S SEJ 1200757 Abstract
ABSTRAK
Dari Lautan ke Daratan:
Dampak Kebijakan Tinggal di Darat Terhadap Kelestarian Budaya Suku Sawang di
Pulau Belitung (1936-2012)
Oleh
Eki Ripan J.P.R Tanjung
1200757
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dampak kebijakan tinggal di darat terhadap
kelestarian budaya maritim Suku Sawang, khususnya terhadap aspek sosial budaya dan
ekonominya ditinjau melalui sisi historis dari tahun 1936 sampai 2012. Alasan dari penulisan
penelitian ini adalah ketertarikan penulis terhadap sejarah dan kebudayaan maritim Suku
Sawang sebagai kearifan lokal Pulau Belitung. Adapun masalah utama yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari kebijakan untuk
tinggal di darat terhahap kelestarian budaya Suku Sawang di Pulau Belitung tahun 19362012?”. Untuk dapat menjawab permasalahan utama tersebut selanjutnya dibagi ke dalam
empat pertanyaaan penelitian yaitu: 1. Bagaimanakah latar belakang kehidupan Suku Sawang
di Belitung sebelum tahun 1936? 2. Bagaimanakah dinamika kehidupan Suku Sawang
Belitung pasca tahun 1936 sampai dengan tahun 1970? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang
mendorong diberlakukannya kebijakan tinggal di darat terhadap Suku Sawang oleh
pemerintah daerah tahun 1970-2012? 4. Bagaimanakah kondisi sosial-budaya, dan ekonomi
komunitas adat Suku Sawang pasca diberlakukannya kebijakan tinggal di darat bagi Suku
Sawang di Belitung tahun 1970-2012? Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
metode historis meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Heuristik, 2. Kritik sumber, 3.
Interpretasi, 4. historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah studi dokumentasi dan wawancara. Adapun hasil penelitian yang di
dapat yaitu: Sebagai Orang Laut, Suku Sawang memang telah lama hidup secara nomaden di
perairan dan pesisir Belitung yang diperkirakan berasal dari daerah Selatan Philipina. Pada
tahun 1936, kira-kira separuh dari Orang Sawang mulai beralih dari nelayan nomaden
menjadi buruh tambang Belanda dan di beri perumahan di darat, meski demikian Orang
Sawang masih tetap hidup secara tradisi sebagai Suku Laut. Demi terjadinya peningkatan
kesejahteraan bagi Orang Sawang, maka oleh pemerintah Indonesia dilakukanlah relokasi ke
darat dalam program pembinaan dan pemberdayaan berkesinambungan yang dimulai tahun
1970 dan 1985 hingga berakhir tahun 2012. Seiring waktu, kehidupan Orang Laut yang
beralih ke daratan membuat kehidupan sosial budaya dan ekonomi Suku Sawang mengalami
perubahan tetapi tidak berbanding lurus dengan apa yang diharapkan pemerintah, karena
kesejahteraan belum tercapai sepenuhnya yang justru menyebabkan budaya maritim Suku
Sawang mengalami proses kepunahan.
Kata Kunci: Suku Sawang, Belitung, Relokasi, Perubahan Sosial Budaya, Budaya Maritim.
Eki Ripan J.P.R Tanjung, 2016
DARI LAUTAN KE DARATAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
From Ocean to Land:
The Impact of Living on Land Policy against the Culture Sustainability of Sawang
Tribe in Belitung Island (1936-1970)
By
Eki Ripan J.P.R Tanjung
1200757
The study aimed to describe the impact of living on land policy against the culture
sustainability of Sawang People in Belitung Island, especially on socio-cultural and economic
aspect viewed through the historical side from 1936 to 1970. The reason of conducting the
study was that the researcher was interested in history and maritime culture of Sawang
People as local knowledge in Belitung Island. The main issue of the study was “the impact of
living on land policy against the culture sustainability of Sawang People in Belitung Island
from 1936 to 1970?” Thus, the study was intended to investigate four research questions: 1.
How was the life background of Sawang People in Belitung Island before 1936? 2. How was
the dynamic life of Sawang People after 1936 until 1970? 3. What were the factors that
encourage the enactment of policies to stay on land for Sawang people in Belitung Island
done by local government in 1970-2012? 4. How were social, cultural and economic
conditions of Sawang communities after the enactment of policies to stay on land for the
Sawang People in 1970-2012? This research used historical method with the following steps:
1. Heuristic, 2. source Criticism, 3. Interpretation, 4. Historiography. The techniques used in
this research were the study of documentation and interview. The result showed: as Sea
Nomads, the Sawang had long nomadic life in coastal waters and Belitung Island which was
estimated coming from the Southern Philippine. In 1936, approximately partially the Sawang
began to shift from nomadic fishermen into the Dutch tin miners and they were given housing
on land. However, Sawang People still lived the tradition as sea nomads. For the sake of the
increased prosperity for the Sawang, by Indonesian government that carried out the relocation
in empowerment and sustainable development began in 1970 and 1985 until the end in 2012.
As time passed by, the Sawang moved to mainland, establish socio-cultural life and the
economic life of Sawang tribe had unexpected changes where prosperity had not been felt
completely and caused maritime culture of Sawang became nearly extinct.
Keyword: Sawang Tribe, Belitung, Relocation, Sosio-Cultural Changes, Maritime Culture
Eki Ripan J.P.R Tanjung, 2016
DARI LAUTAN KE DARATAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari Lautan ke Daratan:
Dampak Kebijakan Tinggal di Darat Terhadap Kelestarian Budaya Suku Sawang di
Pulau Belitung (1936-2012)
Oleh
Eki Ripan J.P.R Tanjung
1200757
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dampak kebijakan tinggal di darat terhadap
kelestarian budaya maritim Suku Sawang, khususnya terhadap aspek sosial budaya dan
ekonominya ditinjau melalui sisi historis dari tahun 1936 sampai 2012. Alasan dari penulisan
penelitian ini adalah ketertarikan penulis terhadap sejarah dan kebudayaan maritim Suku
Sawang sebagai kearifan lokal Pulau Belitung. Adapun masalah utama yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari kebijakan untuk
tinggal di darat terhahap kelestarian budaya Suku Sawang di Pulau Belitung tahun 19362012?”. Untuk dapat menjawab permasalahan utama tersebut selanjutnya dibagi ke dalam
empat pertanyaaan penelitian yaitu: 1. Bagaimanakah latar belakang kehidupan Suku Sawang
di Belitung sebelum tahun 1936? 2. Bagaimanakah dinamika kehidupan Suku Sawang
Belitung pasca tahun 1936 sampai dengan tahun 1970? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang
mendorong diberlakukannya kebijakan tinggal di darat terhadap Suku Sawang oleh
pemerintah daerah tahun 1970-2012? 4. Bagaimanakah kondisi sosial-budaya, dan ekonomi
komunitas adat Suku Sawang pasca diberlakukannya kebijakan tinggal di darat bagi Suku
Sawang di Belitung tahun 1970-2012? Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
metode historis meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Heuristik, 2. Kritik sumber, 3.
Interpretasi, 4. historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah studi dokumentasi dan wawancara. Adapun hasil penelitian yang di
dapat yaitu: Sebagai Orang Laut, Suku Sawang memang telah lama hidup secara nomaden di
perairan dan pesisir Belitung yang diperkirakan berasal dari daerah Selatan Philipina. Pada
tahun 1936, kira-kira separuh dari Orang Sawang mulai beralih dari nelayan nomaden
menjadi buruh tambang Belanda dan di beri perumahan di darat, meski demikian Orang
Sawang masih tetap hidup secara tradisi sebagai Suku Laut. Demi terjadinya peningkatan
kesejahteraan bagi Orang Sawang, maka oleh pemerintah Indonesia dilakukanlah relokasi ke
darat dalam program pembinaan dan pemberdayaan berkesinambungan yang dimulai tahun
1970 dan 1985 hingga berakhir tahun 2012. Seiring waktu, kehidupan Orang Laut yang
beralih ke daratan membuat kehidupan sosial budaya dan ekonomi Suku Sawang mengalami
perubahan tetapi tidak berbanding lurus dengan apa yang diharapkan pemerintah, karena
kesejahteraan belum tercapai sepenuhnya yang justru menyebabkan budaya maritim Suku
Sawang mengalami proses kepunahan.
Kata Kunci: Suku Sawang, Belitung, Relokasi, Perubahan Sosial Budaya, Budaya Maritim.
Eki Ripan J.P.R Tanjung, 2016
DARI LAUTAN KE DARATAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
From Ocean to Land:
The Impact of Living on Land Policy against the Culture Sustainability of Sawang
Tribe in Belitung Island (1936-1970)
By
Eki Ripan J.P.R Tanjung
1200757
The study aimed to describe the impact of living on land policy against the culture
sustainability of Sawang People in Belitung Island, especially on socio-cultural and economic
aspect viewed through the historical side from 1936 to 1970. The reason of conducting the
study was that the researcher was interested in history and maritime culture of Sawang
People as local knowledge in Belitung Island. The main issue of the study was “the impact of
living on land policy against the culture sustainability of Sawang People in Belitung Island
from 1936 to 1970?” Thus, the study was intended to investigate four research questions: 1.
How was the life background of Sawang People in Belitung Island before 1936? 2. How was
the dynamic life of Sawang People after 1936 until 1970? 3. What were the factors that
encourage the enactment of policies to stay on land for Sawang people in Belitung Island
done by local government in 1970-2012? 4. How were social, cultural and economic
conditions of Sawang communities after the enactment of policies to stay on land for the
Sawang People in 1970-2012? This research used historical method with the following steps:
1. Heuristic, 2. source Criticism, 3. Interpretation, 4. Historiography. The techniques used in
this research were the study of documentation and interview. The result showed: as Sea
Nomads, the Sawang had long nomadic life in coastal waters and Belitung Island which was
estimated coming from the Southern Philippine. In 1936, approximately partially the Sawang
began to shift from nomadic fishermen into the Dutch tin miners and they were given housing
on land. However, Sawang People still lived the tradition as sea nomads. For the sake of the
increased prosperity for the Sawang, by Indonesian government that carried out the relocation
in empowerment and sustainable development began in 1970 and 1985 until the end in 2012.
As time passed by, the Sawang moved to mainland, establish socio-cultural life and the
economic life of Sawang tribe had unexpected changes where prosperity had not been felt
completely and caused maritime culture of Sawang became nearly extinct.
Keyword: Sawang Tribe, Belitung, Relocation, Sosio-Cultural Changes, Maritime Culture
Eki Ripan J.P.R Tanjung, 2016
DARI LAUTAN KE DARATAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu