S IKOR 1205951 Chapter3

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode dan Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan gambaran bagaimana penelitian ini akan
dilakukan. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 3) menjelaskan bahwa “metode
penelitian adalah sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif,
dengan pendekatan deskriptif korelasi. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 14) metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif
korelasi. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi.
Korelasi yaitu menjelaskan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih yang
akan diteliti. Menurut Arikunto S. (2006, hlm. 270) koefisien korelasi adalah
suatu alat statistik yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran
dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara
variabel-variabel ini. Dimana dalam melakukan survey biasanya hasilnya dibuat

suatu analisis secara kuantitiatif terhadap data yang telah dikumpulkan. Pada
penelitian ini peneliti ingin mencoba mencari hubungan antara variabel bebas
(independen) pada penelitian ini yang terdiri dari whole body reaction time dan
anticipation reaction time, sedangkan variabel terikat (dependen) pada penelitian

ini yaitu ketepatan pengembalian smash. Penelitian ini ditujukan pada permainan
bulutangkis.
Adapun desain penelitian yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini
digambarkan sebagai berikut:

31
Muhamad Firman Azhari, 2016
HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN
KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32

X1


A.

R1
Y
R2

X2

Gambar 3.1
Desain penelitian
Sumber : Sugiyono, (2013, hlm. 69)
Keterangan :
X1: Whole Body Reaction Time

R1: Koefisien korelasi X1 terhadap Y

X2: Anticipation Reaction Time

R2: Koefisien korelasi X2 terhadap Y


Y : Ketepatan Pengembalian Smash
3.2. Partisipan
`Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium dan di lapangan bulutangkis
FPOK Universitas Pendidikan Indonesia dengan melibatkan 20 anggota bidang
prestasi UKM Bulutangkis UPI sebagai sample.
UKM BULUTANGKIS UPI adalah organisasi kemahasiswaan di tingkat intra
universitas dan merupakan alat kelengkapan structural di bawah naungan Rektor
UPI dan merupakan organisasi mahasiswa yang non politik dan berorientasi
kepada olahraga konsentrasi di lingkungan UPI. UKM BULUTANGKIS UPI
Memberikan wadah atau sarana sebagai tempat berlatih dan berorganisasi untuk
atlet-atlet BULUTANGKIS/pemula di kalangan Mahasiswa UPI khususnya serta
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu berperan
akitf dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
UKM BULUTANGKIS dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumber
daya manusia ke arah perluasan wawasan dan peningkatan potensi di bidang
olahraga BULUTANGKIS serta integritas kepribadian, memiliki sikap, mental,
moral, dan budi pekerti yang luhur ,kecerdasan, keuletantanggap dan terampil.
Muhamad Firman Azhari, 2016
HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN
KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

33

Saat ini anggota BULUTANGKIS UPI beranggotakan sebanyak 120 anggota
di seluruh fakultas yang ada di Universitas Pendidikan Indonesia, dengan
pembagian dua kelompok yaitu bidang prestasi dan rekreasi melainkan itu tidak
menutup kemungkinan yang bergerak di bidang rekreasi untuk mengikuti
kejuaraan tingkat mahasiswa. Memiliki tempat latihan tetap di Sport Hall UPI,
UKM BULUTANGKIS UPI dibimbing oleh orang yang sudah ahli di bidang
BULUTANGKIS sendiri yaitu Dr. Iwa Kuntadi, M.Pd. dan Dr. Herman Subarjah,
M.Si. yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Pendidikan Indonesia dan
menjadi penanggung jawab UKM BULUTANGKIS UPI. Pelatih UKM
BULUTANGKIS UPI merupakan mahasiswa – mahasiswa yang sudah berprestasi
di tingkat nasional, maupun dalam kejuaraan Asia.

3.3. Populasi dan Sampel
Populasi menurut sugiyono (2012, hlm 61) ialah “wilayah generelisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Dalam penelitian ini populasi yang dipilih adalah UKM
Bulutangkis UPI,
Adapun menurut sugiyono (2012, hlm. 62) “Bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”, dan juga menurut sugiyono (2013,
hlm 62) menjelaskan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.
Sampel dari penelitian ini adalah anggota bidang prestasi UKM
Bulutangkis UPI dengan jumlah (20) orang. Dan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik purposive sampling yaitu, “teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu”. Peneliti menggunakan teknik purposive
sampling karena peneliti mencari sampel yang memiliki karakteristik sebagai

berikut:
1) Inkluisi sampel :
a

Mengikuti UKM Bulutangkis UPI

b


Menguasai teknik dasar permainan Bulutangkis

c

Pernah mengikuti kejuaraan tingkat Nasional

34

d

Pemain tunggal dalam permainan bulutangkis

e

Berjenis kelamin laki-laki

2) Ekskluisi sampel :
a

Sampel tidak mengikuti UKM Bulutangkis UPI


b

Sampel tidak menguasai teknik dasar Bulutangkis

c

Sampel tidak pernah mengikuti kejuaraan di tingkat Nasional

d

Sampel bukan pemain tunggal dalam permainan bulutangkis

e

Sampel bukan berjenis kelamin laki – laki.

Karena Berdasarkan karakteristik di atas didapat (20) orang sampel yang
memenuhi karakteristik tersebut untuk melakukan penelitian. Untuk sampel 20
atlet ini yang sudah menguasai teknik dasar dalam permainan bulutangkis, karena

return smash merupakan salah satu teknik yang hanya bisa dilakukan oleh pemain

yang sudah menguasai teknik dasar pada permainan bulutangkis, dan penelitian
ini memiliki 20 sampel melainkan yang sudah mengikuti kejuaraan tingkat
nasional.

3.4. Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui hasil whole body reaction time dan anticipation reaction
time, menggunakan alat yang berada di laboratorium FPOK Universitas

Pendidikan Indonesia sedangkan untuk mengetahui ketepatan return smash akan
di lakukan di lapangan bulutangkis FPOK Universitas Pendidikan Indonesia,
diantaranya :
1)

Anticipation Reaction Time Test
a. Tujuan : Mengukur kecepatan reaksi antisipasi setelah stimulus

diberikan.
b. Nama alat : Speed Anticipation Time

c. Pelaksanaan :
1

Subyek duduk di depan alat.

2

Tempatkan dagu diatas penahan dagu senyaman mungkin.

3

Subyek akan memerhatikan cahaya yang akan melintas di hadapan
mata subyek.

Muhamad Firman Azhari, 2016
HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN
KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35


4

Setelah cahaya tersebut menghilang, subyek memperkirakan waktu
cahaya tersebut untuk kembali muncul dengan menekan tombol
merah.

5

Lakukan sebanyak 5 kali.

d. Skor

: Diambil std. deviasi dari 5 kali pengambilan skor.

Norma dari alat speed anticipation ini di buat oleh peneliti berdasarkan
rujukan ahli Laboratorium Sport Science FPOK UPI.

Gambar 3.2
Alat Speed Anticipation

Sumber : Laboratorium Sport Science FPOK UPI
2)

Whole Body Reaction Time
Whole Body Reaction

merupakan salah satu

alat untuk

mengukur waktu reaksi gerak seseorang, waktu reaksi ini bisa
berhubungan dengan kemampuan reaksi serangan ataupun reaksi
ketika menghindar. Alat ini memberikan stimulus melalui visual
dan auditori, ketelitian alat ini sampai dengan per 10.000 detik.
Perangkat yang dibutuhkan terdiri dari unit operator,

unit

penjawab (chronoscope digital), dan lampu perangsang yang
berbeda warna serta bel. Alat ini merekam waktu reaksi testi,
ketika testi mulai bereaksi atau bergerak.

36

Dalam Irvan Hendriawan, (2014)

menjelaskan bahwa

Miyatake, N. (2012, hlm. 4) menyatakan norma whole body
reaction time tes memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.1
Penafsiran Kategori whole body reaction time
Istimewa
0.001 – 0.100
Bagus sekali

0.101 – 0.200

Bagus

0.201 – 0.300

Cukup / Sedang

0.301 – 0.400

Kurang

0.401 – 0.500

Kurang Sekali

0.501 – ke atas

a. Tujuan : Mengukur kecepatan reaksi gerak keseluruhan tubuh dari
stimulus visual.
b. Nama Alat : Whole Body Reaction Type II
c. Pelaksanaan
1

:

Subyek berdiri di atas matras yang terbuat dari karet dan di
dalamnya terdapat sensor dengan posisi kaki menekuk sedikit
lututnya agar tidak menjadi hambatan ketika bereaksi setelah
stimulus diberikan.

2

Ketika tester menekan tombol, maka akan keluar stimulus
berupa cahaya dan subyek melompat dari pijakan karet yang
terdapat sensor.

3
d.

Lakukan sebanyak 5 kali.
Skor

: Catat waktu dari 5 kali kesempatan kemudian

diambil nilai terbaik dari std.deviasi nya.

Gambar 3.3
Alat Whole Body Reaction Time Type II
Muhamad Firman Azhari, 2016
HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN
KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37

Sumber : Laboratorium Sport Science FPOK UPI
3)

Ketepatan return smash/Test pengembalian smash
a. Tujuan : mengukur pengembalian smash/ return smash
b. Alat dan perlengkapan :
1

Raket

2

Kok (shuttlechock)

3

Lapangan bulutangkis dan net

4

Alat tulis untuk mencatat

5

Lakban hitam dan kapur tulis

c. Pelaksanaan :
1

smasher melakukan smash ke arah testee,

2

testee yang sudah bersiap segera menerima smash dan
langsung melakukan pengembalian smash.

3

Shuttlekock yang dikembalikan oleh testee akan jatuh ke

daerah poin.
4

Pelaksanaan tes ini dilakukan satu orang testee sebanyak 3
kali kesempatan.

d. Skor : catat skor atau poin terbaik dari 3 kali kesempatan tersebut.

38

Gambar 3.4
Tes Pengembalian Smash
Dalam skripsi Adhi P.Karunia (2010), mengadaptasi Herman Tarigan (2003)
Keterangan :
S : Smasher
R : Pengembali smash
: Arah jatuhnya kok
: Arah rally
O1

: Pencatat nilai

O1

: Pencatat nilai

Angka-angka yang tertera dalam lapangan bulutangkis adalah poin yang di
dapat oleh testee sesuai dimana jatuhnya shuttlecock.

Muhamad Firman Azhari, 2016
HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN
KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

Instrument ini digunakan oleh Adhi P. Karunia (2010). Di karenakan
instrument ini uji validitas dan reabilitas nya tidak dikemukakan oleh peneliti
sebelumnya, maka peneliti menguji ulang insturmen dengan pendekatan Test Retest. Sebelum digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini, perlu adanya uji

validitas dan reabilitas terlebih dahulu. Setelah melakukan uji coba instrument
maka langkah berikutnya adalah menghitung data dengan menganalisis validitas
dan reabilitas. Suatu alat ukur yang baik haruslah memiliki validitas dan
reabilitas.

3.5. Uji Validitas dan Reabilitas
1)

Ketepatan Pengembalian Smash
Reliabilitas tes adalah suatu tes yang dikatakan reabel apabila tes itu
berulang-ulang memberikan hasil yang sama. Sebelum melaksanakan tes yang
sudah dipersiapkan guna keperluan penelitian ini, sebagai langkah pendahulan
adalah menguji reliebelitas tes. Pada penelitian ini uji reliebelitas alat ukur
menggunakan metode teknik ulang. Menurut Arikunto (1997, hlm. 171), teknik
ulang hanya menyusun satu instrumen. Instrumen tersebut di uji cobakan
kepada sekelompok responden kemudian dicatat hasilnya.
Kedua hasil pengukuran tersebut dikorelasikan dengan menggunakan
korelasi product-moment atau korelasi pearson. Menurut Suharsimi Arikunto
(1998, hlm 72), rumus product –moment atau korelasi pearson adalah sebagai
berikut :
N

Pearson
Correlation

Test 1

15

.628

Test 2

15

.628

Dari tabel 2.1 diatas maka didapatkan nila r = 0,628 dan p = 0,012 < 0,05.
korelasi antara tes 1 dan tes 2 tinggi. Hal itu berarti ada konsistensi hasil yang
didapat pada tes 1 dan tes 2. Ada kestabilan dari hasil yang didapat pada saat

40

pertama kali dilakukan tes dengan hasil yang didapat ketika tes lagi untuk kedua
kalinya.

Sampel

Tabel 3.3
Data Sampel Tes 1 dan Tes 2
Tes 1
Tes 2

sampel 1

4

5

sampel 2

3

5

sampel 3

2

5

sampel 4

2

3

sampel 5

1

3

sampel 6

3

5

sampel 7

4

5

sampel 8

2

5

sampel 9

2

4

sampel 10

3

5

sampel 11

3

4

sampel 12

3

5

sampel 13

2

4

sampel 14

3

5

sampel 15

3

4

Harga r yang diperoleh dari perhitungan hasil uji coba instrument tes,
dikonsultasikan dengan koefisien reliebillitas dengan klasifikasi menurut
Suharsimi Arikunto (1998, hlm 75), berikut ini:
0,80-1,00 = Sangat tinggi
0,60-0,80 = Tinggi
0,40-0,60 = Cukup
0,20-0,40 = Rendah
0,00-0,20 = Sangat rendah

3.6. Prosedur Penelitian

Muhamad Firman Azhari, 2016
HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN
KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41

Mengenai langkah-langkah penelitian yang dilakukan, maka perlu prosedur
penelitian yang sistematis agar penelitian terlaksana dengan benar dan data yang
di dapatpun valid. Dengan adanya sistematika penelitian, hal ini akan
mempermudah penelitian. Dalam memudahkan proses penelitian ini, selanjutnya
peneliti menyusun langkah-langkah penelitian sebagai pengembangan dari desain
penelitian yang telah peneliti buat. Adapun langkah-langkah penelitian tersebut
dapat peneliti gambarkan sebagai berikut :

Populasi

Sampel

Landasan
Teori
Pengumpulan
Data

Analisis

Simpulan
dan Saran

Data
Rumusan
Hipotesis

Pengemb.
Instrumen

Pengujian
Instrumen

Gambar 3.5
Alur Penelitian
(Sugiyono, 2010, hlm 49)
Peneliti Menetukan populasi yaitu atlet UKM Bulutangkis UPI. Menentukan
sampel sejumlah 20 orang atlet UKM Bulutangkis UPI dengan menggunakan
teknik Purposive sampling. Untuk sampel 20 atlet ini yang sudah menguasai
teknik dasar dalam permainan bulutangkis. Kemudian melakukan uji coba
instrumen ketepatan pengembalian smash terhadap 15 atlet yang berada di IKOR
2012 FPOK UPI, setelah itu mengintruksikan tata cara untuk melakukan tes
intsrumen tersebut. Dihari berikutnya peneliti akan melekukan tes whole body
reaction time pada atlet UKM Bulutangkis UPI yang dilakukan di Laboratorium

FPOK UPI Bandung. Setelah itu peneliti mengintruksikan dan menjelaskan
bagaimana cara tes tersebut. Peneliti atau Pengintruksi akan memberikan waktu
untuk sampel pada saat tes tersebut. Setelah itu melakukan tes Anticipation

42

reaction time pada atlet UKM Bulutangkis UPI yang dilakukan di Laboratorium

FPOK UPI Bandung. Setelah itu peneliti mengintruksikan dan menjelaskan
bagaimana cara tes tersebut. Peneliti atau Pengintruksi akan memberikan waktu
untuk sampel pada saat tes tersebut. Dihari selanjutnya peneliti akan melakukan
tes ketepatan pengembalian smash yang dilakukan di lapangan bulutangkis FPOK
UPI Padasuka.
3.7. Analisis Data
Dalam penelitian ini, setelah mendapatkan data dari sampel, langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah analisis data. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Product and Service
Solution) versi 21 dan analisis datanya sebagai berikut :

1)

Uji Asumsi Data
a. Deskripsi Data
Pengujian deskripsi data ini dilakukan untuk mengetahui berbagai ukuran

statistik seperti nilai rata-rata, dan standar deviasi. Untuk mengetahui seberapa
besar nilai rata-rata dan standar deviasi dari sampel.
b. Uji Normalitas
Analisis uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnov Z untuk
melihat apakah data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau
tidak, dengan pengambilan keputusan apabila nilai signifikansi atau nilai
probabilitas 0,05 maka data tersebut
berdistribusi normal.
Langkah pengolahan data dengan SPSS versi 23 sebagai berikut:
1.

Buka file data

2.

Klik Analyze – Non Parametric Test – 1 Sampel KS

3.

Klik dan masukkan data ke tes variabel list lalu klik OK

Muhamad Firman Azhari, 2016
HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN
KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

43

c. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansi antara
kelompok yang di uji berbeda atau tidak, variansi homogen atau heterogen
dan data yang di harapkan adalah homogen. Uji homogenitas
menggunakan Levene Statistics dengan bantuan SPSS 23. dengan
pengambilan keputusan apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas
>0,05 maka data tersebut homogen, dan sebaliknya apabila nilai
signifikansi atau nilai