);

  16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (phychologyop secondary school subject.

  Keenam belas pokok bahasan telah dikupas oleh hapir semua ahli yang telah diselidiki Smith, walaupun jumlah porsi (jumlah bagian/jatah) yang diberikan dalam penguasaan tersebut tidak sama.Sejalan dengan pembagian psikologi tersebut ahlilain mnyebutkan bahwa pembagian dapat pula terinci menjadi lebih ringks yaitu ada.12 jenis psikologi khusus yaitu perkembangan,abnormal, sosial, komporatife, diferensial, kepribadian, pendidikan, industri, klinis, kriminal, dan militer, di samping pembagian secara umum. Dalam pembagianini psikologi pendidikan secara husus terbagi dengan sebutan psikologi Pendidikan Islam.Untuk Itu pembahasannya sebagai berikut.

3. Psikologi Pendidikan Islam

  Psikologi Pendidikan Islam sebagai strategi, cara, dan faktor- faktor dalam berperilaku bagi individu sesuai dengan nilai-nilai ke-Islaman. Untuk lebih jelasnya dalam memahami istilah psikologi pendidikan Islam terlebih perlu pembahasan lanjutan apa yang dimaksudkan dengan hal tersebut. Sebagai penjelasan baiklah meniti penjelasan berikut.

  a) Pengertian Psikologi Pendidikan Islam Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang dibekali dengan berbagai potensi fitrah yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Potensi istimewa ini dimaksudkan agar manusia dapat mengemban dua tugas

  Urgensi Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran 105

  • Sukatin

  utama, yaitu sebagai khalifatullah di muka bumi dan juga abdi Allah untuk beribadah kepada-Nya. Dalam Q.S Al-Baqorah ayat 30.

  

             

             

  

  Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S: Al-Baqoroh :30)

  Manusia dengan berbagai potensi tersebut membutuhkan suatu proses pendidikan, sehingga apa yang akan diembannya dapat terwujud.

  H. M. Arifin, dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, mengatakan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim baik secara lahir maupun batin, yang mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk mencari keridhaan Allah SWT. Dengan demikian, hakikat cita-cita pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, satu sama lain saling menunjang. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid .kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidak wajar. Halini terjadi karena pengaruh

  13

  lingkungan. Sehingga manusia dalam kehidupannya tidak adanya kewajaran sebagai manusia karena tidak mengikuti tuntunan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Penentu manusia adalah lingkungan keberadaan manusia.

  106 At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 94 - 119 Pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan psikologi.

  Pendidikan merupakan suatu proses panjang untuk mengaktualkan seluruh potensi diri manusia sehingga potensi kemanusiaannya menjadi aktual. Dalam proses mengaktualisasi diri tersebut diperlukan pengetahuan tentang keberadaan potensi, situasi dan kondisi lingkungan yang tepat untuk mengaktualisasikannya.

  Berdasarkan uraian di atas, maka sudah selayaknya dalam pendidikan Islam memiliki landasan psikologis yang berwawasan kepada Islam, dalam hal ini dengan berpandu kepada al-Quran dan hadits sebagai sumbernya, sehingga akhir dari tujuan pendidikan Islam dapat terwujud dan menciptakan insan kamil bahagia di dunia dan akhirat. Sebenarnya, banyak sekali istilah untuk menyebutkan psikologi yang berwawasan kepada Islam. Diantara para psikolog ada yang menyebut dengan istilah psikologi Islam, psikologi al-

  Qur’an, psikologi Qur’ani,

  14

psikologi sufi dan nafsiologi. Namun pada dasarnya semua istilah

tersebut memiliki makna yang sama.

  b) Fondasi Psikologi Islam Dalam al-Quran, ada beberapa kata kunci yang berbicara

  15

  mengenai psikologi yaitu al-nafs, al-qalb, al-aql, al-ruh, dan fitrah. Dari analisis terhadap kosa kata tersebut, secara metode

  tafsir maudhu’i atau

  tematik akan diformulasikan sejumlah konsep- konsep psikologi dari al-Quran, selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menyusun paradigma teori psikologi Islami.

  Psikologi Islam merupakan sebuah aliran baru dalam dunia psikologi yang mendasarkan seluruh bangunan teori-teori dan konsep- konsepnya kepada Islam. Islam sebagai subjek dan objek kajian dalam ilmu pengetahuan, harus dibedakan kepada tiga bentuk: Islam sebagai 14 ajaran, Islam sebagai pemahaman dan pemikiran serta Islam sebagai Zakiah Daradjat, Psikterapi Islami ( Jakarta: Bulan Bintang, 2002), hal. 129-140.

  Urgensi Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran 107

  • Sukatin

  praktek atau pengamalan. Islam sebagai ajaran bersifat universal dan berlaku pada semua tempat dan waktu, bersifat absolut dan memiliki kebenaran normatif, yaitu benar berdasarkan pemeluk agama tersebut, sehingga bebas ruang dan waktu. Islam sebagai pemahaman dan praktek, selalu berhubungan dengan ruang dan waktu, sehingga bersifat partikular, lokal dan temporal. Dan itu semua adalah fondasi awal untuk melakukan gagasan aktulisasi psikologi Islami. Kontek Aceh paska pengesahan RUU-PA, kita berharap supaya qanun-qanun tentang pendidikan secara umum dapat memuat rincian ketiga hal tersebut, karena itu adalah ruh dari psikolongi pendidikan kita ke depan post conflict and post tsunami.

  c) Kontribusi Psikologi Pendidikan Islam dalam Pendidikan

  Psikologi Pendidikan Islam dalam Pendidikan

  Manusia merupakan makhluk pilihan Allah yang mengembangkan tugas ganda, yaitu sebagai khalifah Allah dan Abdullah (Abdi

16 Allah). Untuk mengaktualisasikan kedua tugas tersebut, manusia dibekali

  dengan sejumlah potensi didalam dirinya.Hasan Langgulung mengatakan, potensi-potensi tersebut berupa ruh, nafs, akal, qalb, dan fitrah. Sejalan dengan itu, Zakiyah Darajat mengatakan, bahwa potensi dasar tersebut berupa jasmani, rohani, dan fitrah namun ada juga yang menyebutnya dengan jismiah, nafsiah dan ruhaniah.

  Aspek jismiah

  Aspek jismiah adalah keseluruhan organ fisik-biologis, serta sistem sel, syaraf dan kelenjar diri manusia. Organ fisik manusia adalah organ yang paling sempurna diantara semua makhluk. Alam fisik-material manusia tersusun dari unsur tanah, air, api dan udara. Keempat unsur tersebut adalah materi dasar yang mati. Kehidupannya tergantung kepada 16 susunan dan mendapat energi kehidupan yang disebut dengan nyawa

  

Slamet Wiyono, Manajemen Potensi Diri (Jakarta: PT Gramedia widyasarana, 2006), hal. 24-

  108 At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 94 - 119 atau daya kehidupan yang merupakan vitalitas fisik manusia.

  Kemampuannya sangat tergantung kepada sistem konstruksi susunan fisik-biologis, seperti: susunan sel, kelenjar, alat pencernaan, susunan saraf sentral, urat, darah, tulang, jantung, hati dan lain sebagainya. Jadi, aspek jismiah memiliki dua sifat dasar.

  Pertama berupa bentuk konkrit berupa tubuh kasar yang tampak dan kedua bentuk abstrak berupa nyawa halus yang menjadi sarana kehidupan tubuh. Aspek abstrak jismiah inilah yang akan mampu berinteraksi dengan aspek nafsiah dan ruhaniah manusia.

  Aspek nafsiah

  Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas insaniah yang khas dimiliki dari manusia berupa pikiran, perasaan dan kemauan serta kebebasan. Dari aspek nafsiah ini terdapat tiga dimensi psikis, yaitu

  17

  dimensi nafsu, ‘aql, dan qalb.

  Dimensi nafsu merupakan dimensi yang memiliki sifat-sifat kebinatangan dalam sistem psikis manusia, namun dapat diarahkan kepada kemanusiaan setelah mendapatkan pengaruh dari dimensi lainnya, seperti

  ‘aql dan qalb, ruh dan fitrah. Nafsu adalah daya-daya

  psikis yang memiliki dua kekuatan ganda, yaitu: daya yang bertujuan untuk menghindarkan diri dari segala yang membahayakan dan mencelakakan (daya al-ghadabiyah). Serta daya yang berpotensi untuk mengejar segala yang menyenangkan (daya al-syahwaniyyah).

  Dimensi akal adalah dimensi psikis manusia yang berada diantara dua dimensi lainnya yang saling berbeda dan berlawanan, yaitu dimensi nafsu dan qalb. Nafsu memiliki sifat kebinatangan dan qalb memiliki sifat dasar kemanusiaan dan berdaya cita-rasa. Akal menjadi perantara diantara keduanya. Dimensi ini memiliki peranan penting berupa fungsi pikiran yang merupakan kualitas insaniah pada diri manusia.

  Urgensi Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran 109

  • Sukatin

  Dimensi qalb memiliki fungsi kognisi yang menimbulkan daya cipta seperti berpikir, memahami, mengetahui, memperhatikan, mengingat dan melupakan. Fungsi emosi yang menimbulkan daya rasa seperti tenang, Sayang dan fungsi konasi yang menimbulkan daya karsa seperti berusaha.

  Aspek ruhaniah

  Aspek ruhiyah adalah keseluruhan potensi luhur (high potention) diri manusia. Potensi luhur itu memancar dari dimensi ruh dan fitrah. Kedua dimensi ini merupakan potensi diri manusia yang bersumber dari Allah. Aspek ruhaniyah bersifat spiritual dan transedental. Spiritual, karena ia merupakan potensi luhur batin manusia yang merupakan sifat dasar dalam diri manusia yang berasal dari ruh ciptaan Allah. Bersifat transidental, karena mengatur hubungan manusia dengan yang Maha transenden yaitu Allah. Fungsi ini muncul dari dimensi fitrah.

  Dari penjabaran di atas, dapat disebutkan bahwa aspek jismiah bersifat empiris, konkrit, indrawi, mekanistik dan determenistik. Aspek

  

ruhaniah bersifat spiritual,transeden, suci, bebas, tidak terikat pada

  hukum dan prinsip alam dan cenderung kepada kebaikan. Aspek nafsiah berada diantara keduanya dan berusaha mewadahi kepentingan yang berbeda. Pada hakikatnya, proses pendidikan merupakan proses aktualisasi potensi diri manusia. Sistem proses menumbuh kembangkan potensi diri itu telah ditawarkan secara sempurna dalam sistem ajaran Islam, ini yang pada akhirnya menyebabkan manusia dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan Allah.

  d) Kontribusi Psikologi Pendidikan Islam dalam Pendidikan Dari berbagai uraian dapat menunjukkan bahwa Kontribusi yang diperoleh dalam Pendidikan Islam terhadap pendidikan setidaknya dapat membahas 9 kontribusi kaitannya dengan pendidikan. Yang dimaksudkan adalah sebagai penjelasan berikut.

  110 At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 94 - 119

  1) Fungsi Psikologi Pendidikan dalam Pendidikan Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunannya, hal ini menunjukkan bahwa masalah pendidikan adalah masalah manusia sejak manusia itu ada berada dalam kehidupannya. Hal ini bisa dilampaui dengan efektif dan efesian bila pendidik memahami keadaan anak didiknya, untuk sampai pada tujuan ini antara lain perlu mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir bahkan sejak masa konsepsi dan seterusnya.

  Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dalam tiap tiap fase serta factor yang menunjang dan menghambat, potensi potensi dasar yang dimiliki anak serta intelegensi dan bakat, sifat-sifat serta cirri-ciri kepribadian anak. Selanjutnya juga perlu mengetahui cara cara yang tepat dan jitu untuk melayani mereka, maka sudah barang tentu harus memahami hal hal yang berhubungan dengan masalah belajar dan mengajar dan segala variasi serta modelnya,. Inilah sebenarnya fungsi psikologi pendidikan lebih-lebih psikologi pendidikan Islam dalam pendidikan agar dapat mengatasi segala macam masalah yang terjadi pada diri peserta didik. Psikologi pendidikan dapat membantu para Guru dan calon guru dalam memahami proses dan masalah kependidikan serta

  18

  mengatasi masalah tersebut dengan baik. Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan -pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat: 2) Merumuskan Tujuan Pembelajaran Secara Tepat.

  Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan

  Urgensi Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran 111

  • Sukatin

  berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku

  19 individu dan mengaitkannya dengan teori- teori perkembangan individu.

  3) Memilih Strategi atau Metode Pembelajaran yang sesuai.

  Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik

  20

  dan keunikan individu. jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.

  4) Memberikan Bimbingan atau Bahkan Memberikan Konseling.

  Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban. Sebagai guru memiliki beban dan tanggung jawab terhadap perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Baikperkembangan rohani maupun pertumbuhan fisik. Khususnya dalam perkembangan guru memiliki peranan dalam memberikan layanan orientasi dan informasi kepada peserta didik. Demikian pula, guru mendata berbagai kelemahan dan kekurangn yang lalai dari peserta didik. Hal ini semata-mata demiperkembangan peserta didik yang optimal dan disesuaikan dengan nilai-nilai agamyang dinanutnya. Bagi peserta didik penganut Islamtentunya nilai-nilai ke Islaman sangat di depankan dalam membantu

  21 memecahkan masalahnya.

  19 Hamzah B.Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran ( Jakarta: BumiAksara, 2006), hal. 20 13-15. 21 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal 39-47.

  

Samuel T. Gladding, Konseling Profesi yang Menyeluruh (Jakarta: PT Indek , 2012), hal.179-

  112 At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 94 - 119 5) Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

  Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.

  6) Menciptakan iklim belajar yang kondusif.

  Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

  7) Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

  Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.

  8) Menilai hasil pembelajaran yang adil.

  Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

  9) Aplikasi Teori Psikologi Pendidikan dalam Pendidikan Salah satu tokoh Psikologi Pendidikan Willem James mengatakan bahwa eksprimen psikologi di laboratorium sering kali tidak menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar mengajar di kelas

  Urgensi Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran 113

  • Sukatin

  adalah mulailah mengajar dari titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan memperluas cakrawala pemikiran anak.

  Kemudian Jhon Dewey tokoh yang berperan besar dalam membentuk psikologi pendidikan, dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologi ditingkat praktis. Dewey membangun laboratorium psikologi pendidikan pertama di AS, tepatnya di Universitas Chicago pada tahun 1894. Kemudian di Colombia University dia melanjutkan karya inovatifnya tersebut. Kita banyak mendapat ide penting dari Jhon dewey.

  Pertama, dari dewey kita mendapatkan pandangan tentang

  anak sebagai pembelajar aktif (actife learn) sebelum Dewey mengemukakan pandangan ini ada keyakinan bahwa anak anak mestinya duduk diam dikursi mereka dan mendengarkan pelajaran secara fasif dan sopan. Sebaliknya Dewey percaya bahwa anak anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif. Keaktifan bagain dari kunci awal keberhasilan peserta didik

  Kedua, dari Dewey kita mendapatkan ide bahwa pendidikan

  seharusnya di fokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa anak anak seharusnya tidak hanya pelajaran akademik saja, akan tetapi juga harus diajari cara untuk berfikir dan beradaptasi dengan lingkungan di luar sekolah. Dia secara khusus berpendapat bahwa anak-anak harus belajar agar mampu memecahkan masalah secara reflektif.

  Ketiga, dari dewey kita mendapatkan bahwa gagasan bahwa

  semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya. Cita-cita demokratis ini pada masa pertengahan abad ke-19 belum muncul, sebab saat itu pendidikan hanya di berikan pada sebagian anak kecil saja. Terutama anak-anak yang berasal dari keluarga yang kaya. Dewey adalah

  114 At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 94 - 119

  yang layak bagi semua anak tanpa membedakan status dan asal usul keluarga. Laki-laki ataupun perempuan dari semua lapisan sosial ekonomi dan etnis.

  Ahlilian menyebutkan bahwa, kemudian Thorndike memberikan

  22

  banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran. dan perbaikan dasar dasar belajar secara ilmiah. Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dam mesti fokus ada

  23

  pengukuran. Dengan penilaian dan pengukuran sebagai indikator untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar.

  Arthur W. Combs mengatakan Belajar akan terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak dapat melaksanakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena mereka bodoh akan tetapi karena enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting bagi mereka untuk mempelajarinya. Untuk itu, guru harus memahami priaku peserta didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut sehingga apabila ingin merubah prilakunya, seorang guru mesti berusaha merubah keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada. Perilaku internal membedakan seeorang dengan yang lain.

  Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan bagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu, sehingga yang penting adalah bagaimana membawa peserta didik atau peserta didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya nanti.

  Ramayulis, menyebutkan kebutuhan pokok sekunder ada 6 22 sebagaimana disebutkan oleh Abraham Maslow berpendapat bahwa

  

Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik (Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia, 1982), hal. 4-5.

  Urgensi Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran 115

  • Sukatin

  pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami

  24

  motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh