TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP PENGETAHUAN ANTIBIOTIK DAN PENATALAKSANAAN ALERGI ANTIBIOTIK DI KLINIK BEDAH MULUT FKG USU 2015

  LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Dian M P Br. Sitinjak Tempat/ Tanggal Lahir : P. Berandan/ 21 November 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Patriot Komp. Patriot Garden Blok B Nomor 2

Orang Tua

  Ayah : Ir. Edison Sitinjak Ibu : Anivera Manullang SH Riwayat Pendidikan

1. 1996-1998 : TK Dharma Patra Pertamina, P. Berandan

  

2. 1998-2004 : SD Dharma Patra Pertamina, P. Berandan

3. 2004-2007 : SMP Santo Tarcisius, Dumai 4. 2007-2010 : SMA Santo Thomas 1, Medan

5. 2010-2015 : S1-Fakultas Kedokteran Gigi USU, Medan

6. 2015-2016 : Kepaniteraan Klinik FKG USU, Medan

  LAMPIRAN 2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL Nomor: Tanggal:

  

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK

TERHADAP PENGETAHUAN ANTIBIOTIK DAN PENATALAKSANAAN

ALERGI ANTIBIOTIK DI KLINIK BEDAH MULUT FKG USU 2015 Nama : NIM : Jenis Kelamin : P / W Umur :

PETUNJUK PENGISIAN

  1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik yang sedang berada di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada bulan Febuari 2015

  2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang dianggap benar

  3. Semua pertanyaan harus dijawab

  4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban

  5. Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti silahkan ditanyakan kepada peneliti

  LINGKARI JAWABAN PADA PILIHAN YANG TERSEDIA Pengetahuan tentang definisi antibiotik dan klasifikasinya I.

1. Menurut Anda apakah definisi antibiotik?

  1.1

a. Obat pembasmi mikroba atau jasad renik

  b. Zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan mikroorganisme

  c. Obat yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan jamur

2. Menurut anda, dari antibiotik berikut yang termasuk

  1.2 antibiotik golongan β-laktam, kecuali a. Sefalosoprin, karbapenem, monobaktam

  b. Karbapenem, sefalosoprin, penisilin G

  c. Tetrasiklin, metronidazole, eritromisin

3. Penisilin efektif untuk menangani?

  1.3

  a. Bakteri gram positif

  b. Bakteri gram negatif

  c. Jamur

4. Apakah keunggulan antibiotik sepalosofrin dibandingkan

  1.4 antibiotik penisilin? a. Memiliki aktivitas terhadap bakteri penghasil penisilinase b. Tidak memiliki aktivitas terhadap bakteri penghasil penisilinase

c. Tidak mampu menangani peradangan jenis apapun

  5. Manakah dibawah ini yang benar tentang antibiotik makrolida?

  1.5

  a. Digunakan untuk peradangan karena staphylokokus jika antibiotik lain tidak dapat digunakan.

  b. Digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram positif yang resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin

  c. Digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram negatif yang resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin

  6. Manakah dibawah ini yang benar tentang antibiotik linkomisin?

  1.6

  a. Digunakan untuk peradangan karena staphylokokus jika antibiotik lain tidak dapat digunakan.

  b. Digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram positif yang resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin

  c. Digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram negatif yang resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin

  7. Manakah dibawah ini yang benar tentang antibiotik aminoglikosida?

  1.7

  a. Digunakan untuk peradangan karena staphylokokus jika antibiotik lain tidak dapat digunakan.

  b. Digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram positif yang resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin

  c. Digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram negatif

  8. Antibiotik kuinolon sangat baik untuk peradangan yang

  1.8 disebabkan oleh a. gram-positif

  b. gram-negatif

  c. gram-positif dan negatif

  9. Manakah dibawah ini yang benar tentang antibiotik metronidazol?

  1.9

  a. Digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram negatif b. Digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram positif c. Digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh protozoa

  10. Antibiotik harus segera diberikan pada pasien, terutama

  1.10 pada kasus? a. Gingivitis

  b. Abses periodontal

  c. Resesi gingiva

11. Antibiotik dalam kedokteran gigi yang biasanya

  1.11 diresepkan kepada pasien berasal dari golongan? a. Aminoglikosida b.

  Β-laktam

  c. Makrolida 12. Antibiotik golongan β-laktam yang paling sering menjadi

  1.12 pilihan adalah? a. Penisilin dan Cepalosporin

  b. Penisilin dan Carbapenem

  c. Penisilin dan Amoksisilin

13. Dalam kedokteran gigi, selain untuk pengobatan dan

  1.13 terapi, antibiotik juga digunakan untuk? a. Menghilangkan rasa sakit

  b. Menghentikan perdarahan

  c. Sebagai profilaksis

14. Apakah yang dimaksud dengan antibiotik profilaksis?

  1.14

  a. Mencegah proliferasi dan penyebaran bakteri didalam tubuh atau bekas luka operasi b. Menghentikan perdarahan bekas operasi

  c. Menghilangkan rasa sakit luka bekas operasi

15. Antibiotik profilaksis tidak dianjurkan kepada pasien

  1.15 dengan kasus? a. Impaksi bedah apikal

  b. Penggunaan gigi tiruan lepasan atau alat ortodontik

  c. Pencabutan gigi

16. Efek samping yang paling sering ditimbulkan oleh

  1.16 antibiotik adalah? a. Reaksi alergi

  b. Reaksi toksik

  c. Perubahan biologik dan metabolik

17. Reaksi alergi yang paling sering berasal dari antibiotik?

  1.17

  a. Amoksisilin

  b. Klindamisin

  c. Penisilin

18. Reaksi alergi yang paling sering ditimbulkan oleh penisin

  1.18 adalah? a. Asma dan nausea

  b. Urtikaria dan angioedema

  c. Purpura dan Eritema

II. Pengetahuan tentang penatalaksanaan alergi antibiotik

1. Reaksi alergi pada antibiotik merupakan reaksi yang?

  2.1

  a. Dapat diprediksi

  b. Tidak dapat diprediksi

  c. Tidak dapat disembuhkan

2. Reaksi alergi antibiotik selain terkena pada kulit juga dapat

  2.2 mengenai organ tubuh seperti? a. Jantung, hati dan ginjal

  b. Paru-paru, jantung dan hati

  c. Hati, ginjal dan paru-paru

3. Yang paling berperan dalam terjadinya alergi atau

  2.3 patofisiologi alergi didalam tubuh adalah? a. Bakteri

  b. Virus

  c. Sel limfosit T

4. Tipe hipersensitivitas alergi yang paling sering terjadi

  2.4 pada alergi antibiotik adalah? a. Tipe I ( reaksi anafilaksis )

  b. Tipe II ( reaksi autotoksis )

  c. Tipe III ( reaksi kompleks imun)

  2.5

5. Hipersensitivitas tipe I diperantarai oleh antibodi?

  a. Ig-E

  b. Ig-G

  c. Ig-M

6. Reaksi alergi yang paling sering terjadi pada

  2.6 hipersensitivitas tipe I adalah? a. Urtikaria dan purpura

  b. Urtikaria dan syok anafilaktik

  c. Purpura dan syok anafilaktik

7. Sebelum memberikan antibiotik ada baiknya harus

  2.7 dilakukan pemeriksaan dulu. Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah?

  a. Anamnesa dan tes uji kulit

  b. Anamnesa dan tes darah

  c. Tes kulit dan tes darah

8. Reaksi alergi pada kulit yang paling sering timbul akibat

  2.8 alergi antibiotik adalah? a. Purpura

  b. Eritema

  c. Urtikaria

9. Ciri-ciri reaksi alergi urtikaria adalah?

  2.9

  a. Terjadi secara berulang, kemerahan, bengkak, dan menimbulkan bercak b. Kemerahan pada kulit dan akan hilang apabila dilakukan penekanan

  c. Ketakutan, gatal-gatal, kemerahan dari wajah, gatal substernal, sesak nafas, sianosis, dan hilang kesadaran

  10. Urtikaria biasanya terjadi diikuti reaksi alergi?

  2.10

  a. Angiedema

  b. Purpura

  c. Eritema

  11. Selain urtikaria dan angioedema reaksi alergi kulit yang

  2.11 berat juga dapat terjadi, yaitu..

  a. Eritema multiform

  b. Erupsi eksemantosa

  c. Herpes zoster

  12. Ciri-ciri reaksi alergi erupsi eksemantosa adalah?

  2.12

  a. Berbentuk mobiliformis atau makulopapuler, pruritus dan terdapat pustula b. Pada kulit muncul urtika yang tampak eritem disertai edema dan rasa gatal c. Kejang-kejang, sesak nafas dan kehilangan kesadaran

  13. Reaksi alergi antibiotik juga dapat menimbulkan penyakit

  2.13 kulit berat yang dapat menimbulkan kematian yaitu..

  a. Erupsi eksemantosa

  b. SSJ / NET

  c. Herpes zoster

  14. Ciri-ciri dari SSJ adalah?

  2.14

  a. Kejang-kejang, sesak nafas dan kehilangan kesadaran

  b. Bercak-bercak pada kulit diiringi nyeri kepala, batuk, pilek dan denyut nadi melemah c. Epidermolisis yang menyeluruh, kelainan pada selaput lendir orifisum genetalian eksterna dan mata

15. Ciri-ciri dari NET adalah?

  2.15

a. Kejang-kejang, sesak nafas dan kehilangan kesadaran

  b. Bercak-bercak pada kulit diiringi nyeri kepala, batuk, pilek dan denyut nadi melemah c. Epidermolisis yang menyeluruh, kelainan pada selaput lendir orifisum genetalian eksterna dan mata

16. Jenis reaksi alergi antibiotik yang paling berbahaya dan

  2.16 dapat terjadi secara tiba-tiba adalah? a. Erupsi eksemantosa

  b. SSJ / NET

  c. Syok anafilaktik

  17. Ciri-ciri dari syok anafilaktik adalah?

  2.17

  a. Ketakutan, gatal-gatal, kemerahan dari wajah, gatal substernal, sesak nafas, sianosis, dan hilang kesadaran

  b. Bercak-bercak pada kulit diiringi nyeri kepala, batuk, pilek dan denyut nadi melemah c. Epidermolisis yang menyeluruh, kelainan pada selaput lendir orifisum genetalian eksterna dan mata

  18. Dalam penatalaksanaan alergi obat antibiotik, hal yang

  2.18 harus segera dilakukan begitu pasien terkena alergi adalah? a. Menunggu beberapa hari untuk memastikan

  b. Segera menghentikan penggunaan obat bersangkutan

  c. Merujuk pasien ke dokter gigi lain

19. Setelah hal diatas dilakukan, untuk mengatasi reaksi

  2.19 alergi yang timbul (urtikaria, angioedema, dll) manakag dibawah ini yang harus diberikan kepada pasien?

  a. Antihistamin

  b. Analgesik

  c. Pengobatan tradisional

20. Manakah dibawah yang bukan merupakan antihistamin

  2.20 untuk mengatasi reaksi alergi antibiotik? a. Fexofenadin

  b. Desloratadin

  c. Aspirin

21. Apabila pemberian antihistamin tidak memberikan

  2.21 dampak kesembuhan bagi pasien, maka dapat diberikan a. Antihistamin tambahan

  b. Kortikosteroid

  c. Analgesik

22. Kortikosteroid yang paling sering digunakan adalah?

  2.22

  a. Fexonadin

  b. Prednison

  c. Desloratadin

23. Selain dari pemberian obat diatas, untuk menangani alergi

  2.23 antibiotik dapat juga dilakukan desensitisasi, yaitu.. a. Terapi yang dilakukan dengan cara memberikan alergen sedikit demi sedikit untuk membangkitkan pembentukan Ig-G atau blocking antibody

  b. Terapi yang dilakukan dengan cara memberikan alergen sedikit demi sedikit untuk membangkitkan pembentukan Ig-M atau blocking antibody

  c. Terapi yang dilakukan dengan cara memberikan alergen sedikit demi sedikit untuk menghentikan pembentukan Ig-G atau blocking antibody

24. Namun desensitisasi memiliki kekurangan yaitu

  a. Memerlukan waktu yang singkat, mahal, dan memilik resiko syok anafilaktik b. Memerlukan waktu yang lama, mahal, dan memilik resiko syok anafilaktik c. Memerlukan waktu yang lama, murah, dan memilik resiko syok anafilaktik

  25. Dalam melakukan penatalaksanaan syok anafilaktik, apakah hal pertama yang harus dilakukan? a. Mengirim pasien ke rumah sakit menggunakan ambulans b. Melakukan penilaian ABC ( airway, breathing, circulation )

  26. Apakah yang sebaiknya dilakukan setelah laju nafas membaik? a. Pemberian adrenalin dan diulang setiap 15 menit sampai keadaan membaik

  2.24

  2.25

c. Menyuruh pasien pulang dan beristirahat dirumah

  2.26 b. Pasien diizinkan pulang dan dapat menggunakan antibiotik bersangkutan lagi

c. Pasien dirujuk kerumah sakit

27. Untuk mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik dapat

  2.27 dilakukan a. Pemberian vitamin

  b. Pemberian kortikosteroid

  c. Pemberian antihistamin

28. Manakah dibawah ini pernyataan yang benar mengenai

  2.28 penatalksanaan syok anafilaktik? a. Kalau tidak terpaksa, tidak perlu mengirimkan pasien dengan syok anafilaktik ke rumah sakit karena pasien dapat meninggal sewaktu diperjalanan

  b. Pasien dengan syok anafilaktik harus segera dikirimkan ke rumah sakit karena peralatan dirumah sakit lebih lengkap

  c. Begitu syok anafilaktik terjadi pasien harus segera dirujuk ke dokter untuk menjalani pengobatan khusus

  LAMPIRAN 3 Frequency Table

definisi antibiotik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid 1 2,4 2,4 2,4 Obat pembasmi mikroba 6 14,3 14,3 16,7 atau jasad renik b. Zat yang dihasilkan 33 78,6 78,6 95,2 oleh mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan mikroorganisme

  c. Obat yang 2 4,8 4,8 100,0 dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan jamur Total 42 100,0 100,0

  

keunggulan sepalosofrin

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Memiliki aktivitas terhadap 35 83,3 83,3 83,3 bakteri penghasil penisilinase Tidak memiliki aktivitas 6 14,3 14,3 97,6 terhadap bakteri penghasil penisilinase

  Tidak mampu menangani 1 2,4 2,4 100,0 peradangan jenis apapun Total 42 100,0 100,0

  

antibiotik b-laktam

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid 2 4,8 4,8 4,8 Sefalosoprin, karbapenem, 5 11,9 11,9 16,7 monobaktam Karbapenem, sefalosoprin, 22 52,4 52,4 69,0 penisilin G Tetrasiklin, metronidazole, 13 31,0 31,0 100,0 eritromisin Total 42 100,0 100,0

  efektivitas penisilin

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Bakteri gram positif 32 76,2 76,2 76,2 Bakteri gram negatif 10 23,8 23,8 100,0 Total 42 100,0 100,0

  

antibiotik makrolida

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Digunakan untuk 7 16,7 16,7 16,7 peradangan karena staphylokokus jika antibiotik lain tidak dapat digunakan Digunakan untuk 28 66,7 66,7 83,3 peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram positif yang resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin Digunakan untuk 7 16,7 16,7 100,0 peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram negatif yang resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin Total 42 100,0 100,0

  

antibiotik linkomisin

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Digunakan untuk 22 52,4 52,4 52,4 peradangan karena staphylokokus jika antibiotik lain tidak dapat digunakan Digunakan untuk 10 23,8 23,8 76,2 peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram positif yang resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin Digunakan untuk 10 23,8 23,8 100,0 peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram negatif yang resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin Total 42 100,0 100,0

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Digunakan untuk 10 23,8 23,8 23,8 peradangan karena staphylokokus jika antibiotik lain tidak dapat digunakan Digunakan untuk 15 35,7 35,7 59,5 peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram positif yang resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin Digunakan untuk 17 40,5 40,5 100,0 peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram negatif Total 42 100,0 100,0

  

antibiotik kuinolon

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid 2 4,8 4,8 4,8 gram-positif 6 14,3 14,3 19,0 gram-negatif

  18 42,9 42,9 61,9 gram-positif dan negatif 16 38,1 38,1 100,0

  Total 42 100,0 100,0

  

antibiotik metronidazol

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Digunakan untuk 20 47,6 47,6 47,6 peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram negatif Digunakan untuk 10 23,8 23,8 71,4 peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram positif Digunakan untuk 12 28,6 28,6 100,0 peradangan yang disebabkan oleh protozoa Total 42 100,0 100,0

  kasus indikasi antibiotik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Gingivitis 2 4,8 4,8 4,8 Abses periodontal 40 95,2 95,2 100,0 Total 42 100,0 100,0

  antibiotik kedokteran gigi

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid 2 4,8 4,8 4,8 aminoglikosida 8 19,0 19,0 23,8 b-laktam

  28 66,7 66,7 90,5 makrolida 4 9,5 9,5 100,0

  Total 42 100,0 100,0

  

blaktam pilihan

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Penisilin dan Cepalosporin 11 26,2 26,2 26,2 Penisilin dan Carbapenem 7 16,7 16,7 42,9

  Penisilin dan Amoksisilin 24 57,1 57,1 100,0 Total 42 100,0 100,0

  

profilaksis antibiotik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Menghilangkan rasa sakit 5 11,9 11,9 11,9 Menghentikan perdarahan 1 2,4 2,4 14,3 Sebagai profilaksis 36 85,7 85,7 100,0 Total 42 100,0 100,0

  

definisi antibiotik profilaksis

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Mencegah proliferasi dan 36 85,7 85,7 85,7 penyebaran bakteri didalam tubuh atau bekas luka operasi Menghentikan perdarahan 3 7,1 7,1 92,9 bekas operasi Menghilangkan rasa sakit 3 7,1 7,1 100,0 luka bekas operasi Total 42 100,0 100,0

  

kontraindikasi antibiotik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Impaksi bedah apikal 6 14,3 14,3 14,3 Penggunaan gigi tiruan 30 71,4 71,4 85,7 lepasan atau alat ortodontik Pencabutan gigi 6 14,3 14,3 100,0

  Total 42 100,0 100,0

  

efek samping antibiotik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid reaksi alergi 35 83,3 83,3 83,3 reaksi antibiotik 2 4,8 4,8 88,1 perubahan biologik dan 5 11,9 11,9 100,0 metabolik

  Total 42 100,0 100,0

  reaksi alergi antibiotik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid amoksisilin 14 33,3 33,3 33,3 klindamisin 7 16,7 16,7 50,0 penisilin

  21 50,0 50,0 100,0 Total 42 100,0 100,0

  

reaksi alergi penisilin

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid asma dan nausea 10 23,8 23,8 23,8 urtikaria dan angioedema 26 61,9 61,9 85,7 purpura dan eritema

  6 14,3 14,3 100,0 Total 42 100,0 100,0

  

tipereaksialergiantibiotik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid dapat diprediksi 13 31,0 31,0 31,0 tidak dapat diprediksi 28 66,7 66,7 97,6 tidak dapat disembuhkan

  1 2,4 2,4 100,0 Total 42 100,0 100,0

  

alergi pada organ tubuh

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid jantung, hati dan ginjal 12 28,6 28,6 28,6 paru-paru, jantung dan hati 16 38,1 38,1 66,7 hati, ginjal, dan paru-paru 14 33,3 33,3 100,0

  Total 42 100,0 100,0

  patofisiologi alergi

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid bakteri 7 16,7 16,7 16,7 virus 3 7,1 7,1 23,8 sel limfosit t

  32 76,2 76,2 100,0 Total 42 100,0 100,0

  

tipe hipersensitivitas alergi

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Tipe I ( reaksi anafilaksis ) 34 81,0 81,0 81,0 Tipe II ( reaksi autotoksis ) 3 7,1 7,1 88,1 Tipe III ( reaksi kompleks 5 11,9 11,9 100,0 imun) Total 42 100,0 100,0

  antibodi tipe I hipersensitivitas

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Ig-E 20 47,6 47,6 47,6 Ig-G 18 42,9 42,9 90,5 Ig-M 4 9,5 9,5 100,0 Total 42 100,0 100,0

  

reaksi alergi tipe hipersensitivitas I

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid urtikaria dan purpura 10 23,8 23,8 23,8 urtikaria dan syok anafilaktik 29 69,0 69,0 92,9 purpura dan syok anafilaktik

  3 7,1 7,1 100,0 Total 42 100,0 100,0

  

tes diagnostik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid anamnesa dan tes uji kulit 31 73,8 73,8 73,8 anamnesa dan tes uji darah 8 19,0 19,0 92,9 tes kulit dan tes darah 3 7,1 7,1 100,0

  Total 42 100,0 100,0

  reaksi alergi antibiotik paling sering

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid purpura 2 4,8 4,8 4,8 eritema 11 26,2 26,2 31,0 urtikaria 29 69,0 69,0 100,0

  Total 42 100,0 100,0

  

ciri urtikaria

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid terjadi secara berulang,

  25

  59.5

  59.5

  59.5 kemerahan, bengkak, dan menimbulkan bercak kemerahan pada kulit dan

  8

  19.0

  19.0

  78.6 akan hilang apabila dilakukan penekanan ketakutan, gatal-gatal,

  9

  21.4 21.4 100.0 kemerahan dari wajah, gatal substernal, sesak nafas, sianosis, dan hilang kesadaran Total 42 100.0 100.0

  urtikaria disertai angioedema

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid

  1

  2.4

  2.4

  2.4 angioedema

  26

  61.9

  61.9

  64.3 purpura

  10

  23.8

  23.8

  88.1 eritema

  5

  11.9 11.9 100.0 Total 42 100.0 100.0

  alergi kulit berat

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid eritema multiform

  25

  59.5

  59.5

  59.5 erupsi eksemantosa

  16

  38.1

  38.1

  97.6 herpes zoster

  1

  2.4 2.4 100.0 Total 42 100.0 100.0

  

ciri erupsi eksemantosa

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid

  1

  2.4

  2.4

  2.4 berbentuk mobiliformis atau

  20

  47.6

  47.6

  50.0 makulopapuler, pruritus dan terdapat pustula pada kulit muncul urtika yang

  19

  45.2

  45.2

  95.2 tampak eritem disertai edema dan rasa gatal kejang-kejang, sesak nafas

  2

  4.8 4.8 100.0 dan kehilangan kesadaran Total 42 100.0 100.0

  reaksi alergi menimbulkan kematian

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid erupsi eksemantosa

  5

  11.9

  11.9

  11.9 ssj atau net

  33

  78.6

  78.6

  90.5 herpes zoster

  4

  9.5 9.5 100.0 Total 42 100.0 100.0

  

ciri ssj

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid

  2

  4.8

  4.8

  4.8 kejang-kejang, sesak nafas

  14

  33.3

  33.3

  38.1 dan kehilangan kesadaran bercak-bercak pada kulit

  15

  35.7

  35.7

  73.8 diiringi nyeri kepala, batuk, pilek dan denyut nadi melemah epidermolisis yang

  11

  26.2 26.2 100.0 menyeluruh, kelainan pada selaput lendir orifisum genetalian eksterna dan mata Total 42 100.0 100.0

  

ciri net

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid

  2

  4.8

  4.8

  4.8 kejang-kejang, sesak nafas

  12

  28.6

  28.6

  33.3 dan kehilangan kesadaran bercak-bercak pada kulit

  14

  33.3

  33.3

  66.7 diiringi nyeri kepala, batuk, pilek dan denyut nadi melemah epidermolisis yang

  14

  33.3 33.3 100.0 menyeluruh, kelainan pada selaput lendir orifisum genetalian eksterna dan mata Total 42 100.0 100.0

  reaksi alergi mendadak

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid erupsi eksemantosa

  2

  4.8

  4.8

  4.8 ssj atau net

  10

  23.8

  23.8

  28.6 syok anafilaktik

  30

  71.4 71.4 100.0 Total 42 100.0 100.0

  

ciri syok anafilaktik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid ketakutan, gatal-gatal,

  34

  81.0

  81.0

  81.0 kemerahan dari wajah, gatal substernal, sesak nafas, sianosis, dan hilang kesadaran bercak-bercak pada kulit

  7

  16.7

  16.7

  97.6 diiringi nyeri kepala, batuk, pilek dan denyut nadi melemah epidermolisis yang

  1

  2.4 2.4 100.0 menyeluruh, kelainan pada selaput lendir orifisum genetalian eksterna dan mata Total 42 100.0 100.0

  

tahap pertama penatalaksanaan alergi

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid

  1

  2.4

  2.4

  2.4 menunggu beberapa hari

  1

  2.4

  2.4

  4.8 untuk memastikan segera menghentikan

  37

  88.1

  88.1

  92.9 penggunaan obat bersangkutan merujuk pasien ke dokter gigi

  3

  7.1 7.1 100.0 lain Total 42 100.0 100.0

  obat alergi pertama

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid antihistamin

  36

  85.7

  85.7

  85.7 analgesik

  5

  11.9

  11.9

  97.6 pengobatan tradisional

  1

  2.4 2.4 100.0 Total 42 100.0 100.0

  obat alergi pertama

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid antihistamin

  36

  85.7

  85.7

  85.7 analgesik

  5

  11.9

  11.9

  97.6 pengobatan tradisional

  1

  2.4 2.4 100.0 Total 42 100.0 100.0

  obat alergi pertama

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid antihistamin

  36

  85.7

  85.7

  85.7 analgesik

  5

  11.9

  11.9

  97.6 pengobatan tradisional

  1

  2.4 2.4 100.0 Total 42 100.0 100.0

  bukanantihistaminpilihan

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid fexofenadin

  7

  16.7

  16.7

  16.7 desloratadin

  6

  14.3

  14.3

  31.0 aspirin

  29

  69.0 69.0 100.0 Total 42 100.0 100.0

  

obat alergi kedua

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid antihistamin tambahan

  3

  7.1

  7.1

  7.1 kortikosteroid

  35

  83.3

  83.3

  90.5 analgesik

  4

  9.5 9.5 100.0 Total 42 100.0 100.0

  kortikosteroid pilihan

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid

  1

  2.4

  2.4

  2.4 fexofenadin

  3

  7.1

  7.1

  9.5 prednison

  36

  85.7

  85.7

  95.2 desloratadin

  2

  4.8 4.8 100.0

  kortikosteroid pilihan

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid

  1

  2.4

  2.4

  2.4 fexofenadin

  3

  7.1

  7.1

  9.5 prednison

  36

  85.7

  85.7

  95.2 desloratadin

  2

  4.8 4.8 100.0 Total 42 100.0 100.0

  

definisi teknik desensitisasi

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid

  1

  2.4

  2.4

  2.4 Terapi yang dilakukan

  25

  59.5

  59.5

  61.9 dengan cara memberikan alergen sedikit demi sedikit untuk membangkitkan pembentukan Ig-G atau blocking antibody Terapi yang dilakukan

  6

  14.3

  14.3

  76.2 dengan cara memberikan alergen sedikit demi sedikit untuk membangkitkan pembentukan Ig-M atau blocking antibody Terapi yang dilakukan

  10

  23.8 23.8 100.0 dengan cara memberikan alergen sedikit demi sedikit untuk menghentikan pembentukan Ig-G atau blocking antibody Total 42 100.0 100.0

  

kekurangan desensitisasi

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Memerlukan waktu yang

  5

  11.9

  11.9

  11.9 singkat, mahal, dan memilik resiko syok anafilaktik Memerlukan waktu yang

  33

  78.6

  78.6

  90.5 lama, mahal, dan memilik resiko syok anafilaktik Memerlukan waktu yang

  4

  9.5 9.5 100.0 lama, murah, dan memilik resiko syok anafilaktik Total 42 100.0 100.0

  

tahap pertama penatalaksanaan syok anafilaktik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Mengirim pasien ke rumah

  1

  2.4

  2.4

  2.4 sakit menggunakan ambulans Melakukan penilaian ABC (

  41

  97.6 97.6 100.0 airway, breathing, circulation ) Total 42 100.0 100.0

  

tahap kedua penatalaksanaan syok anafilaktik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid

  4

  9.5

  9.5

  9.5 Pemberian adrenalin dan

  28

  66.7

  66.7

  76.2 diulang setiap 15 menit sampai keadaan membaik Pasien diizinkan pulang dan

  5

  11.9

  11.9

  88.1 dapat menggunakan antibiotik bersangkutan lagi Pasien dirujuk kerumah sakit

  5

  11.9 11.9 100.0 Total 42 100.0 100.0

  

tahap lanjut penatalaksanaan syok anafilaktik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid

  1

  2.4

  2.4

  2.4 pemberian vitamin

  5

  11.9

  11.9

  14.3 pemberian kortikosteroid

  20

  47.6

  47.6

  61.9 pemberian antihistamin

  16

  38.1 38.1 100.0 Total 42 100.0 100.0

  

hal penting penatalaksanaan syok anafilaktik

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Kalau tidak terpaksa, tidak

  16

  38.1

  38.1

  38.1 perlu mengirimkan pasien dengan syok anafilaktik ke rumah sakit karena pasien dapat meninggal sewaktu diperjalanan Pasien dengan syok

  20

  47.6

  47.6

  85.7 anafilaktik harus segera dikirimkan ke rumah sakit karena peralatan dirumah sakit lebih lengkap Begitu syok anafilaktik terjadi

  6

  14.3 14.3 100.0 pasien harus segera dirujuk ke dokter untuk menjalani pengobatan khusus Total 42 100.0 100.0

Dokumen yang terkait

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PASIEN MENGENAI KEBUTUHAN PEMAKAIAN GIGI TIRUAN PASCA PENCABUTAN GIGI DI KLINIK BEDAH MULUT RSGM UNIVERSITAS JEMBER

6 48 13

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PASIEN TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN PENISILIN ORAL (Studi di Beberapa Apotek di Kecamatan Lowokwaru Malang)

1 41 24

HUBUNGAN SIKAP DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP PENATALAKSANAAN TERAPI DIIT DI DESA PUJON KIDUL KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG

0 12 1

TECHNICAL MEETING KEPANITERAAN KLINIK DI RSP BATU

0 27 1

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK SETELAH GILIR JAGA MALAM PADA MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

0 28 57

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT RW.IV KELURAHAN FONTEIN KOTA KUPANG TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK Ni Nyoman Yuliani, Carolina Wijaya , Geryana Moeda ABSTRAK - View of TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT RW.IV KELURAHAN FONTEIN KOTA KUPANG TERHADAP PENGGUNAAN A

0 0 13

TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT RSGMP USU TENTANG INFORMED CONSENT UNTUK PENCABUTAN GIGI POSTERIOR MANDIBULA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

0 0 13

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WPS UNTUK TES HIV MELALUI KLINIK VCT

0 0 7

HUBUNGAN PERSEPSI MENGENAI PROSES BIMBINGAN KLINIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN SEMESTER III PSIK FK UNSRAT DI RS BHAYANGKARA DAN PUSKESMAS BAHU MANADO

0 3 7

PERBEDAAN NILAI SKELETAL DALAM ARAH VERTIKAL ANTARA POLA PERNAFASAN NORMAL DAN PERNAFASAN MELALUI MULUT PADA PASIEN DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU TAHUN 2009-2013

0 0 12