Interaksi dalam Keluarga dan Upaya Penanggulangan Remaja Putus Sekolah di Desa Sambueja Kecamatan Simbang Kabupaten Maros - Repositori UIN Alauddin Makassar

  INTERAKSI DALAM KELUARGA DAN UPAYA PENANGGULANGAN REMAJA PUTUS SEKOLAH DI DESA SAMBUEJA KECAMATAN SIMBANG KABUPATEN MAROS SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Sosiologi (S. Sos) Pada Jurusan/Prodi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar Oleh SAMSURIADI NIM : 30400111031 FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN ALAUDDIN MAKASSAR

  2016

KATA PENGANTAR

  Segala puji kami haturkan kepada Sang Maha Suci penguasa segala siang dan malam yaitu Allah Swt. kepada-Nya penyusun pasrahkan hidup dan semua yang penulis miliki, sebagaiman langit dan bumi satu drajatpun tak pernah berpaling. Sebab, penyusun berharap menjadi muslim sejati yang senantiasa menapak jalan lurus yang dirahmati. Sholawat dan salam telah menjadi syafa’at hanya teruntuk manusia satu-satunya pembawa rahmat bagi seluruh alam yaitu Nabi Muhammad Saw, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang menjadikan hidayahnya sebagai petunjuk serta berjalan di atas s yari’atnya hingga hari kiamat. Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada segenap pihak yang turut andil dalam memberikan support sehingga menjadi nilai tersendiri atas rampungnya karya ini, terkhusus kepada;

  1. Bapak Rektor UIN Alauddin Makassar dan Segenap Pembantu Rektor yang dengan kebijaksanaannyalah, sehingga penyusun merasa diri sebagai warga kampus insan akademisi.

  2. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahan serta fasilitas dalam hal penyusunan skripsi ini. perhatiannya kepada penyusun sejak dari kandungan hingga waktu yang tak tentu, penyusun tak sanggup tuk membalasnya sampai kapanpun.

  4. Ibu Dr. Indo Santalia, M.Ag, dan Bapak Muh. Ridha, S.Hi, MA, masing- masing selaku pembimbing penyusun, yang senantiasa menyisihkan sebagian waktunya untuk efektifitas penyusunan skripsi tersebut.

  5. Ketua Jurusan/prodi Sosiologi Agama Wahyuni, S. Sos, M. Si dan Sekertaris Jurusan Dewi Anggariani S. Sos, M. Si atas bimbingan arahan dan kesabarannya dalam mengarahkan penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan semua program yang telah direncanakan.

  6. Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Perbandingan Agama Prodi Sosiologi Agama.

  Akhirnya, lebih dari segala kemuliaan, penyusun panjatkan kepada Ilahi Rabbi Allah swt yang senantiasa membimbing jalan hidup ini untuk meraih segala kebaikan dan kepada-Nyalah penyusun sandarkan segala pengharapan.Semoga dapat bermanfaat baik terhadap pribadi penyusun terlebih kepada khalayak banyak dan menjadi suatu amalan jariyah yang tak ternilai harganya.

  Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

  Penyusun,

  Samsuriadi

  

DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL .................................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................... vii

  

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Fokus Penelitian dan Deskripsi fokus ...................................................... 7 C. Rumusan Masalah ................................................................................... 9 D. Kajian pustaka .......................................................................................... 9 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................. 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................ 13

A. Interaksi Dalam Keluarga ........................................................................ 13 B. Konsep Keluarga ..................................................................................... 28 C. Cara Mendidik Anak Dalam Islam .......................................................... 35 D. Kemiskinan. ............................................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 42

A. Jenis dan lokasi Penelitian ...................................................................... 42 B. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 42 C. Sumber Data. ........................................................................................... 43 D. Teknik Pengumpulan Data. ..................................................................... 44 E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 45 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................. 47

A. Gambaran Umum Desa Sambueja Kec. Simbang Kab. Maros ................ 47 B.

  C.

  Interaksi Dalam Keluarga Remaja Putus Sekolah .................................. 63 D.

  Upaya Penanggulangan Remaja Putus Sekolah. ..................................... 66

  

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 73

A. Kesimpulan ............................................................................................. 73 B. Implikasi dan Saran .................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 75

LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Batas Wilayah, Jarak dan Waktu Tempuh Desa Sambueja Kecamatan

  Simbang Kabupaten Maros ......................................................................... 49

  Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Sambueja Kecamatan Simbang Kabupaten

  Maros ........................................................................................................... 50

  Tabel 3. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Sambueja Kecamatan Simbang

  Kabupaten Maros ......................................................................................... 51

  Tabel 4. Jumlah Tingkat Pendidikan Masyaraka di Desa Sambueja Kecamatan

  Simbang Kabupaten Maros .......................................................................... 52

  Tabel 5. Jumlah penduduk yang putus sekolah ( Usia 6-20 Tahun)

  Sambueja di Desa Kecamatan Simbang Kabupaten Maros ......................... 53

  

ABSTRAK

Nama : Samsuriadi Nim : 3040011031 Jurusan/prodi : Sosiologi Agama

Judul :Interaksi Dalam Keluarga dan Upaya Penanggulangan Remaja

Putus Sekolah di Desa Sambueja Kecamatan Simbang

  Kabupaten Maros

  Skripsi ini membahas tentang bagaimana Interaksi Dalam Keluarga dan Upaya Penanggulangan Remaja Putus Sekolah di Desa Sambueja Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Pokok masalah tersebut akhirnya memunculkan sub masalah dari peneliti tentang: 1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya remaja putus sekolah? 2. Bagaimana interaksi dalam keluarga remaja putus sekolah? 3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam rangka penanggulangan remaja putus sekolah?

  Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan Sosiologi dan Fenomenologi. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab remaja putus sekolah diantaranya faktor ekonomi, kurangnya motivasi orang tua, lingkungan, geografis dan menikah mudah. Dalam interaksi keluarga remaja putus sekolah mengalami perubahan baik dari segi komunikasi maupun perhatian dari orang tua terhadap anaknya. Adapun upaya penanggulangan remaja putus sekolah dalam keluarga diantaranya; tidak membiarkan anak kerja mencari uang, memberikan perhatian kepada anak dan memberikan pemahaman kepada anak mengenai pendidikan. Upaya menanggulangi remaja putus sekolah dalam masyarakat dengan memberiakan motivasi kepada anak yang malas sekolah dan mengontrol perilaku menyimpang dalam masyarakat, sedangkan upaya pemerintah yaitu; pengadaan dana BOS, wajib belajar 9 tahun dan program sekolah terbuka.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang harus hidup dengan sesamanya. Dalam kehidupan manusia terjadi proses interaksi yang saling mempengaruhi antara

  satu dengan yang lainnya. Seperti yang terdapat dalam Al- qur’an surah Ash-shaffaat ayat:102 Terjemahannya:

  102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama- sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

  Ayat di atas adalah salah satu contoh interaksi dalam keluarga antara orang tua dan anak, percakapan antara Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail mengenai mimpi yang dialami ayahnya yang mendapat perintah dari Allah swt untuk menyembelihnya, dalam percakapan tersebut terdapat sebuah hubungan dalam bentuk komunikasi antara individu dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

  Proses saling mempengaruhi antara individu dengan individu lainnya melibatkan unsur-unsur yang dianggap baik dan buruk. Berdasarkan pengalaman- pengalaman masa lalu dan aspirasi-aspirasinya untuk masa yang akan datang dapat menentukan tingkah laku seseorang (baik atau buruk). Tingkah laku merupakan gambaran dari ahlak seseorang. Dalam pandangan Islam ahlak sangat erat hubungannya dengan watak dan sikap mental seseorang yang dapat dirasakan melalui

  1

  wujud perbuatan dalam lingkungan keluarga . Seperti yang terdapat dalam Al- Qur’an surah Luqman ayat: 13 Terjemahannya:

  13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

  2 benar-benar kezaliman yang besar" .

  Ayat di atas adalah contoh orang tua mendidik anak dengan baik dan benar agar seorang anak mempunyai akhlak yang baik. Anak adalah penerus generasi dalam keluarga, sejak dini anak harus diberikan pendidikan ahlak berupa latihan dan kesanggupan mengendalikan diri dan kesadaran, agar dapat mengetahui mana yang baik dan yang buruk. Keluarga didefinisikan sebagai hasil proses sosialisasi primer, 1 2 Hartono.http:www.blackwellsynegry.com/full. (8 desember 2014) Departemen Agama RI, Al-

  Qur’an dan Terjemahannya,(Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah bagi seorang anak di mana pada saatnya anak tersebut akan dihantarkan untuk memasuki lingkungan masyarakat (struktur sosial) yang lebih luas (Morgan dalam

3 Slamet Raharjo) sementara menurut Hildred Geetz, keluarga merukan tempat

  berlangsungnya sosialisasi dan transformasi nilai moral etika dan sosial yang intensif

  4

  dan berkesinambungan di antara angggotanya dari generasi ke generasi . Dalam konteks ini, Balson menyatakat bahwa seluruh perilaku seseorang seperti bahasa, emosi dan keterampilan dikembangkan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Melalui keluarga, pribadi anak akan terbentuk, namun tergantung pada pola interaksi dalam keluarga tersebut.

  Interaksi antara anak dan orang tua sangat penting di dalam sebuah kehidupan masyarakat terutama pada keluarga karena interaksi adalah masalah kebiasaan, artinya hubungan dalam bentuk berkomunikasi antara orang tua dan anak harus dipelihara terus sejak anak masih kecil sampai mereka remaja, bahkan sampai mereka

  5

  dewasa . Dalam Al-Quran dijelaskan cara berkomunikasi harus lemah lembut, Allah berfirman dalam QS Taha ayat: 43-44.

  Terjemahannya: 43:

  Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas.

  3 4 Hartono.http:www.blackwellsynegry.com/full. (8 desember 2014) Geertz Hildred, Keluarga Jawa (Jakarta pers, 1992), h. 67-68.

  44: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang

  6 lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut .

  Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perkataan yang lembut berarti pembicaraan yang lemah lembut, dengan suara yang enak didengar dan penuh keramahan sehingga dapat menyentuh hati dan selalu memberi perhatian terhadap anak.

  Biasanya orang tua terlena akan pekerjaannya atau karirnya. Kegagalan interaksi dapat terjadi bila orang tua tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis dan sosiologis anak. Sejatinya orang tua harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Wujud yang nyata dari hal itu diberikan dalam bentuk kasih sayang yang memberi anak rasa nyaman, rasa diterima serta rasa diakui keberadaannya. Dengan demikian interakasi sosial yang pertama kali dirasakan anak adalah perlakuan dan kasih sayang dari ke dua orang tuanya, terutama dari ibunya. Hubungan yang terjadi dalam keluarga biasanya dilakukan melalui suatu kontak sosial dan komunikasi. kedua hal ini merupakan syarat terjadinya suatu interaksi sosial dengan kata lain, interaksi yang sesungguhnya dapat diperoleh melalui kontak sosial dan komunikasi.

  Terjadinya interaksi dalam keluarga akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain dan saling memberikan stimulus dan respons. Dengan interaksi antara anak dengan orang tua, akan membentuk gambaran-gambaran tertentu pada masing- masing pihak, sebagai hasil dari komunikasi. Anak akan mempunyai gambaran

  7

  mengenai orang tuanya . Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa orang tua seharusnya mendidik anak dengan baik yang sesuai dengan perintah Allah, Allah berfirman dalam Qs Ibrahim ayat: 40

  Terjemahannya:

  40: ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap

  8 mendirikan sholat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku .

  Dari ayat di atas bahwa orang tua harus mendidik anak dengan baik. Pola perilaku yang menyebabkan problematika terdapat pada diri remaja itu sendiri, pola asuh orang tua, keadaan lingkungan yang buruk, dan keadaan ekonomi. Kegagalan hubungan pada pendidikan anak dalam keluarga, mempunyai pengaruh yang besar terhadap masalah remaja, baik masalah biologis, psikologis maupun yang sifatnya sosiologis. Tanpa upaya penanggulangan yang intensif, masalah remaja tersebut dapat bermuara pada kenakalan remaja yang menjadi ancaman kehancuran umat di masa yang akan datang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi uang semakin pesat

  9 mengantar kita ke dalam era globalisasi dan informasi .

  Pendidikan merupakan keharusan mutlak pada manusia atau pendidikan itu merupakan gejala yang layak dan sepatutnya ada pada manusia. Menurut undang- undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, pendidikan adalah upaya sadar 7 8 Alex Sobur, Anak Masa Depan (Bandung: Agnkasa, 1991), h.226-227.

  Departemen Agama RI, Al- 9 Qur’an dan Terjemahannya, h. 386 Muhammad Kurdi,

  Jurnal Tabligq Media Pengkajian Da’wah dan Komunikasi Islam (Makassar: dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

  10 keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, bangsa dan Negara .

  Hurlok mengatakan secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, ketidak siapan orang tua menerima perilaku anak yang cepat berubah dan pola pendidikan orang tua masih

  11 gaya lama menciptakan ruang yang sangat membahayakan .

  Problematika remaja sangat sulit dan mustahil untuk dihapuskan atau ditiadakan sama sekali, yang memungkinkan hanya mengurangi tingkat masalah dalam batas yang wajar. Batas yang wajar di sini tidak bermaksud pada tingkat kriminal sebagai delik yang diatur dalam KUHP. Problematika remaja tidak hanya terletak pada diri remaja akan tetapi disebkan oleh, lingkungan masyarakat,

  12 lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah .

  Problematika remaja dipengaruhi oleh lingkungan keluarga terutama didikan orang tua. Pola didik orang tua yang keras akan membentuk kepribadian yang keras..

  Problematika remaja di desa Sambueja adalah ada beberapa anak remaja yang putus sekolah, jika dilihat dari segi ekonomi ada beberapa yang mampu dari ekonomi dan

  

13

  ada pula kurang mampu dari segi ekonomi . Peneliti di sini akan meneliti bagaimana

  10 11 Undang-Undang Dasar No. 20 Tahun 2013 Tentang SISDIKNAS 12 Sudarsono, Etika Islam Tentang kenakalan Remaja (cet, 2; Jakarta: Rineka Cipta, 1989), h. 30 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, h. 27

  pola interaksi dalam keluarga sebagai upaya penanggulangan problematika remaja putus sekolah di Desa Sambueja Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.

B. Fokus Fenelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

  Fokus penelitian ini dilakukan di Desa Sambueja Kecamatan Simbang Kabupaten Maros, adapun judul skripsi ini adalah

  “Interaksi dalam keluarga dan upaya penanggulangan problematika remaja putus sekolah” 2. Deskripsi Fokus

  Demi menghindari kesalah-pahaman dalam mendefinisikan dan memahami penelitian ini, maka penyusun akan memeparkan beberapa pengertian mengenai judul penelitian ini. Antara lain: a.

  Interaksi Interaksi merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

  14 manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia .

14 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (cet, 34; Jakarta: PT Raja Grafindo

  b.

  Keluarga

  15 Keluarga adalah sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan pernikahan .

  c.

  Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Adolescence sebenarnya memiliki makna mengenai masa remaja yaitu: mencakup kematangan mental, emosi dan

  16

  fisik. . Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

  d.

  Putus sekolah Putus sekolah adalah anak yang berada pada usia sekolah, tetapi tidak tamat melanjutkan pendidikannya pada jenjang selanjutnya atau tidak melanjutkan

  17

  pendidikannya hingga memperoleh ijazah atau tanda tamat belajar . Putus sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu anak yang sementara melakukan proses pendidikan akan tetapi tidak tamat atau tidak mendapatkan ijazah dan surat tanda tamat belajar (STTB) di sekolah tersebut.

  Interaksi dalam keluarga sebagai upaya penanggulangan remaja putus sekolah yang dimaksud penulis di sini adalah bentuk interaksi dalam keluarga yang dapat menyebabkan putus sekolah sehingga remaja tidak dapat lagi melanjutkan 15 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga (cet, 1; Jakarta: rineka cipta, 2004), h. 16. 16 17 Ahmad Afiif, Mengapa Kami Nakal (Makassar: Alauddin Univercity press, 2012), h. 31.

  Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan; Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai pendidikan kejenjang yang lebih tinggi serta mencari cara mengatasi permasalahan- permasalahan yang terjadi dalam keluarga dan mengubah pola interaksi dalam keluarga.

C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya remaja putus sekolah di di desa Sambueja Kecamatan Simbang Kabupaten Maros ?

2. Bagaimana interaksi dalam keluarga remaja putus sekolah di desa Sambueja

  Kecamatan Simbang Kabupaten Maros ? 3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh masyarakat di desa Sambueja Kecamatan

  Simbang Kabupaten Maros dalam rangka penanggulangan remaja putus sekolah ?

D. Kajian Pustaka

  Berdasarkan judul peneliti disini mengambil beberapa literature yang ditemukan yaitu buku yang berjudul “sosiologi pendidikan” ditulis oleh Moh. Padil Triyo Supriyatno (Malang: UIN-Maliki press. Cet. II 2010) yang membahas tentang hubungan orang tua-anak, fungsi dan peranan orang tua dalam pendidikan anak. Dalam buku ini menjelaskan bentuk interaksi dalam keluarga dan cara mendidik anak yang baik, serta peranan dan fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian anak serta buku yang berjudul “teori sosiologi modern” ditulis oleh George Ritzer- Douglas. G. Goodman ( Jakarta: Kencana Prenada Media Goup 2003) dalam buku ini membahas tentang interaksionisme simbolik, teori interaksionisme simbolik memusatkan perhatian pada dampak dari makna dan simbol terhadap tindakan manusia. Dalam interaksi sosial, manusia secara simbol mengomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat.

  Selanjutnya penelitian UIN Alauddin Makassar Jurusan Pendidikan Agama Fakultas Tarbiyah dengan judul

  “Faktor-Faktor Penyebab Putus Sekolah Murid

Sekolah Dasar Cambayya III di Kelurahan Pannampu Kecamatan Tallo Kota

Makassar”, ditulis oleh Abdul Rauf pada tahun 2005. Dalam skripsi ini penulis

  membahas tentang faktor-faktor yang menjadi penyebab putus sekolah putus sekolah serta bagaimana cara menganggulanginya permasalahan tersebut. Kemudian hasil penelitian Alimuddin Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada tahun 2008 yang berjudul

  “Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya

Minat Remaja Melanjutkan Pendidikan di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao

Kabupaten Gowa”.Dalam skripsi ini peneliti membahas tentang faktor yang menjadi

  penyebab rendahnya minat remaja untuk melanjutkan pendidikan dan cara untuk mengatasi serta menanggulangi problematika yang terjadi. Terakhir hasil penelitian

  Makassar tahun 2008 yang berjudul

  “Pola Komunikasi Dalam Keluarga dan

Kaitannya Dengan Penanggulangan Problematika Remaja di Desa Malela

Kabupaten Luwu” dalam skripsi ini peneliti membahas tentang komunikasi dalam

keluarga serta faktor-faktor penyebab timbul dan berkembangnya kenakalan remaja.

  Menyadari bahwa begitu pentingnya pendidikan dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang, maka penulis beranggapan bahwa hal ini menarik untuk di lakukan penelusuran mengenai pola-pola interaksi dalam keluarga remaja putus sekolah serta cara untuk mengurangi remaja putus sekolah.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas yang telah diuraikan maka tujuan penelitian ini adalah: a.

  Untuk mengetahui interaksi dalam keluarga remaja putus sekolah.

  b.

  Untuk mengetahui faktor penyebab remaja putus sekolah.

  c.

  Menemukan upaya dalam penenggulangan remaja yang putus sekolah.

2. Kegunaan penelitian a. Manfaat teoritis

  1)

  2) Diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan yang dapat dijadikan bahan penelitian yang akan datang.

b. Manfaat praktis

  1) Bagi masyarakat

  Penelitian ini memberikan pemahaman kepada masyarakat Desa Sambueja terhadap interaksi keluarga remaja yang putus sekolah.

  2) Bagi instansi terkait

  Penelitian ini memberikan pemehaman kepada pemerintahan Desa Sambueja, terkait masalah yang akan diteliti.

  3) Bagi pemerintah

  Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepeda pemerintah Kabupaten Maros mengenai masalah remaja putus sekolah.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Interaksi dalam keluarga 1. Pengertian Interaksi berasal dari bahasa inggris (interaction) yang berarti pengaruh timbal

  balik atau proses saling mempengaruhi. Interaksi merupakan dinamika kehidupan manusia, baik secara individu maupun kelompok dalam masyarakat, dengan kata lain, interaksi berarti suatu rangkaian tingkah laku yang terjadi anatara dua orang atau lebih yang saling mengadakan respons secara timbal balik. Oleh karena itu interaksi dapat pula diartikan sebagai saling mempengaruhi perilaku masing-masing yang bisa

  1 terjadi anatara individu dan kelompok, atau kelompok dengan kelompok lain.

  Interaksi sosial merupakan kunci dari segala kehidupan sosial. Oleh karena itu, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

  Bertemunya orang perorangan secara fisik saja tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan semacam itu baru akan terjadi apabila orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerjasama saling berbicara untuk mencapai tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan sebagainya. Oleh karena itu interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial. 1 E. Jusuf Nusyriwan, Interaksi Sosial Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid 7.

  (Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka, 1989), h. 192.

  Interaksi juga didefinisikan sebagai pengaruh timbal balik, saling mempengaruhi

  2 satu sama lain.

  Ada beberapa pengertian interaksi sosial menurut para ahli sebagai berikut:

  Sudirman, Ali M, dalam bukunya yang

  Homans, sebagaimana yang dikutip oleh

  berjudul Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar “ ” mendefenisikan interaksi sebagai

  suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Sedangkan interaksi sosial menurut Shaw sebagaimana yang

  Sudirman, Ali M, dalam bukunya yang berjudul

  dikutip oleh

  “ Interaksi dan Motivasi

  Belajar Mengajar ” adalah suatu pertukaran antar pribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-

  3 masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.

  Thibaut dan Kelley sebagaimana yang dikutip oleh Basrowi , dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi dan Pendidikan” mendefenisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakaan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. 2 Budiono. Kamus ilmiah Populer Internasional.( Alumni Surabaya, 2005), h. 256. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi

  4 individu lain.

  Menurut Bonner sebagaimana yang dikutip oleh Dirdjosiswo dan Seodjono, dalam bukunya “Asas-Asas Sosiologi” interaksi sosial adalah merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu

  5 mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.

  Interaksionisme simbolis yang di ketengahkan Blummer sebagaimana yang dikutip oleh Margaret M. Poloma, dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Kontenporer mengandung sejumlah “root images” atau ide-ide dasar, yang diringkas sebagai berikut: 1.

  Mastarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur sosial.

  2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain. Interaksi-interaksi nonsimbolis mencakup 4 stimulus-respon yang sederhana, seperti halnya batuk untuk 5 Basrowi, Sosiologi dan Pendidikan (Jakarta: Genta Ghalia Indonesia, 2008), h. 17.

  

Dirdjosiswo dan Seodjono, Asas-Asas Sosiologi (Bandung: Armico, 1985), h. 58. membersihkan tenggorokan seseorang. Interaksi simbolis mencakup “penafsiran tidakan”.

  3. Obyek-obyek, tidak mempunyai makna yang intrinsik; makna lebih merupakan produk interaksi-simbolis. Obyek-obyek dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yang luas: (a) obyek fisik, seperti, meja, tanaman, atau mobil; (b) obyek sosial seperti ibu, guru, menteri atau teman; dan (c) obyek abstrak seperti nilai-nilai, hak dan peraturan. Blummer membatasi obyek sebagai “segala sesuatu yang berkaitan dengannya”. Dunia obyek “diciptakan, disetujui, ditransformir, dan dikesampingkan” lewat interaksi-simbolis. Ilustrasi peranan makna yang diterapkan kepada obyek fifik apat dilihat dalam perlakuan yang berbeda.

  4. Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai obyek. Jadi seorang pemuda dapat melihat dirinya sebagai mahasiswa, suami, dan seseorang yang baru saja menjadi ayah. Pandangan terhadap diri sendiri ini, sebagaiman semua obyek, lahir di saat proses interaksi simbolis.

  5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Pada dasarnya tindakan manusia terdiri dari pertimbangan atas bernagai hal yang diketahuinya dan melahirkan serangkaian kelakuan atas dasar bagaimana merekan menafsirkan hal tersebut. Hal-hal yang dipertimbangkan itu mencakupberbagai masalah seperti keinginan dan tindakan yang diharapkan dari orang lain, gambaran tentang diri sendiri, dan mungkin hasil dari: cara bertindak tertentu.

  6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok; hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi; “organisasi sosial dari tindakan-tindakan berbagai manusia”

  George H Mead memiliki pendapat sendiri, dalam proses interaksi sosial manusia secara simbolik mengomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat.

  Orang lain menafsirkan simbol komunikasi itu dan mengorientasikan tindakan balasan mereka berdasarkan penafsiran mereka. Dengan kata lain, dalam interaksi,

  6 para aktor terlibat dalam proses saling mempengaruhi.

  Menurut Mead orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya sendiri. Interaksi simbolis dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya simbol yang terpenting, dan melalui isyarat. Simbol bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, simbol berada dalam proses yang kontinu. Proses penyampaian makna inilah yang merupakan subject matter dari sejumlah analisa kaum interaksionis-simbolis. Dalam interaksi orang belajar memahami simbol-simbol 6 George Ritzer-Douglas.G. Goodman. Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2003), h. 294. konvensional, dan dalam suatu pertandingan mereka belajar menggunakannya

  7 sehingga mampu memahami peranan aktor-aktor lainnya.

  Interaksi sosial dimulai pada saat dua orang bertemu, pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan saling berbicara, atau bahkan saling berkelahi.

  Aktivitas-aktivitas semacam itu adalah bentuk-bentuk interaksi sosial, meskipun orang-orang yang bertemu muka itu tidak saling bicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan disebabkan oleh bau keringat, minyak wangi, suara berjalan dan lain sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam fikiran seseorang, yang kemudian tindakan apa yang akan dilakukan.

  Dengan demikian, menurut sebuah hubungan bisa disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: jumlah pelaku dua orang atau lebih, adanya komunikasi antara pelaku dengan menggunakan symbol atau lambing, adanya suatu dimensi waktu meliputi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang dan adanya

  8 tujuan yang hendak dicapai sabagai hasil dari interaksi tersebut.

  Syarat terjadinya interaksi sosial karena adanaya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarkelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula 7 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer (Cet. 8; Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 258. bersifat langsung maupun tidak langsung. sedangkan komunikasi, yaitu seseorang memberi arti kepada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang

  9

  artinya menyentuh). Namun, kontak sosial tidak hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi bisa lewat bicara, melalui telepon, telegram, surat, radio dan lain sebagainya. Kontak sosial dapat bersiafat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila ada kontak langsung dengan cara berbicara, jabat tangan, tersenyum dan sebagainya. Kontak sekunder terjadi dengan perantara misalnya melalui telepon,

  10 radio, tv dan sebagainya.

  Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu: 1) kontak antar individu 2) kontak antar individu dengan kelompok 3) kontak kelompok anatar kelompok. Sedangkan komunikasi mempunyai pengertian hubungan timbal balik antar

  11

  sesama manusia, atau juga proses memberikan taksiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap), perasaan-perasaan 9 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: pt. raja grafindo persada, 1990), h.

  59. 10 11 Herimanto dan Winarno. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, h. 53.

  apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan memberikan terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang perorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang- orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.

12 Ada lima unsur pokok dalam komunikasi, kelima unsur pokok tersebut adalah

  sebagai berikut: 1.

  Komunikator, yaitu orang yang mempunyai pesan, perasaan atau fikiran kepada pihak lain.

  2. Komunukan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran atau fikiran kepada pihak lain.

  3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh kumunikator, pesan dapat berupa informasi, intruksi dan perasaan.

  4. Media , yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi adapat berupa tulisan, lisan, gambar dan film.

  5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadinya pada komunikasi, setelah mendapatkan pesan dari komunikator. 12 Soejono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 60-61.

  Berlangsungnya suatu proses didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, faktor identifikasi dan simpati. Imitasi adalah proses atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain baik skap, perbuatan, penampilan dan gaya hidup. Sugesti adalah rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan individu lain sehingga orang yang diberi sugesti itu melaksanakan apa yang disugsetikan tanpa sikap kritis dan rasional. Identifikasi adalah upaya yang dilakukan individu untuk menjadi sama (identik) dengan yang ditirunya. Proses identifikasi erat kaitannya dengan imitasi. Simpati adalah proses kejiwaan seorang individu yang merasa tertarik dengan individu lain atau kelompok lain karena sikap, penampilan , atau perbuatannya. Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh , atau stimulasi yang diberikan individu pada individu lain sehingga orang yang diberikan motivasi melaksanakannya secara kritis , rasional, dan tanggung jawab. Empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain baik

  13 suka maupun duka.

2. Bentuk-bentuk interaksi sosial

  Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflik). Suatu pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi (accomodation); dan ini berarti kedua belah pihak belum tentu puas sepenuhnya. Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial. Keempat bentuk pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan suatu kontinuitas, di dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi. Akan tetapi, ada baiknya untuk menelaah proses- proses interaksi tersebut di dalam kelangsungannya.

  Gillin dan Gillin sebagaimana yang dikutip oleh Soejono soekanto, dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar, pernah mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam proses sosial

  14 yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial.

1. Proses-proses yang asosiatif

  Dimaksud dengan proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan kerja sama timbal balik antara orang per orang atau kelompik satu dengan yang lainnya, di mana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan-tujuan bersama.

a. Kerja sama (cooperation)

  Kerja sama adalah usaha bersama-sama antara individu atau kelompok untuk mencapai suatu beberapa tujuan bersama-sama. Ada beberapa betuk kerja sama (cooperation):

  1) Gotong royong atau kerja bakti

  2) Bargaining adalah proses cooperation dalam bentuk perjanjian pertukaran kepentingan, barang-barang maupun jasa antara dua organisasi atau lebih yang terjdi di bidang politik, ekonomi, hukum maupun militer.

  3) Co-potation adalah proses cooperation yang terjadi di antara individu dan kelompok yang terlibat di mana terjadi proses penerimaan unsur-unsur baru dalam suatu organisasi untk menciptakan stabilitas.

  4) Coalition yaitu dua organisasi atau lebih yang mempunya tujuan yang sama kemudian melakukan kemudian melakukan kerja sama satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan tersebut.

  5) Joijt-venture yaitu kerja sama dua atau lebih organisasi perusahaan di bidang-

  15 bidang bisnis untuk pengerjaan proyek-proyek tertentu.

b. Akomodasi (accommodation)

  Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai 14 15 Soejono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 64.

H. M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi. Teori, Paradigma,dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat ( Jakarta: Kencana Pernada Media Goup 2006), h. 58-60.

  suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu

  16 pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

  Akomodasi jelas akan meredakan konflik dan menghentikan proses sosial yang disosiatif ini dengan suatu interaksi yang sedikit banyak bersifat damai.

  Akomodasi akan meredakan pertentangan, dan sikap yang lebih bersahabat mungkin saja tibul dari interaksi yang bersifat damai ini. Proses akomodasi memang akan berpengaruh besar pada sikap dan perilaku orang.

  Akomodasi muncul dalam bentuk yang bermacam-macam sebagian memang terjadi karena diusahakan secara sengaja melalui rencana dan perundingan; dan sebagian lagi terjadi sebagai hasil interaksi kelompok yang sama sekali tak terencana. Sementara itu, umur akomodasi juga bisa bermacam-macam. Ada akomodasi yang hanya mampu bertahan sehari dua hari saja; akan tetapi ada pula yang mampu

  17 bertahan sampai berabad-abad.

1. Bentuk-bentuk akomodasi

  Akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebaga berikut: a.

  Coercion adalah satu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, di mana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila bila dibandingkan 16 dengan pihak lawan.

  Soejono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 68. b.

  Compromise adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

  c.

  Arbitration merupakan suatu cara untuk mencacapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.

  Pertentangan diselesaikan pertentangan diselesaikan oleh pihak pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belak pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan yang lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan, seperti terlihat dalam penyelesaian masalah peselisihan perburuan.

  d.

   Mediation hamper menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah

  pihak ketiga yang netral soal perselisihan yang ada. Pihak ketiga tersebut tugas utamanya adalah untuk mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanayalah sebagai sebagai penasehat belaka.

  e.

   Consiliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-

  keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. Consolation bersifat lebih lunak daripada coertion dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang yang bersangkutan untuk 17 mengadakan asimilasi.

  J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Ed. 2 Cet.

3 Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2007), h. 60.

  f.

   Toleration uga sering dinamakan tolerant-participation. Ini merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.

  g.

   Stalemate merupakan suatu akomodasi di man pihak-pihak yang

  bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangan-pertentangannya.

  h.

  

Adjucation, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.