T PSN 1303050 Chapter5

129
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

V.1

Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah ditemukan dari hasil lapangan sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu mendeskripsikan proses pembelajaran tari kreatif melalui pengembangan
Bisindo bagi siswa tunarungu SMPLB-B Budi Nurani Kota Sukabumi, mendeskripsikan
hasil pembelajaran tari kreatif dengan pengembangan Bisindo bagi siswa tunarungu
SMPLB-B Budi Nurani Kota Sukabumi, peneliti menyimpulkan bahwa proses
pembelajaran tari kreatif melalui pengembangan Bisindo dapat menggali kreativitas
siswa, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar seni tari dengan metode kreatif membuat
siswa senang dalam menerima pembelajaran, sehingga siswa dapat menumbuhkan minat
dalam bidang tari serta mengekplorasi bakat yang dimilikinya.
Peran guru Sekolah Luar Biasa sering dicitrakan memiliki peran ganda karena
sistim pengajarannya borongan, semua mata pelajaran hanya diajarkan oleh guru yang
sama, baik itu pelajaran matematika, agama maupun pelajaran seni. Tugas guru SLB-B
merupakan tugas yang boleh dikatakan agak rumit, karena siswa SLB-B yang kurang

pendengaran memiliki sikap dan tingkah laku yang unik dibandingkan siswa yang normal
pendengarannya, ini akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran serta tingkah laku
siswa yang harus di arahkan menjadi lebih baik, karena siswa tunarungu memiliki
karakateristik dan klasifikasi jenis ketunarunguannya. Pembelajaran seni tari di SLB-B
Budi Nurani Kota Sukabumi yang dihimpun pengajarannya oleh guru kelas, lebih
cenderung pada teoretis sebatas pengenalan, aktivitas belajar siswa tidak mengarah pada
ranah psikomotorik, namun lebih cenderung pada ranah kognitif, guru hanya sekedar
memberikan pengetahuan dengan penyampaian informasi bersifat memindahkan ilmu
pengetahuan. Kegiatan belajar mengajar dengan metode konvensional (tradisional) yang
didominasi oleh guru, siswa banyak mengeluarkan energi untuk berpikir secara abstrak
untuk menerima pembelajaran seni tari, sehingga siswa tidak tertarik pada mata pelajaran

Yulia Hendrilianti , 2015
Model Pembelajaran Tari Kreatif Melalui Pengembangan Bisindo Pada Siswa Tuna Rungu Di Smplb-B Budi
Nurani Kota Sukabumi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

130
tari yang tidak pernah diajarkan oleh guru kelas, namun pengalaman tari dididapat diluar
pembelajaran oleh pelatih yang diundang kepala sekolah, untuk pemenuhan materi yang

akan dilombakan oleh kedinasan pemerintah setempat maupun provinsi, dengan kisaran
latihan kurang lebih 8 kali pertemuan untuk mencapai satu tarian.
Peneliti merasa tertarik untuk membuat sebuah alternatif suatu model
pembelajaran dari pengembangan isyarat komunikasi kaum tunarungu yang terbiasa
memakai bahasa isyarat dalam berkomunikasi atau menyampaikan gagasan atau ide
dengan cara membaca bibir, menulis, memberi aba-aba, dan memberi isyarat seperti
gerak tangan, kepala, badan dan sebagainya. Model pembelajaran tari kreatif lebih
memberikan kebebasan kepada siswa untuk lebih mengembangkan daya imajinasi dan
kreativitasnya, siswa termotivasi menghasilkan sesuatu yang kreatif, dan pembelajaran
lebih dominan peranannya pada siswa, sedangkan guru bertindak sebagai organisator,
fasilitator dan evaluator. Melalui praktek tari kreatif, siswa tunarungu dibekali bagaimana
memahami arti sebuah keindahan dan perasaan estetis, digali dari kreativitasnya yang
inovasi, berguna dan dapat dimengerti. Materi Topeng Klana sengaja disuguhkan pada
apresiasi siswa, sebagai bahan apresiasi dari pembelajaran tari kreatif melalui
pengembangan Bisindo, karena dalam tari topeng Klana, gerak tari mendekati gerakgerak isyarat Bisindo, salah satu contoh, ketika siswa mengangkat bahu sebagai simbol
ketidaktahuan mereka saat ditanya, maka di dalam tari klana gerak bahu yang mereka
lakukan itu, merupakan gerak tari yang disebut dengan gerak Obah bahu. Melalui
rangsang kinestetik ini membuat siswa melakukan aktifitas pisik dengan menciptakan
suatu produk baru, dari bentuk pengembangan karya lain menjadi karya baru,
mengembangkan ide-ide dalam eksplorasi gerak serta dapat menemukan simbol gerak

dalam proses penyusunan tari bagi siswa tunarungu. Kebebasan berekspresi dalam
menemukan gerak pribadi sebagai materi dasar tari, menanamkan kesadaran siswa tuna
rungu terhadap bahasa komunikasi mereka yang dapat dibuat menjadi sebuah gerak,
mengolah dan merangkai gerak-gerak kreatif yang dihasilkannya guna menggagas,
menciptakan, dan menyajikan karya tarinya sesuai tingkat perkembangan. Teori seni
diberikan hanya sebatas pengenalan, dan praktik lebih diutaman dengan mengembangkan
gerak komunikasi Bisindo, dengan mengamati langsung sebuah tarian yang disajikan
Yulia Hendrilianti , 2015
Model Pembelajaran Tari Kreatif Melalui Pengembangan Bisindo Pada Siswa Tuna Rungu Di Smplb-B Budi
Nurani Kota Sukabumi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

131
oleh siswa normal pada saat apresiasi mampu membangkitkan kreativitas dan motivasi
siswa untuk bergerak, berpikir lebih dalam menggali imajinasinya, mengekplorasi gerak
tubuhnya, menemukan gerak yang akan disusun menjadi

gerak tari, mendorong

keberanian untuk mencoba berkreasi atau berkreativitas, sehingga lahirlah sebuah gerak

tari dan kode gerak tari yang telah disepakati bersama antara peneliti dengan siswa kelas
8 SMPLB-B Budi Nurani Kota Sukabumi.
Pada proses pembelajaran tari kreatif dengan pengembangan Bisindo, hasil
kreativitas dari imajinasi siswa akan berpengaruh terhadap keberanian siswa, dimana
siswa juga akan mampu menampilkan hasil kreasinya dengan rasa percaya diri, berperan
aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar, mendorong siswa untuk
melakukan eksperimen dengan rekan sebayanya dikelas, mengembangkan pola berpikir,
emosi, serta rasa sosialnya dengan lingkungan sekitar, tergali kekompakan dengan siswa
lainnya ketika menari dengan menggunakan pola lantai, membawa manfaat perubahan
perilaku dalam diri siswa baik secara kognitif, afektif, atau psikomotoriknya. Tujuan
pembelajaran tari kreatif bukan berorientasi pada hasil, namun perpaduan proses dan
hasil. Siswa mampu menumbuhkan daya kreativitas secara aktif dan membudayakan
sikap berani bertanya, tidak minder dan tidak takut salah, bermental kuat dan memiliki
percaya diri dalam menemukan jati dirinya dalam lingkungan sosial, mendorong
kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab serta bekerja sama dengan
rekannya, serta berpikir luwes, dan berpikir orsinil dalam keterampilan tarinya, belajar
meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas, memperkaya pengalaman
belajar peserta didik dalam membuat gerak tari dari sebuah pengembangan gerak isyarat
Bisindo yang telah disepakati bersama di dalam kelas, kemudian membuat sebuah kode
gerak tari untuk kaum tunarungu, meskipun waktunya sangat singkat dan terbatas, tetapi

hasilnya sangat memuaskan dengan terwujudnya kreasi tari baru dengan menggunakan
instrumen musik, tanpa harus mengikuti gerak tari gurunya, namun mereka bisa mencipta
sebuah tari dengan tempo dan pola lantai serta level, sesuai dengan bentuk isyarat
Bisindo. Mereka akan merasa senang dan lebih mudah memahami suatu konsep
pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan tidak harus banyak mendengarkan teoriteori, tetapi melalui praktek langsung, memberikan kebebasan dalam berkreasi akan
Yulia Hendrilianti , 2015
Model Pembelajaran Tari Kreatif Melalui Pengembangan Bisindo Pada Siswa Tuna Rungu Di Smplb-B Budi
Nurani Kota Sukabumi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

132
menanamkan rasa percaya diri yang kuat pada diri siswa dalam berpatisipasi,
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, tanggung jawab, kemandirian, pantang
menyerah dan perduli terhadap orang lain, serta memiliki jiwa optimis dalam menemukan
jati dirinya dalam lingkungan sebagai kontrol sosial. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan format penilaian baik berupa evaluasi saat proses pembelajaran, unjuk
kerja, dan hasil akhir kreativitas siswa dalam penampilan tari sesuai dengan iringan tari,
level, arah hadap dan pola lantai.

4.2.


Saran
Seorang guru yang idealis tidak akan menyerah dengan tantangan pekerjaan dalam
dunia pendidikan yang penuh dinamika. Semua rintangan akan dihadapi dengan lapang
dada dan kreatif mencari celah demi kelangsungan kegiatan belajar mengajar untuk
menghasilkan insan yang cerdas, berbudi dan bertakwa. Setiap siswa memiliki kelebihan
dan kekurangan di bidang yang berbeda, dalam mendidik siswa-siswi tunarungu dalam
pendidikan seni akan memberikan manfaat serta kemandirian siswa, sebagai generasi
penerus yang memiliki akhlak, jati diri, bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa,
sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai output pendidikan di
Sekolah Luar Biasa.
Sebagai motivasi dalam pelaksanaan pembelajaran tari disekolah, SLB dan lembagalembaga terkait harus mampu membekali pendidikan yang bermanfaat dalam kecakapan
hidupnya dalam bermasyarakat, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap jati diri
dan cinta budaya bangsa. Pembelajaran harus bisa menjadi sarana aktualisasi diri siswa
dalam mengembangkan bakat dan talentanya agar berkembang potensi yang dimilikinya.
Dengan adanya tesis ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui tentang
definisi/karakteristik, lembaga pendidikan sekolah khusus dan regular, serta observasi
mengenai pelayanan pendidikan, rencana pembelajaran yang diperoleh di SLB-B, juga
dapat di jadikan referensi atau pedoman dalam mengkaji tentang kekhususan yang dimiliki
oleh anak berkebutuhan khusus yang memiliki gangguan pada pendengaran/tunarungu.


Yulia Hendrilianti , 2015
Model Pembelajaran Tari Kreatif Melalui Pengembangan Bisindo Pada Siswa Tuna Rungu Di Smplb-B Budi
Nurani Kota Sukabumi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

133

Hasil penelitian yang telah ditemukan dilapangan, penulis memberikan saran kepada
1.

Lembaga
Sebaiknya materi tari keatif harus tetap disampaikan pada siswa tunarungu,
karena memberikan dampak psikologis yang bisa dirasakan langsung oleh siswa
tunarungu.

2.

Guru Seni SMPLB-B Budi Nurani Kota Sukabumi
Guru seni harus menguasai materi seni budaya atau BKPBI dan menetapkan

model pembelajarannya disesuiakan dengan perkembangan fisik dan mental siswa
tunarungu, karena kreativitas tunarungu tidak kalah kreatif dibandingkan dengan
siswa normal, dengan mempelajari tari, pembelajaran menjadi suatu kesenangan,
bukan sekedar hafalan yang akan membuat siswa jenuh dalam belajar.

3.

Siswa
Pada proses pembelajaran tari, siswa sebaiknya lebih aktif dalam menggali
imajinasi, bereksplorasi, sehingga seni tari yang mencakup keterampilan gerak tubuh
dengan rangsangan bunyi atau dengan apresiasi, akan lebih banyak menggali ragam
gerak dengan karya kreatifnya.

4.

Penelitian selanjutnya
Dengan penelitian ini, semoga tulisan ini dapat menjadi bahan awal untuk
memahami kreativitas siswa tunarungu dalam tari kreatif melalui pengembangan
Bisindo.


Yulia Hendrilianti , 2015
Model Pembelajaran Tari Kreatif Melalui Pengembangan Bisindo Pada Siswa Tuna Rungu Di Smplb-B Budi
Nurani Kota Sukabumi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu