Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Chapter III IV

BAB III
TINJAUAN KHUSUS RSUP. H. ADAM MALIK

3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
3.1.1

Klasifikasi RSUP H. Adam Malik
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas

A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 yang berlokasi di
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kotamadya Medan Propinsi Sumatera
Utara. RSUP H. Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai
dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991. RSUP H. Adam Malik juga
sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera
Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Pada tanggal 21
Juli 1993 Presiden RI meresmikan Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU
dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik.
3.1.2

Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik
Visi RSUP H. Adam Malik adalah menjadi pusat rujukan pelayanan


kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun
2015.
Misi RSUP H. Adam Malik adalah:
a.

melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau.

b.

melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang
profesional.

c.

melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel,
dan mandiri.

Universitas Sumatera Utara


3.1.3

Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik Medan
Tugas RSUP H. Adam Malik Medan adalah:

a. memberikan pelayanan yang bermutu yaitu cepat, tepat, nyaman, dan
terjangkau serta sebagai tempat pendidikan dan penelitian.
b. terjangkaunya upaya kesehatan serta berdaya guna dan berhasil guna dan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan, yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
Guna meningkatkan kesehatan masyarakat, maka dalam melaksanakan
tugasnya, RSUP H. Adam Malik memiliki fungsi antara lain:
a. menyelenggarakan pelayanan medis.
b. menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.
c. menyelenggarakan penunjang medis dan non medis.
d. menyelenggarakan pengelolaan sumber daya manusia.
e. menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang
profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran berkelanjutan.
f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya.

g. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.
h. menyelenggarakan pelayanan rujukan.
i. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
3.1.4

Falsafah RSUP H. Adam Malik
Falsafah RSUP H. Adam Malik adalah memberikan pelayanan kesehatan

kepada seluruh lapisan masyarakat secara profesional, efisien, dan efektif sesuai
standar pelayanan yang bermutu.

Universitas Sumatera Utara

3.1.5

Motto RSUP H. Adam Malik
Motto RSUP H. Adam Malik adalah mengutamakan keselamatan pasien

dengan pelayanan
P: Pelayanan cepat

A: Akurat
T: Terjangkau
E: Efisien
N: Nyaman
3.1.6

Susunan Organisasi RSUP H. Adam Malik
Berdasarkan

Permenkes

RI

No.244/Menkes/Per/III/2008

tentang

Organisasi dan Tata kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, susunan
organisasi RSUP H. Adam Malik terdiri dari:
a. direktur utama

b. direktorat medik dan keperawatan
c. direktorat sumber daya manusia dan pendidikan
d. direktorat keuangan
e. direktorat umum dan operasional
f. unit-unit non struktural
Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dapat
dilihat pada Lampiran 1.

Universitas Sumatera Utara

3.2 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik
3.2.1

Fungsi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik
Adapun fungsi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik adalah

menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, peracikan,
penyimpanan, penyediaan dan penyaluran obat-obatan dan bahan kimia,
penyimpanan dan penyaluran alat kedokteran, alat perawatan dan alat kesehatan
serta pelaksanaan sterlisasi.

3.2.2

Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik
Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang apoteker

bertanggung jawab langsung kepada direktur umum dan operasional. Instalasi
Farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas membantu direktur umum dan
operasional

untuk

menyelenggarakan,

mengkoordinasikan,

merencanakan,

mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP
H. Adam Malik.
Berdasarkan SK Direktur RSUP H. Adam Malik, tanggal 27 Desember

2011, No. OT.01.01./IV.2.1./10281/2011, struktur organisasi instalasi farmasi
RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Direktur Umum dan Operasional
Ka. Instalasi Farmasi

Wa.Ka. Instalasi Farmasi

Ka. Tata Usaha

Pokja Farmasi
Klinis

Pokja
Perencanaan dan
Evaluasi

Depo Farmasi

IGD

Depo Farmasi
Rindu A

Pokja
Perbekalan

Depo Farmasi
Rindu B

Pokja
Apotek I

Depo Farmasi
IATI

Pokja
Apotek II


Depo Farmasi
IBP

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Adapun tugas masing-masing bagian dari struktur Instalasi Farmasi RSUP
H. Adam Malik adalah sebagai berikut:
a.

Kepala Instalasi Farmasi
Kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas

memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasi, merencanakan, mengawasi dan
mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi
pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

b. Wakil Kepala Instalasi Farmasi

Wakil kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas
membantu kepala instalasi farmasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan,
merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya
di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, menggantikan tugas kepala instalasi farmasi apabila kepala instalasi
farmasi berhalangan hadir.
c.

Tata Usaha Farmasi
Tata usaha farmasi berada di bawah dan bertanggung jawab langsung

kepada kepala instalasi farmasi yang mempunyai tugas membantu kepala instalasi
farmasi dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan,
kerumahtanggaan, mengarsipkan surat masuk dan keluar, serta urusan
kepegawaian kepala instalasi farmasi.
d. Kelompok Kerja
1. Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Pokja perencanaan dan evaluasi dipimpin oleh seorang kepala yang berada
di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP

H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal
mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi
untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan
kefarmasian di RSUP H. Adam Malik dan melaksanakan SIRS instalasi farmasi
serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan
tugas di lingkungan pokja perencanaan dan evaluasi (tidak dibahas lebih lanjut).

Universitas Sumatera Utara

2.

Pokja Perbekalan
Pokja perbekalan dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal
mengkoordinasikan,

membina,

melaksanakan

perencanaan,

penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi (alat kesehatan habis pakai
(AKHP), instrumen dasar, reagensia, radiofarmasi, obat dan cairan), memproduksi
obat-obatan dan pengujian mutu sesuai dengan kebutuhan rumah sakit serta
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di
lingkungan pokja perbekalan (tidak dibahas lebih lanjut).
3. Pokja Farmasi Klinis
Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal
mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan farmasi klinik dan
melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan kefarmasian
serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan
tugas di lingkungan pokja farmasi klinis.
4. Pokja Apotek I
Pokja apotek dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal
mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian terhadap
pasien rawat jalan askes dan umum serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan

Universitas Sumatera Utara

evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja apotek (tidak dibahas
lebih lanjut).
5. Pokja Apotek II
Pokja apotek dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal
mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian terhadap
pasien rawat jalan jamksemas, umum dan rawat inap diluar jam kerja dan
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di
lingkungan pokja apotek (tidak dibahas lebih lanjut).
e.

Depo Farmasi
1. Depo Farmasi Rindu A
Depo farmasi rindu A dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah

dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik,

yang

bertugas

mengkoordinasikan,

membantu

membina,

kepala

instalasi

melaksanakan

farmasi

perencanaan,

dalam

hal

penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di
ruang inap terpadu A secara sistem One Day Dose Dispensing (ODDD) dan
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di
lingkungan depo farmasi rindu A (tidak dibahas lebih lanjut).
2. Depo Farmasi Instalasi Anestesi dan Terapi Intensif (IATI)
Depo IATI dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, yang bertugas membantu kepala instalasi farmasi untuk menyelenggarakan

Universitas Sumatera Utara

dan mengkoordiansikan terhadap perencanaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan
SIMRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien
Instalasi pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif (tidak dibahas lebih lanjut).
3. Depo Farmasi IGD
Depo farmasi IGD dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik,

yang

bertugas

mengkoordinasikan,

membantu

membina,

kepala

instalasi

melaksanakan

farmasi

perencanaan,

dalam

hal

penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien
instalasi gawat darurat (IGD). Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan
dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi (tidak
dibahas lebih lanjut).
4. Depo Farmasi IBP
Kepala Depo Farmasi Instalasi Bedah Pusat sebagai salah satu unsur
pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi
untuk

menyelenggarakan

dan

mengkoordinasikan

terhadap

perencanaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan
farmasi serta melaksanakan SIMRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan
perbekalan farmasi untuk pasien Bedah Pusat (tidak dibahas lebih lanjut).
5. Depo Farmasi Rindu B
Depo farmasi rindu B dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik,

yang

bertugas

membantu

kepala

instalasi

farmasi

dalam

hal

Universitas Sumatera Utara

mengkoordinasikan,

membina,

melaksanakan

perencanaan,

penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di rindu
B secara sistem One Day Dose Dispensing dan melaksanakan pencatatan,
pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi
ruang inap terpadu B.
3.2.2.1 Pokja Farmasi Klinis
Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam
Malik, melaksanakan pelayanan farmasi klinis yang meliputi:
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh
depo farmasi untuk permintaan perbekalan farmasi pada jam kerja hingga sore
hari dan jam kerja yaitu pada malam hari, pengkajian dan pelayanan resep akan
dilakukan oleh apotik I dan II.
b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat telah dilakukan oleh farmasi klinis,
data diperoleh dari wawancara dengan pasien/keluarga pasien, dan data rekam
medik. Informasi yang harus didapatkan di dalam riwayat pengobatan ini adalah
nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
penggunaan indikasi dan lama penggunaan obat, ROTD termasuk riwayat alergi,
dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa).
c. Pelayanan lnformasi Obat (PIO)
Kegiatan PIO telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik. Untuk pasien
rawat inap, PIO dilakukan oleh depo farmasi, sedangkan untuk pasien rawat jalan,

Universitas Sumatera Utara

dilakukan di ruangan konseling. Salah satu kegiatan PIO yang telah dilaksanakan
di RSUP H. Adam Malik yaitu melalui penyuluhan. Kemudian, setiap bulan
laporan PIO direkap oleh koordianator PIO yang ada di pokja farmasi klinis.
Format lembar pelayanan informasi obat dapat dilihat pada lampiran 2.
d. Konseling
Kegiatan konseling di RSUP H. Adam Malik dilakukan di dalam suatu
ruangan khusus tertutup yang berada di samping apotek. Kegiatan ini dilakukan
untuk pasien rawat jalan dengan riwayat pasien penyakit kronik, geriatri, pediatri
dan polifarmasi. Pada akhir konseling dilakukan verifikasi tentang penggunaan
obat yang diberikan. Format lembar konseling dapat dilihat pada Lampiran 3.
e. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim
dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Kegiatan visite di RSUP H. Adam Malik
telah dilakukan oleh apoteker baik secara mandiri maupun bersama tim tenaga
kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, mengkaji
masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak diiinginkan,
meningkatkan terapi obat rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter,
pasien serta professional kesehatannya lainnya.
Kegiatan visite yang dilakukan antara lain melihat riwayat pengobatan
pasien melalui RM 10, mengisi pengkajian farmasi pada RM 50, melakukan
edukasi kepada pasien sesuai dengan RM 23, memantau catatan terintegrasi
pasien yang ada pada RM 14, serta melihat pengkajian penggunaan obat secara
rasional pada RM 30.

Universitas Sumatera Utara

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
efektivitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD). Kegiatan ini meliputi pengumpulan data pasien, identifikasi masalah
terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan
tindak lanjut.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
MESO di RSUP H. Adam Malik dilakukan sejalan dengan kegiatan visite
oleh pokja Farmasi Klinis. Pelaporan MESO dilakukan hanya kepada pasien yang
termasuk ke dalam jadwal visite. Pelaporan MESO dilakukan dengan mengisi
blanko kuning seperti terlihat pada Lampiran 4. Blanko MESO yang telah diisi
kemudian disampaikan kepada pusat MESO nasional setelah didiskusikan kepada
KFT.
h. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan
dilakukan oleh Pokja Farmasi Klinis pada saat visite pasien untuk menjamin obatobat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
Kegiatan EPO dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan
saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu,
membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu
dengan yang lain, penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik, menilai
pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Universitas Sumatera Utara

i. Dispensing Sediaan Khusus
Dispensing sediaan khusus yang dilakukan oleh Pokja Farmasi Klinis
adalah penanganan sediaan sitotoksik sedangkan untuk pencampuran obat suntik
dan penyiapan nutrisi parenteral belum dilakukan.
3.3 Depo Farmasi Rindu B
3.3.1

Tugas dan Fungsi Depo Farmasi Rindu B
Tugas dan fungsi Depo Farmasi Rindu B adalah:

a. mengatur kebutuhan SDM yang dibutuhkan sebagai tenaga kerja di Depo
Farmasi Rindu B.
b. melakukan pengelolaan perbekalan farmasi, mulai dari perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, dispensing dan distribusi serta evaluasi dan
pelaporan.
c. melakukan pengawasan obat-obatan dan semua Alkes di Depo Rindu B.
d. melakukan pelaporan kegiatan yang dilakukan di Depo Farmasi Rindu B.
e. melakukan evaluasi semua kegiatan Depo Farmasi Rindu B untuk
perbaikan.
3.3.2

Sumber Daya Manusia
Depo Farmasi Rindu B berada dibawah instalasi Farmasi Rumah Sakit

yang di kepalai oleh seorang Apoteker. Jumlah staf yang bekerja di Depo Farmasi
Rindu B adalah 16 orang, yang terdiri dari 1 orang Apoteker, 1 orang Sarjana
Farmasi, 1 orang D3 Farmasi, 11 orang lulusan SMF, dan 2 orang lulusan SMA.
3.3.3

Sarana dan Prasarana
Depo Farmasi Rindu B terdiri dari 3 ruangan, yaitu, ruang distribusi

(pelayanan), ruang penyimpanan dan ruang Kepala Depo.

Universitas Sumatera Utara

Ruang distribusi (pelayanan) terdapat rak-rak tempat penyimpanan obat,
terdapat 3 meja peracikan yang terdiri dari 1 meja peracikan untuk askes dan 2
meja peracikan untuk jamkesmas, terdapat 3 komputer yang digunakan untuk
mengentri data, tempat untuk apoteker melakukan skrining resep, trolly (kereta
dorong), serta dilengkapi dengan AC untuk menjaga kestabilan suhu ruangan,
penerangan berupa lampu, telepon. Namun di ruangan dispensing tidak terdapat
wastafel yang seharusnya ada, guna untuk mencuci tangan dan mencuci peralatanperalatan yang akan digunakan untuk peracikan.
Ruang penyimpanan terdapat juga terdapat rak-rak untuk penyimpanan
obat, 1 unit meja untuk petugas yang bertugas di ruang penyimpanan, alat
penerangan berupa lampu serta di lengkapi AC. Namun ada beberapa hal yang
harus diperhatikan untuk ruang penyimpanan, yaitu kondisi ruang yang bocor
seharusnya diperbaiki untuk menjaga obat-obat atau AKHP agar selalu dalam
kondisi baik. Selain itu di ruang penyimpanan juga terdapat wastafel, namun
wastafel dalam keadaan rusak, ini merupakan salah hal yang harus menjadi
perhatian.
Ruang kepala depo terdapat lemari penyimpanan narkotika, tempat
penyimpanan obat-obat termolabil, alat penerangan berupa lampu, telepon, satu
unit komputer dan satu unit meja serta lemari kecil yang digunakan untuk
menyimpan surat-surat yang perlu di arsipkan. Yang perlu menjadi perhatian
disini adalah tempat penyimpanan obat-obat termolabil seharusnya dilengkapi
dengan alat pengukur suhu (thermometer) untuk memastikan suhu ditempat
penyimpanan selalu optimal untuk penyimpanan obat-obat termolabil.

Universitas Sumatera Utara

3.3.4

Pelayanan
Pelayananan Depo Farmasi Rindu B dibagi dua shift, yaitu :

-

Shift pagi : jam 08.00 – 15.00

-

Shift sore : jam 15.00 – 20.00
Depo farmasi Rindu B melayani permintaan dari user Rindu B yang terdiri

dari : Rindu B1 (Obgyn), Rindu B2 A (Onkologi), Rindu B2 B (digestive, urologi,
bedah ortopedi, bedah plastik), Rindu B3 (Bedah ortopedi untuk pasien
Jamkesmas dan Bedah untuk pasien Askes), Rindu B4, ruang rawat jantung
(RIC), CVCU (Cardio Vascular Care Unit) dan VIP.
3.3.5
1.

Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Depo Farmasi Rindu B
Perencanaan
Menurut

Kepmenkes

RI

No.

1121/Menkes/SK/XII/2008,

dalam

merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan secara tepat.
Perhitungan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan menggunakan

metode

konsumsi dan atau metode morbiditas.
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data
konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang
dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
-

pengumpulan dan pengolahan data

-

analisa data untuk informasi dan evaluasi

-

perhitungan perkiraan kebutuhan obat

-

penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana

Universitas Sumatera Utara

Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan, perlu
dilakukan analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun sebelumnya atau lebih.
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode konsumsi:
1). Daftar obat.
2). Stok awal.
3). Penerimaan.
4). Pengeluaran.
5). Sisa stok.
6). Obat hilang/rusak, kadaluarsa
7). Kekosongan obat.
8). Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun.
9). Waktu tunggu.
10). Stok pengaman.
11). Perkembangan pola kunjungan .
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola
penyakit, waktu tunggu, dan stok pengaman.
Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah :
-

Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok

umur

penyakit.
-

Menyiapkan data populasi penduduk.

-

Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh
populasi pada kelompok umur yang ada.

Universitas Sumatera Utara

-

Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk
seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.

-

Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian

obat

menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
-

Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan
datang (Kepmenkes RI no 1121/Menkes/SK/XII/2008).
Perencanaan di Depo Farmasi Rindu B dilakukan dengan menggunakan

metode konsumsi, dimana perhitungannya dilakukan dengan menggunakan data
setiap tahun (12 bulan). Data penggunaan obat setahun dijumlahkan kemudian
ditambahkan 20% (stok pengaman).
2. Pengadaan
Pengadaan di Depo Farmasi Rindu B yaitu dengan melakukan
pengamprahan ke bagian perbekalan di Instalasi Farmasi setiap hari Selasa dan
Sabtu.
3. Penyimpanan
Penyimpanan di Depo Farmasi Rindu B sudah sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI No 1197/Menkes/SK/X/2004 dan sesuai
dengan SOP, yaitu:
-

Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya

-

Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya

-

Alphabet

-

FIFO dan FEFO

-

Obat Hight Allert ( kosentrasi tinggi ) disimpan terpisah dengan obat
lain dan di beri label / penandaan bulat merah,

Universitas Sumatera Utara

-

Obat LASA ( Look Alike Sound Alike ) atau NORUM ( Nama Obat,
Rupa, Ucapan Mirip ) diberi jarak satu dengan yang lainnya
Untuk penyimpanan narkotika yaitu di dalam lemari khusus dan terkunci,

dan lemarinya diletakkan di ruang Kadepo, namun bentuk dan ukuran lemari
belum memenuhi syarat yang ditetapkan Permenkes No. 28/Menkes/Per/1987.
4. Pendistribusian dan Dispensing
Pendistribusian di Depo Farmasi Rindu B dilakukan dengan beberapa cara
yaitu floor stock, emergensi stock dan One Day Dose Dispensing (ODDD). Untuk
sediaan floor stock biasanya perawat mengamprahnya setiap 1 minggu sekali ke
depo, sediaan emergensi stock yang ada di ruangan perawat apabila telah
digunakan maka perawat langsung meminta ganti kembali sediaan yang dipakai
ke depo Rindu B dengan menggunakan KOP (Kartu Obat Pasien).
Obat sampai kepada pasien melalui tangan perawat. Agar edukasi kepada
pasien lebih efektif sebaiknya apoteker menunjukkan jenis obat yang dipakai
pasien secara langsung, dimana selama ini apoteker melakukan edukasi tanpa
menunjukkan jenis obat pasien tersebut.
Dalam proses penyiapan obat, khususnya untuk obat-obat yang perlu di
puyerkan, sebaiknya setiap sebelum melakukan penggerusan alu dan lumpang di
bilas terlebih dahulu supaya tidak terjadi kontaminasi antara satu obat dengan obat
yang lain. Untuk penggerusan obat-obat kemoterapi seharusnya tidak dilakukan di
depo, karena akan menyebabkan keterpaparan senyawa obat pada tenaga farmasi
yang melakukan peracikan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

5. Evaluasi dan Pelaporan
Pelaporan yang dilakukan di depo Rindu B meliputi laporan mutasi
narkotik, laporan stok opname, laporan kegiatan, laporan pemakaian obat triwulan
Ringkasan pembahasan mengenai Depo Rindu B dapat dilihat pada lampiran 5.
3.3.6

Manfaat Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dalam Pengelolaan
Perbekalan Farmasi di Depo Rindu B
Sistem informasi rumah sakit (SIRS) adalah suatu sistem yang

berhubungan dengan pengelolaan data, pegumpulan data, penyajian informasi,
analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan
untuk kegiatan rumah sakit. Saat ini RSUP H. Adam Malik telah menggunakan
sistem informasi rumah sakit berbasis komputer yaitu dengan sistem online ke
berbagai instalasi. Aplikasi sistem informasi ini membantu setiap instalasi agar
mudah memperoleh pelayanan dan informasi seluruh data, pengolahan data,
penyajian informasi, serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk
kegiatan rumah sakit.
Sistem informasi rumah sakit (SIRS) sangat penting manfaatnya bagi
aktifitas pengelolaan perbekalan farmasi di Depo. Depo farmasi Rindu B
misalnya, melakukan pengadaan perbekalan farmasi dengan mengirim data
permintaan perbekalan farmasi ke bagian perbekalan/gudang melalui SIRS untuk
pemenuhan kebutuhan pasien di Rindu B. Kemudian melalui SIRS juga bagian
perbekalan/gudang memberikan feedback atas permintaan perbekalan farmasi oleh
bagian Depo. Bagian Depo farmasi dapat melihat data barang-barang yang ada di
bagian perbekalan/gudang atau data perbekalan farmasi yang ada di Depo lain
sehingga dapat melakukan permintaan barang jika dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dapat memberikan efisiensi dan
efektifitas kerja bagi pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Jika
sebelumnya bagian Depo harus meminta informasi ketersediaan perbekalan
farmasi ke Pokja Perbekalan dapat langsung melihat di komputer data informasi di
Pokja Perbekalan, maka sekarang dengan adanya SIRS, bagian Depo dapat
langsung melihat di computer. Melalui SIRS, dapat ditelusuri data-data
pengelolaan perbekalan farmasi yang dilakukan oleh depo, seperti data amprahan
perbekalan farmasi per bulan yang dilakukan Depo ke bagian perbekalan/gudang
setiap bulannya.
3.4 Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD)
Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) atau sterilisasi
pusat adalah satu unit kerja yang merupakan fasilitas penyelenggaraan dan
kegiatan pelayanan kebutuhan steril yang dipimpin oleh seorang kepala instalasi
yang berada dibawah direktur umum dan operasional.
Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan CSSD adalah:
a.

melakukan sterilisasi instrumen dan linen untuk kebutuhan kamar operasi.

b.

melakukan sterilisasi untuk kebutuhan IGD.

c.

melakukan sterilisasi untuk kebutuhan kateterisasi/bedah jantung.

d.

melakukan sterilisasi ruangan dengan fogging dan lampu UV.

e.

melakukan re-use dengan gas etilen oksida.
Sasaran dari kegiatan yang dilakukan adalah tercapainya kebutuhan steril

untuk seluruh lingkungan rumah sakit, mencegah terjadinya infeksi nosokomial
hingga seminimal mungkin dan mempertahankan mutu hasil sterilisasi dengan
melakukan monitoring terhadap proses dan hasil sterilisasi.

Universitas Sumatera Utara

Ruangan yang memadai disediakan untuk mendapatkan pelayanan CSSD
yang optimal yang terdiri atas: ruang pencucian, ruang kerja dan ruang steril/
penyimpanan barang steril yang memenuhi syarat.
Alur kegiatan pelayan CSSD dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.

User

Penerimaan Alat
tidak
Seleksi/Pencatatan
Perendaman

Pencucian

ya

Pengeringan

Pengemasan

Labeling

STERILISASI

Kontrol Indikator
tidak
Gudang Alat

Distribusi

Gambar 3.2. Alur kegiatan pelayanan CSSD

Universitas Sumatera Utara

CSSD dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh wakil kepala
instalasi, tata usaha dan tiga pokja lainnya. Struktur organisasi instalasi CSSD
RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada Gambar 3.3 berikut ini.

Direktur Umum dan
Operasional

Kepala Instalasi CSSD
Wa. Ka. Instalasi

Tata Usaha

Pokja
Pencucian

Pokja
Pengemasan

Pokja
Sterilisasi

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Instalasi Central Sterilized Supply Department
(CSSD) RSUP H. Adam Malik
3.5 Instalasi Gas Medis
Pengelolaan gas medis sudah ditangani oleh suatu instalasi khusus yaitu
instalasi gas medis sejak Februari 2005. Hal ini sesuai dengan SK Direktur RSUP
H. Adam Malik nomor OT.01.01.11.173 tentang instalasi gas medik, dimana pada
tanggal 26 Februari 2005 didirikan instalasi gas medik RSUP H. Adam Malik
dengan pertimbangan bahwa gas medik merupakan perbekalan farmasi yang
termasuk life saving yang sangat penting rumah sakit sehingga perlu dipersiapkan
pelayanan gas medik yang baik, efektif dan efisien kepada pasien yang

Universitas Sumatera Utara

membutuhkannya. Instalasi gas medis telah mendistribusikan gas medis untuk
melayani kebutuhan user-user yaitu semua pasien yang membutuhkan gas medis
di rumah sakit.
Menurut Permenkes No. 244/Menkes/Per/III/2008 tentang organisasi dan
tata kerja RSUP H. Adam Malik, instalasi gas medis adalah unit pelayanan
struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan
gas medis. Instalasi gas medik dikepalai oleh seorang apoteker yang berada
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada direktur umum dan operasional.
Struktur organisasi instalasi gas medik RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada
Gambar 3.3.
Direktur Umum dan
Operasional

Ka. Instalasi Gas Medis
Wa Ka. Instalasi Gas Medis

Tata Usaha
Gas Medis

Pokja Perbekalan dan
Pendistribusian Gas Medis

Pokja Pelayanan dan Pemantauan
Penggunaan Gas Medis

Gambar 3.3 Struktur organisasi instalasi gas medis RSUP H. Adam Malik

Jenis-jenis gas medis yang digunakan dalam pelayanan kesehatan di RSUP
H. Adam Malik meliputi oksigen (O2), dinitrogen monoksida (N2O), nitrogen
(N2), karbon dioksida (CO2), dan udara tekan (compressed air).

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUP H. Adam Malik
Berdasarkan surat keputusan direktur utama RSUP H. Adam Malik nomor
OT.01.01./IV.2.1./10281/2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang struktur
organisasi dan tata kerja Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik, maka struktur
organisasi telah dijalankan sesuai SK yang berlaku untuk instalasi farmasi yaitu,
kepala instalasi farmasi langsung membawahi 5 kelompok kerja yang terdiri dari
pokja perencanaan dan evaluasi, pokja perbekalan, pokja apotek I, pokja apotek II,
serta pokja farmasi klinis dan membawahi 5 depo yang terdiri dari depo farmasi
IGD, depo farmasi Rindu A, depo farmasi Rindu B, depo farmasi IATI serta depo
famasi IBP.
Namun, hal ini berbeda dengan struktur organisasi Instalasi Farmasi
menurut Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 dimana hanya ada 3
kelompok kerja yang langsung dibawahi oleh kepala Instalasi Farmasi yaitu
bagian perbekalan, farmasi klinis, dan manajemen mutu. Jadi, struktur organisasi
Instalasi Farmasi RSUP HAM lebih banyak kegiatannya yang mengarah pada
pengelolaan perbekalan farmasi dibandingkan farmasi klinis yang berorientasi
kepada pasien (patient oriented) serta pekerjaan manajemen mutu hanya sebagian
yang ditangani oleh pokja P2E IFRS, padahal fungsi bagian manajemen mutu
dapat menunjang pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien (patient
oriented).

Universitas Sumatera Utara

4.2. Pokja Farmasi Klinis
a. Pengkajian resep
Pengkajian resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker pada
saat visite. Pengkajian dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat.
Bila ditemukan masalah harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.
Pengkajian resep yang dilakukan harus sesuai persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis.
Dalam pengkajian pelayanan resep, resep yang dilayani di depo-depo
farmasi dan apotek di RSUP H. Adam Malik merupakan resep yang ditulis oleh
dokter untuk pasien rawat inap dan rawat jalan. Belum semua resep yang ditulis
oleh dokter memenuhi kriteria administrasi, farmasetik, dan klinis.
Resep yang digunakan di RSUP. H. Adam Malik Medan sudah memenuhi
persyaratan administrasi, yang meliputi:
a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi pasien
b. nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter
c. tanggal resep
d. ruangan/unit asal resep
Untuk persyaratan farmasetik, masih ada kesalahan dalam menuliskan
kekuatan sediaan yang akan diberikan, yang meliputi:
a. nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan
b. dosis dan jumlah obat
c. stabilitas
d. aturan dan cara penggunaan

Universitas Sumatera Utara

Untuk persyaratan klinis yang meliputi:
a. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
b. duplikasi pengobatan
c. alergi, interaksi dan efek samping obat
d. kontraindikasi dan interaksi obat (Kepmenkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004)
belum dipenuhi seperti duplikasi pengobatan yaitu adanya peresepan obat yang
mempunyai indikasi sama contohnya diresepkan ketorolac dan tramadol yang
sama-sama merupakan analgetik.
Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh
depo farmasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh apotik I dan II.
Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan
informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan pasien. Riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara terhadap
pasien dan keluarganya atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat
pasien yaitu pada RM 10.
Namun penelusuran riwayat penggunaan obat belum dilakukan kepada
seluruh pasien di RSUP. H. Adam Malik dikarenakan keterbatasan jumlah
apoteker farmasi klinis dengan jumlah pasien yang sangat banyak sehingga
penelusuran riwayat penggunaan obat tidak optimal dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

Informasi yang harus didapatkan di dalam riwayat pengobatan ini adalah
nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
penggunaan indikasi dan lama penggunaan obat, ROTD termasuk riwayat alergi,
dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa).
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Kegiatan PIO telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik, namun tidak
semua kegiatan dilakukan oleh farmasi klinis seperti penerbitan buletin dilakukan
oleh PKRS bekerjasama dengan Apoteker. Untuk pasien rawat inap, PIO
dilakukan oleh depo farmasi, sedangkan untuk pasien rawat jalan, dilakukan di
ruangan konseling. Penyuluhan merupakan salah satu kegiatan PIO yang telah
dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik oleh farmasi klinis yang bekerja sama
dengan PKRS. Kemudian setiap bulan laporan PIO direkap oleh koordianator PIO
yang ada di pokja farmasi klinis.
Menurut Kepmenkes RI No 1197/MENKES/SK/2004 sebaiknya tersedia
ruangan sumber informasi yang memadai untuk mempermudah PIO. Luas
ruangan yang dibutuhkan untuk PIO yaitu: 20 m2 (200 tempat tidur), 40 m2 (400600 tempat tidur), 70m2 (1300 tempat tidur). Ruangan PIO di RSUP H. Adam
malik sudah ada dan sudah dilengkapi dengan komputer dan berbagai macam
buku yang dapat digunakan untuk memberikan informasi obat. Selain itu juga
sudah terdapat sarana seperti telepon untuk mempermudah PIO. Namun, luas
ruangan

masih

belum

memenuhi

persyaratan

menurut

Kepmenkes

RI

No1197/MENKES/SK/2004.

Universitas Sumatera Utara

d. Konseling
Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien.
Konseling dilakukan di ruangan khusus konseling. Berdasarkan Standar
Pelayananan di Rumah Sakit, syarat untuk ruang konseling adalah tertutup,
sehingga privasi pasien terjaga dan juga dilengkapi dengan meja dan kursi,
komputer, telepon, kartu arsip serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi
pasien. Ruang konseling di RSUP H. Adam Malik Medan untuk pasien rawat
jalan telah memiliki meja dan kursi, kartu arsip dan catatan medikasi pasien dan
juga tertutup. Namun ruang konseling kurang memadai karena cukup sempit.
Selain itu, sarana dan prasarana yang tersedia masih kurang memadai,
misalnya: dokumentasi di ruang konseling, dimana sistem penyimpanan data
masih dilakukan secara manual sehingga dalam menelusuri data pasien berulang
membutuhkan waktu yang agak lama dan membuat pasien menunggu. Oleh
karena itu, sebaiknya menggunakan sistem komputerisasi sehingga pada saat
pasien masuk, kita dengan mudah untuk mencari data mengenai pasien tersebut.
Alat peraga pada ruang konseling juga masih minim. Sebaiknya alat peraga
ditambah karena pasien yang diberi konseling, umumnya adalah pasien dengan
tingkat pendidikan yang terbatas, sehingga cukup sulit memberikan pengertian
apabila tanpa disertai alat peraga.
Saat ini ruang konseling untuk pasien rawat inap di RS Adam Malik belum
tersedia sehingga konseling yang dilakukan masih bersifat pasif saja. Keterbatasan
ini menyebabkan pelayanan rumah sakit kepada masyarakat rumah sakit belum
maksimal dan masih perlu dibenahi.

Universitas Sumatera Utara

Selain itu, untuk menunjang terlaksanya konseling yang bermutu
dibutuhkan beberapa literatur-literatur

up to date yang dapat dengan mudah

diakses dan langsung dapat digunakan, yang seharusnya ada di ruangan konseling.
Untuk mengakses informasi/literatur yang up to date ini, seharusnya tersedia
fasilitas internet di ruangan konseling. Namun, di ruang konseling belum
didukung oleh fasilitas internet (wifi) untuk mencari informasi secara cepat.
Software PIO yang terdapat di ruang konseling seharusnya juga di up date dengan
versi terbaru yang sesuai dengan data-data obat yang dikonselingkan.
Seharusnya ada suatu pedoman khusus tentang obat-obat yang sering
dikonselingkan oleh apoteker sebagai acuan dalam memberikan informasi kepada
pasien supaya tidak terjadi perbedaan penyampaian informasi antara satu apoteker
dengan apoteker yang lain dalam menginformasikan satu obat yang sama.
Pencatatan data pasien harus dilakukan secara kontinu, sehingga dapat diperoleh
informasi perkembangan pasien setelah penggunaan obat. Formulir konseling
pasien rawat jalan dapat dilihat pada Lampiran 3.
e. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim
dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Kegiatan visite di RSUP H. Adam Malik
telah dilakukan oleh apoteker baik secara mandiri maupun bersama tim tenaga
kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, mengkaji
masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak diiinginkan,
meningkatkan terapi obat rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter,
pasien serta professional kesehatannya lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan visite yang dilakukan antara lain melihat riwayat pengobatan
pasien melalui RM 10, mengisi pengkajian farmasi pada RM 50, melakukan
edukasi kepada pasien sesuai dengan RM 23, melihat pengkajian penggunaan obat
secara rasional pada RM 30 dan memantau catatan terintegrasi pasien yang ada
pada RM 14. Apabila terjadi kesalahan seputar obat pasien (Drug Related
Problem) seperti interaksi obat ataupun dosis yang tidak sesuai, maka apoteker
dapat mencatat di lembar RM 14 ini sebagai masukan bagi dokter untuk
meminimalisasi terjadinya Medication Error.
Kegiatan visite ini telah dilaksanakan di beberapa ruangan di Rindu A dan
Rindu B seperti ruangan interna pria, interna wanita, neurologi, paru, bedah saraf,
bedah plastik, bedah urologi, bedah ortopedi, VIP B, anak, THT dan CVCU.
Namun, kegiatan visite ini masih belum optimal dan menyeluruh pada setiap
pasien karena keterbatasan jumlah apoteker di farmasi klinis yang tidak sebanding
dengan jumlah pasien. Kegiatan visite perlu dioptimalkan oleh tenaga apoteker
yang tersedia, secara menyeluruh dan rutin di setiap bagian di rumah sakit.
Kegiatan visite apoteker hendaknya dilakukan bersamaan dengan jadwal
visite dokter agar pemantauan terapi obat pasien dapat semakin baik. Selain itu,
sebaiknya pada saat visite pasien, apoteker dapat langsung menjelaskan obat yang
diberikan oleh perawat. Dalam artian, pada saat visite pasien, fisik obat tersedia
sehingga pasien dapat lebih mudah mengerti tentang penjelasan obat yang
diinformasikan oleh apoteker. Hal ini tentunya akan membuat pasien semakin
mengenal apoteker dan eksistensinya dalam pencapaian tujuan pengobatan.

Universitas Sumatera Utara

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD). Kegiatan ini meliputi pengumpulan data pasien, identifikasi masalah
terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan
tindak lanjut. Kegiatan PTO dilakukan pada saat apoteker melaksanakan visite,
namun belum dilaksanakan secara menyeluruh pada semua pasien rawat inap
karena keterbatan jumlah apoteker yang tidak sebanding dengan jumlah pasien.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Peran pokja farmasi klinis dalam monitoring efek samping obat (MESO)
sudah dilaksanakan namun belum secara menyeluruh. MESO berkaitan erat
dengan kegiatan visite pokja farmasi klinis. Kegiatan visite yang dilakukan dapat
mengetahui MESO yang terjadi pada pasien. Pelaporan MESO dilakukan hanya
kepada pasien yang termasuk ke dalam jadwal visite.
MESO ini belum dilakukan secara menyeluruh karena berkaitan dengan
keterbatasan tenaga kerja yang melaksanakan visite dan MESO. Pelaporan MESO
dilakukan dengan mengisi blanko kuning seperti terlihat pada Lampiran 4. Blanko
MESO yang telah diisi kemudian disampaikan kepada pusat MESO nasional
setelah didiskusikan kepada KFT.
h. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat
yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif. Evaluasi penggunaan
obat merupakan salah satu peran pokja farmasi klinis yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran keadaan pola penggunaan obat, membandingkan pola

Universitas Sumatera Utara

penggunaan obat pada periode waktu tertentu, memberikan masukan untuk
perbaikan penggunaan obat dan menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan
obat. Evaluasi penggunaan obat sudah dilakukan namun program ini tidak
dilakukan secara berkesinambungan.
i.

Dispensing sediaan khusus
Pokja farmasi klinik sudah melakukan dispensing sediaan khusus yaitu

penanganan sediaan sitotoksik. Sementara, untuk pencampuran obat suntik dan
penyiapan nutrisi parenteral belum dilakukan karena kurang memadainya sarana
dan prasarana di rumah sakit. Kebijakan instalasi farmasi untuk dispensing obat
suntik masih dikerjakan oleh perawat. Selain itu, penanganan sediaan sitotoksik
pada ruangan steril masih ada yang belum memenuhi persyaratan seperti plafon
yang masih berpori, dinding yang masih memiliki sudut dan cat dinding yang
rusak.
4.3 Depo Farmasi Rawat Inap Terpadu (Rindu) B
Depo Farmasi Rindu B bertugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam
hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di rindu
B secara sistem One Day Dose Dispensing untuk obat oral dan injeksi dan
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di
lingkungan depo farmasi ruang inap terpadu B.
4.3.1

Sumber Daya Manusia (SDM)
Ditinjau dari segi SDM, Depo Farmasi Rindu B berada dibawah instalasi

Farmasi Rumah Sakit yang di kepalai oleh seorang Apoteker. Jumlah staf yang
bekerja di Depo Farmasi Rindu B adalah 16 orang, yang terdiri dari 1 orang

Universitas Sumatera Utara

Apoteker, 1 orang Sarjana Farmasi, 1 orang D3 Farmasi, 11 orang lulusan SMF,
dan 2 orang lulusan SMA. Menurut Kepmenkes 1197/SK/MENKES/2004
dinyatakan bahwa Depo Farmasi

dipimpin oleh seorang Apoteker yang telah

memiliki surat izin kerja., dibantu oleh tenaga Ahli Madya Farmasi (D3) dan
Tenaga Teknis Kefarmasian (AA). Namun, di Depo Farmasi Rindu B masih
terdapat 2 orang tenaga lulusan SMA. Dalam hal ini, tenaga lulusan SMA secara
hokum tidak berwenang melakukan pekerjaan kefarmasian. Oleh karena itu, maka
seharusnya 2 orang lulusan SMA ini distandarisasi terlebih dahulu sehingga dapat
melakukan pekerjaan kefarmasian.
4.3.2

Sarana dan Prasarana
Jika dilihat dari segi sarana dan prasarana, Depo Farmasi Rindu B terdiri

dari 3 ruangan, yaitu, ruang distribusi (pelayanan), ruang penyimpanan dan ruang
Kepala Depo. Ruang distribusi (pelayanan) terdapat rak-rak tempat penyimpanan
obat, terdapat 3 meja peracikan yang terdiri dari 1 meja peracikan untuk askes dan
2 meja peracikan untuk jamkesmas, terdapat 3 komputer yang digunakan untuk
mengentri data, tempat untuk apoteker melakukan skrining resep, trolly (kereta
dorong), serta dilengkapi dengan AC untuk menjaga kestabilan suhu ruangan,
penerangan berupa lampu dan telepon. Namun, di ruangan dispensing tidak
terdapat wastafel yang seharusnya ada, guna untuk mencuci tangan dan mencuci
peralatan-peralatan yang akan digunakan untuk peracikan.
Di ruang penyimpanan terdapat juga rak-rak untuk penyimpanan obat, 1
unit meja untuk petugas yang bertugas di ruang penyimpanan, alat penerangan
berupa lampu serta di lengkapi AC. Namun, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk ruang penyimpanan, yaitu kondisi ruang yang bocor

Universitas Sumatera Utara

seharusnya diperbaiki untuk menjaga obat-obat atau AKHP agar selalu dalam
kondisi baik. Selain itu di ruang penyimpanan juga terdapat wastafel, namun
waltafel dalam keadaan rusak, ini merupakan salah hal yang harus menjadi
perhatian.
Di ruang kepala depo terdapat lemari penyimpanan narkotika, tempat
penyimpanan obat-obat termolabil, alat penerangan berupa lampu, telepon, satu
unit komputer dan satu unit meja serta lemari kecil yang digunakan untuk
menyimpan surat-surat yang perlu diarsipkan. Yang perlu menjadi perhatian disini
adalah tempat penyimpanan obat-obat termolabil seharusnya dilengkapi dengan
alat pengukur suhu (termometer) untuk memastikan suhu ditempat penyimpanan
selalu optimal untuk penyimpanan obat-obat termolabil.
4.3.3

Manfaat Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dalam Pengelolaan
Perbekalan Farmasi di Depo Rindu B
Depo farmasi rindu B melayani kebutuhan obat dan AKHP untuk pasien

Jamkesmas dan Askes yang ada di ruangan Rawat inap terpadu B dengan beragam
penyakit Sistem distribusi obat di depo farmasi rindu B adalah sistem one day
dose dispensing (ODDD).
Sistem distribusi obat yang tepat ke pasien adalah dengan menggunakan
sistem unit dose dispensing yaitu pemberian obat oleh petugas Depo per waktu
penggunaan obat, sehingga penggunaan obat oleh pasien lebih terpantau dan
terjadwal. Namun hal ini belum dapat diterapkan oleh Depo Farmasi Rindu B
karena keterbatasan SDM dari apoteker. Dalam melakukan pelayanan di Depo
Farmasi, juga dibutuhkan ruangan yang cukup besar dan nyaman, namun pada
Depo Farmasi Rindu B ruangannya belum tertata rapi dan padat sehingga petugas
tidak dapat bekerja dengan nyaman.

Universitas Sumatera Utara

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) telah diterapkan di RS Adam Malik
dan manfaatnya begitu banyak dalam menunjang aktifitas pengelolaan perbekalan
farmasi di Depo diantaranya Depo farmasi Rindu B. Selain dapat menelusuri datadata pengelolaan perbekalan farmasi yang dilakukan oleh depo, juga dapat melihat
gambaran barang-barang yang banyak diminta dari segi kuantitas, barang yang
tidak terpenuhi permintaannya, serta barang yang paling banyak menyerap dana,
baik itu kebutuhan Jamkesmas, Askes, atau Floor Stock. Manfaat lainnya yaitu
dapat memberikan informasi total dana yang diserap untuk masing-masing
kebutuhan, baik Jamkesmas maupun Askes, sehingga melalui data permintaan
barang ini dapat memberikan gambaran kunjungan pasien ke bagian Rindu B
Rumah Sakit H. Adam Malik Medan khususnya.
Sebagai contoh evaluasi terhadap SIRS, maka diambil data amprahan
barang yang dilakukan oleh Depo Farmasi Rindu B selama bulan Mei 2012. Tabel
4.1 berikut menunjukkan daftar 10 item permintaan Obat Jamkesmas yang
memberikan kontribusi terbesar menyerap dana.
Tabel 4.1 Daftar 10 Item Perbekalan Farmasi Jamkesmas yang Menyerap Dana
Terbesar
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Obat
Plasmanate
Deferasiroks
Ketorolac
Ceftriaxone
Meropenem
Faktor VIII
Ringer Laktat
NaCl 0,9%
Deferiprone
Albumin 20 %

Total Harga (Rp)
99.867.350
79.520.000
64.033.200
40.237.400
38.500.000
32.553.840
27.410.000
26.788.500
25.300.000
14.249.975

Universitas Sumatera Utara

Jika diamati dari segi harga, dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
Plasmanate memberikan kontribusi terbesar menyerap dana kebutuhan Jamkesmas
(Rp. 99.867.350), diikuti oleh deferasiroks (Rp. 79.520.000) dan ketorolac (Rp.
64.033.200) dari total permintaan Jamkesmas sebesar Rp. 552.823.249,1.
Plasmanate merupakan fraksi protein plasma yang dibutuhkan untuk
kondisi gawat darurat karena kehilangan cairan. Deferasiroks merupakan obat
untuk mengatasi kelebihan kronik muatan zat besi akibat transfusi darah.
Sementara ketorolac adalah analgetik untuk nyeri akut sampai kronik. Data ini
dapat memberikan gambaran bahwa ketorolac merupakan analgetik yang secara
luas digunakan pada pasien Jamkesmas di Rindu B.
Sementara itu, jika dilihat dari segi harga, dari tabel 4.2 di bawah dapat
dilihat bahwa Ringer Laktat Infus memberikan kontribusi terbesar menyerap dana
kebutuhan Askes (Rp. 19.200.000), diikuti oleh Ketorolac Injeksi (Rp.
11.920.000) dan Arixtra 2,5 mg/0,5 mL (Rp. 11.680.000) dari total permintaan
Askes sebesar Rp. 183.038.210. Data ini juga dapat memberikan gambaran bahwa
ketorolac merupakan analgetik yang secara luas digunakan pada pasien Askes di
Rindu B.
Tabel 4.2 Daftar 10 Item Perbekalan Farmasi Askes yang Menyerap Dana Terbesar

No
1
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Obat
Ringer laktat inf
Ketorolac inj
Arixtra 2,5 mg/0,5 ml
Tykerb
NaCl 500 ml lar infus 0,9%
Plasbumin 20%
Ceftriaxone
Meropenem
Streptase

Total
Harga
(Rupiah)
19,200,000
11,920,000
11,680,000
11,241,160
10,850,000
9,000,000
7,500,000
6,500,000
6,000,000

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya tabel 4.3 menunjukkan daftar 10 item permintaan floor stock yang
menyerap dana terbesar.
Tabel 4.3 Daftar 10 Item Perbekalan Farmasi Floor Stock yang Menyerap