t ips 0909559 chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penelitian
Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai
dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan
kerja yang ada, dan tidak tertutup kemungkinan jumlah pengangguran tersebut
akan terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), angka pengangguran pada tahun 2009 naik
menjadi 9% dari angka pengangguran 2008 sebesar 8,50%. Data pengangguran
terbuka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (2009) menunjukan bukti
masih banyak penduduk yang perlu ditingkatkan produktivitasnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas masyarakat yaitu
dengan cara menanamkan jiwa entrepreneurship sejak dini kepada mereka agar
tidak hanya menjadi pencari pekerjaan, melainkan sebagai pembuka lapangan
pekerjaan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Berdasarkan hal tersebut
maka pendidikan kewirausahaan dianggap perlu diterapkan pada semua tingkat
satuan pendidikan guna menumbuhkan atau menanamkan mental kewirausahaan
pada generasi muda, dengan harapan setelah menerima pendidikan kewirausahaan
di sekolah peserta didik akan mampu mengubah pola pikir mereka mengenai
lapangan pekerjaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmir (2006:3)
bahwa “pendidikan kewirausahaan akan mendorong para pelajar dan mahasiswa
agar mulai mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha”, dengan demikian
1
pola pikir yang sebelumnya berorientasi menjadi karyawan diputar balik menjadi
berorientasi untuk mencari karyawan.
Realita di lapangan menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang
berwirausaha setelah lulus dari SMK masih sedikit sekali, hal ini antara lain
ditunjukkan dengan jumlah pengangguran yang relatif tinggi, jumlah wirausaha
yang masih relatif sedikit. Tamatan SMK cenderung banyak yang memilih
bekerja di perusahaan swasta atau pegawai pemerintahan daripada berwirausaha
dengan alasan mereka lebih merasa aman menjadi pekerja (buruh) dengan
penghasilan tetap tiap bulannya. Berikut hasil penelusuran tamatan yang
dilakukan oleh bagian bimbingan dan konseling SMK bidang Bisnis dan
Manajemen di kabupaten Bangka:
Tabel 1.1
Lulusan SMK Bidang Bisnis dan Manajemen
Kabupaten Bangka
Tahun Pelajaran
Melanjutkan
Pendidikan(%)
Bekerja
Berwirausaha
(%)
(%)
Tidak
bekerja
(%)
2004/2005
18,96
46,60
6,50
27,94
2005/2006
18,30
45,07
8,03
28,87
2006/2007
21,98
48,27
11,13
18,62
2007/2008
21,20
46,75
8,17
23,88
2008/2009
31,10
50,80
5,13
12,97
(Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Bangka)
Berdasarkan fakta di lapangan dan informasi yang diperoleh dari pihak
sekolah bahwa penyebab ketidaksiapan siswa SMK untuk
2
berwirausaha
disebabkan oleh rendahnya minat berwirausaha siswa, hal ini dapat dilihat dari
sikap (1) kurang percaya diri yang dapat dilihat dari sikap siswa yang suka
mencontek dan meniru pekerjaan orang lain; (2) tidak berani menanggung resiko,
yang terlihat dari sikap siswa yang tidak suka jika diberi pekerjaan yang
menantang; (3) tidak kreatif, hal ini terlihat dari kurang aktifnya siswa dalam
proses belajar dimana masih jarangnya siswa yang bertanya, dan kurangnya
persiapan mereka ketika datang ke sekolah; (4) tidak memiliki motif berprestasi
tinggi, hal ini dapat terlihat dari sikap siswa yang suka asal-asalan jika diberi
tugas dan sering mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah.
Sedikitnya jumlah peserta didik yang memilih untuk berwirausaha juga
dikarenakan pola pikir mereka mengenai dunia wirausaha, menurut mereka terjun
ke dunia bisnis bukanlah pilihan karir yang tepat. Mereka berpikir bahwa untuk
berwirausaha mereka akan dihadapkan pada situasi yang tidak pasti, penuh
rintangan, dan mudah frustasi dalam upaya mendirikan usaha baru. Pola pikir
seperti itulah yang sebenarnya membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia berjalan
lambat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Astamoen (2005:5) bahwa “salah
satu penyebab kurang cepatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih
sedikitnya jumlah entrepenuer sebagai pelaku ekonomi, antara lain pengusaha,
pedagang, industrialis, dan lain-lain”. Dijelaskan lebih lanjut bahwa “indikator
penting maju tidaknya suatu negara dilihat dari rendahnya angka pengangguran
dan tingginya devisa terutama dari hasil barang-barang ekspor yang tentu saja
dapat dicapai apabila banyaknya entrepenuer yang bergerak dalam bidang bisnis”.
3
Salah satu bentuk sarana pendidikan formal yang menyiapkan siswa untuk
berkarir dan mengembangkan diri menjadi entrepreneur adalah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dimana tujuan pembelajarannya yaitu menyiapkan
tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif, serta
menyiapkan tamatan yang memiliki kemampuan khusus untuk dapat bekerja
atau berwirausaha sendiri. Hal tersebut didukung oleh hasil studi cepat tentang
pendidikan kewirausahaan pada pendidikan dasar dan menengah yang dilakukan
oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (27 Mei 2010) diperoleh
informasi bahwa pendidikan kewirausahaan mampu menghasilkan persepsi positif
akan profesi sebagai wirausaha. Bukti tersebut merata ditemukan baik di tingkat
sekolah dasar, menengah pertama, maupun menengah atas, bahwa peserta didik di
sekolah yang memberikan pendidikan kewirausahaan memberikan persepsi yang
positif akan pekerjaan di bidang bisnis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Depdiknas (2010) bahwa “persepsi positif menganai kewirausahaan akan
memberi dampak yang sangat berarti bagi usaha penciptaan dan pengembangan
wirausaha maupun usaha-usaha baru yang sangat diperlukan bagi kemajuan
Indonesia”.
Untuk membentuk peserta didik yang berjiwa wirausaha, terlebih dahulu
perlu ditanamkan minat kewirausahaan dalam diri mereka. Hal tersebut
dikarenakan minat merupakan hal pokok yang akan menentukan berhasil atau
tidaknya seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Minat juga memegang peranan
penting dalam menentukan arah, cara berpikir seseorang dalam segala
tindakannya termasuk juga dalam belajar. Menurut teori karir kognitif sosial,
4
minat karir dibentuk melalui pengalaman langsung atau berkesan yang
menyediakan peluang bagi individu untuk berlatih, menerima umpan balik dan
mengembangkan keterampilan yang mengarah pada kompetensi personal dan
harapan dari hasil yang memuaskan.
Demikian juga halnya dengan minat berwirausaha, minat siswa untuk
berwirausaha tidak bisa timbul begitu saja tanpa ada faktor-faktor yang
mendukungnya. Alma (1999) dalam Mayasari (2010:7) mengemukakan bahwa
‘salah satu faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha adalah Kecakapan
vokasional yang dipersiapkan individu untuk mencapai kemandirian dalam hal
ekonomi’. Dijelaskan lebih lanjut bahwa individu yang telah mencapai Kecakapan
vokasional yang tinggi akan dapat menentukan pekerjaan yang tepat sesuai
dengan kemampuan dirinya, apakah akan bekerja kepada orang lain atau berusaha
sendiri melalui kegiatan kewirausahaan.
SMK merupakan lembaga pendidikan formal melatih atau membekali
peserta didik dengan kemampuan atau keahlian di bidang tertentu yang biasa
disebut dengan kecakapan vokasional. Kecakapan vokasional ini penting untuk
membekali siswa dengan kecakapan teknis dan sikap yang dituntut oleh
perusahaan yang menyediakan lapangan pekerjaan. Kecakapan vokasional yang
dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhinya dalam proses pemilihan
pekerjaan. Peserta didik yang memiliki kecakapan vokasional yang tinggi akan
mampu melihat peluang dalam dunia wirausaha, sehingga akan berperilaku
mengembangkan minat berwirausaha sebagai solusi sulitnya dalam memperoleh
pekerjaan. Selain itu, individu yang mempunyai tingkat kecakapan vokasional
5
yang tinggi akan mempunyai pandangan lebih realistik terhadap pekerjaan
sehingga akan mengurangi munculnya kecemasan dalam menghadapi dunia kerja
karena mereka memiliki kemampuan, yang dapat menjadi modal kesuksesan
dalam menghadapai dunia nyata.
Selain Kecakapan vokasional, minat seseorang dalam berwirausaha
dipengaruhi oleh pengetahuannya tentang kewirausahaan itu sendiri. Seorang
wirausahawan tidak akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan kemauan. Ada kemauan tapi tanpa kemampuan dan pengetahuan
tidak akan membuat wirausahawan itu sukses, sebaliknya memiliki pengetahuan
dan kemampuan tanpa didasari oleh kemauan yang kuat idak akan mengantarkan
wirausahawan itu pada kesuksesan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang di
ungkapkan Soedjono dalam Suryana (2003:39) bahwa ‘kemampuan kognitif
merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan’, ditambahkan
oleh Alma (2004:59) bahwa “bakat seorang wirausaha akan bertambah dan
berkembang berkat pengetahuan”. Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa selain kecakapan vokasional, seorang wirausahawan juga
memerlukan
pengetahuan
tentang
kewirausahaan
yang
cukup
untuk
menumbuhkan minat berwirausahanya. Penelitian ini akan dilakukan di SMK
bidang Bisnis dan Manajemen yang ada di Kabupaten Bangka yang terdiri atas
bidang keahlian akuntansi, perkantoran, dan pemasaran. Berdasarkan hal tersebut
di atas, penulis bermaksud untuk mencari tahu bagaimana pengaruh pengetahuan
tentang kewirausahaan dan Kecakapan vokasional yang dimiliki seorang terhadap
minat berwirausaha
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan beberapa masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu
antara lain:
1. Bagaimanakah pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan kecakapan
vokasioanal secara bersama-sama terhadap minat berwirausaha peserta
didik SMK bidang bisnis dan manajemen, berdasarkan bidang keahlian
akuntansi, perkantoran, dan pemasaran di Kabupaten Bangka?
2. Bagaimana
pengaruh
pengetahuan
kewirausahaan
terhadap
minat
berwirausaha peserta didik SMK bidang bisnis dan manajemen di
Kabupaten Bangka?
3. Bagaimana pengaruh Kecakapan vokasional terhadap minat berwirausaha
peserta didik SMK bidang bisnis dan manajemen, berdasarkan bidang
keahlian akuntansi, perkantoran, dan pemasaran di Kabupaten Bangka?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui
beberapa hal, diantaranya:
1. Untuk
mendapatkan
gambaran
bagaimana
pengaruh
pengetahuan
kewirausahaan dan kecakapan vokasioanal secara bersama-sama terhadap
minat berwirausaha peserta didik SMK bidang bisnis dan manajemen,
berdasarkan bidang keahlian akuntansi, perkantoran, dan pemasaran di
Kabupaten Bangka.
7
2. Untuk
mendapatkan
gambaran
bagaimana
pengaruh
pengetahuan
kewirausahaan terhadap minat berwirausaha peserta didik SMK bidang
bisnis dan manajemen di Kabupaten Bangka.
3. Untuk
mendapatkan
gambaran
bagaimana
pengaruh
Kecakapan
vokasional terhadap minat berwirausaha peserta didik SMK bidang bisnis
dan manajemen berdasarkan bidang keahlian akuntansi, perkantoran, dan
pemasaran di Kabupaten Bangka.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini bersifat teoritik dan
praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan
dalam pendidikan
kewirausahaan dan produktif bidang keahlian tentang
pengaruhnya terhadap minat berbisnis siswa SMK .
2. Manfaat Praktis
Sangat berguna untuk memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi
pengelola
SMK,
masyarakat
serta
pihak-pihak
yang
terkait
dalam
mengoptimalkan pembelajaran sehingga siswa berminat untuk berwirausaha,
dengan demikian siswa diharapkan tidak hanya sebagai pencari kerja setelah
mereka tamat tetapi mampu dan mau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri
dengan terjun ke dunia bisnis sesuai dengan bidang keahlian yang telah
ditekuninya di sekolah .
8
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penelitian
Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai
dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan
kerja yang ada, dan tidak tertutup kemungkinan jumlah pengangguran tersebut
akan terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), angka pengangguran pada tahun 2009 naik
menjadi 9% dari angka pengangguran 2008 sebesar 8,50%. Data pengangguran
terbuka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (2009) menunjukan bukti
masih banyak penduduk yang perlu ditingkatkan produktivitasnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas masyarakat yaitu
dengan cara menanamkan jiwa entrepreneurship sejak dini kepada mereka agar
tidak hanya menjadi pencari pekerjaan, melainkan sebagai pembuka lapangan
pekerjaan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Berdasarkan hal tersebut
maka pendidikan kewirausahaan dianggap perlu diterapkan pada semua tingkat
satuan pendidikan guna menumbuhkan atau menanamkan mental kewirausahaan
pada generasi muda, dengan harapan setelah menerima pendidikan kewirausahaan
di sekolah peserta didik akan mampu mengubah pola pikir mereka mengenai
lapangan pekerjaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmir (2006:3)
bahwa “pendidikan kewirausahaan akan mendorong para pelajar dan mahasiswa
agar mulai mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha”, dengan demikian
1
pola pikir yang sebelumnya berorientasi menjadi karyawan diputar balik menjadi
berorientasi untuk mencari karyawan.
Realita di lapangan menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang
berwirausaha setelah lulus dari SMK masih sedikit sekali, hal ini antara lain
ditunjukkan dengan jumlah pengangguran yang relatif tinggi, jumlah wirausaha
yang masih relatif sedikit. Tamatan SMK cenderung banyak yang memilih
bekerja di perusahaan swasta atau pegawai pemerintahan daripada berwirausaha
dengan alasan mereka lebih merasa aman menjadi pekerja (buruh) dengan
penghasilan tetap tiap bulannya. Berikut hasil penelusuran tamatan yang
dilakukan oleh bagian bimbingan dan konseling SMK bidang Bisnis dan
Manajemen di kabupaten Bangka:
Tabel 1.1
Lulusan SMK Bidang Bisnis dan Manajemen
Kabupaten Bangka
Tahun Pelajaran
Melanjutkan
Pendidikan(%)
Bekerja
Berwirausaha
(%)
(%)
Tidak
bekerja
(%)
2004/2005
18,96
46,60
6,50
27,94
2005/2006
18,30
45,07
8,03
28,87
2006/2007
21,98
48,27
11,13
18,62
2007/2008
21,20
46,75
8,17
23,88
2008/2009
31,10
50,80
5,13
12,97
(Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Bangka)
Berdasarkan fakta di lapangan dan informasi yang diperoleh dari pihak
sekolah bahwa penyebab ketidaksiapan siswa SMK untuk
2
berwirausaha
disebabkan oleh rendahnya minat berwirausaha siswa, hal ini dapat dilihat dari
sikap (1) kurang percaya diri yang dapat dilihat dari sikap siswa yang suka
mencontek dan meniru pekerjaan orang lain; (2) tidak berani menanggung resiko,
yang terlihat dari sikap siswa yang tidak suka jika diberi pekerjaan yang
menantang; (3) tidak kreatif, hal ini terlihat dari kurang aktifnya siswa dalam
proses belajar dimana masih jarangnya siswa yang bertanya, dan kurangnya
persiapan mereka ketika datang ke sekolah; (4) tidak memiliki motif berprestasi
tinggi, hal ini dapat terlihat dari sikap siswa yang suka asal-asalan jika diberi
tugas dan sering mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah.
Sedikitnya jumlah peserta didik yang memilih untuk berwirausaha juga
dikarenakan pola pikir mereka mengenai dunia wirausaha, menurut mereka terjun
ke dunia bisnis bukanlah pilihan karir yang tepat. Mereka berpikir bahwa untuk
berwirausaha mereka akan dihadapkan pada situasi yang tidak pasti, penuh
rintangan, dan mudah frustasi dalam upaya mendirikan usaha baru. Pola pikir
seperti itulah yang sebenarnya membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia berjalan
lambat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Astamoen (2005:5) bahwa “salah
satu penyebab kurang cepatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih
sedikitnya jumlah entrepenuer sebagai pelaku ekonomi, antara lain pengusaha,
pedagang, industrialis, dan lain-lain”. Dijelaskan lebih lanjut bahwa “indikator
penting maju tidaknya suatu negara dilihat dari rendahnya angka pengangguran
dan tingginya devisa terutama dari hasil barang-barang ekspor yang tentu saja
dapat dicapai apabila banyaknya entrepenuer yang bergerak dalam bidang bisnis”.
3
Salah satu bentuk sarana pendidikan formal yang menyiapkan siswa untuk
berkarir dan mengembangkan diri menjadi entrepreneur adalah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dimana tujuan pembelajarannya yaitu menyiapkan
tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif, serta
menyiapkan tamatan yang memiliki kemampuan khusus untuk dapat bekerja
atau berwirausaha sendiri. Hal tersebut didukung oleh hasil studi cepat tentang
pendidikan kewirausahaan pada pendidikan dasar dan menengah yang dilakukan
oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (27 Mei 2010) diperoleh
informasi bahwa pendidikan kewirausahaan mampu menghasilkan persepsi positif
akan profesi sebagai wirausaha. Bukti tersebut merata ditemukan baik di tingkat
sekolah dasar, menengah pertama, maupun menengah atas, bahwa peserta didik di
sekolah yang memberikan pendidikan kewirausahaan memberikan persepsi yang
positif akan pekerjaan di bidang bisnis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Depdiknas (2010) bahwa “persepsi positif menganai kewirausahaan akan
memberi dampak yang sangat berarti bagi usaha penciptaan dan pengembangan
wirausaha maupun usaha-usaha baru yang sangat diperlukan bagi kemajuan
Indonesia”.
Untuk membentuk peserta didik yang berjiwa wirausaha, terlebih dahulu
perlu ditanamkan minat kewirausahaan dalam diri mereka. Hal tersebut
dikarenakan minat merupakan hal pokok yang akan menentukan berhasil atau
tidaknya seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Minat juga memegang peranan
penting dalam menentukan arah, cara berpikir seseorang dalam segala
tindakannya termasuk juga dalam belajar. Menurut teori karir kognitif sosial,
4
minat karir dibentuk melalui pengalaman langsung atau berkesan yang
menyediakan peluang bagi individu untuk berlatih, menerima umpan balik dan
mengembangkan keterampilan yang mengarah pada kompetensi personal dan
harapan dari hasil yang memuaskan.
Demikian juga halnya dengan minat berwirausaha, minat siswa untuk
berwirausaha tidak bisa timbul begitu saja tanpa ada faktor-faktor yang
mendukungnya. Alma (1999) dalam Mayasari (2010:7) mengemukakan bahwa
‘salah satu faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha adalah Kecakapan
vokasional yang dipersiapkan individu untuk mencapai kemandirian dalam hal
ekonomi’. Dijelaskan lebih lanjut bahwa individu yang telah mencapai Kecakapan
vokasional yang tinggi akan dapat menentukan pekerjaan yang tepat sesuai
dengan kemampuan dirinya, apakah akan bekerja kepada orang lain atau berusaha
sendiri melalui kegiatan kewirausahaan.
SMK merupakan lembaga pendidikan formal melatih atau membekali
peserta didik dengan kemampuan atau keahlian di bidang tertentu yang biasa
disebut dengan kecakapan vokasional. Kecakapan vokasional ini penting untuk
membekali siswa dengan kecakapan teknis dan sikap yang dituntut oleh
perusahaan yang menyediakan lapangan pekerjaan. Kecakapan vokasional yang
dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhinya dalam proses pemilihan
pekerjaan. Peserta didik yang memiliki kecakapan vokasional yang tinggi akan
mampu melihat peluang dalam dunia wirausaha, sehingga akan berperilaku
mengembangkan minat berwirausaha sebagai solusi sulitnya dalam memperoleh
pekerjaan. Selain itu, individu yang mempunyai tingkat kecakapan vokasional
5
yang tinggi akan mempunyai pandangan lebih realistik terhadap pekerjaan
sehingga akan mengurangi munculnya kecemasan dalam menghadapi dunia kerja
karena mereka memiliki kemampuan, yang dapat menjadi modal kesuksesan
dalam menghadapai dunia nyata.
Selain Kecakapan vokasional, minat seseorang dalam berwirausaha
dipengaruhi oleh pengetahuannya tentang kewirausahaan itu sendiri. Seorang
wirausahawan tidak akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan kemauan. Ada kemauan tapi tanpa kemampuan dan pengetahuan
tidak akan membuat wirausahawan itu sukses, sebaliknya memiliki pengetahuan
dan kemampuan tanpa didasari oleh kemauan yang kuat idak akan mengantarkan
wirausahawan itu pada kesuksesan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang di
ungkapkan Soedjono dalam Suryana (2003:39) bahwa ‘kemampuan kognitif
merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan’, ditambahkan
oleh Alma (2004:59) bahwa “bakat seorang wirausaha akan bertambah dan
berkembang berkat pengetahuan”. Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa selain kecakapan vokasional, seorang wirausahawan juga
memerlukan
pengetahuan
tentang
kewirausahaan
yang
cukup
untuk
menumbuhkan minat berwirausahanya. Penelitian ini akan dilakukan di SMK
bidang Bisnis dan Manajemen yang ada di Kabupaten Bangka yang terdiri atas
bidang keahlian akuntansi, perkantoran, dan pemasaran. Berdasarkan hal tersebut
di atas, penulis bermaksud untuk mencari tahu bagaimana pengaruh pengetahuan
tentang kewirausahaan dan Kecakapan vokasional yang dimiliki seorang terhadap
minat berwirausaha
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan beberapa masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu
antara lain:
1. Bagaimanakah pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan kecakapan
vokasioanal secara bersama-sama terhadap minat berwirausaha peserta
didik SMK bidang bisnis dan manajemen, berdasarkan bidang keahlian
akuntansi, perkantoran, dan pemasaran di Kabupaten Bangka?
2. Bagaimana
pengaruh
pengetahuan
kewirausahaan
terhadap
minat
berwirausaha peserta didik SMK bidang bisnis dan manajemen di
Kabupaten Bangka?
3. Bagaimana pengaruh Kecakapan vokasional terhadap minat berwirausaha
peserta didik SMK bidang bisnis dan manajemen, berdasarkan bidang
keahlian akuntansi, perkantoran, dan pemasaran di Kabupaten Bangka?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui
beberapa hal, diantaranya:
1. Untuk
mendapatkan
gambaran
bagaimana
pengaruh
pengetahuan
kewirausahaan dan kecakapan vokasioanal secara bersama-sama terhadap
minat berwirausaha peserta didik SMK bidang bisnis dan manajemen,
berdasarkan bidang keahlian akuntansi, perkantoran, dan pemasaran di
Kabupaten Bangka.
7
2. Untuk
mendapatkan
gambaran
bagaimana
pengaruh
pengetahuan
kewirausahaan terhadap minat berwirausaha peserta didik SMK bidang
bisnis dan manajemen di Kabupaten Bangka.
3. Untuk
mendapatkan
gambaran
bagaimana
pengaruh
Kecakapan
vokasional terhadap minat berwirausaha peserta didik SMK bidang bisnis
dan manajemen berdasarkan bidang keahlian akuntansi, perkantoran, dan
pemasaran di Kabupaten Bangka.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini bersifat teoritik dan
praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan
dalam pendidikan
kewirausahaan dan produktif bidang keahlian tentang
pengaruhnya terhadap minat berbisnis siswa SMK .
2. Manfaat Praktis
Sangat berguna untuk memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi
pengelola
SMK,
masyarakat
serta
pihak-pihak
yang
terkait
dalam
mengoptimalkan pembelajaran sehingga siswa berminat untuk berwirausaha,
dengan demikian siswa diharapkan tidak hanya sebagai pencari kerja setelah
mereka tamat tetapi mampu dan mau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri
dengan terjun ke dunia bisnis sesuai dengan bidang keahlian yang telah
ditekuninya di sekolah .
8