TUGAS EKONOMI PENGANTAR Siklus Ekonomi

TUGAS
EKONOMI PENGANTAR

BENIHIN YUSUF BORA (172114058)
AKUNTANSI 2017 (B)

Siklus Ekonomi
Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus-menerus
bertumbuh, tanpa satu tahun atau bahkan satu triwulan mengalami penurunan.
Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka
luas. Neraca perdagangan dan neraca pembayaranpun mengalami surplus yang baik.
Pertumbuha seperti ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran dan
keadilan bagi rakyatnya dari generasi ke generasi.
Sayangnya, perekonomian tersebut di atas hanya didunia khayal. Dalam dunia nyata,
perekonomian pada umumnya mengalami gelombang pasang surut, setidak-tidaknya
yang dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga. Gelombang naik turun
tersebut relatif teratur dan terjadi berulng-ulang dengan rentang waktu (durasi) yang
bervariasi. Ada yang berdurasi pendek (bulanan atau tahunan), panjang (belasan
tahun), dan sangat panjang (puluhan tahun). Dalam ilmu ekonomi gerak naik-turun
tersebut disebut siklus ekonomi (bussines cycle).
Sekalipun geerak naik-turun tersebut bersifat teratur, tidak jarang terjadi

penyimpangan pola yang bedampak buruk.Depresi besar (great depression) yang
dialami negara-negara kapitalis selama 1929-1933 merupakan kenangan pahit! Masa
itu, output ekonomi berkurang drastis, sementara tingkat pengangguran mncapai
lebih besar dari pada 25% angkatan kerja. Demikian juga dengan krisis ekonomi
yang dialami Indonesia, terutama sejak tahun 1998. Sampai tahun 2000, krisis belum
terselesaikan. Jumlah rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan bertambah
banyak, sementara output perekonomian pernah mengalami konstrksi (pertumbuhan
ekonomi negatif) sebesar 13% di tahun 1998. Itulah sebabnya siklus ekonomi amat
penting dan juga menarik untuk dibahas secara khusus.
1. Anatomi Siklus Ekonomi
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik turun aktivitas
ekonomi, yang terdiri atas 4 elemen :
a. Gerakan menaik (upturn atau expansion)
b. Titik puncak atau kulmanasi (peak)
c. Gerakan turun (downturn atau recession)
d. Titik rendah atau nadir (trough)
(Diagram 18.1 Diagram 18.2 menggambarkannya)

Diagram 18.1
Siklus Ekonomi Dengan Indikator Pertumbuhan Ekonomi


Biasanya indikator yang digunakan untuk menganalisis siklus ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi atau jumlah output rill, serta tingkat harga. Diagram 18.1
memberikan gambaran tentang fluktuasi ekonomi, dengan pertumbuhan ekonomi
per-periode, misalnya persen pertahun. Sedangkan sumbu horizontal menunjukan
periode waktu. Kurva trend yang berbentuk garis lurus menggambarkan
kecendrungan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Untuk sementara ini, dalam
jangka panjang pertumbuhan ekonomi diangkap kostan, sehingga garis lurusnya
sejajar dengan sumbu horizontal.
a. Gerakan menaik (upturn)
Pemulihan ekonomi (recovery) ditandai dengan gerakan perekonomian yang
menaik (upturn). Kadang-kadang gerakan menaik ini disebut juga ekspansi
(expansion) bila gerakan menaik ini terjadi minimal selama dua triwulan berturutturut.
b. Titik kulminasi (peak)
Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya, suatu ketika gerakan menaik ini
mencapai titk tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau kulminasi (peak). Setelah
mencapai titik kulminasi, perkonomian akan mengalami penurunan kembali.
c. Gerakan menurun (downturn)
Yang dimaksud gerakan menurun adalah menurunnya output yang dilihat dari
menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang-kadang gerakan penurunan ini

disebut resesi (recession), bila terjadi minimal selama 2 triwulan berturut-turut.
3|Page

d. Titik nadir (trough)
Gerakan menurun akan berlanjut hingga mencapai titik paling rendah, yang
disebut titik nadir (trough). Setelah mencapai titik nadir, perekonomian akan pulih
kembali dilihat dari adanya gerakan menaik.


Gerakan satu siklus
Yang dimaksud gerakan satu siklus adalah gerakan satu titik kulminasi yang lain
(K-K) atau dari satu titik nadir sampai ke satu titik nadir lain (N-N). Dalam Diagram
18.1 terlihat gerakan K-K berada dalam interval periode waktu T 1-T3, sedangkan
gerakan N-N dalam interval waktu T2-T4.



Bum (boom)
Kadang kala karena berbagai faktor, terjadi pertumbuhan ekonomi yang begitu
baik, sehingga titik kulminasinya jauh diatas biasanya. Dalam Diagram 18.1 terlihat

pada periode waktu T5. Titik kulminasi yang jauh diatas biasanya, dikenal sebagai
bum (boom).



Depresi (depression)
Namun sebaliknya, dapat juga penurunan pertumbuhan ekonomi jauh dibawah
titik nadir biasanya. Dalam Diagram 18.1 terlihat terjadi pada periode waktu T 6.
Kondisi ini dikenal sebagai kondisi depresi (depression).
Diagram 18.2 adalah gambaran tentang siklus ekonomi, bila indikator yang
digunakan adalah output rill. Elemen-elemen siklusnya adalah sama, yaitu gerakan
menurun, titik nadir, gerakan menaik, dan titik kulminasi. Kadang-kadang juga
terjadi bum dan depresi. Karena menggunakan indikator output, maka sumbu
vertikalnya adalah output rill. Sedangkan garis lurus yang berslope positif
memberikan gambaran tentang trend perkembangan output jangka panjang. Output
yang digambarkan garis trend disebut juga output natural (natural real output), yaitu
tingkat output yang dihasilkan dari tingkat pertumbuhan ekonomi, dimana inflasi
konstan.

Diagram 18.2

Sisklus Ekonomi Dengan Indikator Output Rill

2. Siklus Ekonomi Kesempatan Kerja dan Inflasi

a. Siklus ekonomi dan kesempatan kerja
Hubungan positif antara tingkat output dengan kesempatan kerja bila analisinya
jangka pendek, dalam jangka pendek teknologi dianggap konstan, barang modal
merupakan input tetap. Sedangkan variabel adalah tenaga kerja, gerak menaik akan
meningkatkan kesempatan kerja, yang berarti menurunkan tingkat pengangguran,
gerak menurun akan mengurangi kesempatan kerja, yang berarti meningkatkan angka
pengangguran.

5|Page

18.3.a menggambarkan siklus output, sedangkan Diagram 18,3.b
menggambarkan siklus pengangguran. Garis lurus sejajar dengan sumbu horizontal
adalah tingkat pengangguran natural (natural rate of unemployment), yaitu tingkat
pengangguran pada tingkat output natural.
Dari Diagram terlihat, bahwa output rill berada dibawah output natural, maka
tingkat penganggutan meningkat dan melebihi tingkat pengangguran natural.

Sebaliknya, bila output rill melebihi output natural, tingkat pengangguran akan
menurun lebih rendah dari pada tingkat pengangguran natural. Jika output output rill
sama dengan output natural,tingkat pengangguran akan sama dengan tingkat
pengangguran natural.Yang dapat disimpulkan adalah penurunan output (resesi) akan
meningkatkan pengangguran. Sebaliknya, ekspansi akan mengurangi penganguran
hanya saja pengaruh ekspansi terhadap penambahan kesempatan kerja ada batasnya,
bila ekspansi mencapai kulminasinya, perekonomian akan mengalami gerakan
menurun kembali. Jika penurunan ini terjadi selama minimal dua triwulan berurutan,
perekonomian dianggap telah memasuki kondisi resesi.
b. Siklus ekonomi dan inflasi
Diagram 18.4.a adalah siklus output dan Diagram 18.4.b adalah siklus inflasi.
Dari diagram terlihat bila output rill berada di bawah output natural, inflasi cendrung
menurun. Sebaliknya, bila output rill berada diatas output natural, inflasi cendrung
meningkat. output rill berada diatas output natural, inflasi cendrung meningkat
natural, inflasi cendrung meningkat.

3. Pengelolaan Siklus Ekonomi
Karena siklus ekonomi tidak terhindari, yang dapat dilakukan adalah mengelola
siklus agar dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin, sementara pola
siklus diusahakan stabil meningkat. Simpangan gerak naik-turun output diusahakan

tidak terlalu lebar, sementara kecendrungan output jangka panjang terus meningkat.
Kondisi baik tersebut dapat digambarkan dalam Diagram 18.5 dibawah ini.

Sumbu vertikal dalam Diagram 1.5 adalah nilai output rill.sedangkan garis lurus
adalah trend output natural. Pada awalnya adalah fluktuasi output sangat besar,
karena simpangan simpangan siklus selama periode T1 sampai T5 sangat besar.
Namun karena pengelolaan yang baik, maka simpangan dalam periode selanjutnya
mengecil, sementara ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan jangka
panjangnya karena output natural terus meningkat.
a. Kebijakan jangka pendek
Target utama kebijkan jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output rill
dengan output natural (output gap). Diagram 1.6 menunjukan bahwa output gap yang
relatif besar (Diagram 1.6.a) menunjukan kondisi ekonomi yang kurang stabil
7|Page

dibanding output gap yang kecil (Diagram 1.6.b) mengubah kondisi (a) ke kondisi
(b) dapat dilakukan dengan kebijakan fisikal dan moneter, yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran agregat jangka pendek.
b. Kebijakan jangka panjang
Target yang ingin dicapai dalam jangka panjang, selain memperkecil simpangan

tingkat pertumbuhan ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang tinggi.
Simpangan yang mengecil tidak banyak artinya jika pertumbuhan bertumbuh
lamban. Diagram 1.7.a dan 1.7.b menggambarkan bahwa simpangan siklus telah
makin kecil. Tetapi kondisi dalam Diagram 1.7.a kurang baik dibanding 1.7.b sebab
pertumbuhan ekonominya relatif sangat rendah, dilihat dari sudut kemiringan garis
trend. Bahkan dapat dikatakan kondisi dalam Diagram adalah stagnan (mandek).
Untuk mengubah kondisi (a) ke kondisi (b) juga dapat digunakan peralatan
kebijakan fisikal dan moneter. Jika dalam jangka pendek penekanan tujuan kebijakan
fisikal dan moneter adalah stimulasi permintaan, maka dalam jangka panjang lebih
diarahkan kepada stimulasi penawaran. Misalnya pemberian kredit kepada kelompok
usaha kecil menengah (UKM), alokasi anggaran yang lebih besar kepada
pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan kualitas SDM ( terutama pendidikan
dan latihan), dan kesehatan.
4. Siklus Ekonomi Indonesia
Siklus ekonomi Indonesia akan sangat menarik bila dibahas secara menyeluruh.
Namun penafsiran gerak siklus tersebut membutuhkan teori-teori tingkat lanjut.
Karenanya bagian ini melihat siklus ekonomi dari indikator PDB rill dan tingkat
pertumbuhan ekonomi. Periode pengamatan akan dibagi menjadi periode
pembangunan jangka panjang tahap I (PJP I), yaitu antara tahun 1969-1995, dan
secara khusus akan dilihat periode 1990-an.

a. Periode 1969-1995
1. Indikator PDB Rill
Diagram 18.8 menunjukan bilamenggunakan data PDB rill bertahun dasar
1990, perekonomian Indonesia selama 1969-1994 terus mengalami
pertumbuhan, dalam arti selama PJP I tak sekalipun perekonomian Indonesia
mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Kondisi paling buruk yang dialami
hanyalah pertumbuhan rendah seperti di tahun 1982 (2,3% per tahun) atau 1985
(2,4% per tahun). Ini menunjukan selama PJP I pemerintah dapat
mempertahankan pertumbuhan jangka panjang. Hal ini yang menyebabkan
selama PJP I, PDB rill menjadi 6 kali lipat; ditahun 1969 PDB rill baru
mencapai Rp49 triliun, sementara tahun 1995 telah mencapai Rp276 triliun.

2. Indikator pertumbuhan Ekonomi
Diagram 18.9 menunjukan pertumbuhan ekonomi selama PJP I (garis lurus)
adalah 6,8% per tahun. Dari diagram ini dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi persoalan selama PJP I adalah fluktuatifnya pertumbuhan
ekonomi.cukup banyak yang mengalami pertumbuhan yang lebih rendah 6,8%,
yaitu tahun 1975 (5%), 1979 (6,2%), 1982 (2,3%), 1985 (2,4%), 1987 (4,9%),
1993 (6,5%), dan 1994 (6,5%). Besarnya fluktuasi tersebut dilihat dari jarak
pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan terendah. Pertumbuhan tertinggi pada

tahun 1973 (11,4% per tahun), sedangkan terendah pada tahun 1982 (2,3% per
tahun)

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif
disebabkan
perekonomian Indonesia sangat tergantung kepada kondisi eksternal. Misalnya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an, khususnya 19711973 disebabkan membumbungnya harga minyak bumi, yang meningkatkan
penerimaan ekspor migas (oil boom). Rezeki minyak (oil boom) inilah yang
dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan APBN, yang selama PJP I
merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan pada periode 1982 perekonomian dunia mengalami resesi,
melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan terhadap
ekspor Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan kemampuan
Indonesia mengimpor bahan baku dan barang modal guna meningkatkan
produksi.

9|Page

b. Periode 1990-an
Hampir sepanjang periode 1980-an perekonomian Indonesia mengalami

pertumbuhan dibawah rata-rata PJP I (