SKRIPSI PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN KOTA SURABAYA PENELITIAN QUASY EXPERIMENT

  

SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL

AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA

  

JAMBANGAN KOTA SURABAYA

PENELITIAN QUASY EXPERIMENT

OLEH :

AHMAD ASYROFUL ANAM

  

NIM. 131611123031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KOTA SURABAYA 2017 ii

  

SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL

AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA

  

JAMBANGAN KOTA SURABAYA

PENELITIAN QUASY EXPERIMENT

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperwatan (S. Kep)

Pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan

  

Universitas Airlangga

OLEH :

AHMAD ASYROFUL ANAM

  

NIM. 131611123031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KOTA SURABAYA 2017

  

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERNYATAAN

  Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun

  Surabaya, 8 Desember 2017 Yang Menyatakan

  Ahmad Asyroful Anam 131611123031 iii

  

HALAMAN PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

  Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ahmad Asyroful Anam NIM : 131611123031 Program Studi : P endidikan Ners Fakultas : Keperawatan Jenis Karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Non

  • – eksklusif (Non – exclusive

  Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul:

  “Pengaruh Psychoreligius Care : Mendengarkan Murotal Al-Quran Dengan Irama

  

Nahawand Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di UPTD Griya

  Werdha Jambangan Kota Surabaya ”beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non

  • – esklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia / format, mengelola dalam bentuk pangkalan data merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap

  (database), dicantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Surabaya, 8 Desember 2017 yang menyatakan Ahmad Asyroful Anam NIM. 131611123031 iv

LEMBAR PERSETUJUAN

JAMBANGAN KOTA SURABAYA

  v

  

SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL

AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA

  Oleh: Ahmad Asyroful Anam

  NIM. 131611123031 SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 8 Desember 2017

  Oleh Pembimbing Ketua

  Eka Mishbahatul M. Has, S.Kep.Ns., M.Kep NIP. 198509112012122001

  Pembimbing Candra Panji Asmoro, S.Kep.Ns., M.Kep

  NIP. 198706032016113101 Mengetahui

  An. Dekan Wakil Dekan I vi Dr.H. Kusnanto, S.Kp., M.Kes

  NIP. 196808291989031002

  

SKRIPSI

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL

AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA

  Oleh : Ahmad Asyroful Anam

  NIM. 131611123031 Telah diuji

  Pada tanggal, 12 Desember 2017 PANITIA PENGUJI

  Ketua : Dr. Hj. Hanik Endang N, S.Kep,Ns,M.Kep ………………….

  NIP. 197606162014092006 Anggota : 1.

  Eka Mishbahatul M. Has, S.Kep.Ns., M.Kep ………………….

  NIP. 198509112012122001 2. Candra Panji Asmoro, S.Kep.Ns., M.Kep ………………….

  NIP. 197803162008122002 Mengetahui a.n Dekan

  Wakil Dekan 1 Dr. H.Kusnanto, S.Kp.,M.Kes.

  NIP.196808291989031002

  SKRIPSI

  IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

JAMBANGAN KOTA SURABAYA

  vii

  

MOTTO

“Hidup Mulia atau Mati Sahid”

Sehingga Datang Penuh Semangat Pergi Meninggalkan Manfaat

UCAPAN TERIMA KASIH

  • – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Psychoreligius Care: Mendengarkan Murotal Al-Quran Dengan Irama

  viii

  Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, hidayah dan limpahan karunia

  

Nahawand Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di UPTD Griya

  Werdha Jambangan Kota Surabaya ”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Fakultas Keperawatan

  Universitas Airlangga Surabaya.

  Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi- tingginya penulis ucapkan kepada Ibu Eka Mishbahatul M. Has, S.Kep.Ns., M.Kep. selaku pembimbing I dan Bapak Candra Panji Asmoro, S.Kep.Ns., M.Kep. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

  Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Prof. Dr. Nursalam, M. Nurs., (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

  2. Dr. H. Kusnanto, S.Kp., M. Kes., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  3. Ibu Dr. Hj. Hanik Endang N, S.Kep,Ns,M.Kep., selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam menyempurnakan skripsi ini.

  4. Seluruh responden yang telah berpartisipasi selama proses pengambilan data berlangsung di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya

  5. Kepala UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya Ibu Septarti Handayani yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

  6. Seluruh responden yang telah berpartisipasi selama proses pengambilan data berlangsung di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya.

  7. Kedua orang tua (Muhammad Khozzin dan Ulfatin Nadziroh) dan adik (Liberta Isnanida Alkausari) yang telah memberikan doa sepanjang waktu, ix menguatkan, memberi dukungan dan memotivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  8. Traveler Group yang telah memberikan dukungan, bantuan, semangat, motivasi, dan canda tawa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  9. Teman seperjuangan kost (Adib Huda, Budi C, Agus S) 10.

  Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR yang telah mendidik dan membimbing serta memberikan ilmu selama masa perkuliahan.

11. Teman – teman seperjuangan Angkatan B19, yang telah memberikan dukungan, bantuan dan semangat.

  12. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberi motivasi dan bantuan hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi profesi keperawatan. Aamiin Allaahumma Aamiin

  Surabaya, 8 Desember 2017 Ahmad Asyroful Anam

  NIM. 131611123031

  

ABSTRAK

PENGARUH PSYCHORELIGIUS CARE : MENDENGARKAN MUROTAL

AL-QURAN DENGAN IRAMA NAHAWAND TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPTD GRIYA WERDHA

JAMBANGAN KOTA SURABAYA

  Ahmad Asyroful Anam

  

Penelitian Quasy Experiment

  Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

  

Pendahuluan: Upaya untuk mengatasi kecemasan dapat dilakukan dengan

  pendekatan aspek spiritual yaitu psychoreligius care: mendengarkan murotal Al- Quran dengan irama nahawand untuk meningkatkan koping individu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh psychoreligius care: mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya. Metode: Penelitian ini berdesain quasi-experimental pretest-posttest with control group. Populasi adalah Lansia yang tinggal di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya.

  Sampel adalah 50 lansia diperoleh dengan teknik purposive sampling. Selanjutnya dibagi dalam 2 kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing 25 orang. Variabel

  

independent pada penelitian ini adalah Psychoreligius Care: Murottal Al-Quran

  irama Nahawand dan variabel dependen-nya yaitu kecemasan. Instrumen pada penelitiasn ini yaitu kuesioner GAI (Geriatric Anxiety Inventory). Sedangkan Analisis yang digunakan yaitu Wilcoxon Signed Ranks Test dan Mann-Whitney U

  

Test dengan tingkat signifikan p=0.05. Hasil: Analisis data dengan uji statistik

Wilcoxon Signed Ranks Test pada kelompok perlakuan didapatkan p value = 0,001

  yang artinya terdapat perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan

  

Psychoreligius Care : Murottal Al-Quran Irama Nahawand, sedangkan pada

  kelompok kontrol didapatkan p value = 1,000 yang artinya tidak terjadi perubahan tingkat kecemasan pada lansia. Uji statistik Mann-Whitney U Test didapatkan hasil

  

p value = 0,0 22 yaitu terdapat perbedaan signifikan antara posttest kelompok

  perlakuan dan kontrol. Diskusi: Psychoreligius care: mendengarkan murotal Al- Quran dengan irama nahawand mengandung kekuatan spiritual keagamaan yang mampu memberikan efek relaksasi, ketenangan dan kepasrahan yang mendalam terhadap Allah SWT sehingga lansia tidak lagi merasa cemas dalam menjalani masa tua mereka. Perawat dapat menggunakan psychoreligius care: mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand sebagai alternatif terapi non farmakologis untuk menurunkan tingkat kecemasan lansia yang tinggal di panti.

  Kata Kunci: Psychoreligius Care, Murottal Al-Quran,Kecemasan, Lansia

  x

  

ABSTRACT

THE EFFECT OF PSYCHORELIGIOUS CARE : LISTENING TO

MUROTAL AL-QURAN WITH NAHAWAND RHYTHM ON THE LEVEL

OF ANXIETY ON ELDERLY AT UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN

KOTA SURABAYA

  Ahmad Asyroful Anam

  

Quasy Experiment Research

  Faculty of Nursing Universitas Airlangga

  

Introduction: Elderly in nursing home often had anxiety psychological problem.

  Anxiety of elderly in nursing home can caused by afraid to death with symptom of worried, afraid, and nervous. The efforts to resolve anxiety could be done with spiritual aspect approach that used murottal Al-Quran psychoreligious therapy to increase individual coping. The purpose of this research was to know psychoreligious care : listening to murotal Al-Quran with nahawand rhythm Towards Anxiety level of Elderly living in UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya. Method: This research was used quasy-experiment pretest-posttest with control group design. Total population was 105 elderly and obtained 50 samples of elderly. Instrument used questionnaire GAI (Geriatric Anxiety Inventory). Independent variables was murottal Al-Quran with Nahawand rhtym and Dependent variables was anxiety of elderly. Data were collected by using GAI (Geriatric Anxiety Inventory). Data then analyzed by using Wilcoxon Signed Ranks Test and Mann-Whitney U Test with significant value p=0.05. Result: Analysis data with statistical tests of Wilcoxon Signed Ranks Test on treatment group showed p-value = 0.001 which means there was change of anxiety level before and after Listening Murottal psychoreligious therapy, while the control group showed p-value = 1.000 which mean there was not change to anxiety level of elderly. Mann-Whitney U Test showed the result p-value = 0,0 22 which means there was significant difference between posttest of treatment and control groups. Discussion: Murotal psychoreligious care contain religious spiritual strength gave relaxation effect, calmness, and deep resignation to Allah SWT, so elderly didn’t feel anxiety in the future age. Nurses could apply Murottal psychoreligious care as alternative non- pharmacologic therapy to decrease level of anxiety level on elderly at nursing home.

  Keywords: Psychoreligious Care, Murottal Al-Quran ,Anxiety, Elderly

  xi

  

DAFTAR ISI

  Hal

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   xii

  xiii

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   xiv

  

DAFTAR TABEL

  Hal Hal

  

  

  

  

Tabel 5.1 Distribusi responden menurut karakteristik demografi di UPTD Griya

  52

  54 xv

  

DAFTAR GAMBAR

  Hal

  

  

  

  

   xvi

DAFTAR LAMPIRAN

  Hal

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lansia merupakan individu yang berusia di atas 60 tahun yang umumnya

  memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi (Okatiranti, 2015). Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia di antaranya dalam menghadapi masa pensiun, takut akan kesepian, sadar akan kematian. Serta lansia yang tinggal di panti sering mengalami masalah- masalah seperti kesepian, stres, depresi, penarikan diri, acuh tak acuh terhadap diri dan lingkungan serta kecemasan (Manaf 2016).

  Kecemasan merupakan kondisi kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2009).

  Kecemasan pada lansia di panti sering disebabkan karena faktor kurangnya kunjungan keluarga, ketakutan akan datangnya kematian (Heningsih, 2014; Okatiranti, 2015). Kunjungan keluarga sebagain dari dukungan keluarga yang merupakan harapan lansia di hari tuanya agar anak- anaknya tetap menghormati, menghargai dan menyayangi lansia tersebut, melalui sikap patuh anak terhadap orang tua itu merupakan hal yang dapat membahagiakan perasaan lansia, bila anak bisa membuatnya senang maka lansia tersebut yakin bisa panjang umur

  (Syam’ani, 2013).

  Apabila kecemasan tersebut tidak ditangani dapat berakibat terhadap kondisi lansia yang semakin terpuruk, merasa terasingkan, merasa tidak berarti, depresi bahkan dapat menimbulkan gangguan-gangguan mental lain yang bersifat

  1 kronis (Laili and Nida, 2014). Upaya dalam mengatasi masalah kecemasan pada lansia di panti diantaranya teknik distraksi dan relaksasi, terapi tertawa dan terapi musik. Selain terapi tersebut saat ini telah banyak dikembangkan melalui berbagai penelitian penangaan masalah kecemasan dengan pendekatan aspek spiritual.

  Menurut Subandi et al. (2013) Bentuk psikoterapi terapi yang dimaksudkan yaitu

  

psychorelgius care, terapi tersebut menggabungkaan antara pendekatan kesehatan

  jiwa modern dan pendekatan aspek keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan mekanisme koping dan mengatasi masalah kecemasan individu. Psychorelgius

  

care mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari psikoterapi lainnya, karena

  mengandung unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan, percaya diri dan keimanan seseorang. Jenis psikoreligius yang dimaksud diantaranya sholat, membaca atau mendengarkan ayat Al-Qur an, do’a dan dzikir (Hawari, 2013). Beberapa terapi psikoreligius pernah dilakukan dan mendengarkan murottal Al- Quran diyakini sebagai salah satu terapi yang mampu menumbuhkan rasa aman, tentram dan ketenangan yang mendalam sebagai anugerah dari Allah. Secara psikologis suara yang bersumber dari firman Sang Pencipta akan menumbuhkan penghayatan akan kehadiran Allah SWT yang senantiasa hadir dalam diri manusia dalam kondisi apapun dan saat kesadaran tersebut muncul maka manusia tidak lagi merasa dalam kesendirian dalam kehidupannya di dunia. Selain itu mendengarkan murottal Al-Quran selama 15 menit dengan tempo yang lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon stress, mengaktifkan hormon endofrin alami (serotonin) (Lasalo, 2016).

  Menurut WHO (2012) di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Jumlah lansia di Indonesia sebesar 8,9% di tahun

  2013 dan akan meningkat menjadi 21,4% pada tahun 2050 (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014). Angka kejadian kecemasan pada lansia di negara berkembang sebanyak 50%, sedangkan angka kejadian gangguan kecemasan di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk (WHO, 2012). Hasil penelitian Manaf et al. (2016) menunjukan bahwa prevalensi terjadinya kecemasan pada lansia di daerah melayu sebesar 22,6%. Penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2014) menjelaskan bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di panti werdha mengalami kecemasan sebesar 47,25% dibandingkan lansia yang tinggal bersama keluarga yaitu sebesar 31,59%. Berdasarkan hasil survey data awal peneliti pada tanggal 19 September 2017 di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya terhadap 10 lansia ditemukan dari 10 lansia yang di wawancara terdapat terdapat 7 orang lansia yang mengalami kecemasan dengan keluhan khawatir terhadap kematian, 3 lansia merasa khawatir dan sedih dengan keadaan penyakit yang tidak kunjung sembuh dan 2 lansia yang mengalami kecemasan merasa khawatir barangnya diambil oleh orang lain.

  Murottal merupakan rekaman suara Al-Quran yang dilagukan oleh seorang Qori’ (pembaca Al-Quran) (Rohmi Handayani et al, 2014). Harmonisasi dalam murottal yang indah akan menarik telinga dalam bentuk suara menggetarkan gendang telinga, mengguncangkan cairan di telinga dalam, serta menggetarkan sel- sel rambut didalam coglea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju otak dan menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan otak kiri yang akan memberikan dampak berupa kenyamanan dan perubahan perasaan (Nataliza, 2012). Salah satu irama dari 7 tilawah Al-Quran yang bersifat menenangkan, mendamaikan, dan menentramkan yaitu irama Nahawand (Kristriyono, 2017). Pemberian murrotal Al-Quran irama nahawand akan menimbulkan rasa percaya diri, rasa optimisme, mendatangkan ketenangan, damai, dan merasakan kehadiran Allah SWT sehingga mengakibatkan ransangan ke hipotalamus untuk menurunkan produksi CRF (Cortikotropin Releasing Faktor). CRF akan merangsang kelenjar pituitary anterior untuk menurunkan produksi ACTH (Adeno Cortiko Tropin

  

Hormon ) dan menstimulasi produksi endorphin yang akan membuat klien menjadi

  rileks. Penurunan ACTH dan peningkatan endorphin juga dapat menurunkan tahanan perifer dan cardiac output sehingga tekanan darah menurun (Valentino & Bockstaele, 2008)

  Berdasarkan latar belakang di atas, mekanisme psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan lain yang dimaksudkan dalam teori konsekuensi fungsional miller. Menurut Miller (2012) perawat dapat meningkatkan kesejahteraan lansia melalui tindakan promosi kesehatan dan tindakan keperawatan lain untuk mengatasi terjadinya konsekuensi fungsional negatif. Psychoreligius

  

care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand sebagai

  intervensi keperawatan lain belum terbukti dapat menurunkan kecemasan. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian untuk pengaruh psychoreligius care

  

: mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan

tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya.

1.2. Rumusan Masalah

  Bagaimana pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal Al- Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan umum

  Menjelaskan pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya.

  1.3.2 Tujuan khusus 1.

  Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada lansia yang tinggal di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya sebelum dan sesudah diberikan psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran dengan irama nahawand.

2. Menganalisis pengaruh psychoreligius care : mendengarkan murotal

  Al-Quran dengan irama nahawand terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya sebelum dan sesudah intervensi.

1.4. Manfaat Penelitian

  1.4.1 Teoritis

  Hasil penelitian ini memberikan alternatif solusi bagi keilmuan Keperawatan Gerontik khususnya sebagai pendekatan terapeutik untuk menurunkan kecemasan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota Surabaya.

  1.4.2 Praktis

  1. Bagi Lansia Lansia mendapatkan manfaat dalam upaya menurunkan tingkat kecemasan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

  2. Bagi Perawat Panti Perawat mendapatkan alternatif solusi terapi non farmakologis untuk menurunkan tingkat kecemasan lansia yang tinggal di panti.

  3. Bagi Panti

  Psychoreligius care : mendengarkan murotal Al-Quran irama nahawand dapat digunakan sebagai program kegiatan rutin di panti

  untuk menurunkan tingkat kecemasan lansia yang tinggal di panti.

  4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan psychoreligius care dalam mengatasi masalah-masalah keperawatan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Lansia (lanjut usia)

  2.1.1 Pengetian lansia

  Lansia (lanjut usia) merupakan suatu proses alamiah yang harus dilalui setiap individu (Kristyaningsih, 2011). Lansia merupakan tahap akhir perkembangan dalam kehidupan manusia yang merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu dimana terjadi perubahan-perubahan fisiologis maupun psikososisal dan berpotensi terhadap masalah kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa (Maryam et al., 2008).

  2.1.2 Klasifikasi lansia

  Batasan-batasan umur pada lansia menurut Departemen Kesehatan RI (2003) dalam (Maryam et al., 2008) membagi lansia sebagai berikut: 1.

  Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas 2. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium 3. Kelompok usia lanjut (lebih dari 65 tahun) sebagai senium.

2.1.3 Teori proses penuaan 1.

  Teori genetik dan mutasi Proses penuaan disebabkan karena mutasi somatik akibat dari pengaruh lingkungan yang buruk sehingga terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan proses translasi RNA protein atau enzim. Kesalahan tersebut apabila terjadi secara terus menerus maka

  7 dapat menurunkan fungsi organ atau perubahan sel kanker (Nugroho, 2012).

  2. Teori imunologi Teori ini menjelaskan dengan bertambahnya usia seseorang maka kemampuan sistem imun untuk menghancurkan bakteri, virus dan jamur melemah. Disfungsi sistem imun ini diperkirakan menjadi faktor dalam perkembangan penyakit kronis, seperti kanker, diabetes, infeksi dan penyakit kardiovaskuler (Potter and Perry, 2009).

  3. Teori radikal bebas Menurut teori ini penuaan disebabkan karena akumulasi kerusakan yang bersifat irreversible akibat senyawa oksidator (Potter and Perry, 2009).

  Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan apabila radikal bebas tidak stabil dapat mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik sehingga menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

  4. Teori rantai silang Menurut teori ini proses menua disebabkan oleh karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Reaksi kimia ini menyebabkan ikatan yang kuat pada jaringan kolagen sehingga mengakibatkan kurangnya elastisitas dan hilangnya fungsi sel (Nugroho, 2012).

2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

  Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Santoso and Ismail, 2009):

  1. Perubahan kondisi fisik Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke seluruh sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen.

  Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas pada saat melakukan aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan menurun, gangguan fungsi penglihatan dan pendengaran, serta sulit menahan kencing.

  2. Perubahan kondisi mental Lansia pada umumnya mengalami penurunann fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan. Dalam segi mental dan emosional lansia sering muncul perasaan pesimis, perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi.

  3. Perubahan psikososial Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkuatan.

4. Perubahan kognitif

  Perubahan fungsi kognitif pada lansia di antaranya adalah kemunduran pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran dan kemampuan verbal akan menetap apabila tidak diikuti dengan penyakit penyerta.

5. Perubahan spiritual

  Menurut Maslow (1970) menyatakan bahwa agama dan kepercayaan lansia seiring bertambahnya usia akan semakin terintegrasi dalam kehidupannya.

2.1.5 Tugas perkembangan lansia

  Menurut Potter and Perry (2009) tugas perkembangan lansia yaitu sebagai berikut :

  1. Beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik

  2. Beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan

  3. Beradaptasi terhadap kematian pasangan

  4. Menerima diri sebagai individu yang menua

  5. Mempertahankan kehidupan yang memuaskan

  6. Menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa 7. Menemukan cara mempertahankan kualitas hidup.

2.2. Konsep Kecemasan 2.2.1. Pengertian kecemasan

  Kecemasan merupakan kondisi kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2009). Sedangkan menurut PPNI (2017) kecemasan adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

2.2.2. Klasifikasi tingkat kecemasan

  Stuart (2009) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu: 1. Kecemasan ringan

  Tanda dan gejalanya kecemasan tingkat ini yaitu persepsi dan perhatian meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.

  2. Kecemasan sedang

  Kecemasan pada tahap ini memungkinkan seseorang berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga lapang persepsi seseorang menjadi sempit. Respon fisiologi yang terjadi di antaranya: sering bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif yang terjadi yaitu lapang persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiaannya.

  3. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi. seseorang

  cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat ini yaitu persepsi sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.

4. Kecemasan tingkat panik

  Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan rasa ketakutan dan teror. Individu dengan kecemasan tingkat panik mengalami kehilangan kendali dan tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat mengakibatkan kelelahan bahkan sampai kematian.

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan 1.

  Faktor Predisposisi Menurut Stuart (2009) faktor predisposisi merupakan faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stres.

2. Stresor presipitasi

  Stresor presipitasi merupakan semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan kecemasan (Suliswati et al., 2005). Menurut Stuart,

  (2009) stresor pencetus digambarkan sebagai stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal maupun eksternal.

  Stressor pencetus dapat disebabkan karena adanya ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan adanya ancaman terhadap sistem diri yang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu (Stuart, 2009). Stresor pencetus kecemasan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

  1) Biologi

  Kecemasan dapat mengancam integritas seseorang baik ancaman secara eksternal maupun internal. Ancaman eksternal misalnya masuknya kuman, virus, polusi lingkungan, rumah yang tidak memadai, pakaian, makanan atau trauma injuri. Sedangkan ancaman internal berupa kegagalan mekanisme fisiologis tubuh seperti jantung, sistem kekebalan, pengaturan suhu dan kehamilan (Stuart, 2009).

  2) Psikologi

  Ancaman terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan ketidakmampuan psikologis atau penurunan aktivitas sehari-hari seseorang. Apabila penanganan tersebut menyangkut identitas diri dan harga diri seseorang maka dapat mengakibatkan ancaman terhadap

  self system. Ancaman eksternal yang terkait dengan kondisi psikologis

  dan dapat mencetuskan terjadinya kecemasan diantaranya adalah dilema etik, pindah kerja, perubahan

  peristiwa kematian, perceraian,

  dalam status kerja. Sedangkan yang termasuk ancaman internal yaitu gangguan hubungan interpersonal dirumah, ditempat kerja atau ketika menerima peran baru (istri, suami, dan sebagainya). Sosial budaya

  3)

  Menurut Tarwoto & Wartonah (2015) status ekonomi dan pekerjaan akan mempengaruhi timbulnya stres dan selanjutnya dapat menimbulkan kecemasan. Orang dengan status ekonomi yang kuat akan lebih susah mengalami stres dibanding orang yang status ekonominya lemah.

  Sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi seseorang mengalami kecemasan. Setiap budaya memilki norma-norma yang mengatur cara untuk mengekspresikan dan menghadapi kecemasan (Videbeck’s, 2012).

2.2.4. Tindakan untuk Mengatasi Kecemasan 1.

  Mekanisme koping Menurut Mayne & Bonano (2003) dalam Widianti (2011) menjelaskan bahwa saat individu mengalami kecemasan, maka mereka menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mengatasinya. Ketidakmampuan dalam mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Koping memiliki dua fungsi umum (Lazarus, 1999 dalam Safaria & Saputra, 2009) yaitu:

  1) Emotion focused coping adalah usaha untuk mengatasi suatu masalah dengan cara mengontrol respon emosional terhadap situasi yang menekan. Sarafino (1998) dalam Widianti (2011) menyebutkan bahwa

  emotion focused coping pada individu dapat mengatur respon emosionalnya dengan cara mencari dukungan emosi dari sahabat atau keluarga, melakukan aktivitas yang disukai dan lain-lain.

  Problem focused coping adalah usaha untuk mengurangi stressor

  2) dengan cara mempelajari keterampilan-keterampilan yang baru yang digunakan untuk mengubah situasi, keadaan atau pokok pemasalahan.

  Menurut Smer (1994) dalam Safaria & Saputra (2009) problem focused

  coping ini digunakan apabila individu merasa yakin akan dapat mengubah situasi.

  2. Tindakan Keperawatan McCloskey & Bulechek (2008) dalam buku Nursing Intervention

  Clasification (NIC) menjelaskan tentang tindakan keperawatan yang

  dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan yaitu dengan cara memberikan ketenangan atau mententramkan hati, menyatakan dengan jelas harapan dari perilaku klien, menjelaskan semua prosedur termasuk dampak maupun akibat selama perawatan, memahami klien dalam mencari pandangan hidup terhadap situasi yang menyebabkan stress, memberikan informasi mengenai hasil diagnosa keperawatan dan prognosisnya, merawat klien di rumah demi keselamatan dan mengurangi ketakutan.

  3. Psikofarmaka Terapi obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan yaitu obat anti ansietas yang terdiri dari ansiolitik, transquilizer minor, sedative, hipnotik dan anti konfulsan. Mekanisme kerja obat tersebut yaitu dengan mendepresi susunan saraf pusat (SSP), kecuali buspiron (buspar). obat ini mungkin

  Meskipun mekanisme kerja yang tepat tidak diketahui,

  menimbulkan efek yang di inginkan melalui reaksi dengan serotonin, dan reseptor neurotransmitter lainnya. Obat anti ansietas dopamine digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan, gangguan somatoform , ganggguan disosiatif, gangguan kejang (Videbeck’s, 2012).

  2.2.5. Gambaran kecemasan pada lansia

  Perubahan baik dari aspek fisik maupun psikis yang terjadi pada lansia akan memicu munculnya kecemasan yang kadang dapat bersifat kronis. Kondisi kecemasan pada lansia tersebut merupakan sebuah konsekuensi yang wajar karena pemicu utama gangguan kecemasan bersumber dari persepsi individu akan keadaan yang diduga dapat merugikan dan mengancam individu tersebut sehingga ia merasa tidak berdaya untuk menghadapinya (Nida 2014).

  Menurut beberapa hasil survey yang telah dilakukan menunjukkan bahwa peluang gangguan kecemasan pada lansia dua kali lipat lebih besar daripada individu muda serta lansia wanita lebih mungkin untuk mengalami gangguan cemas. Hal tersebut berkaitan dengan penyakit yang dialami, perasaan sedih atas meninggalnya pasangan dan penerimaan kehidupan pernikahan yang sudah berlangsung cukup lama (Byrne, 2002; Putri, 2012).

  Menurut Meares (1965) dalam Putri (2012) menjelaskan bahwa kecemasan pada lansia muncul dikarenakan penurunan homeostatis pada tubuh sehingga terjadi penurunan fungsi indra manusia. Kecemasan pada lansia juga muncul karena kurangnya sikap menerima lansia terhadap keadaan baru yang diciptakan oleh keluarga dengan tujuan untuk memberikan kenyamanan bagi lansia, tetapi hal tersebut bukan membuat lansia bahagia tetapi membuat lansia dituntut untuk melakukan adaptasi lagi terhadap lingkungan barunya

2.3. Konsep Psikoreligus 2.3.1. Psikoreligius

  Psikoreligius merupakan bentuk psikoterapi yang menggabungkaan antara pendekatan kesehatan jiwa modern dan pendekatan aspek keagamaan dengan tujuan untuk meningkatkan mekanisme koping dan mengatasi masalah individu (Yosep 2010 dalam Subandi et al. 2013). Menurut Fanada (2012) terapi psikoreligius merupakan sebuah terapi melalui pendekatan keagamaan yang dianut oleh klien dan cenderung menyentuh sisi spiritual manusia. Menurut Hawari (2013) jenis psikoreligius yang dimaksud diantaranya sholat, do’a, dzikir, membaca atau mendengarkan ayatAl-Quran.

2.3.2. Pengertian murotal Al-Quran 1.

  Terapi murotal Al-Quran a.

  Pengertian Al-Quran Al-Quran merupakan wahyu dari ilahi dan kitab suci yang ditujukan untuk bimbingan spiritual manusia. Al-Quran memiliki saran dan rekomendasi penting untuk kesejahteraan manusia baik dalam kehidupan duniawi dan akhirat(Mahjoob, 2014). Dalam Q.S.

  Yunus (10) ayat 57 disebutkan bahwa “Wahai manusia, sungguh telah datang kepada kalian nasihat dari Rabb kalian dan penyembuh untuk apa yang ada di dalam dada serta petunjuk dan rahmat bagi kaum mukminin” b.

  Pengertian terapi murotal Al-Quran Lantunan Ayat-ayat Al-Quran (Murotal) merupakan bagian dari suara manusia yang merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan (Lasalo, 2016). Sama seperti terapi musik, suara melodi yang bersumber dari Al-Quran memiliki efek terapeutik terhadap emosioanal, kognitif, dan kebutuhan sosial individu (Tumiran et al., 2013). Terapi murottal Al-Quran selama 15 menit dengan tempo yang lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon stress, mengaktifkan hormon endofrin alami (serotonin)(Lasalo, 2016)

  Murrotal Al-Q ur’an adalah salah satu musik dengan intensitas 50 desibel yang membawah pengaruh positif bagi pendengaran (Wijaya dalam Hudayana.2014). Intensitas suara yang rendah merupakan intensitas suara kurang 60 desible sehingga menumbuhkan kenyamanan dan tidak nyeri. Terapi murrotal Al-

  Qur’an dapat menstimulasi gelombang alpha yang akan menyebabkan pendengarnya mendapat keadaan yang kurang tentram dan damai (Permana sari dalam Wahida, Nooryanto & Andrami.2015)

  Bacaan murrotal Al-Quran mempunyai irama yang konstan, teratur dan tidak ada perubahan irama yang mendadak. Tempo murrotal Al- Quran juga berada antara 60 -70 db/menit serta nadanya rendah sehingga mempunyai efek meningkatkan ketenangan(Rohmi Handayani, Dyah, Retno, 2014). Manfaat terapi murotal Al-Quran dibuktikan dalam berbagaipenelitian. Manfaat tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan ketenangan jiwa

  BacaanAl-Quran yang diperdengarkan kepada seseorang menurut Hidayatullah (2012) menimbulkan efek relaksasi hingga

  65%, dibandingkan bacaan berbahasa Arab nonAl-Quran hanya mencapai 33%.

  2. Menurunkan kecemasan Penelitian yang dilakukan oleh Hassan Sotodehas (2015) menunjukkan bahwa pemberian pengaruh terapi murotal Al Quran memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa. Pada penelitian tersebut responden yang diberikan terapi murotal Al Quran memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah daripada pasien yang tidak diberikan terapi.

  3. Menurunkan perilaku kekerasan Penelitian yang dilakukan oleh Widhowati (2010) menunjukkan bahwa penambahan terapi audio dengan murottal surah Ar Rahman pada kelompok perlakuan lebih efektif dalam menurunkan perilaku kekerasan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan terapi audio tersebut.

4. Mengurangi tingkat nyeri

  Terapi murotal Al Quran terbukti dapat menurunkan tingkat nyeri. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andarini et al., (2015) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi murotal Al Quran terhadap tingkat nyeri. Pada penelitian tersebut kelompok yang diberikan terapi murotal Al Quran memiliki tingkat nyeri yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak diberikan terapi murotal Al Quran.