MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 20152016 (Hesti Noviyana)

  

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP TO GROUP

EXCHANGE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA

SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Hesti Noviyana Program Studi Pendidikan Matematika

  

STKIP-PRGI Bandar Lampung

ABSTRAK: Permasalahan dalam penelitian ini yang berhubungan

  dengan model pembelajaran group to group exchange dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

  

group to group exchange terhadap kemampuan pemecahan masalah

  matematis siswa kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 2 Menggala Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Menggala yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah 44 siswa, sedangkan sampel diambil 2 kelas yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 23, dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas control yang berjumlah 21. Sampel tersebut diambil menggunakan teknik total sampling. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa penulis melakukan tes dalam bentuk essai sebanyak 5 soal yang terlebih dahulu telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan rumus t -hit. Dari hasil pengujian hipotesis menggunakan rumus statistik t-hit diperoleh nilai t = 3,52. Dari

  hit

  tabel distribusi t pada taraf signifikan 5 % diketahui t = =

  daf ( )

  2,02 artinya t > t yaitu 3,52 > 2,02, sehingga dapat disimpulkan

  hit daf

  bahwa “Ada pengaruh model pembelajaran Group to Group Exchange terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI

  IPA semester genap SMA Negeri 2 Menggala tahun pelajaran 2015/2016”. Keadaan ini juga terlihat dari nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dimana kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 82,22 dan kelas kontrol mempunyai nilai rata- rata 69,79

  

Kata kunci: Group to group exchange, kemampuan pemecahan

  masalah matematis

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana) PENDAHULUAN

  Pendidikan merupakan salah satu faktor utama penentu maju mundurnya suatu bangsa. Pendidikan yang bermutu dan berkualitas dapat menunjang kemajuan suatu bangsa, karena dengan pendidikan yang bermutu dan berkualitas akan mampu mencetak dan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas pula. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia yang termuat dalam Undang- Undang No. 20 Tahun 2003, yaitu bahwa pendidikan Indonesia bertujuan agar masyarakat Indonesia mempunyai pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, arah dari proses pendidikan nasional mencakup berbagai aspek kehidupan diri manusia dan masyarakat untuk survive dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut sangat ideal dan komprehensif, bahkan dapat dikatakan lengkap. Rumusan tujuan pendidikan tersebut adalah untuk memberikan suasana kebatinan dan semangat serta motivasi bagi setiap komponen manusiawi yang terkait dan terus berusaha untuk mencapai cita-cita yang ideal itu. Dijelaskan pula dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1, butir 1, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Jadi menurut amanat UU No. 20 Tahun 2003 ini, peserta didik harus didorong untuk aktif mengembangkan potensi dalam dirinya untuk memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan yang implikasinya pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

  Demi ketercapaian tujuan pendidikan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan diberbagai sektor pendidikan namun belum membuahkan hasil yang maksimal. Berbagai permasalahan pendidikan masih saja terus bermunculan diantaranya kualitas siswa di beberapa daerah di Indonesia masih rendah, masih adanya pengajar yang kurang

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana)

  profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemunduran suatu bangsa. Selain itu, permasalahan lebih dirasakan lagi adalah rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA), matematika, serta bahasa terutama bahasa inggris padahal penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan iptek, serta terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral.

  Permasalahan-permasalahan pendidikan seperti ini juga terjadi di beberapa daerah Tulang Bawang, salah satunya di Menggala. Di daerah ini masih banyak dijumpai kondisi di mana anak-anak belum terlayani pendidikannya secara maksimal, masih ditemui adanya anak yang putus sekolah, masalah dalam pelaksanaan pembelajaran yang kurang profesional, serta sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai. Selain itu, permasalahan utama ditemui juga dalam pembelajaran yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan matematika. Itulah sederat fakta-fakta yang menghiasai wajah pendidikan kita di daerah Menggala.

  Kenyataan ini juga terjadi di SMA Negeri 2 Menggala. Berdasarkan pra-penelitian yang dilakukan oleh penulis pada kelas XI IPA dalam pembelajaran matematika masih ditemui berbagai permasalahan diantaranya siswa cenderung untuk bermain-main saat pembelajaran matematika berlangsung di kelas dan terlihat lebih tertarik untuk berdiskusi serta berbagi pengetahuan dengan temannya dibandingkan hanya menerima yang diberikan gurunya, tidak tertarik untuk memperhatikan gurunya dan cenderung bosan, serta siswa juga terlihat pasif jika diberikan soal terutama jika diberikan soal-soal pemecahan masalah matematika. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang tidur di kelas, lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar matematika, mudah menyerah.

  Dalam pembelajaran matematika juga terlihat siswa cenderung takut jika diberikan soal-soal pemecahan masalah, kurangnya kesempatan

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana)

  yang diterima untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika, serta siswa terlalu mengandalkan gurunya tanpa menggali secara maksimal potensi dirinya sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika tersebut. Dengan adanya keadaan belajar yang seperti ini berakibat pada komunikasi pembelajaran matematika yang tercipta bersifat satu arah. Padahal kita semua menyadari betapa pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematika ini terutama bagi siswa SMA. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah oleh siswa dalam matematika ditegaskan juga oleh Adiyoga tahun 2008 yaitu:

  1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika.

  2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.

  3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Berbanding terbalik dengan pentingnya kemampuan pemecahan masalah tersebut. Pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Menggala terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa jauh dari maksimal. Keadaan ini tercermin dari rendahnya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 2 Menggala. Sebagian besar soal tes hasil belajar semester genap yang diberikan merupakan soal-soal pemecahan masalah. Dari beberapa soal pemecahan masalah yang diberikan sebagian siswa gagal untuk menyelesaikannya. Diperkuat dengan observasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara memberikan beberapa soal kemampuan pemecahan masalah kepada siswa kelas XI. Dari soal yang peneliti berikan tersebut sebagian siswa kesulitan untuk menyelesaikannya. Tentunya keadaan ini sangat mengkhawatirkan.

  Keterangan selengkapnya dari pernyataan di atas, yaitu dari seluruh siswa kelas XI IPA yang berjumlah 53 hanya 22,6% atau sekitar 12 siswa yang telah melampaui batas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah. Sisanya sekitar 41 siswa atau 77,4% belum mencapai kriteria tersebut. Adapun KKM di SMA Negeri 2 Menggala yaitu 75. Tentunya ini juga merupakan gambaran dari kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana)

  Mengingat keadaan tersebut, perlu adanya suatu alternatif pembelajaran untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilaksanakan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, mendorong siswa mengkontruksi pengetahuannya sendiri dan mengembangkan kegiatan siswa dalam meningkatkan komunikasi dan interaksi sesama siswa melalui kegiatan berdiskusi dan bertanya sehingga siswa dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain serta memecahkan masalah matematika untuk meningkatkan hasil belajar yang diperoleh serta meningkatkan aktifitas pembelajaran matematika. Salah satu alternatif pembelajaran tersebut adalah penerapan model Group to

  Group Exchange.

  Model pembelajaran Group to Group Exchange merupakan salah satu model belajar aktif yang menuntut siswa untuk berpikir tentang apa yang dipelajari, berkesempatan untuk berdiskusi dengan teman, bertanya dan membagi pengetahuan yang diperoleh kepada yang lainnya. Group to group exchange juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak sebagai guru bagi siswa lainnya dalam pertukaran pengetahuan selama proses pertukaran grup yang dilaksanakan dalam upaya pemecahan masalah matematika yang dilakukan. Setiap siswa ikut aktif dalam pembelajaran, pembelajaran ini juga memberikan kesan pembelajaran yang lebih dirasakan oleh siswa dan tentunya akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa dalam upaya mengasah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa (Silbermen, 2013). Dengan demikian dapat dikatakan semakin baiknya pembelajaran matematika maka tingkat pendidikan akan semakin baik pula, maka akan semakin baik sumber daya manusia yang ada, dan pada akhirnya akan semakin tinggi pula daya kreatifitas pemuda Indonesia dalam mengisi pembangunan sebuah bangsa. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkatnya dalam penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Group to Group Exchange Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 2 Menggala Tahun Pelajaran 2015/2016”.

METODE PENELITIAN

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana)

  Dalam penelitian ini metode yang penulis gunakan adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti sesuatu peristiwa atau gejala yang muncul pada kondisi tertentu, dan setiap gejala yang muncul diamati dan dikontrol secermat mungkin sehingga dapat diketahui hubungan sebab–akibat munculnya gejala tersebut. Pada penelitian ini akan diadakan eksperimen di dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Group to Group Exchange yaitu kelas XII IPA 1 dan kelas XII IPA 2 sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional sebagai pembanding. Kemudian akan dilihat bagaimana pengaruh dari perlakuan yang diberikan tersebut. Pada penelitian ini data kemampuan pemecahan masalah matematis dikumpulkan dengan menggunakan alat mengumpulkan data yang berupa tes essay sebanyak 5 soal, untuk setiap soal yang benar mendapatkan nilai sesuai rubrik penskoran yang mengacu pada kemapuan pemecahan masalah Polya telah ditetapkan, sehingga skor berkisar antara 0-100. Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis ini kemudian dianalisis u n t u k m e n g uji hipotesis dan mengolahnya menjadi hasil penelitian. Teknik pengujian hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah u j i - t dengan uji prasyarat analisis (uji normalitas dan uji homogenitas).

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Penelitian ini telah dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016, yaitu dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran kelas XII

  IPA SMA NEGERI 2 MENGGALA. Pembelajaran dilakukan terhadap dua kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang dalam pembelajaran menerapkan model group to group exchange dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang dalam pembelajarannya menerapkan model konvensional. Setelah akhir program pembelajaran dilaksanakan tes untuk mendapatkan data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Tes yang sama (tes esai) diterapkan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Adapun materi tesnya yakni berkenaan dengan materi ajar yang telah diberikan yaitu pokok bahasan suku banyak.

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana)

  Dari hasil pengambilan sampel didapat kelas eksperimen yaitu kelas XII

  IPA 1 yang berjumlah 23 siswa, kelas kontrol yaitu kelas XII IPA 2 yang berjumlah 21 siswa. Data-data yang diperoleh setelah melalui proses konversi untuk masing-masing nilai, diperoleh nilai-nilai yang berbeda. Adapun gambaran hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika berkenaan dengan data nilai rata-rata (mean), nilai maksimal, nilai minimal, angka yang sering muncul (modus), nilai tengah (median), dan standar deviasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

  Tabel 1 Sebaran Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

  Sebaran Data Model GGE Model Konvensional Minimal

  57

  50 Maksimal 100 100 Mean 82,22 69,79 Median

  80

  75 Modus

  80

  50 Standar Deviasi 11,77 15,18 N 117,68 157,36

  Berdasarkan tabel di atas atau uraian nilai-nilai hasil analisis deskriptif terhadap data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis menunjukan ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang diajar menggunakan model

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana) Group To Group Exchange dengan mereka yang diajar menggunakan model konvensional.

  Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dengan Group - To Group Exchange

  Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan model Group To Group Exchange menunjukkan rata-rata siswa memperoleh nilai di atas nilai KKM yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebesar 82,22 berada di atas nilai KKM matematika sebesar 75. Sementara jika mengacu kepada standar kategori yang lazim digunakan, nilai rata-rata tersebut berada pada interval 80 hingga 100 yang artinya berada pada rentang sangat tinggi. Artinya tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika para siswa kelas XII IPA SMA Negeri 2 Menggala rata-rata sudah berada pada kategori sangat tinggi. Jika melihat data dari 23 orang sampel siswa hanya 5 (8,7%) siswa yang berada dibawah standar KKM, dan 18 (78,3%) telah berada diatas standar KKM. Hal ini berarti seluruh siswa telah berada di atas kategori tinggi bahkan sebagian besar siswa berada pada kategori sangat tinggi.

  • Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dengan Model

  Konvensional

  Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan model konvensional menunjukan rata-rata siswa memperoleh nilai di bawah nilai KKM yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebesar 69,79, berada di bawah nilai KKM matematika sebesar 75. Sementara jika mengacu kepada standar kategori yang lazim digunakan, nilai rata-rata tersebut berada pada interval 60 hingga 80 yang artinya berada pada nilai yang mendekati batas atas rentangan interval kategori tinggi . Artinya tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika para siswa kelas XII IPA SMA Negeri 2 Menggala rata-rata berada pada batas atas kategori tinggi. Jika melihat data dari 21 sampel, siswa hanya 12 (57,14%) yang mengalami ketuntasan atau berada di atas standar KKM.

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana) Pengujian Persyaratan Analisis -

  Sebelum analisis data atau pengujian hipotesis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (t ), terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan,

  tes

  meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas varians. Hasil ini dipergunakan agar data yang di uji berdistribusi normal dan data berasal dari kelompok yang mempunyai varians yang sama. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi kuadrat pada kelas eksperimen diperoleh = 1,61. Untuk taraf signifikan 5% dengan demikian terlihat ≤ , maka Ho diterima yang berarti sampel berdistribusi normal, sedangkan dari kelas control diperoleh

  = 5,8. Untuk taraf signifikan 5% dengan demikian terlihat ≤ , maka Ho diterima yang berarti sampel berdistribusi normal.

  Berdasarkan pengujian dua populasi yang telah terbukti berdistribusi normal langkah selanjutnya adalah pengujian homogenitas varians sampel tersebut. Dari perhitungan di peroleh F = 1,34 untuk α = 5% dari tabel didapat: F = 2,10. Ternyata F ≤ F sehingga hipotesis H diterima yang berarti kedua data mempunyai varians yang sama (homogen).

  • Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis ada Pengaruh Model Pembelajaran Group to

  

Group Exchange Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

  Matematika Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 2 Menggala Tahun Pelajaran 2015/2016. Dari perhitungan didapat t = 3,52 dengan kriteria uji: Terima Ho jika –t < t < t ,

  hit ( α ) ( α )

  selain itu Ho ditolak. Dimana: t = t dengan dk = n + n −

  ( , )( )

  2. Untuk taraf signifikan 5% (α = 0,05) didapat: t = 2,02 t > t Apabila maka Ho ditolak, berarti Ha diterima atau dapat dikatakan bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model Group to Group Exchange lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian karena t > t maka penerapan model pembelajaran

  

Group to Group Exchange berpengaruh positif terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa.

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana) Pembahasan -

  Model pembelajaran Group to Group Exchange, dimana dalam penelitian ini sebagai variabel X merupakan model salah satu model pembelajaran dimana siswa dibentuk dalam kelompok belajar siswa yang heterogen serta mengharuskan siswa untuk mengemban tanggung jawab kelompok (tugas) yang berbeda untuk setiap kelompok. Dengan demikian pembelajaran ini melatih setiap siswa untuk bertanggung jawab memahami secara maksimal tugas kelompok yang diterima serta mendiskusikan dengan anggota kelompoknya. Kemudian siswa juga diharuskan untuk mampu bertukar pengetahuan dengan kelompok lain dan bertanggungjawab secara maksimal atas pengetahuan yang ditugaskan kepadanya. Dalam model pembelajaran ini berarti siswalah yang berperan sebagai guru bagi teman lainnya saat pertukaran kelompok terjadi (Group to

  Group Exchange) serta akan bertanggung jawab untuk presentasi serta

  mengatasi kesulitan bagi teman lainnya mengenai materi yang ditugaskan padanya. Tugas yang berbeda dalam model ini juga akan memberikan kesempatan untuk berinteraksi untuk saling bertukar materi atau masalah yang diterimanya serta salin melengkapi antar kelompok. Dengan demikian pembelajaran ini membangkitkan nuansa tanya jawab dalam pembelajaran, keaktifan, kemandirian, jiwa tanggung jawab, serta melatih sifat konstruktivisme siswa. Tentunya pembelajaran akan berpusat pada siswa seperti yang terlihat saat penelitian yang berlangsung di kelas XI IPA SMA Negeri 2 Menggala. Berdasarkan data penelitian diperoleh gambaran pembelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran Group to Group

  Exchange terlihat aktif dan mandiri untuk memahami materi

  matematika yang ditugaskan pada kelompoknya. Selain itu, siswa juga dalam kelompoknya memanfaatkan waktu yang diberikan guru dengan baik untuk memahami materi yang akan ditukar pada kelompok lainnya saat proses Group to Group Exchange berlangsung. Kemudian terlihat pula saat presentasi materi pada kelompok lainnya terjadi interaksi tanya jawab positif, saling melengkapi antar kelompok serta proses pengkonstrukan pengetahuan matematika melalui upaya kelompok belajar secara mandiri. Hal ini didukung dengan perolehan hasil

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana)

  penelitian yang menunjukan nilai siswa pada kelas eksperimen yang jauh lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis didapat data berupa skor masing-masing siswa yang di peroleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran Group to Group Exchange lebih tinggi dengan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yaitu 82,22, sedangkan siswa yang menerapkan model pembelajaran konvensional lebih rendah dengan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yaitu 69,79. Berdasarkan perhitungan statistik juga didapat t hit = 3,52 dengan melihat kriteria uji dengan taraf 5% diperoleh t = 2,02, dimana dengan kriteria uji

  daf

  t t <t hit < tidak terpenuhi sehingga H di tolak, berarti H a

  ( α ) ( α )

  diterima yang artinya “rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran Group to lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemecahan

  Group Exchange

  masalah matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 2 Menggala tahun pelajaran 2015/2016”. Berdasarkan kajian di atas serta hasil analisis data yang penulis uraikan, maka penulis menyimpulkan bahwa “Ada pengaruh model pembelajaran Group to Group Exchange terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 2 Menggala tahun pelajaran 2015/2016.

  PENUTUP Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Perintis 2 Bandar Lampung diperoleh kesimpulan yaitu ada pengaruh model pembelajaran Group to Group Exchange terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 2 Menggala tahun pelajaran 2015/2016”, dengan rata–rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran group to group exchange lebih tinggi dari rata-rata

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana)

  kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional yaitu 82,22 ˂ 69,79

  Saran

  Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian antara lain diharapkan dalam proses pembelajaran matematika guru dapat mengembangkan dan memanfaatkan berbagai model pembelajaran inovasi agar dapat memaksimalkan kemampuan siswa serta memperbaiki kualitas pembelajaran yang ada. Salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran matematika adalah moel pembelajaran Group to Group Exchange.

DAFTAR PUSTAKA

  Abdurahman, Mulyono. (2002). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar . Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

  • . (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan .

  Jakarta: Bumi Aksara. Arini OD, Rasana R, & Suarni. (2012). Pengaruh Strategi

  Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas V SD. Skripsi (diterbitkan). Dapat diunggah di

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=105402

&val=1342 . Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

  Diunggah pada tanggal 07 Agustus 2015 Hamalik, Oemar. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

  Hartono,dkk. (2012). PAIKEM Pembelajaran Aktif Inovatif Efektif dan Menyenangkan. Pekanbaru: Zanafa Publishing.

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana)

  Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Muriel, Harjito. (2010). Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Group to

  Group Exchange (GGE) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-2 SMP Negeri 3 Kuanta Hilir. Skripsi (diterbitkan). http://digilib.uir.ac.id/dmdocuments/mts,harjito%20muriel.pdf

  Pekanbaru: Universitas Islam Riau. Diunduh pada tanggal 26 Juni 2015. Puskur, Balitbang Depdiknas. (2001). Kurikulum Berbassis Kompetensi.

  Jakarta:Depdiknas. Rohima, SM. (2012). Model Pembelajaran Group to Group Exchange.

  Blog Pendidikan. www.rofayuliaazhar.com/2012/06/model- pembelajaran-group-to-group.html . Diunduh pada tanggal 24 Juni 2015.

  • . (2012). Metode Ceramah dalam Pembelajran (Pembelajaran Konvensional). Blog RofaYuliaAzhar.Com.

  http://www.rofayuliaazhar.com/2012/06/metode-ceramah- dalam-pembelajaran.html . Diunduh pada tanggal

  27 September 2015.

  Saefudin AA dan Kusumaningrum M. (2012). Mengoptimalkan

  Kemampuan Berpikir Matematika Melalui Pemecahan Masalah Matematika. Skripsi (diterbitkan). Dapat diunduh di, http://eprints.uny.ac.id/8512/1/P%20-%2060.pdf . Yogyakarta: UNY. Diunggah pada tanggal 15 Oktober 2015.

  Shadiq, Fadjar. (2014), Pembelajaran Matematika Cara Meningkatkan

  Kemampuan Pemecahan Masalah. Yogyakarta: Graha Ilmu

  Sholihin, Ubaydillah I. (2014). Hakikat Pemecahan Masalah

  Matematika. Blog Rujukan Skripsi. Dapat dilihat di,

  SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (Hesti Noviyana) http://rujukanskripsi.blogspot.co.id/2014/12/kajian-teori-

hakikat-pemecahan-masalah.html#sthash.9DeaM7YQ.dpuf .

  Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2015. Silberman, Melvin L. (2013). Active Learning 101 cara belajar siswa aktif. Bandung: Nuansa Cendaka.

  Sudijono, Anas. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Suherman, Erman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer . Bandung: UPI. Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Triani, Mira. (2015). Metode Pembelajaran Group to Group Exchange

  dan two stay swo stray. Blog Sumber Ilmu. Dapat dilihat di, http://miratriani.blogspot.com/2012/07/metode-pembelajaran-

group-to-group.html . Diunduh pada tanggal 12 Agustus 2015.

  Wijayanto, Restu. (2014). Penggunaan Metode Group to Group

  Exchange (GGE) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Sikap Peduli Sosial Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Negeri 3 Pengasih Kulon Progo . Skripsi (diterbitkan).

  Dapat diunduh di, eprints.uny.ac.id/ 14313/1/skripsi%20 restu%20wijayanto%2010108244102%20PGSD.pdf. Yogyakarta: UNY. Diunggah pada tanggal 7 Juli 2015

Dokumen yang terkait

View of Rancang Bangun Aplikasi Pembayaran Sekolah Menggunakan Java Dan MySQL Berbasis Client Server Di SMA Yos Sudarso Cilacap

0 1 14

View of Aplikasi Sistem Pembayaran Administrasi Kesiswaan Di SMA Ya BAKII Kesugihan

0 0 8

KESADARAN MEREK SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KEPUTUSAN SISWA MEMILIH STUDI

0 0 16

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN. 2014 2015 Sarifah SD Nege

0 0 11

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 20142015 Ngatiyem SD Negeri 3 Kemiling Permai ABSTRACT - View of Upaya Meningkatkan Prestasi Bela

0 0 7

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BAGI SISWA KELAS IX F SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 20142015 Elly Junaidah SMP Negeri 8 Bandar Lampung ABSTRACT - View of

0 0 6

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN KOTA SURAKARTA (Arinta Rara Kirana)

0 0 11

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI DAN TIPE STAD DITINJAU DARI TINGKAT MOTIF BERPRESTASI SISWA Ambyah Harjanto STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Mengguna

0 0 14

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PLANTET QUESTION TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI SEMESTER GENAP SMK WASKITA BEKRI LAMPUNG TENGAHTAHUN PELAJARAN 2014-2015 Nur Fitria STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Pengaruh Metode Pembela

0 0 10

THE INFLUENCE OF MINIMAL SENTENCE PAIRS TOWARDS STUDENTS‟ TENSES MASTERY AT THE SECOND SEMESTER OF THE EIGHTH CLASS OF SMP NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG Febriyanti STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of The Influence of Minimal Sentences Pairs towards St

0 0 10