Kuliah 1 dan 2 S2 Komunikasi

Prof. Dr.Erwin,M.Si
Bahan diskusi

S2 Ilmu Komunikasi

Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan (1) cara ilmiah

untuk mendapatkan (2) data dengan (3)
tujuan atau kegunaan tertentu.

Cara Ilmiah mempunyai makna
bahwa kegiatan penelitian didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan: Rasional,
empiris dan sistematis.

1.

Cara Ilmiah (1)
a. Rasional, kegiatan penelitian dilakukan


dengan cara-cara yang masuk akal,
sehingga terjangkau oleh nalar manusia.
b. Empiris, cara-cara yang dilakukan dapat
diamati oleh oleh indera manusia,
sehingga memungkinkan orang lain dapat
mengamati dan mengetahui cara yg
digunakan.
c. Sistematis, artinya proses yang digunakan
dalam penelitian mengikuti langkahlangkah tertentu yang bersifat logis.

Data (2)
Data diperoleh melalui penelitian adalah data
empiris (hasil
pengataman,observasi,kuesioner,dll) yang valid.
Valid artinya menunjukkan derajat ketepatan antara

data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan
data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti
Data valid artinya data dapat diuji reliabilitas dan
objetivitasnya

Reliabilitas derajat konsistensi atau keajegan data
Objektivitas, menggambarkan kondisi apa adanya.
Data yang valid adalah data yang reliabel dan
objektiv

Tujuan atau Kegunaan
(3)
Tujuan penelitian dpt dikelompokkan atas:

1.Penemuan artinya data yang diperoleh

dalam penelitian adalah yang betul-betul
baru
2.Pembuktian artinya data yang diperoleh
digunakan untuk pembuktian teori atau
keraguan terjadap pengetahuan tertentu
3.Pengembangan artinya data yang
diperoleh untuk memperdalam dan
memperluas pengetahuan yang sudah ada.


Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif
1. Historis
2. Paradigma

Historis : A. Comte (1798-1857)
Pemikiran manusia berkembang melalui tiga tahap;
1. Tahap teologis, pemikiran manusia sangat dipengaruhi

oleh keyakinan bahwa kekuatan adikodrati menjadi
dasar segala sesuatu yang ada didunia. Dunia fisik dan
sosial ciptaan Tuhan (Polyteisme dan monoteisme).
Keteladanan kemanusiaan menjadi dasar
2. Tahap metafisik, ditandai bahwa keyakinan thd
kekuatan adikodrati menjadi dasar segala sesuatu
yang ada didunia, mulai dipertanyakan.
3. Tahap positivistik, ditandai oleh keyakinan terhadap
ilmu pengetahuan. Memusatkan perhatian terhadap
alam fisik dan dunia sosial agar dapat menemukan
hukum-hukum yang mengaturnya.


Comte: Course de Philosophi Positive.

Metodologi Ilmiah harus diterapkan untuk
semua ilmu pengetahuan yang ada.
H. Spencer (1820-1903),
Analogi organis:
Seluruh isi alam, non-organis, organis

dan super organis akan berevolusi karena
di dorong oleh kekuatan mutlak, yang
disebut evolusi universal.

Paradigma
Menurut Thomas Khun merupakan Kerangka referensi
yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan teori.
Menurut Patton (1975) merupakan cara pandang untuk
mengurai kompleksitas dunia nyata.










Bogdan dan Biklen (1982); Paradigma kumpulan longgar dari
sejumlah asumsi yg dipegangbersama, konsep dan preposisi
yg mearahkan dlm penelitian.
Denzin&Lincoln (1994), prdgma mrpkn sistem keyakinan
mendasar berdasarkan asumsi ontologi, epistimologi dan
aksiologi.
Cuba(1990), Paradigma dpt dicirikan oleh respon thd
pertanyaan mendasar, ontologi, epistimolog dan aksiologi.
George Ritzer(1975), merupakan gambaran fundamental
tentang pokok permasalahan dalam ilmu pengtahuan
(mendefinisikan dan menghubungkan eksemplar, teori,
metode dan intrumen yg ada di dalamnya).


Adalah kumpulan tatanilai yang membentuk pola pikir
seseorang sebagai titik tolak pandangannya, sehingga
akan membentuk citra subjektif seseorang mengenai
realita, dan akan menentukan bgmana seseorang
memahami realitas.
 Adalah sistem keyakinan atau cara pandang si peneliti
yg membimbing peneliti dlm memilih metode dan
cara-cara mendasar yg bersifat ontologi dan
epistimologi.


1. Pendekatan Positivistic atau empiris
2. Pendekatan Interpretatif atau Hermeneutik
3. Pendekatan Kritis ( Critical Approach )

Menolak klaim bebas nilai dari positivisme.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yg netral, baik secara
moral dan politik. Pengetahuan mencerminkan
kepentingan pengamatnya atau penguasa.
Bochner (1985) ilmu tidak mungkin ada tanpa ideologi.

Orang yang mempunyai kekuasaan berusaha untuk
terus berkuasa.



Teori merupakan penjelasan yang lebih
spesifik terhadap aspek tertentu dari
perilaku komunikasi.

Paradigma
1. Positivistic

penelitian Sosial:

(ilmiah-kuantitatif)
2. Post positivistic (alamiah-kualitatif)








Positivistic, dunia sosial dpt dipelajari dg cara yg
objektif dan bebas nilai. Manusia sama dg makhluk
lainnya, produk evalusi yang terjadi secara kebetulan.
Pradgm ini memandang manusia dari satu aspek atau
satu dimensi saja: 1. dimensi kesadaran atau ketidak
sadaran; 2. dimensi luar tingkah laku yang dapat
diamati.
Kebenaran objektif dapat dicapai melalui proses
penelitian yang bebas nilai.










Filsafat positifisme memandang realitas atau
gejala sosial, relatif tetap, kongkrit, terukur dan
hubungan antar gejala bersifat sebab akibat.
Penelitian bersifat deduktif, rumusan masalah
terikat pada teori dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis. Hipotesis diuji melalui pengumpulan
data lapangan
Sampel ditarik secara probabilitas dari populasi,
sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada populasi dari sampel yang
diambil.
Aksioma (pandangan dasar) tentang realitas:
hubungan antara peneliti dengan yang diteliti;
hubungan variabel; generasliasi dan bebas nilai.

1.

2.


3.

4.

5.
6.

Paham positivisme memecahkan masalah bertitik tolak
pada teori dan hukum yang mungkin saja tidak relevan
dengan situasi sosial yang khas pada masyarakat.
Tujuan penelitian untuk verifikasi teori, sehinggga
manfaat terapan untuk memahami perubahan sosial
sangat terbatas. Penalaran deduktif, sulit untuk
menghasilkan teori baru
Peneliti mencari fakta-fakta atau sebab-sebab dari gejala
sosial dari masyarakat tampa memperhatikan keadaan
individu secara utuh.
Metode positivisme menggunakan pendekatan cross
sectional. Penelitian cross sectional adalah penelitian
yang dlaksanakan pada waktu tertentu.

Responden dibagi ke dalam katagori-katagori tertentu.
Analisis dilakukan setelah data dikumpulkan, ada
umumnya menggunakan analisis kuantitatif.

Post positivisme: menolak ide-ide bahwa dunia sosial
dpt dipelajari dgn cara objektif dan bebas nilai.
 Peneliti dengan objek atau realitas bersifat interaktif.
 Kebenaran dipahami sebagai sesuatu yang bersifat
subjektif dan diciptakan oleh pelaku.
 Peneliti ikut terlibat untuk dapat memahami makna
subjektif dari pelaku.
 melalui teknik trianggulasi.


Ketidakpuasan terhadap cara kerja Positivisme
1.

2.

3.

4.

5.
6.

Paham positivisme memecahkan masalah bertitik tolak pada
teori dan hukum yang mungkin saja tidak relevan dengan
situasi sosial yang khas pada masyarakat.
Tujuan penelitian untuk verifikasi teori, sehinggga manfaat
terapan untuk memahami perubahan sosial sangat terbatas.
Penalaran deduktif, sulit untuk menghasilkan teori baru
Peneliti mencari fakta-fakta atau sebab-sebab dari gejala
sosial dari masyarakat tampa memperhatikan keadaan
individu secara utuh.
Metode positivisme menggunakan pendekatan cross
sectional. Penelitian cross sectional adalah penelitian yang
dlaksanakan pada waktu tertentu.
Responden dibagi ke dalam katagori-katagori tertentu.
Analisis dilakukan setelah data dikumpulkan, ada umumnya
menggunakan analisis kuantitatif.

Hakikat realitas sosial (Ontologi): wholeness,
holistic
Hubungan peneliti dengan masyarakat yang
diteliti: Menyatu, Tidak Dualistik
Pandangan tentang hubungan antar berbagai
aspek atau gejala: Sebab juga dapat sebagai
Akibat
Pengutamaan kontekstual yang berbatas
ruang, waktu dan relativisme kebudayaan:
Tidak bertujuan mengutamakan generalisasi
Terikat nilai: Tidak bebas nilai

Metode Kualitatif memiliki ciri-ciri yang sama
dengan dan merupakan kontinuitas dari Metode
Etnografi
Actor based
Native’s point of view
Mengutamakan pendekatan emic
Mengutamakan pengumpulan data primer hasil
wawancara tidak terstruktur, wawancara
mendalam, observasi langsung, observasi
partisipasi, FGD, others of participatory approach
Thick description

Menolak klaim bebas nilai dari positivisme.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yg netral, baik secara
moral dan politik. Pengetahuan mencerminkan
kepentingan pengamatnya atau penguasa.
Bochner (1985) ilmu tidak mungkin ada tanpa ideologi.
Orang yang mempunyai kekuasaan berusaha untuk
terus berkuasa.

1.Teori Interaksionisme Simbolik
Menekankan pada perilaku manusia dalam
hubungan inter-personal.
Perilaku manusia dapat dipahami melalui simbol
dan makna dari simbol yang ditampilkannya.
Peneliti berusaha untuk menemukan makna.
Asumsi dasar dari teori interaksionisme simbolik:
a. Perilaku manusia mempunyai makna dibalik
yang menggejala.
b. Makna kemanusiaan dicari pada interaksi sosial
manusia.
c. Masyarakat manusia berkembang secara
holistik
dan tidak dapat dipisah-pisahkan.








Manusia dibekali kemampuan utk berpikir
Kemampuan berpikir dibentuk dari interaksi
sosial
Dalam interaksisosial manusia mempelajari arti
dan simbol-simbol
Makna dan simbol memungkinkan manusia
melanjutkan tindakan khusus dan berinteraksi
Manusia mampu mengubah arti dan simbol
yang mereka gunakan dalam tindakan dan
interaksi berdasarkan penafsiran mereka
terhadap sistuasi.

Manusia mampu membuat kebijakan
modifikasi dan perubahan, sebagian ,
karena kemampuan mereka berinteraksi
dengan diri mereka sendiri, yang
memungkinkan mereka menguji
serangkaian peluang tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian relatif, dan
memilih satu diantara serangkaian
peluang tindakan.
 Pola tindakan dan interaksi yang saling
berkaitan akan membentuk kelompok dan
masyarakat










Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Manusia dipandang rasional, tetapi
dalam menyelesaikan kehidupan sehari-hari, mereka
menggunakan penalaran praktis.
Studi tentang” kumpulan pengetahuan berdasarkan akal sehat
dan rangkaian prosedur dan pertimbangan yang digunakan
masyarakat untuk memahami dan mencari tahu dan bertindak
berdasarkan situasi dimana mereka menemukan dirinya
sendiri.
Fakta sosial menurut Garfinkel adalah realitas objektif, produk
masyarakat yang diciptakan dan diorganisir secara alamiah,
terus menerus dan tidak ada peluang untuk menghindar,
bersembunyi. Berbeda dengan Durkheim fakta sosial ( berada
di luar dan memaksa individu).
Pakar Etnometodologi melihat tindakan aktor dilakukan secara
rutin dan relatif tanpa pikir. Namun mereka menolak
memperlakukan aktor sebagai si tolol yang memberikan
peringatan.

Pendapat Garfinkel mengenai Etnometodologi,
penjelasan para aktor dapat dijelaskan secara
reflektif. Cara aktor mendeskripsikan, mengkritik
dan mengidelisasikan suatu keadaan tertentu.
 Pakar Etnometodologi memberikan perhatian
bagaimana menganalisis penjelasan aktor
maupun cara-cara penejelasan diberikan dan
diterima (ditolak) oleh orang lain.
 Pakar Etnometodologi memberikan perhatian
pada analisis terhadap percakapan.


1.

2.

Mahasiswa mencoba mengemukakan
pemikirannya mengenai suatu peristiwa
kepada Ortu. Pakar Etnometodolog
tertarik pada sifat dasar dari penjelasan
yang diberikan mhs serta alasanalasannya, sehingga Ortu menerima atau
menolak.
Analisis diarahkan pada penjelasan mhs
dan bagaimana mhs menjelaskan
tindakan-tindakannya.

1.






Perspektif Kebudayaan
Perilaku individu merupakan hasil interpretasi
individu terhadap sistem nilai budaya dan sistem
sosial.
Kebudayaan berfungsi sebagai mekanisme yang
mengarahkan individu untuk beradaptasi dengan
lingkungan (lingkungan pisik dan lingkungan sosial).
Kebudayaan digunakan oleh individu untuk menata
struktur yang ada dalam kehidupannya dan
menentukan pengalokasian sumber-sumber daya
yang ada menurut jenis dan sifatnya.
Kebudayaan bertujuan untuk menata kehidupan
masyarakat agar lebih baik, lebih teratur dan lebih
dinamis.

1. Aksioma (pandangan mendasar tentang
realitas )
2. Karakteristik penelitian
3. Proses Penelitian

TERIMA KASIH