LAPORAN RESMI KIMIA ANORGANIK (2)
LAPORAN RESMI KIMIA ANORGANIK
Nama/Nim
: Muhamad Syaiful Ampri (652015011)
Tanggal Praktikum
: 16 November 2016
Judul
: Pembuatan Logam Asetilasetonat Kompleks ( Fe3+ dan Mn3+)
I.
LANDASAN TEORI
Kimia koordinasi atau kimia kompleks adalah bagian dari ilmu kimia yang
mempelajari senyawa-senyawa koordinasi atau senyawa kompleks. Senyawa-senyawa ini
molekul-molekulnya tersusun dari gabungan dua atau lebih molekul yang sudah jenuh
(Sukardjo, 1985).
Senyawa kompleks merupakan jenis senyawa yang molekul atau ionnya dapat
membentuk ikatan koordinasi dengan atom logam atau ion. Spesies koordinasi (disebut
ligan) memiliki pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan untuk logam atom
atau ion lainnya, seperti ion amonia atau air, atau negatif seperti Cl - atau CN-. Kompleks
yang dihasilkan mungkin netral atau mungkin menjadi ion kompleks (Daintith, 2004).
Beberapa atom mempunyai tenaga yang dapat mempersatukan atom-atom,
gugusan mereka atau molekul-molekul dengan penggunaan valensi sekunder. Atom-atom
atau gugusan yang terikat dengan valensi sekunder dinamakan terkoordinasi dengan atom
pusat dan dihasilkan senyawa kompleks yang dikenal sebagai kompleks koordinasi.
Gugus kompleks koordinasi yang terikat dengan valensi sekunder tidak dapat terionisasi
sedangkan gugus yang terikat dengan valensi primer dapat terionisasi. Jumlah maksimum
ion atau molekul yang dapat terikat pada atom pusat dengan valensi sekunder disebut
sebagai “bilangan koordinasi”. Ion atau molekul yang terikat pada atom pusat melalui
ikatan koordinasi dinamakn ligan. Terdapat bermacam-macam ligan seperti unidentat,
bidentat, tridentat, dan sebagainya. Setiap jenis ligan ditentukan oleh jumlah titik-titik
koordinasi yang dimiliki ligan (Sjahrul, 2010).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi.
Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis. Jika ligan hanya
dapat menyumbangkan sepasang elekron (misalnya NH3 melalui atom N) disebut ligan
unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi bukan netral) seperti
1|KIMIA ANORGANIK
ion halide, anion poliatomik seperti NO2, molekul sederhana seperti NH3 atau molekul
kompleks seperti piridin C5H5N (Petrucci, 1999).
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor
elektron. Beberapa yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH dan
OH-.Ligan seperti ini bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom
logam, disebut ligan monodentat (ligan bergigi satu). Kelima kompleks Pt2+ hanya
mengandung ligan monodentat, Cl- dan NH3. Ligan yang mengandung dua atau lebih
atom, yang masing-masing secara serempak membentuk ikatan dua donor-elektron
kepada ion logam yang sama, disebut ligan polidentat. Ligan ini disebut juga ligan kelat
(dari bahasa Latin untuk kuku/cakar), karena ligan ini tampaknya mencengkeram kation
di antara dua atau lebih atom donor
(Cotton dan Wilkinson, 1989).
Teori ikatan dalam senyawa-senyawa kompleks mula-mula diberikan oleh Lewis
dan Sidgwick. Teori ini karena tidak dapat menjelaskan bentuk-bentuk geometri
senyawa-senyawa kompleks kemudian ditinggalkan. Tiga teori yang kemudian timbul
adalah (Sukardjo, 1985):
1. Teori ikatan valensi atau valence bond theory (VBT)
2. Teori medan Kristal atau crystal field theory (CFT)
3. Teori orbital molekul atau molecular orbital theory (MOT)
Asetil asetonat merupakan salah satu contoh dari senyawa kompleks yang cukup
dikenal. Asetil asetonat merupakan larutan yang sedikit berwarna dengan aroma keton
dan larut sempurna dengan pelarut orgnik. Asetil asetonat murni atau larutannya pada
pelarut organik polar bentuk diketon adalah seimbang dengan bentuk siklik berantai enol.
Asetil asetonat dapat dihasilkan melalui pemanasan atau penataan ulang katalis
logam ion prefebil asetat yang diperoleh dari keton dan aseton.isopropil asetat dalam
bentuk uap dijenuhkan pada tekanan atmosfer melalui batangan baja dengan suhu 520 oC
kemudian dikondensasikan dan didinginkan sampai 20 oC. Asetil asetonat merupakan
suatu diketon yang dapat terionisasi dalam larutan asam lemah. Anion nya dapat
bertindak sebagai ligan terhadap ion logam dan membentuk suatu komplek logam. Kedua
atom oksigen yang dimiliki oleh asetil asetonat akan terikat dengan atom logam sebagai
atom pusat dan membentuk suatu cincin. (Saria,2012)
Secara umum komplek diisolasi sebagai padatan kristal netral sehingga ion logam
membentuk suatu komplek. Dalam komplek cincin yang beranggotakan 6 adalah planar
dan memiliki elektron 6 dianggap sebagai cincin aromatik yang lemah. Pada komplek
2|KIMIA ANORGANIK
susunan Mo5 adalah oktahedral. Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang dapat
digambarkan oleh ligan kepada atom pusat.
Adapun sifat fisika dari asetil asetonat adalah:
1. suhu nyala
= 34,5
2. titik leleh
= -23 c
3. indekbias
= 1,45
4. Density
= 0,975
5. kelarutan
= 16 %
Kegunaan dari asetil asetonat adalah :
1. Sebagai inter mediet untuk sentesa senyawa heterosiklik untuk senyawa aktif
biologi.
2. Sebagai bahan celup untuk produksi logam asetil asetonat.
3. Sebagai pelarut dan pengekstrak.
4. Sebagai komponen sistim katalis untuk polimerisasi dan dimerisasi.
(Brida,2011)
II.
III.
TUJUAN
1. Menentukan pembentukan kompleks Fe dan Mn.
2. Menentukan yield Fe dan Mn.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Beaker glass
Corong
Kertas saring
Erlenmayer
Pillius
Piper ukur
Pipet tetes
8. Sendok porselin
9. Batang pengaduk
10. Waterbath
11. Freezer
12. Magigstirer
13. Magnetic stirer
14. Cawan petri
B. Bahan
1. Aquadest
2. Asetil Aseton
3. KMnO4
4. Amonium Asetat
3|KIMIA ANORGANIK
5. MnCl.4H2O
6. FeCl2.6H2O
7.
4|KIMIA ANORGANIK
IV.
METODE
Kompleks Mn3+
1. Dilarutkan 2.6 gram Mangan Klorida ( MnCl.4H2O) dan 6.8 gram ammonium
acetate dalam 100 mL Aquades
2. Ditambahkan 10 mL acetylacetone
3. Dilarutkan 0.52 gram KMnO4 dalam 25 mL aquades kemudian dicampurkan
pada larutan pertama
4. Diaduk selama 10 menit
5. Ditambahkan larutan yang berisi 6.3 gram Amonium acetate dalam aquades
25 mL ke dalam larutan pertama
6. Diaduk selama 10 menit
7. Dilanjutkan pengadukan sambil diletakkan dalam hotbath 60-70oC selama 15
menit
8. Di dinginkan di dalam freezer selama 10 menit
9. Ditimbang kertas saring
10. Disaring larutan dengan kertas saring
11. Di diamkan selama semalam
12. Ditimbang kertas saring + endapan
8.
Kompleks Fe3+
1. Dilarutkan 3.3 gram besi(II)klorida ( FeCl 2.6H2O) dalam 25 mL Aquades
diaduk selama 15 menit
2. Ditambahkan 4 mL acetylacetone dalam 10 mL methanol ke dalam larutan
pertama
3. Ditambahkan 5.1 gram ammonium acetate dalam 15 mL Aquades kemudian
dicampurkan pada larutan pertama
Dipanaskan larutan dalam hotbath 80oC selama 15 mL
Didinginkan larutan selama 10 menit dalam freezer
Ditimbang kertas saring
Disaring larutan dalam kertas saring yang telah ditimbang
Didiamkan endapan selama semalam kemudian ditimbang
V.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
HASIL PENGAMATAN
Fe3+ complex
10.
Massa FeCl.4H2O
= 3,3 gram
Mr
= 198,83 g/mol
Massa AmoniumSulfat
= 5,1 gram
Massa kertas saring kosong
= 0,82 gram
Massa kertas saring + endapan
= 4,67 gram
Massa endapan
= 3,85 gram
Mn3+ complex
11.
Massa MnSO4.H2O
= 2,6 gram
Massa Amonium Asetat
= 6,8 gram
Massa KMnO4
= 0,52 gram
Massa Amonium Asetat
= 6,3 gram
Massa Kertas saring kosong
= 0,62 gram
Massa kertas saring + endapan
= 6,11 gram
Massa endapan
= 5,49 gram
12.
13.
V Asetil Aseton
= 10 ml
14.
Mr C5H8O2
= 100,2 g/mol
15.
16.
17.
18.
Fe3+
+ 3CH3COH2COCH3 → 3H+
+
Fe(CH3COCHCOCH3)3
19. m 0,0166
0,1169
20. r 0,0166
0,0166
21. s
0,0024
0,0166
22.
23.
Mol FeCl2.6H2O =
3,3 g
198,83 g/ mol
= 0,0166
24.
25.
Mol AsAc =
4 ml x 0,975 g /ml
100,12 g /mol
26.
27.
Mol Fe (AsAc) = 0,0166
28.
29.
gr
mr
= 0,0166
= 0,0390
30.
gr = 0,0166 x 353,16864
31.
gr =5,863 gram
32.
33.
% yield =
3,85
5,863
x 100 % = 65,67 %
34.
35.
36.
+ Asetil Asetat → 7H+
5Mn2+ + MnO4-
37. m 0,0769
0,0033
1,4607
38. r 0,0033
0,0033
0,0033
39. s 0,7360
1,4574
2,6 g
169,02 g/ mol
= 0,0154 mol
10 ml x 0,975 g /ml
0,0974
= 0,0974
40.
Mol MnSO4.H2O =
41.
Asetil Aseton =
42.
Mol KMnO4 =
43.
Mol Mn (AsAc)3 = 0,0165
44.
+ 4H2O + 5 Mn
gr
mr
0,52
= 0,0032 mol
158,04 g /mol
= 0,0164
45.
Gr= 0,0164 x 352,26164
46.
=5,8125
47.
% yield =
5,49
x 100% = 94,45 %
5,803
48.
VI.
PEMBAHASAN
49.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam
yang berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan
ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk
berikatan. Pemberi pasangan elektron adalah ligan, karena itu ligan adalah zat yang
memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas. Senyawa kompleks yang bisa dijadikan
sebagai katalis harus memiliki sifat stabil.
50.
Dalam percobaan ini yang bertujuan dari praktikum ini yaitu mempelajari
pembuatan kompleks logam asetil asetonat. Asetil asetonat (2,4 pentanedione)
CH3COCH2COCH3 yaitu suatu diketone yang dapat berionisasi dalam asam lemah.
51.
Dalam praktikum kami menggunakan FeCl3.5 H2O sebagai sumber
kompleks dari Fe3+ dan MnCl2.4H2O sebagai sumber Mn3+ sedangkan asetil
asetonat sebagai ligan. Kompleks Mn (III) dan Fe (III) mempunyai ligan yang
sama, yaitu asetil asetonat. Walaupun mempunyai ligan yang sama tetapi
perbedaan warna yang sangat signifikan dan ini merupakan salah satu sifat
dari senyawa kompleks . Adapun penyebab perbedaan warna dikarenakan
oleh jumlah ligan.
52.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan warna
kompleks Fe (III) adalah berwarna merah dan untuk senyawa kompleks Mn
(III) berwarna hitam. Dalam percobaan ini kami menggunakan penambahan
amonium asetat yang bertujuan untuk memberi suasana netral pada reaksi
tersebut.
53.
Endapan yang kami dapatkan dalam percobaan ini pada kompleks Mn (III)
yaitu sebanyak 5,49 g dengan % yeldnya adalah 94,45 %, sedangkan pada endapan Fe3+
yaitu sebanyak 3,85 g dengan % yeldnya 65,67 %. Adapun kesalahan yang terjadi
kemungkinan disebabkan karena :
1. Kurang telitinya dalam menimbang zat.
2. Pengenceran yang kurang sempurna saat penstirrer.
3.
Penyaringan kristal yang kurang bersih.
4.
Kristal yang dicuci belum terlalu bersih.
54.
VII.
KESIMPULAN
1. Proses pembentukan logam Fe komplek dan Mn3+ komplek berhasil dilakukan
dengan hasil endapan berwarna hitam untuk Fe3+ dan endapan berwarna merah
untuk Mn 3+
3,85
2. % yield Fe3+ complex =
x 100 % = 65,67 %
5,863
55.
% yield Mn3+ complex =
5,49
x 100% = 94,45 %
5,803
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
95.
93. Daftar pustaka
94.
Brida, A., 2011, Aplikasi Senyawa Kompleks Dalam Kehidupan Sehari-hari,
(http://gustinbrida.blogspot.com/2011/03/aplikasi-senyawa-kompleks-d.html)
diakses pada 15 November 2016 pukul 23.50 WITA.
96.
97.
Cotton, F.A. dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, diterjemahkan
oleh Sahati Suharto, 1989, UI-Press, Jakarta.
98.
99.
Daintith, J., 2004, The Facts On File Dictionary of Inorganic Chemistry, Market
House Books Ltd, New York.
100.
101.
Petrucci,
R.H.,
1999,
Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.
102.
103.
Saria, Y., Lucyanti, Hidayanti, N., dan Lesbani, A., 2012, Sintesis Senyawa
Kompleks Kobalt dengan Asetilasetonato, Jurnal Penelitian Sains, 15, (3); 115117, (online), (portalgaruda.org/journals/index.php/JPS/article/ download/43/17)
diakses pada tanggal 15 November 2016 pukul 23.50 WITA
104.
Sjahrul, M., 2010, Dasar-Dasar Kimia Anorganik, PT Umitoha Ukhuwa Grafika,
Makassar.
105.
106.
Sukardjo, 1985, Kimia Koordinasi, BinaAksara, Jakarta.
107.
Nama/Nim
: Muhamad Syaiful Ampri (652015011)
Tanggal Praktikum
: 16 November 2016
Judul
: Pembuatan Logam Asetilasetonat Kompleks ( Fe3+ dan Mn3+)
I.
LANDASAN TEORI
Kimia koordinasi atau kimia kompleks adalah bagian dari ilmu kimia yang
mempelajari senyawa-senyawa koordinasi atau senyawa kompleks. Senyawa-senyawa ini
molekul-molekulnya tersusun dari gabungan dua atau lebih molekul yang sudah jenuh
(Sukardjo, 1985).
Senyawa kompleks merupakan jenis senyawa yang molekul atau ionnya dapat
membentuk ikatan koordinasi dengan atom logam atau ion. Spesies koordinasi (disebut
ligan) memiliki pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan untuk logam atom
atau ion lainnya, seperti ion amonia atau air, atau negatif seperti Cl - atau CN-. Kompleks
yang dihasilkan mungkin netral atau mungkin menjadi ion kompleks (Daintith, 2004).
Beberapa atom mempunyai tenaga yang dapat mempersatukan atom-atom,
gugusan mereka atau molekul-molekul dengan penggunaan valensi sekunder. Atom-atom
atau gugusan yang terikat dengan valensi sekunder dinamakan terkoordinasi dengan atom
pusat dan dihasilkan senyawa kompleks yang dikenal sebagai kompleks koordinasi.
Gugus kompleks koordinasi yang terikat dengan valensi sekunder tidak dapat terionisasi
sedangkan gugus yang terikat dengan valensi primer dapat terionisasi. Jumlah maksimum
ion atau molekul yang dapat terikat pada atom pusat dengan valensi sekunder disebut
sebagai “bilangan koordinasi”. Ion atau molekul yang terikat pada atom pusat melalui
ikatan koordinasi dinamakn ligan. Terdapat bermacam-macam ligan seperti unidentat,
bidentat, tridentat, dan sebagainya. Setiap jenis ligan ditentukan oleh jumlah titik-titik
koordinasi yang dimiliki ligan (Sjahrul, 2010).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi.
Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis. Jika ligan hanya
dapat menyumbangkan sepasang elekron (misalnya NH3 melalui atom N) disebut ligan
unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi bukan netral) seperti
1|KIMIA ANORGANIK
ion halide, anion poliatomik seperti NO2, molekul sederhana seperti NH3 atau molekul
kompleks seperti piridin C5H5N (Petrucci, 1999).
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor
elektron. Beberapa yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH dan
OH-.Ligan seperti ini bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom
logam, disebut ligan monodentat (ligan bergigi satu). Kelima kompleks Pt2+ hanya
mengandung ligan monodentat, Cl- dan NH3. Ligan yang mengandung dua atau lebih
atom, yang masing-masing secara serempak membentuk ikatan dua donor-elektron
kepada ion logam yang sama, disebut ligan polidentat. Ligan ini disebut juga ligan kelat
(dari bahasa Latin untuk kuku/cakar), karena ligan ini tampaknya mencengkeram kation
di antara dua atau lebih atom donor
(Cotton dan Wilkinson, 1989).
Teori ikatan dalam senyawa-senyawa kompleks mula-mula diberikan oleh Lewis
dan Sidgwick. Teori ini karena tidak dapat menjelaskan bentuk-bentuk geometri
senyawa-senyawa kompleks kemudian ditinggalkan. Tiga teori yang kemudian timbul
adalah (Sukardjo, 1985):
1. Teori ikatan valensi atau valence bond theory (VBT)
2. Teori medan Kristal atau crystal field theory (CFT)
3. Teori orbital molekul atau molecular orbital theory (MOT)
Asetil asetonat merupakan salah satu contoh dari senyawa kompleks yang cukup
dikenal. Asetil asetonat merupakan larutan yang sedikit berwarna dengan aroma keton
dan larut sempurna dengan pelarut orgnik. Asetil asetonat murni atau larutannya pada
pelarut organik polar bentuk diketon adalah seimbang dengan bentuk siklik berantai enol.
Asetil asetonat dapat dihasilkan melalui pemanasan atau penataan ulang katalis
logam ion prefebil asetat yang diperoleh dari keton dan aseton.isopropil asetat dalam
bentuk uap dijenuhkan pada tekanan atmosfer melalui batangan baja dengan suhu 520 oC
kemudian dikondensasikan dan didinginkan sampai 20 oC. Asetil asetonat merupakan
suatu diketon yang dapat terionisasi dalam larutan asam lemah. Anion nya dapat
bertindak sebagai ligan terhadap ion logam dan membentuk suatu komplek logam. Kedua
atom oksigen yang dimiliki oleh asetil asetonat akan terikat dengan atom logam sebagai
atom pusat dan membentuk suatu cincin. (Saria,2012)
Secara umum komplek diisolasi sebagai padatan kristal netral sehingga ion logam
membentuk suatu komplek. Dalam komplek cincin yang beranggotakan 6 adalah planar
dan memiliki elektron 6 dianggap sebagai cincin aromatik yang lemah. Pada komplek
2|KIMIA ANORGANIK
susunan Mo5 adalah oktahedral. Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang dapat
digambarkan oleh ligan kepada atom pusat.
Adapun sifat fisika dari asetil asetonat adalah:
1. suhu nyala
= 34,5
2. titik leleh
= -23 c
3. indekbias
= 1,45
4. Density
= 0,975
5. kelarutan
= 16 %
Kegunaan dari asetil asetonat adalah :
1. Sebagai inter mediet untuk sentesa senyawa heterosiklik untuk senyawa aktif
biologi.
2. Sebagai bahan celup untuk produksi logam asetil asetonat.
3. Sebagai pelarut dan pengekstrak.
4. Sebagai komponen sistim katalis untuk polimerisasi dan dimerisasi.
(Brida,2011)
II.
III.
TUJUAN
1. Menentukan pembentukan kompleks Fe dan Mn.
2. Menentukan yield Fe dan Mn.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Beaker glass
Corong
Kertas saring
Erlenmayer
Pillius
Piper ukur
Pipet tetes
8. Sendok porselin
9. Batang pengaduk
10. Waterbath
11. Freezer
12. Magigstirer
13. Magnetic stirer
14. Cawan petri
B. Bahan
1. Aquadest
2. Asetil Aseton
3. KMnO4
4. Amonium Asetat
3|KIMIA ANORGANIK
5. MnCl.4H2O
6. FeCl2.6H2O
7.
4|KIMIA ANORGANIK
IV.
METODE
Kompleks Mn3+
1. Dilarutkan 2.6 gram Mangan Klorida ( MnCl.4H2O) dan 6.8 gram ammonium
acetate dalam 100 mL Aquades
2. Ditambahkan 10 mL acetylacetone
3. Dilarutkan 0.52 gram KMnO4 dalam 25 mL aquades kemudian dicampurkan
pada larutan pertama
4. Diaduk selama 10 menit
5. Ditambahkan larutan yang berisi 6.3 gram Amonium acetate dalam aquades
25 mL ke dalam larutan pertama
6. Diaduk selama 10 menit
7. Dilanjutkan pengadukan sambil diletakkan dalam hotbath 60-70oC selama 15
menit
8. Di dinginkan di dalam freezer selama 10 menit
9. Ditimbang kertas saring
10. Disaring larutan dengan kertas saring
11. Di diamkan selama semalam
12. Ditimbang kertas saring + endapan
8.
Kompleks Fe3+
1. Dilarutkan 3.3 gram besi(II)klorida ( FeCl 2.6H2O) dalam 25 mL Aquades
diaduk selama 15 menit
2. Ditambahkan 4 mL acetylacetone dalam 10 mL methanol ke dalam larutan
pertama
3. Ditambahkan 5.1 gram ammonium acetate dalam 15 mL Aquades kemudian
dicampurkan pada larutan pertama
Dipanaskan larutan dalam hotbath 80oC selama 15 mL
Didinginkan larutan selama 10 menit dalam freezer
Ditimbang kertas saring
Disaring larutan dalam kertas saring yang telah ditimbang
Didiamkan endapan selama semalam kemudian ditimbang
V.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
HASIL PENGAMATAN
Fe3+ complex
10.
Massa FeCl.4H2O
= 3,3 gram
Mr
= 198,83 g/mol
Massa AmoniumSulfat
= 5,1 gram
Massa kertas saring kosong
= 0,82 gram
Massa kertas saring + endapan
= 4,67 gram
Massa endapan
= 3,85 gram
Mn3+ complex
11.
Massa MnSO4.H2O
= 2,6 gram
Massa Amonium Asetat
= 6,8 gram
Massa KMnO4
= 0,52 gram
Massa Amonium Asetat
= 6,3 gram
Massa Kertas saring kosong
= 0,62 gram
Massa kertas saring + endapan
= 6,11 gram
Massa endapan
= 5,49 gram
12.
13.
V Asetil Aseton
= 10 ml
14.
Mr C5H8O2
= 100,2 g/mol
15.
16.
17.
18.
Fe3+
+ 3CH3COH2COCH3 → 3H+
+
Fe(CH3COCHCOCH3)3
19. m 0,0166
0,1169
20. r 0,0166
0,0166
21. s
0,0024
0,0166
22.
23.
Mol FeCl2.6H2O =
3,3 g
198,83 g/ mol
= 0,0166
24.
25.
Mol AsAc =
4 ml x 0,975 g /ml
100,12 g /mol
26.
27.
Mol Fe (AsAc) = 0,0166
28.
29.
gr
mr
= 0,0166
= 0,0390
30.
gr = 0,0166 x 353,16864
31.
gr =5,863 gram
32.
33.
% yield =
3,85
5,863
x 100 % = 65,67 %
34.
35.
36.
+ Asetil Asetat → 7H+
5Mn2+ + MnO4-
37. m 0,0769
0,0033
1,4607
38. r 0,0033
0,0033
0,0033
39. s 0,7360
1,4574
2,6 g
169,02 g/ mol
= 0,0154 mol
10 ml x 0,975 g /ml
0,0974
= 0,0974
40.
Mol MnSO4.H2O =
41.
Asetil Aseton =
42.
Mol KMnO4 =
43.
Mol Mn (AsAc)3 = 0,0165
44.
+ 4H2O + 5 Mn
gr
mr
0,52
= 0,0032 mol
158,04 g /mol
= 0,0164
45.
Gr= 0,0164 x 352,26164
46.
=5,8125
47.
% yield =
5,49
x 100% = 94,45 %
5,803
48.
VI.
PEMBAHASAN
49.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam
yang berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan
ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk
berikatan. Pemberi pasangan elektron adalah ligan, karena itu ligan adalah zat yang
memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas. Senyawa kompleks yang bisa dijadikan
sebagai katalis harus memiliki sifat stabil.
50.
Dalam percobaan ini yang bertujuan dari praktikum ini yaitu mempelajari
pembuatan kompleks logam asetil asetonat. Asetil asetonat (2,4 pentanedione)
CH3COCH2COCH3 yaitu suatu diketone yang dapat berionisasi dalam asam lemah.
51.
Dalam praktikum kami menggunakan FeCl3.5 H2O sebagai sumber
kompleks dari Fe3+ dan MnCl2.4H2O sebagai sumber Mn3+ sedangkan asetil
asetonat sebagai ligan. Kompleks Mn (III) dan Fe (III) mempunyai ligan yang
sama, yaitu asetil asetonat. Walaupun mempunyai ligan yang sama tetapi
perbedaan warna yang sangat signifikan dan ini merupakan salah satu sifat
dari senyawa kompleks . Adapun penyebab perbedaan warna dikarenakan
oleh jumlah ligan.
52.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan warna
kompleks Fe (III) adalah berwarna merah dan untuk senyawa kompleks Mn
(III) berwarna hitam. Dalam percobaan ini kami menggunakan penambahan
amonium asetat yang bertujuan untuk memberi suasana netral pada reaksi
tersebut.
53.
Endapan yang kami dapatkan dalam percobaan ini pada kompleks Mn (III)
yaitu sebanyak 5,49 g dengan % yeldnya adalah 94,45 %, sedangkan pada endapan Fe3+
yaitu sebanyak 3,85 g dengan % yeldnya 65,67 %. Adapun kesalahan yang terjadi
kemungkinan disebabkan karena :
1. Kurang telitinya dalam menimbang zat.
2. Pengenceran yang kurang sempurna saat penstirrer.
3.
Penyaringan kristal yang kurang bersih.
4.
Kristal yang dicuci belum terlalu bersih.
54.
VII.
KESIMPULAN
1. Proses pembentukan logam Fe komplek dan Mn3+ komplek berhasil dilakukan
dengan hasil endapan berwarna hitam untuk Fe3+ dan endapan berwarna merah
untuk Mn 3+
3,85
2. % yield Fe3+ complex =
x 100 % = 65,67 %
5,863
55.
% yield Mn3+ complex =
5,49
x 100% = 94,45 %
5,803
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
95.
93. Daftar pustaka
94.
Brida, A., 2011, Aplikasi Senyawa Kompleks Dalam Kehidupan Sehari-hari,
(http://gustinbrida.blogspot.com/2011/03/aplikasi-senyawa-kompleks-d.html)
diakses pada 15 November 2016 pukul 23.50 WITA.
96.
97.
Cotton, F.A. dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, diterjemahkan
oleh Sahati Suharto, 1989, UI-Press, Jakarta.
98.
99.
Daintith, J., 2004, The Facts On File Dictionary of Inorganic Chemistry, Market
House Books Ltd, New York.
100.
101.
Petrucci,
R.H.,
1999,
Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.
102.
103.
Saria, Y., Lucyanti, Hidayanti, N., dan Lesbani, A., 2012, Sintesis Senyawa
Kompleks Kobalt dengan Asetilasetonato, Jurnal Penelitian Sains, 15, (3); 115117, (online), (portalgaruda.org/journals/index.php/JPS/article/ download/43/17)
diakses pada tanggal 15 November 2016 pukul 23.50 WITA
104.
Sjahrul, M., 2010, Dasar-Dasar Kimia Anorganik, PT Umitoha Ukhuwa Grafika,
Makassar.
105.
106.
Sukardjo, 1985, Kimia Koordinasi, BinaAksara, Jakarta.
107.