KIMIA ORGANIK GERMAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih dari satu juta senyawa tersusun dari gabungan atom-atom
C, H, O, N, dan unsur-unsur tertentu lainnya. Kimia organik (karbon)
dipelajari secara khusus dalam ilmu kimia. Kemampuan atom C, H, O,
N, dan unsur-unsur tertentu membentuk ikatan kovalen sangat banyak.
Atom C dapat berhubungan satu sama lain dalam bentuk rantai lurus,
bercabang, maupun berbentuk cincin. Susunan ikatan atom-atom C
dalam bentuk rantai lurus, bercabang maupun cincin, ini jumlahnya
hampir tak terbatas dan beragam.
Sebenarnya, kimia organik hanya membahas senyawa-senyawa
yang berasal dari makhuk hidup saja. Makhluk hidup diperkirakan
memiliki kekuatan vital yang diperlukan untuk mensintesis senyawasenyawa kimia terutama C, H, O, N, dan unsur tertentu.
Pada

tahun

1928

ahli


kimia

Jerman

Friedrich

Wohler

memanaskan amonia sianat (senyawa anorganik) dan diperolehnya
senyawa organik yakni urea.
KOCN + NH4Cl

KCl + NH4OCN

NH4OCN

H2NCONH2

Amonium sianat


Urea

Urea yang terbentuk dengan cara ini terbukti identik dengan urea
yang diisolasi dari air seni, sehingga kimia organik pada saat ini tidak
hanya merupakan ilmu kimia yang tidak hanya membicarakan
senyawa-senyawa yang berasal dari makhluk hidup tetapi lebih luas
yaitu membicarakan senyawa karbon secara menyeluruh, sehingga
kimia organik sekarang lebih dikenal dengan kimia karbon.
B. Standar Kompetensi
Mendeskripsikan kimia karbon.

1

C. Indikator
1. Menjelaskan tata nama senyawa karbon.
2. Mendeskripsikan sifat-sifat senyawa karbon.
3. Mendeskripsikan gugus fungsi dan reaksinya.
4. Menjelaskan isomer ruang dan strukturnya.
D. Ruang Lingkup

Paling sederhana di antara senyawa karbon adalah senyawa
hidrogen dan karbon atau hidrokarbon yang terdiri dari rantai alkana,
alkena, dan alkuna. Golongan hidrokarbon lain adalah golongan
hidrokarbon aromatik yang didasarkan pada molekul benzena, (C6H6).
Sifat-sifat fisik satu golongan hidro karbon seperti misalnya titik lebur
dan titik didih umumnya mengikuti pola sejalan dengan kenaikan
bobot molekul.
Sejumlah besar senyawa organik dihasilkan dengan masuknya
atom-atom atau kelompok-kelompok atom (gugus fungsi) tertentu
dalam struktur hidrokarbon. Gugus-gugus substituen ini dimasukkan
melalui reaksi-reaksi kimia. Alkana dan hidrokarbon aromatik reaksi ini
didasarkan reaksi subtitusi. Suatu gugus fungsi menggantikan
kedudukan atom H dalam hidrokarbon. Alkena dan alkuna reaksi
berlangsung secara adisi: atom-atom gugus fungsi bergabung dengan
atom C dalam kedudukan tidak jenuh (ikatan rangkap).
Keisomeran sering dijumpai pada senyawa organik. Salah satu
keisomeran adalah molekul-molekul dengan atom C sama, tetapi salah
satunya mempunyai rantai cabang C. Bentuk keisomeran yang lain
didasarkan perbedaan kedudukan terikatnya gugus fungsi pada rantai
atau cincin hidrokarbon. Keisomeran yang lain lagi didasarkan pada

perbedaan orientasi gugus subtitusi dalam ruang (Cis-Trans). Dalam
modul ini akan dikemukakan tatanama senyawa Karbon, sifat-sifat
senyawa karbon, dan gugus fungsional sebagai dasar untuk
mempelajari senyawa karbon selanjutnya.

2

BAB II
KIMIA KARBON
A. Tata Nama Senyawa Karbon
Pemberian nama senyawa karbon merupakan hal yang paling
penting untuk menyatakan apakah suatu variasi struktur itu merupakan
isomer atau bukan. Jadi, untuk membedakan isomer senyawa satu
dengan yang lainnya dengan melihat contoh berikut.
CH3 - CH=C - CH - CH - CH2




CH3 CH3


dan

CH3 - CH2 - CH2 - CH = CH - CH3
Dengan pemberian nama pada senyawa tersebut, dapat
diketahui bahwa kedua struktur itu menyatakan senyawa yang sama.
Kemajuan kimia organik yang sangat pesat pada awal abad ke20, memerlukan pemberian nama terhadap senyawa organik secara
sistematik yang dihubungkan dengan strukturnya. Pemberian nama ini
diawali pada konfrensi di Genewa pada tahun 1892 yang diatur
kemudian pada tahun 1922 oleh International Union of Pure and
Applied Chemistry (IUPAC).
Peraturan tata nama yang diterbitkan oleh IUPAC dianut oleh
para ahli kimia di dunia di samping masih tetap digunakan nama trivial
yaitu nama yang tidak bersistem tetapi telah lazim digunakan. Nama
trivial tidak tergantung pada struktur tetapi menyiratkan asal-usul atau
sifatnya. Nama trivial digunakan apabila nama bersistem terlalu
panjang dan sering diterapkan untuk senyawa makro molekul seperti
untuk senyawa protein.
Senyawa hidro karbon sering membingungkan, karenanya sistem
penamaan IUPAC digunakan untuk memudahkan. Pada bagian berikut


3

ini akan dibahas penamaan secara IUPAC untuk senyawa karbon
berikatan

rangkap,

alkohol,

eter,

alkanal,

alkanon,

asam

alkanoat/karboksilat, ester, dan senyawa amina secara sederhana.
1. Tatanama senyawa karbon berikatan rangkap, tatanamanya

sebagai berikut:
a. Rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap
merupakan rantai induk. Nama rantai induk ini sesuai dengan
alkana dengan mengganti akhiran –ana menjadi –ena.
b. Penomoran atom karbon dimulai dari ujung yang menyatakan
tempat ikatan rangkap dengan ikatan rendah.
H


H



H



Contoh: CH3 - CH2 - C - C - C = CH2





Cl



CH3 H

Rantai terpanjang mengandung ikatan rangkap dengan 5
atom karbon, namanya pentena. Penomoran dimulai dari ujung
kiri karena letak ikatan rangkap menunjukkan nomor terendah.
Senyawa tersebut namanya 2 pentena. Contoh lain:
H



H




H



CH3 - CH2 - C - C - C = CH2


Cl





CH3 H

Rantai terpanjang mengandung ikatan rangkap dengan 6
atom

karbon.


Jadi,

rantai

induknya

bernama

heksena.

Penomoran dimulai dari ujung kanan karena tempat ikatan
rangkap menunjukkan nomor rendah. Senyawa ini mengandung
gugus alkil dan atom halogen. Biasanya, halogen disebut lebih
dahulu, maka namanya adalah 4 kloro 3 metil 1 heksana.

4

c. Senyawa berikatan rangkap dengan isomer geometrik yang
mempunyai dua cara penamaan dengan awalan sis- bila atomatom terletak pada sisi yang sama pada ikatan rangkap dan
berawalan trans- manakala atom-atom terletak pada sisi

berlawanan.
CH3


CH3

H





Contoh: C = C




H

H

CH3

dan



C =

C





CH3

H

Atom-atom karbon pada senyawa di atas saling berikatan
dengan ikatan rangkap yang tak dapat berputar secara bebas.
Pada struktur pertama kedudukan kedua gugus metil terletak
pada sisi yang sama pada ikatan rangkap, jadi namanya sis 2
butena. Pada struktur kedua kedudukan gugus metil terletak
pada sisi berlawanan, jadi namanya trans 2 butena.
d. Senyawa hidrokarbon berikatan rangkap yang berbentuk cincin
yaitu senyawa hidrokarbon aromatik, cincin benzena dianggap
sebagai induk sama seperti alkana rantai lurus. Gugus alkil,
gugus halogen, gugus amino (-NH2), dan gugus nitro (-NO2)
yang terikat pada cincin benzena disebut mendahului benzena.
Contoh:
CH3

Metilbenzena

Cl

NH2

NO2

Klorobenzena Aminobenzena Nitrobenzena

Senyawa pertama terkenal dengan nama trivial toluena dan
senyawa ketiga dikenal dengan nama trivial anilina.
Gugus lain yang sering terikat pada cincin benzena adalah
gugus (-CO-OH yang memberi senyawa dengan nama trivial
asam benzoat

-CO-OH dan gugus –OH yang memberi

5

senyawa dengan nama trivial fenol

-OH)

Pada cincin benzena terdapat penomoran sebagai berikut:
1
6

2

5

3
4

Bila pada C-1 sudah terisi dengan gugus tertentu, maka
kedudukan pada nomor 2 atau 6 disebut kedudukan orto dan
ditulis o-. Pada kedudukan nomor 4 dan 5 disebut kedudukan
meta dan ditulis m- dan pada kedudukan nomor 4 disebut
kedudukan para dan ditulis p-.
Contoh:
Cl

Cl

Cl
CH3
CH3
CH3

o-metilklorobenzena

m-metilklorobenzena

p-metilklorobenzena

Senyawa di atas dapat dinamakan dengan toluen sebagai
induknya, sehingga berurutan namanya menjadi o-klorotoluena,
m-klorotoluena, dan p-klorotoluena.
Bila cincin benzena terikat pada suatu rantai alkana yang
memiliki gugus fungsi atau yang memiliki 7 atom karbon atau
lebih, maka benzena itu dianggap sebagai rantai cabang yang
disebut gugus fenil.
Contoh:
CH2-CH2-OH

2-fenil-1-etanol

C (CH2)5-CH3

2 feniloktana

6

2. Tata cara penamaan senyawa alkohol adalah sebagai berikut:
a. Rantai karbon terpanjang tempat –OH terikat pada rantai induk.
Rantai induk diberi nama sesuai dengan alkana yang akhiran –a
diganti dengan –ol.
b. Penomoran dimulai dari ujung yang memberikan nomor rendah
pada tempat –OH terikat.
c. Gugus aki atau gugus lainnya yang terdapat pada rantai,
penamaannya sesuai dengan aturan yang berlaku dengan
menyebutnya lebih dahulu.
H


Contoh: CH3 - CH2 - C - CH3


OH
Rantai karbon terpanjang yang mengandung –OH adalah
empat, hingga namanya menjadi butanol. Penomoran dimulai
dari ujung kanan karena memberikan nomor rendah pada
tempat –OH terikat. Senyawa tersebut namanya 2 butanol.
H


Contoh lain: CH3 -CH2 -CH2 - C - CH2 - CH2-OH


CH3
Rantai karbon terpanjang yang mengandung –OH adalah 6,
hingga namanya menjadi heksanol. Penomoran dimulai dari
ujung kanan, karena memberikan nomor terendah pada –-OH
terikat. Senyawa tersebut adalah 3 metil-1 heksanol. Bila
alkohol

mempunyai lebih dari

satu gugus

–OH,

maka

dinamakan poliol, Contoh: diol untuk 2 gugus –OH, triol untuk 3
gugus –OH. Diol yang paling sederhana adalah:

7

CH2 - CH2 namanya 1.2 etanadiol




OH

OH

Dengan nama trivial glikol dan triol yang paling sederhana
adalah:
CH2 - CH - CH2






OH

OH

OH

Namanya 1.2.3 propanatriol dengan nama trivial gliserol.
3. Pemberian nama senyawa eter .
Pemberian nama eter mengunakan sistem lain yaitu penambahan
nama eter pada gugus alkilnya. Senyawa CH3 – O - C2H5 namanya
etilmetileter. Bila gugus alkilnya sama seperti CH3 - O - CH3,
digunakan awalan di- untuk menyatakan 2 gugus yang sama. Jadi,
namanya dimetileter. Kadang-kadang awalan di- dihilangkan, jadi
seandainya Anda menemukan senyawa yang namanya etileter,
artinya strukturnya adalah C2H5 - O - C2H5. Untuk senyawa eter
yang lebih rumit, baru digunakan aturan IUPAC yaitu dengan
menambahkan awalan alkoksi- untuk gugus –OR (gugus alkoksil)
yang dianggap sebagai cabang.
H


Contoh: CH3 - CH2 – O - CH2 - CH2 - CH2 - C - CH3


OH
Di sini yang dianggap rantai induk adalah yang mengandung –
OH dengan rantai karbon terpanjang 5, jadi namanya pentanol.
Penomoran dimulai dari ujung kanan, karena memberi nomor
rendah pada tempat –OH terikat dan –OC2H5 menempati nomor 5,
jadi namanya 5-etoksi 2 pentanol.

8

4. Tata nama senyawa aldehid
a. Rantai karbon terpanjang yang mengandung gugus karbonil
(C=O) dinyatakan sebagai rantai induk. Namanya sesuai
dengan alkana hanya akhiran –a diganti dengan –al.
b. Penomoran selalu dimulai dari karbon yang merupakan gugus
karbonil.
c. Nomor cabang gugus alkil sesuai dengan aturan yang telah
berlaku dan ini disebutkan lebih dahulu.
H


H



Contoh: CH3 - CH2 - C - C = O




CH3 H
Rantai terpanjang yang mengandung gugus karbonil
adalah empat, jadi namanya butanal. Karena karbon yang
merupakan gugus karbonil selalu bernomor 1, maka gugus metil
berkedudukan

pada

nomor

2.

Nama

senyawanya

2-

metilbutanal.
5. Tata nama senyawa keton
a. Rantai terpanjang yang mengandung gugus karbonil ditentukan
sebagai rantai induk. Namanya sesuai dengan alkana hanya
akhiran –a diganti oleh –on.
b. Penomoran dimulai dari ujung yang memberi nomor terendah
pada tempat gugus karbonil terikat.
c. Nomor cabang gugus karbonil sesuai dengan aturan yang telah
berlaku dan ini disebut lebih dahulu.

9

H


Contoh: CH3 - C - CH3 - CH2 - CH3


O - CH3
Rantai terpanjang yang mengandung gugus karbonil
adalah 5, jadi nama rantai induknya pentanon. Penomoran
dimulai dari ujung kiri karena gugus karbonil berada pada nomor
terendah. Nama senyawa tersebut adalah 3-metil –2- pentanon.
Senyawa keton mempunyai nama lain dengan membubuhi
nama keton di samping nama gugus alkilnya, jadi 3-metil-2pentanon dinamakan juga metil-se-butil- keton. Nama trivial juga
sering digunakan, propanon mempunyai nama trivial aseton.
6. Sistem IUPAC untuk tata nama asam
a. Rantai terpanjang yang mengandung gugus karbokil (-coo-)
ditentukan sebagai rantai induk dengan gugus karboksil selalu
dituliskan terakhir. Nama rantai induk diberi akhiran –oat dan
ditambah nama asam pada awal nama.
b. Penomoran selalu dimulai dari karbon yang merupakan gugus
karboksil.
c. Nomor cabang gugus karboksil sesuai dengan aturan yang
telah berlaku dan ini disebutkan lebih dahulu.
H



Contoh: CH3 - CH2 - C - CH2 -CO-OH


CH3
Rantai karbon terpanjang yang mengandung gugus
karboksil adalah lima, hingga nama rantai induk bernama
pentanoat. Penomoran dimulai dari karbon yang merupakan

10

gugus karboksil, hingga gugus metil terletak pada nomor 3.
Nama senyawa tersebut adalah asam 3-metilpentanoat. Asam
organik juga mempunyai nama trivial seperti asam format untuk
HCO-OH, asam asetat untuk CH3CO-OH, asam propionat untuk
C2H5CO-OH, asam butirat untuk C3H7CO-OH, dan asam valerat
untuk C4H9-CO-OH. Nama trivial ini sering digunakan dalam tata
nama senyawa ester seperti metilasetat untuk C3CO-OH3.
7. Senyawa karbon yang mengandung N
Gugus fungsi –NH2 disebut amina. Secara teoritis, amina
diturunkan dari amonia dengan mengganti satu, dua, atau tiga atom
hidrogennya dengan gugus alkil yaitu:
R - N - H yang disebut amina primer,


H
R - N - H yang disebut amina sekunder,


R
Dan R - N - R yang disebut amina tersier.


R
Tata nama untuk senyawa amina dinamakan dengan nama
gugus alkil yang diikuti dengan ahiran amina.
Contoh: CH3NH2 metol amina (CH3) 2NH dimetil amina
NH2


CH3N(C2H5)2 dimetilamina CH3 - CH2 - CH2 - CH2 - CH - CH3
Sek. Amilamina
Anda perhatikan senyawa keempat. Walaupun dalam namanya ada
kata sek. (sekunder), tapi amina ini bukan merupakan amina

11

sekunder. Amina ini merupakan amina primer, karena hanya 1 at H
yang diganti oleh gugus alkil dan dalam hal ini, gugus alkilnya itulah
yang merupakan gugus sekunder, karena gugus –NH2 terikat pada
atom C yang mengikat 2 atom C lain (amil adalah nama trivial untuk
pentil).
Senyawa karbon yang mengandung gugus –NH2 (gugus
amino) dan gugus karboksil dikenal dengan nama asam amino.
Penamaan asam amino biasanya menggunakan nama asam trivial

dengan menambahkan , atau  pada gugus –NH2 terikat. Atom C
yang mengandung gugus karboksil disebut atom C- dan yang di
sebelahnya disebut atom C-β dan di sebelahnya lagi atom C-.
H


Contoh: CH3 - C - C = O




NH2 OH

Namanya asam  aminopropionat dengan nama trivial alanina.
Menurut aturan IUPAC, namanya asam 2-aminopropanoat.
B. Sifat-Sifat Senyawa Karbon
Sifat senyawa karbon pada dasarnya ditentukan oleh struktur
senyawa karbon tersebut, seperti titik didih hidrokarbon bertambah bila
jumlah atom karbon bertambah. Kebanyakan senyawa karbon lebih
ringan daripada air.
Karena sifat senyawa itu tampak melalui strukturnya, maka suatu
isomer dapat dipisahkan dari isomer lainnya. Dibandingkan dengan
alkana, alkena sedikit lebih mudah larut dalam air, karena adanya
elektron pi yang dapat ditarik oleh hidrogen (dari air) yang bermuatan
positif.
Pada senyawa karbon aromatik, isomernya dibedakan dari titik
lelehnya. O-xilena (o-dimetilbenzena atau o-metiltoluena) mempunyai

12

titik leleh –25oC, m-xilena mempunyai titik leleh –48oC sedangkan pzilena titik lelehnya 13oC. Mengapa p-xilena mempunyai titik leleh yang
paling tinggi? Hal ini disebabkan karena p-xilena mempunyai bentuk
lebih simetris dan dapat membentuk kisi kristal yang lebih teratur dan
lebih kuat dalam keadaan padat daripada isomer O- dan m- yang
kurang simetris. Kekhasan ini berlaku pada isomer p- senyawa
aromatik lainnya.
Alkohol merupakan isomer fungsi dari eter. Kedua isomer itu
dapat dipisahkan melalaui titik didihnya. Alkohol mempunyai titik didih
yang lebih tinggi daripada eter dengan berat molekul yang sama.
Dimetileter mempunyai titik didih –24oC sedangkan etanol titik didihnya
78,3o dan dietileter mempunyai titik didih –34,6oC sedangkan 1-butanol
titik didihnya 117oC. Mengapa alkohol mempunyai titik didih yang lebih
tinggi? Manakala Anda perhatikan strukturnya, ternyata alkohol dapat
membentuk ikatan hidrogen antarmolekulnya, sedangkan eter tidak
dapat. Karena alkohol mempunyai ikatan hidrogen antar molekul itulah
yang menyebabkan titik didih alkohol tinggi. Adanya ikatan hidrogen
antar molekul menyebabkan larutnya suatu senyawa dalam senyawa
lain, seperti larutnya alkohol dalam air, larutnya eter dalam air, larutnya
amina dalam air, dan sebagainya.
Kelarutan suatu senyawa dalam senyawa lain tidak selalu
disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen antar molekul, tetapi dapat
disebabkan juga oleh kepolaran senyawa-senyawa tersebut. Senyawa
polar larut dalam senyawa polar lainnya, seperti senyawa organik larut
dalam air, senyawa ion larut dalam alkohol tetapi tidak larut dalam eter.
Gugus karbonil lebih polar daripada gugus C-O dalam alkohol atau
eter karena itu melakukan tarik menarik dipoldipol antar molekul. Ini
merupakan salah satu sebab adehid atau keton mendidih pada suhu
yang lebih tinggi daripada senyawa eter yang berat molekulnya sama.
Tetapi karena aldehid atau keton tak dapat membentuk ikatan

13

hidrogen dengan sesamanya, titik didihnya lebih rendah daripada
alkohol padanannya.
Senyawa organik dapat membentuk dua ikatan hidrogen antara
sepasang

senyawa

molekul,

sehingga

terbentuk

dimer

asam

karbosilat. Karena kuatnya ikatan hidrogen ini (kira-kira 10 kkal/mol
untuk dua ikatan hidrogen), asam karboksilat dijumpai dalam bentuk
dimer, bahkan dalam fase uap.
Ikatan Hidrogen
O

H

O

CH3C

C-CH3

O

H

O

Ikatan Hidrogen

Senyawa amina mempunyai ikatan hidrogen yang lebih lemah
daripada alkohol, karena itu, titik didihnya lebih rendah daripada
senyawa alkohol dengan berat melekul yang sama. Karena tak
mempunyai ikatan NH, amina tersier dalam cairan murni tidak
membentuk ikatan hidrogen. Titik didih amina tersier lebih rendah
daripada amina primer atau sekunder yang berat molekulnya sama.
Isomer geometrik juga dapat dibedakan dari titik didihnya, seperti
sis-1.2-dikloroetana mempunyai titik didih 60oC sedangkan trans-1.2dikloroetana titik didihnya 48oC, sis-2-butenan mempunyai titik didih
3,72oC sedangkan trans –2-butena titik didihnya 0,88oC. Karena titik
didihnya berbeda, jelas kedua struktur sis dan trans itu merupakan
suatu isomer.
Senyawa karbon dengan atom C kiral mempunyai sifat yang khas
yaitu dapat memutar bidang polaritas cahaya ke kiri atau ke kanan.
Penentuan arah putaran ini menggunakan suatu alat yang dinamakan
polarimeter. Skemanya digambarkan sebagai berikut.

14

Cahaya
biasa

Suatu

Lensa
polarisasi

polarimeter

Cahaya
terpolarisasi
bidang

adalah

terputar

Larutan suatu
enansiomer

alat

yang

dirancang

untuk

mempolarisasikan cahaya dan kemudian mengukur sudut putar bidang
polarisasi cahaya oleh suatu senyawa karbon yang kiral. Besarnya
putaran

bergantung

kepada

struktur

molekul,

suhu,

panjang

gelombang cahaya yang digunakan, dan banyak molekul pada jalan
cahaya.
Suatu senyawa karbon kiral mempunyai sudut putar tertentu yang
dinyatakan dengan µ yang besarnya adalah:
20

(µ) D =


1k

20

(µ) D = sudut putar jenis garis D natrium pada 20oC
µ = sudut putar teramati pada 20 oC
1 = panjang tabung dalam dm
k = konsentransi larutan Contoh dalm g/ml
Karena mempunyai sudut putar, senyawa karbon kiral yang
berbeda struktur ruangnya yang dikatakan berstereoisomer atau
masing-masing disebut enansiomer dapat dinyatakan mana yang
memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan (dekstrorotari) dan mana
bayangan cerminnya yang memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri
(levorotari). Kedua enansiomer itu mempunyai sifat fisis (titik leleh, titik
didih) sama, hanya berbeda dalam putaran bidang polarisasi cahaya
ini. Oleh karena itu, kedua enansiomer disebut isomer aktif optis.

15

Kegiatan 1

KOMPOSISI SENYAWA KARBON
I. Pendahuluan
Di alam ini terdapat sejumlah besar senyawa karbon. Hal ini
disebabkan atom karbon ( C ) dapat membentuk ikatan dengan atom
unsur-unsur lain, misalnya dengan atom unsur hidrogen, oksigen, dan
nitrogen.
Dalam kegiatan ini anda akan berlatih mengamati, merangkai alat,
meramalkan, dan menyimpulkan.
II. Tujuan
Setelah

melakukan

percobaan

ini

diharapkan

anda

dapat

menyebutkan unsur-unsur yang terdapat dalam senyawa hidrokarbon.
III. Alat dan Bahan
Tabung reaksi 3 buah
Rak tabung reaksi
Statif dan klem
Pembakar spiritus
Penjepit tabung
Spatula
Batang pengaduk
Pipa pengalir
Sumbat gabus berlubang

Gula pasir
Glukosa
Roti kering
Tembaga (II) oksida
Air kapur
Korek api
Pipet tetes
Kertas kobal klorida

IV. Cara kerja dan pengamatan
i. Masukkan gula pasir, glukosa, dan bubuk roti kering masingmasing ke dalam tabung reaksi kering kira-kira ¼ tinggi tabung
reaksi. Letakkan ketiga tabun g tersebut pada rak tabung reaksi.
ii. Tetesilah kertas kobal klorida kering dengan 2 tetes air. Amati
perubahan warma yang terjadi!

Setelah itu keringkan lagi dan

amati perubahan warna yang terjadi.

Perubahan warna yang

terjadi digunakan untuk menguji adanya uap air atau air.

16

1. Bagaimanakah warna kertas kobal klorida kering setelah ditetesi
air?
…………………………………………………………………………
2. Bagaimanakah warna kertas kobal klorida setelah dikeringkan
kembali?
…………………………………………………………………………
iii. Ambilah tabung yang berisi gula pasir. Panaskan tabung tersebut
sampai terjadi perubahan. Amati!
3. Adakah titik-titik zat cair yang terbentuk pada dinding tabung
reaksi?
…………………………………………………………………………
4. Menurut pendapat Anda, kira-kira zat cair apakah yang terdapat
pada dinding tabung itu?
…………………………………………………………………….........
5. Zat padat apakah yang terbentuk pada dasar tabung reaksi?
Bagaimana warnanya?
……………………………………………………………………...
Ujilah titik-titik zat cair yang terbentuk dengan kertas kobal klorida.
6. Adakah

perubahan

warna

pada

kertas

kobal

klorida

tersebut?.......................................................................................
Samakah perubahan warna yang terjadi dengan perubahan warna
pada percobaan b
.......................................................................................................
7. Menurut pendapat anda apakah yang menyebabkan kertas
kobal klorida perubahwarnanya?..............................................

17

iv. Lakukanlah percobaan yang sama untuk glukosa dan roti kering
seperti pada langkah

c. catatlah perubahan –perubahan

yang

terjadi.
v. Ambillah kembali tabung reaksi yang berisi hasil pemanasan gula
pasir. Masukkan ke dalam tabung tersebut seujung spatula
tembaga (II) oksida (CuO ). Tutup tabung reaksi tersebut dengan
sumbat gabus yang dilengkapi pipa pengalir, kemudian hubungkan
pipa tersebut dengan tabung reaksi yang berisis air kapur.
Panaskan tabung yang berisi campuran hasil pemanasan gula
dengan CuO. Catat perubahan-perubahan yang terjadi !
1. Adakah perubahan dalam tabung yang dipanaskan ?
…………………………………………………………………………
a. Apakah yang terjadi di dalam tabung yang berisi air kapur ?
…………………………………………………………………………
b. Gas apakah yang menyebabkan air kapur berubah ?
…………………………………………………………………………

V. Pertanyaan
1. Dari hasil percobaan yang anda peroleh unsur apa saja yang
terdapat dalam senyawa yang anda uji ?
......................................................................................................
2. Apakah fungsi tembaga (II) oksida dalam percobaan itu ?
…………………………………………………………………………

18

C. Gugus Fungsional
Gugus fungsional adalah gugus/atom yang terikat pada rantai
senyawa karbon sehingga dapat dibedakan dengan senyawa karbon
yang lain. Senyawa-senyawa karbon dengan gugus fungsi tertentu
memiliki sifat yang tertentu pula.
Gugus Fungsional Senyawa Karbon
No

Gugus
Fungsional

Golongan
Rumus Umum

1.

— OH

Alkanol (alkohol)

CH3OH

2.

— OR

Alkoksi alkana
(eter)

CH3 — O — CH3

3.

O

H
O

4.

— C
OH
O

6.

Asam alkanoat
(as. karbosilat)

CH3
O
CH3 — C
OH
O

Ester

— C

CH3 — C

— NH2
— X

Aseton (dimetil
keton)

Asam etanoat
(asam asetat)

Metil etanoat
(metil asetat)

O — CH3

OR

Catatan

H
O
CH3 — C

RO

Metanol (metil
alkohol)
Metoksi metana
(dimetil eter)

CH3 — C

Alkanon (keton)

— C
5.

Nama Senyawa

O
Alkanon (aldehid)

— C

7.
8.

Contoh Senyawa

Amina
Alkilhalida
(haloalkana)

CH3 — NH2
CH3 — Cl

Metil amina

R = gugus alkil
X = atom halogen

19

1. Alkohol
Alkohol adalah senyawa turunan alkana yang satu atomnya diganti
dengan gugus hidroksil atau gugus OH.
Rumus umum :
CnH2n+1OH atau R—OH dengan R adalah gugus alkil (CnH2n+1)
2. Eter
Eter mempunyai gugus fungsional –O-- dan mempunyai rumus
umum :
R1 – O – R2 di mana R1 dan R2 adalah alkil yang dapat sama
ataupun berbeda.
3. Alkanal/Aldehida
O
Alkanal/aldehida mempunyai gugus fungsional -- C
H
Atau C-H-O. Aldehida mempunyai rumus umum
CnH2n+1CHO atau R—CHO dengan R adalah gugus alkil (CnH2n+1)
4. Keton/Alkanon
Keton/alkanon mempunyai gugus fungsional -- C = O yang disebut
dengan gugus karbonil atau R-CO-R. Keton mempunyai rumus
umum R1 – CO – R2 dengan R adalah gugus alkil (CnH2n+1) bisa
sama atau berbeda.
5. Asam Alkanoat/Asam alkana karboksilat
O
Asam Alkanoat mempunyai gugus fungsional -- C
OH
Atau COOH. Aldehida mempunyai rumus umum C nH2n+1COOH
atau R—COOH dengan R adalah gugus alkil (C nH2n+1)

20

6. Ester
O
Ester mempunyai gugus fungsional -- C
O - R’
atau COOR.

Aldehida mempunyai rumus umum C nH2n+1COOR

atau R—COOR’ dengan R adalah gugus alkil (CnH2n+1) R dapat
sama atau berbeda.
7. Amina
Amina adalah senyawa turunan amoniak (NH3) yang sebuah atom
H atau lebihnya diganti dengan gugus alkil atau hidro karbon lain.
a. Amina primer
Jika suatu atom H diganti dengan gugus alkil R disebut dengan
amina primer. Amina primer mempunyai gugus fungsional --NH2
dengan rumus umum R—NH2 diberi nama amina primer.
b. Amina sekunder
Amina sekunder terjadi bila dua atom H pada amoniak diganti
dengan gugusalkil R1 dan R2. Amina sekunder mempunyai
gugus fungsional –N –


H
Amina sekunder mempunyai rumus umum R1 –NH—R2
c. Amina tersier
Amina tersier terjadi bila tiga atom H pada amoniak diganti
dengan gugus alkil R1, R2, dan R3.
Amina tersier mempunyai gugus fungsional --N
Dengan rumus umum R1 – N – R2


R3

21

KEGIATAN 2

GUGUS FUNGSI SENYAWA KARBON
Tujuan
a. Mengidentifiksi gugus fungsi –OH
b. Mengidentifikasi gugus fungsional alkoksi (-O-)
c. Mengidentifikasi gugus fungsional alkanoat
d. Mengidentifikasi gugus fungsional alkanal
e. Gugus fungsional alkanon
1. Dasar Teori
Gugus fungsional ialah gugus atom yang terdapat senyawa karbon
yang memberi ciri khas dalam deret homolognya. Gugus fungsional
sangat penting dalam mempelajari reaksi-reaksi organik. Dengan
perkataan lain, gugus fungsional adalah gugus atom yang dapat
membedakan suatu golongan dari golongan lain dalam senyawa
karbon. Senyawa-senyawa karbon turunan alkana memiliki gugus
fungsional tertentu dengan sifat-sifat tertentu pula.
Sifat senyawa yang sudah memiliki gugus fungsional ditentukan oleh
gugus fungsionalnya oleh karena pada reaksi organik pereaksi akan
menyerang

gugus

fungsional.

menyebabkan perubahan sifat

Perubahan
senyawa

gugus

asal.

fungsional

Tiap-tiap gugus

fungsional mempunyai sifat spesifik (hanya dapat bereaksi dengan
pereaksi tertentu). Contoh :
a.

Gugus fungsional alkohol (-OH) bereaksi dengan logam Na, PCl3
dan PCl5.

b. Gugus fungsional alkoksi (-O-) bereaksi dengan HI.
c. Gugus fungsional alkanoat dapat mengubah warna lakmus biru
menjadi merah.

22

Gugus fungsional alkanal bereaksi dengan pereaksi Benedict,
Fehling, Tollens.
—C=O
l
H
Gugus fungsional alkanal
d. Gugus fungsional alkanon bereaksi dengan haloform (dengan
halogen dalam pengaruh basa kuat).

2. Eksperimen gugus fungsi
Tujuan : mengamati beberapa sifat khusus dari beberapa gugus
fungsional.
Alat dan bahan yang digunakan
Alat yang
digunakan
Tabung reaksi
Rak tabung
Pipet tetes
Gelas ukur

Ukuran
/
satuan
Kecil
5 mL

Bahan yang
digunakan
Indikator P, Q R, S
Larutan merah-biru
Fehling
Larutan Tollens
Larutan KMn O4

Ukuran/
satuan
Larutan
-

3. Cara Kerja Percobaan I
a. Isilah 4 tabung reaksi dengan 2 mL larutan P.
b. Tabung :
1) Ditambah lakmus biru
2) Ditambah 2 tetes larutan Fehling
3) Ditambah 2 tetes larutan Tollens
4) Ditambah 2 tetes larutan KMnO4
Amati apa yang terjadi pada larutan P tersebut!
c. Ulangi percobaan terhadap larutan Q, R, S!

23

4. Cara Kerja Percobaan 2
a. Ambil 2 mL larutan etanol dan 2 mL larutan asam asetat.
b. Campurkan kedua larutan tersebut dan tambahkan 10 tetes larutan
H2SO4 pekat tetes demi tetes, amati baunya.
c. Panaskan campuran tersebut dan amati bau yang terjadi.

24

D. Evaluasi
1. Buat isomer-isomer dan namanya dari rumus kimia di bawah ini!
a. C7H16
b. C4H10O
c. C6H12O dalam deret homolog keton.
d. C5H10O2
2. Buatlah isomer-isomer geometri, namanya, dan rumus molekul
dari molekul;
a. C2H2F2
b. C6H12
c. Asam amino propional
d. 2 Heksanol.
3. Buat isomer-isomer rangka, posisi, dan fungsi dari rumus molekul
di bawah ini berikut namanya!
a.

C4H10O

b.

C6H12O

c.

C6H12O2

25

BAB III
PENUTUP

Senyawa organik atau senyawa karbon adalah senyawa yang
mengandung unsur karbon (C) dan hidrogen (H) sehingga sering disebut
senyawa hidrokarbon. Selain mengandung unsur karbon dan hidrogen,
senyawa karbon pada umumnya mengandung unsur oksigen (O), dan
Nitrogen (N), serta beberapa unsur lain seperti belerang (S) dan unsurunsur halogen seperti flour (F), klor (Cl), dan brom (Br). Contoh senyawa
karbon lainnya adalah alkohol, eter, alkanal (aldehida), alkanon (keton),
asam alkanoat (asam karboksilat), alkil alkanoat (ester), dan amina.
Atom karbon (C) sebagai penyusun utama senyawa karbon
mempunyai sifat yang khas dan dapat membentuk variasi rantai karbon
yang jumlahnya sangat banyak, maka diperlukan penamaan secara
internasional yaitu melalui IUPAC agar mudah dipelajari.
Keisomeran sering dijumpai pada senyawa organik. Salah satu
keisomeran adalah molekul-molekul dengan atom C sama tetapi salah
satunya mempunyai rantai cabang C. Bentuk keisomeran yang lain
didasarkan perbedaan kedudukan terikatnya gugus fungsi pada rantai
atau cincin hidrokarbon. Keisomeran yang lain lagi didasarkan pada
perbedaan orientasi gugus subtitusi dalam ruang (Cis-Trans).
Gugus fungsional adalah gugus/atom yang terikat pada rantai
senyawa karbon sehingga dapat dibedakan dengan senyawa
yang lain. Senyawa-senyawa

karbon

karbon

dengan gugus fungsi tertentu

memiliki sifat yang tertentu pula.

26

DAFTAR PUSTAKA

Budy, J.E. 1995. General Chemistry Principle & Structure Fith. Edition;
Singapore.Jhon Willey & Sons Inc.
Depdiknas, 2003. Kurikulum KBK 2004.
Depdikbud, 1997. Kimia SMU III, Kumpulan Lembar Kerja Siswa.
Jakarta: Proyek Alat-alat IPA dan Pemantapan Kerja Guru,
Direktorat Pendidikan Menengah Umum 2003. Contoh Silabus dan
Sistem Penilaian. Jakarta: Depdiknas
Fessenden, R.J. & J.B. Fessenden, 1983. Kimia Organik, Edisi Kedua,
Jilid I, Terjemahan Endayana Pudjatmaka. Jakarta.Erlangga.
Harry Firman dan Liliasari, 1994, Kimia III untuk SMU Kelas III, Balai
Pustaka. Jakarta: Depdikbud.
Morrison, R. T., Robert Neilson Boyd, 1977. Organic Chemistry. Trird
Edition. India: Prentice-Hall.
Keenan, Kleinfelter, 1999. Ilmu Kimia Untuk Universitas JILID II; Harper
& Row. Publisher Inc. Jakarta: Penerbit Erlangga.
PKG, JPA. 1998. Bahan Mengajar dan Analilisis Materi Perkuliahan
Kimia, Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SMU,
Jakarta: Depdikbud
Sastrawijaya & Juariah 1986. Kapita Selekta Kimia Sekolah II. Jakarta.
Universitas Terbuka
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar JILID III. FPMIPA IKIP Padang, Bandung:
Penerbit ITB.

27