Perbanyakan Cepat Tanaman Nenas Tangkit (Ananas comosus (L.) Merr. cv. Tangkit) Secara In Vitro - Repository Unja

BALUNIJUK, 20-21 JULI 2017

  

FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN, DAN BIOLOGI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

  PROSIDING Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri (BKS-PTN) Wilayah Barat, Bidang Pertanian

“Mendorong Kedaulatan Pangan Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Unggul Lokal”

Penanggung Jawab : Dr. Tri Lestari, S.P., M.Si.

  Ketua Panitia : Dr. Eries Dyah Mustikarini, S.P., M.Si. Sekretaris : Nur Annis Hidayati, S.Si., M.Sc. Bendahara : Dr. Endang Bidayani, S.Pi., M.Si. Editor : Gigih Ibnu Prayoga, S.P., M.P.

  Ropalia, S.P., M.Si. Deni Pratama, S.P., M.Si. Okto Supratman, S.Pi., M.Si. Ahmad Fahrul Syarif, S.Pi., M.Si.

  Desain sampul : Gigih Ibnu Prayoga, S.P., M.P.

  ISBN 978-602-50885-0-6 Penerbit Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi Universitas Bangka Belitung Alamat : Kampus Terpadu UBB, Gedung Semangat, Desa Balunijuk Kecamatan Merawang, Bangka Belitung Telepon (0717) 422145/ Faksimile (0717) 421303

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, sehingga

kegiatan Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan (SEMIRATA) BKS-PTN Pertanian

  

Wilayah Barat tahun 2017 dapat terlaksana. SEMIRATA BKS-PTN Pertanian Wilayah Barat

merupakan kegiatan tahunan yang melibatkan semua PTN yang memiliki bidang ilmu

pertanian. Kegiatan tersebut terbagi menjadi 2 (dua) kegiatan yaitu: (1) Seminar Nasional

dan Seminar Hasil Penelitian serta, (b) Rapat Tahunan Dekan.

  Tema kegiatan SEMIRATA tahun 2017 yang dilaksanakan di Kota Pangkalpinang

Kepulauan Bangka Belitung adalah, “Mendorong Kedaulatan Pangan Melalui

Pemanfaatan Sumber Daya Unggul Lokal

  ”. Sumber daya lokal seperti plasma nutfah,

varietas lokal, lahan sub optimal, lahan-lahan pasca penambangan dan potensi perairan

dapat dioptimalkan potensinya melaui kegiatan penelitian terapan yang mampu

menghasilkan produk pangan unggulan.

  Masyarakat Indonesia sebagai konsumen produk pangan harus diyakinkan bahwa

produk pangan lokal cukup berkualitas. Hasil-hasil riset unggulan perguruan tinggi dan

lembaga penelitian pertanian perlu terus dijembatani untuk bisa diaplikasikan petani.

Petani diharapkan mampu munculnya produk pangan unggulan dari hasil penelitian yang

berdaya saing tinggi. Kepercayaan yang tinggi dari masyarakat terhadap produk pangan

lokal dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

  Hal penting yang harus dilakukan saat ini adalah, bagaimana menjadikan negara

agraris kita ini bisa menghasilkan produk pangan unggulan yang diminati oleh konsumen

dalam negeri. Bagaimana supaya negara kita bisa menurunkan impor produk pangan.

Bagaimana agar produk pangan lokal kita bisa menjadi tuan rumah di negeri ini.

  Penyelengaraan kegiatan SEMIRATA BKS-PTN Pertanian Wilayah Barat Tahun 2017

ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1.

  Menteri Pertanian Republik Indonesia 2. Gubenur Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 3. Rektor Universitas Bangka Belitung 4. Dekan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi-UBB 5. Ketua BKS-PTN Pertanian Wilayah Barat 6. Direktur PT Timah Persero TBK 7. Ketua Forum Rektor BKS-PTN Pertanian Wilayah Barat 8. Seluruh Anggota Panitia pelaksana kegiatan SEMIRATA tahun 2017 Selamat melaksanakan Seminar dan Rapat Tahunan Dekan, selamat menikmati

keindahan kota PangkalPinang, lokasi-lokasi wisata di Pulau Bangka dan Belitung. Semoga

apa yang kita lakukan ini memberikan manfaat bagi kita semua dan memajukan bangsa dan

negara Republik Indonesia.

  Ketua Panitia Dr. Eries Dyah Mustikarini, S.P, M.Si

  

SAMBUTAN DEKAN

FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

  Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh Salam sejahtera bagi kita semua Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan

dan kesempatan kepada kita untuk dapat hadir pada acara ini. Shalawat dan salam tidak lupa

kami ucapkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

  Terimakasih kami uacapkan atas partisipasi dalam acara Seminar dan Rapat Tahunan (Semirata) BKS- PTN Barat tahun 2017 dengan tema “Mendorong Kedaulatan Pangan

  Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Unggul Lokal ”.

  Hal penting yang harus dilakukan saat ini adalah bagaimana negara agraris kita ini bisa

menghasilkan produk pangan lokal unggulan yang diminati oleh masyarakat baik di dalam

maupun luar negeri. Melalui seminar ini diharapkan dapat lahirnya pemikiran-pemikiran

positif yang dapat terealisasi dan mengantarkan kita kepada kemajuan pertanian Indonesia.

  Kami sebagai tim dalam kegiatan ini telah berusaha dengan segala kemampuan kami,

tetapi kami sebagai manusia menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan

yang ada pada acara ini. Saya sebagai Dekan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi,

Universitas Bangka Belitung mewakili seluruh panitia yang terlibat dalam kegiatan seminar

ini menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika ada hal yang tidak

berkenan di hati bapak/ibu selama kegiatan ini.

  Saya mohon maaf jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan di bapak/ibu. Semoga

ilmu yang kita dapat dapat kita amalkan kepada masyarakat untuk memajukan pertanian

Indonesia.

  Dekan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung Dr. Tri Lestari, S.P, M.Si

  

DAFTAR ISI

KEYNOTE SPEAKER

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      Utilization of Fermented Shrimp Waste Meal in Rations to Laying Hens Performances

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

        

      Perbanyakan Cepat Tanaman Nenas Tangkit (Ananas comosus (L.) Merr.

      cv. Tangkit) Secara In Vitro

        

      Neliyati* dan Zulkarnain

      Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi

      Kampus Pinang Masak, Jl. Raya Jambi

      • – Muara Bulian Km. 15, Mendalo Indah, Jambi 36361
        • *e-mail: HP.08117405340

        

      ABSTRAK

      Penelitian in bertujuan untuk mendapatkan bibit tanaman nenas secara in vitro menggunakan tunas

      buah (basal slip) sebagai bahan eksplan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi

      Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jambi dari bulan Juli hingga Desember 2016. Perlakuan yang

      -1

      diuji adalah zat pengatur tumbuh NAA konsentrasi 0, 1, 2, 3 , 4 dan 5 mgL yang dikombinasikan

      • -1

        dengan BAP konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 mgL . Percobaan disusun dalam pola Rancangan Acak

        Lengkap dengan 10 eksplan setiap perlakuan. Parameter yang diamati adalah jumlah eksplan yang

        menumbuhkan tunas, kecepatan pembentukan tunas, jumlah tunas yang berkembang, dan proliferasi

        kalus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tanpa zat pengatur tumbuh sama sekali tidak

        efektif untuk menginduksi pertumbuhan tunas. Pertumbuhan tunas terjadi apabila ke dalam medium

        -1 -1 -1

        kultur ditambahkan NAA 1 atau BAP 1 . Konsentrasi NAA di atas 3 mgL cenderung

      • –3 mgL –5 mgL

        menghambat pertumbuhan tunas meskipun dikombinasikan dengan BAP. Pembentukan tunas semakin

        -1 -1.

        

      cepat dengan pemberian NAA 1 mgL + BAP hingga 4 mgL Perlakuan yang menghasilkan tunas

      -1 -1 terbanyak diperoleh dari perlakuan NAA 1 mgL + BAP 4 mgL , dengan rata-rata 10,4 tunas.

        Kata kunci: kultur jaringan tanaman, mikropropagasi, asam naftalen asetat, benzil amino purin.

      1. PENDAHULUAN

        Nenas (Ananas comosus (L.) Merr.) adalah salah satu komoditas hortikultura buah-buahan penting dari famili Bromeliaceae yang sejak tahun 1983 telah diprioritaskan pengusahaannya di Propinsi Jambi. Oleh karenanya, dalam kebijakan pengwilayahan komoditas hortikultura, nenas merupakan salah satu komoditas unggulan Propinsi Jambi dengan sentra produksi berada di desa Tangkit Baru, Kabupaten Muaro Jambi.

        Nenas umumnya diperbanyak secara vegetatif menggunakan mahkota buah, anakan maupun tunas buah (basal slip) sebagai sumber benih . Akan tetapi perbanyakan vegetatif menggunakan mahkota buah, anakan, maupun slip dihadapkan pada kendala berupa terbatasnya jumlah propagula yang dihasilkan, transmisi penyakit, dan pertumbuhan yang tidak seragam . Mahkota buah selalu terbawa bersama-sama dengan buah pada waktu dipasarkan, sedangkan anakan seringkali jumlahnya terbatas. Di samping itu, menurut umumnya ukuran anakan yang diperoleh sangat beragam sehingga menimbulkan keragaman yang tinggi dalam hal waktu berbunga dan pembentukan buah pada progeni hasil perbanyakan. Terbatasnya propagula yang tersedia untuk perbanyakan tanaman merupakan hambatan dalam upaya penyediaan bibit nenas bermutu. Untuk itu, alternatif perbanyakan tanaman yang dapat ditempuh adalah dengan memanfaatkan bioteknologi tanaman melalui teknik kultur in vitro yang telah terbukti berhasil pada berbagai spesies tanaman hortikultura buah-buahan berbatang lunak lain, seperti pisang

        

      Danial et al., 2016; Diengngan et al.,

        2016) Perbanyakan in vitro pada tanaman nenas menawarkan banyak keunggulan dibandingkan metoda perbanyakan vegetatif konvensional. Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak peneliti yang melaporkan keberhasilan memproduksi bibit tanaman nenas melalui teknik in vitro .

         melaporkan, bahwa sebanyak 161.080 bibit nenas dapat diregenerasikan dalam waktu hanya delapan bulan dari satu bahan material awal. Sementara itu dengan teknik vegetatif konvensional dibutuhkan waktu 7,5 tahun untuk mendapatkan sebanyak 32.700 bibit nenas dari satu tanaman induk (Matos et al., 1988).

        Keberhasilan kultur in vitro nenas tergantung pada sejumlah faktor, yang dapat dijumpai selama masa pertumbuhan kultur. Pada umumnya kultur in vitro tanaman nenas menggunakan tunas aksilar dorman dari mahkota buah (Soneji et al., 2000a

      • -1 melaporkan bahwa 1,5mgL BAP merupakan perlakuan terbaik untuk menghasilkan plantlet nenas. Sementara itu menur -1

         bahwa konsentrasi 5 mgL BAP pada medium cair menghasilkan lebih banyak plantlet nenas MD2 dibandingkan medium padat yang dilengkapi dengan

      • -1 7,5 mgL BAP.

        Selain faktor zat pengatur tumbuh, sumber bahan eksplan juga perlu diperhatikan pada kutur in

        

      vitro nenas. Pada penelitian kultur jaringan nenas kultivar Maspine berhasil

        meregenerasikan plantlet dari kultur pucuk, sedangkan mendapatkan plantlet dari kultur meristem. Regenerasi tanaman nenas melalui embriogenesis somatik telah pula dilaporkan oleh sejumlah peneliti . Rahman et al. menggunakan ujung mahkota dari buah matang untuk mendapatkan regenerasi tanaman dari nenas kultivar Giant Kew dan Kultivar Khulna Lokal dari Bangladesh. .

        Penelitian in bertujuan untuk mendapatkan bibit tanaman nenas secara in vitro menggunakan tunas buah (basal slip) sebagai bahan eksplan awal. Prosedur ini akan memfasilitasi teknik perbanyakan klonal pada tanaman nenas dalam rangka penyediaan bibit bermutu yang seragam.

      2. BAHAN DAN METODA

        Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jambi dari bulan Juli hingga bulan Desember 2016. Sebagai bahan tanam adalah tunas buah (basal

        

      slip) yang diisolasi dari buah nenas kultivar Tangkit hasil panen di kebun petani Desa Tangkit Baru,

        Kabupaten Muaro Jambi. Seluruh daun dibuang sehingga didapatkan “tunas telanjang” dengan mata- mata tunas aksil ar yang nampak jelas pada setiap pangkal daunnya. “Tunas telanjang”tersebut kemudian dicuci di bawah air mengalir plus deterjen selama 5 menit, dibilas dengan air steril, lalu direndam di dalam larutan fungisida Benlox dan Agrept selama satu jam. Selanjut 2 ) 20% selama 15 nya “tunas telanjang” tersebut direndam berturut-turut di dalam larutan Clorox (5,2% NaOCl menit dan 10% selama 10 menit,lalu dibilas dengan air suling steril.

        Medium kultur yang digunakan adalah komposisi MS , dilengkapi dengan vitamin, myo-inositol dan sukrosa 3% (w/v). Ke dalam medium ditambahkan zat pengatur tumbuh sesuai dengan perlakuan. Kemasaman medium ditetapkan 5,8 ± 0,02 sebelum dipadatkan dengan agar (Difco Bacto) 0,8% (w/v) dan dibagi-bagi ke dalam botol kultur sebanyak 20 mL per

      • -2 o botol. Selanjutnya medium diotoklaf pada tekanan 1,06 kg cm pada suhu 121 C selama 15 menit.
      • 1 Perlakuan yang diuji adalah zat pengatur tumbuh yaitu NAA (konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 mgL -1
        • - ) dan BAP (konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 mgL ). Percobaan disusun dalam pola Rancangan Acak Lengkap, setiap perlakuan terdiri atas 10 eksplan yang ditanam di dalam botol kultur yang terpisah.

          Eksplan ditempatkan di dalam kondisi gelap total selama 7 hari sebelum dipindahkanke rak-rak o kultur di dalam ruang kultur. Suhu lingkungan di dalam ruang kultur dipertahankan 25  1 C dan

        • -2 -1 fotoperiodesitas 16 jam per hari dengan intensitas cahaya lebih-kurang 50 µmol m s yang berasal dari lampu TL putih. Peubah yang diamati meliputi:1) persentase eksplan yang menumbuhkan tunas, 2) kecepatan pembentukan pucuk, 3) jumlah pucuk yang ditumbuhkan per eksplan, dan 4) proliferasi kalus.

          Data hasil pengamatan selanjutnya dihitung dan disajikan secara tabulasi (Compton, 1994), karena terbatasnya data yang diperoleh sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisis statistik.

        3. HASIL

          Persentase Eksplan Bertunas

          Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan tanpa zat pengatur tumbuh sama sekali tidak efektif untuk menginduksi pertumbuhan tunas. Namun apabila ke dalam medium kultur

        • -1 -1 ditambahkan NAA 1 atau BAP 1 , maka tunas akan tumbuh. Hasil pengamatan juga

        • – 3 mgL – 5 mgL -1 menunjukkan bahwa konsentrasi NAA di atas 3 mgL cenderung menghambat pertumbuhan tunas meskipun dikombinasikan dengan BAP (Tabel 1). -1

          Pada faktor tunggal NAA, terlihat perlakuan NAA 1 mgL menghasilkan persentase eksplan bertunas tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya (43,33%), sedangkan pada faktor tunggal BAP

        • -1 terlihat persentase eksplan bertunas tertinggi (40%) dicapai pada pemberian BAP 1 mgL . Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi NAA Dan BAP Terhadap Persentase Eksplan yang Membentuk Tunas Eksplan Tunas Buah (Basal Slip) pada Kultur In Vitro Nenas Tangkit. -1
        • -1 BAP (mgL ) NAA (mgL )

          1

          2

          3

          4

          5 Rata-rata

          20

          20

          20 20.00 - - -

          1

          20

          60

          20

          40

          60

          60

          43.33

          2

          40

          20

          20

          40

          40

          40

          33.33

        • 3

          40

          40

          40

          20

          20

          32.00 4 - - -

          5

        • Rata-rata

          30.00

          40.00

          26.67

          35.00

          35.00 35.00 -

          Kecepatan Pertumbuhan Tunas

          Sejalan dengan persentase eksplan bertunas, pembentukan tunas semakin cepat dengan -1 -1 pemberian NAA 1 mgL disertai BAP hingga 5 mgL . Sementara itu pada perlakuan tanpa zat pengatur tumbuh dan perlakuan NAA tanpa BAP ataupun BAP tanpa NAA terungkap bahwa pembentukan tunas cenderung makin lambat (Tabel 2).

          Pembentukan tunas pada eksplan basal slip tanaman nenas yang dikulturkan pada medium -1 dengan NAA 1 mgL lebih cepat dibandingkan medium yang dilengkapi dengan NAA lainnya (rata- rata 16,39 hari setelah tanam). Sementara itu pada medium yang dilengkapi dengan BAP, tunas -1 terbentuk paling cepat (14,29 hari setelah tanam) pada perlakuan BAP 5 mgL .

          Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi NAA Dan BAP Terhadap Kecepatan Pertumbuhan (HST) Eksplan Tunas Buah (Basal Slip) pada Kultur In Vitro Nenas Tangkit -1

        • -1 BAP (mgL ) NAA (mgL )

          1

          2

          3

          4

          5 Rata-rata

          38.00 13.00 - - -

          11.00

          20.67

          1

          29.00

          13.67

          13.00

          17.00

          10.00

          15.67

          16.39

          2

          23.00

          24.00

          29.00

          14.00

          20.50

          20.50

          21.83

          3

          23.00

          13.00

          15.50 26.00 -

          10.00

          17.50

          4

        • 5 - - -
        • Rata-rata

          26.00

          20.22

          18.33

          21.13

          17.38 14.29 -

          Jumlah Tunas

          Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah tunas yang terbentuk diawal penelitian (1 bulan setelah tanam) sangat terbatas hanya berkisar 1-3 tunas. Namun perkembangan selanjutnya (3 bulan

        • -1 -1 setelah tanaman) perlakuan yang diberi NAA 1 mgL dengan BAP sampai 4 mgL menumbuhkan -1 tunas menjadi lebih banyak. Penambahan NAA lebih dari 1 mgL dengan semua konsentrasi BAP 1-
          • 1

            5 mgL cenderung tumbuhnya tunas lebih sedikit, perlakuan yang menghasilkan tunas paling banyak -1 -1 adalah pada perlakuan NAA 1 mgL dengan BAP 4 mgL (Tabel 3). Tabel 3. Pengaruh konsentrasi NAA dan BAP terhadap rata-rata jumlah tunas yang diregenerasikan dari eksplan tunas buah (basal slip) pada kultur in vitro nenas Tangkit. -1

          • -1 BAP (mgL ) NAA (mgL )

            1

            2

            3

            4

            5 Rata-rata

            3.00 3.00 1,50 2.50 - - -

            1

            1.50

            4.55

            3.33

            8.30

            10.40

            5.25

            5.56

            2

            1.00

            3.00

            3.00

            3.50

            4.20

            2.75

            2.45

            3 1.5 -

            2.75

            2.00

            1.00

            1.50

            1.75

            4

          • 5 - - - - -

            1.25

            3.01

            3.03

            4.20

            4.65

            2.75 - Rata-rata

            Proliferasi kalus

            Sampai dengan berakhirnya masa pengamatan tidak terlihat adanya proliferasi kalus pada permukaan eksplan yang dikulturkan pada semua kombinasi perlakuan NAA dan BAP.

          4. PEMBAHASAN

            Keberhasilan teknik kultur jaringan sebagai sarana perbanyakan tanaman sangat dipengaruhi oleh sifat medium yang digunakan, sebagaimana dijelaskan oleh (Saad dan Elshahed, 2012; Arab et

            

          al., 2014). Pada hakekatnya kebutuhan mendasar dari jaringan yang dikulturkan pada sistem in vitro

            sama halnya dengan kebutuhan tanaman lengkap. Oleh karenanya, media kultur in vitro pada umumnya terdiri atas unsur-unsur hara makro dan mikro. Namun menurut George dan De Klerk (2008), medium kultur in vitro juga perlu dilengkapi dengan karbohidrat berupa gula guna menggantikan karbon yang biasanya diperoleh dari atmosfer. Hasil yang lebih baik akan diperoleh apabila ke dalam medium ditambahkan pula vitamin, asam amino dan zat pengatur tumbuh

            

          Swamy et al., 2014). Kesemua komponen yang disebutkan di atas telah tercakup di dalam

          medium tumbuh yang digunakan di dalam penelitian ini.

            Perlakuan tanpa zat pengatur tumbuh terbukti tidak efektif untuk menginduksi pertumbuhan -1 -1 tunas. Penambahan NAA 1 atau BAP 1 ke dalam medium kultur ternyata mampu

          • – 3 mgL – 5 mgL menginduksi pertumbuhan tunas pada kultur in vitro potongan basal slip nenas Tangkit. Hasil ini sejalan dengan temuan sebelumnya di m, melaporkan bahwa regenerasi pucuk pada eksplan tunas mahkota buah nenas terjadi pada pemberian NAA 0.2 -1 -1 mgL dan BAP 2,0 mgL . Meskipun pada tingkat konsentrasi yang berbeda, namun hasil penelitian ini memperlihatkan konsistensi yang sama, yaitu pertumbuhan tunas berlangsung pada kondisi rasio NAA lebih rendah daripada BAP.

            Baik NAA maupun BAP, keduanya memperlihatkan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan eksplan basal slip nenas Tangkit, di mana keduanya efektif meningkatkan jumlah eksplan bertunas

          • -1
          • -1 pada konsentrasi NAA 1 mgL yang dikombinasikan dengan konsentarsi BAP 1-4 mgL . Hal ini sejalan dengan laporan bahwa pertumbuhan pucuk aksilar dari eksplan potongan mahkota buah nenas mengalami peningkatan manakala dikulturkan pada medium MS yang dilengkapi dengan BAP.

            Pembentukan tunas pada potongan eksplan basal slip tanaman nenas Tangkkit yang dikulturkan -1 pada medium dengan NAA 1 mgL lebih cepat dibandingkan medium dengan konsentrasi NAA lainnya, yakni rata-rata 16,39 hari setelah tanam. Sementara medium yang dilengkapi dengan BAP 5 -1 mgL menginduksi pembentukan tunas dalam waktu 14,29 hari setelah tanam. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini lebih baik dibandingkan hasil penelitian Roy et al. (2000) terhadap kultur in vitro potongan mahkota buah nenas, di mana dilaporkan bahwa tunas-tunas aksilar tidak tumbuh sampai 4 – 5 bulan setelah tanam dikarenakan adanya dormansi tunas. Cepatnya pembentukan tunas pada penelitian ini diduga sebagai konsekuensi dari hilangnya dominansi pucuk (apical dominance) akibat terpotongnya tunas terminal dari basal slip sehingga merangsang tumbuhnya tunas-tunas aksilar.

            Pada penelitian ini digunakan eksplan yang berasal dari basal slip yang mengandung banyak mata tunas aksilar. Pengisolasian dan pemotongan tunas-tunas aksilar menjadi 4 bagian diduga menyebabkan hilangnya dominansi pucuk yang tadinya menghambat perkembangan tunas-tunas tersebut. Pierik (1987) menjelaskan, bahwa dengan hilangnya dominansi pucuk memungkinkan tunas-tunas aksilar untuk tumbuh dan berkembang.

            Pertumbuhan tunas ini semakin meningkat manakala ke dalam medium ditambahkan zat -1 pengatur tumbuh BAP, di mana pemberian BAP 1-4 mgL meningkatkan persentase eksplan bertunas, kecepatan bertunas dan jumlah tunas yang dihasilkan (Tabel 1, 2 dan 3). Perlakuan yang -1 menghasilkan jumlah rata-rata tunas terbanyak adalah perlakukan NAA 1 mgL yang

          • -1 dikombinasikan dengan BAP 4 mgL yaitu 10,4 tunas. Hal ini diduga kombinasi konsentrasi NAA dan BAP yang diberikan mampu mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi sel pada

            

          basal slip tersebut. Sejalan dengan hasil peneliti yang mencapai 12 pucuk pada

          -1

            medium yang dilengkapi dengan 1,75 BAP, atau ole yang

          • – 3,5 mgL
            • -1 mendapatkan tunas majemuk rata-rata 7 tunas pada medium yang diperkaya dengan 2,0 mgL BAP. Hasil peneliti di mana pembentukan pucuk yang -1 -1 maksimal dari potongan eksplan sucker diperoleh pada perlakuan NAA 2 mgL disertai BAP 5 mgL . -1 -1

              Penambahan konsentrasi NAA lebih dari 1 mgL dan BAP lebih dari 4 mgL cenderung menghambat pembentukan pucuk. Hal ini diduga peningkatan konsentrasi menyebabkan hambatan terhadap pembelahan dan diferensiasi sel dari eksplan tersebut sehingga pembentukan tunas terhambat. Karena zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik selain nutrisi yang aktif pada konsenterasi rendah (< 1 mM) (atau konsenterasi rendah) yang dapat menyokong, menghambat, atau secara kualitatif memodifikasi pertumbuhandan perkembangan tanaman. Pucuk-pucuk yang tumbuh pada kultur in vitro nenas Tangkit disajikan pada Gambar 1.

            • 1 -1 -1

              NAA 1+BAP 4 mgL NAA 1+ BAP 5 mgL

              NAA 1+ BAP 3 mgL
            • -1 -1
              • 1

                NAA 2+BAP 1 mgL NAA 0+BAP 4 mgL

                NAA 3+BAP 2 mgL Gambar 1. Proliferasi tunas dan pertumbuhan pucuk pada kultur in vitro eksplan basal

                slip nenas Tangkit pada medium MS yang dilengkapi dengan NAA dan BAP

                Tak satupun eksplan yang dikulturkan pada semua kombinasi perlakuan yang diuji memperlihatkan adanya proliferasi kalus. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rasio konsentrasi NAA dan BAP yang tidak berada pada zona induksi kalus. Menur pemberian auksin dan sitokinin eksogen dapat menginduksi pembentukan kalus pada berbagai spesies tanaman, namun untuk induksi kalus dibutuhkan rasio menengah (intermediate) antara auksin dan sitokinin. Apabila konsentrasi auksin lebih tinggi terhadap sitokinin, maka akan terjadi pembentukan akar, sebaliknya apabila rasio auksin lebih rendah terhadap sitokininmaka akan terjadi renegerasi tunas.

                5. KESIMPULAN

                Bartholomew, R. E. Paull dan K. G. Rohrbach [eds.], The Pineapple: Botany, Production and Uses, p. 13-32. CAB International, Wallingford. Danso, K. E., K. O. Ayeh, V. Oduro, S. Amiteye dan H. M. Amoatey. 2008. Effect of 6-Benzylaminopurine and Naphthalene acetic acid on in vitro production of MD2 pineapple planting materials. World

                The Plant Cell 25: 3159-3173.

                Ikeuchi, M., K. Sugimoto dan A. Iwase. 2013. Plant callus: mechanisms of induction and repression.

                Acta Agriculturae Slovenica 101: 15-20.

                Ibrahim, M. A., H. A. Al-Taha dan A. A. Seheem. 2013. Effect of cytokinin type and concentration, and source of explant on shoot multiplication of pineapple plant (Ananas comosus ‘Queen’) in vitro.

                of Crop Science 7: 1038-1045.

                Hamad, A. H. M., R. M. Taha dan S. Mohajer. 2013. In vitro induction and proliferation of adventitious roots in pineapple (Ananas comosus L.) cultivars of smooth cayenne and morris. Australian Journal

                Plant Cell Reports 21: 844-850.

                Drew, R. A. 1980. Pineapple tissue culture unequalled for rapid multiplication. Queensland Agriculture Journal 106: 447-451. Farahani, F. 2014. Micropropagation and growth of in vitro pineapple (Ananas comosus L. Merr.) in Iran. Plant Archives 14: 337-341. Firoozabady, E. dan N. Gutterson. 2003. Cost effective in vitro propagation methods for pineapple.

                Applied Science Journal 3: 614-619.

                Bhatia, P. dan N. Ashwath. 2002. Development of rapid method for micropropagation of a new pineapple (Ananas comosus (L.) Merr. clone Yeppoon gold. Acta Horticulturae 575: 125-131. D’Eeckenbrugge, G. C. dan F. Leal. 2003. Morphology, Anatomy and Taxonomy. Dalam D. P.

                1). Kehadiran NAA dan BAP di dalam medium kultur perbanyakan nenas Tangkit menggunakan eksplan potongan basal slip dapat meningkatkan jumlah eksplan bertunas, mempercepat tumbuhnya tunas dan merangsang pertumbuhan pucuk,

                South African Journal of Botany 72: 191-194.

                Be, L. V. dan P. C. Debergh. 2006. Potential low-cost micropropagation of pineapple (Ananas comosus).

                International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences 3: 399-404.

                Almeida, W. A. B., G. S. Santana, A. P. M. Rodriguez dan M. A. de Costa. 2002. Optimisation of a protocol for micropropagation of pineapples. Revista Brasileira de Fruticultura 2: 296-300. Anbazhagan, M., B. Balachandran dan K. Arumugam. 2014. In vitro propagation of Musa sp. (Banana).

                African Journal of Biotechnology 10: 5291-5295.

                Al-Saif, A. M., A. B. M. S. Hossain dan R. M. Taha. 2011. Effects of benzylaminopurine and naphthalene acetic acid on proliferation and shoot growth of pineapple (Ananas comosus L. Merr) in vitro.

                7. DAFTAR PUSTAKA

                Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jambi atas dukungan dana yang diberikan melalui DIPA Fakultas Pertanian Tahun Anggaran 2016.

                6. UCAPAN TERIMA KASIH

                2) Regenerasi tunas dari eksplan basal slip nenas Tangkit berlangsung pada kondisi konsentrasi NAA di dalam medium kultur lebih rendah daripada BAP, 3). NAA 1 mgL -1 disertai dengan BAP 4 mgL -1 merupakan kombinasi terbaik untuk mendapatkan pertumbuhan tunas dan perkembangan pucuk dari eksplan potongan basal slip nenas Tangkit.

                Iwai, H., N. Masaoka, T. Ishii dan S. Satoh. 2002. A pectin glucuronyltransferase gene is essential for intercellular attachment in the plant meristem. Proceedings of National Academi of Science USA 99: 16319-16324. Kadhimi, A. A., A. N. Alhasnawi, A. Mohamad, W. Y. Wan Mohtar dan B. C. M. Z. Che Radziah. 2014.

                Tissue culture and some of the factors affecting them and the micropropagation of strawberry.

                Life Science Journal 11: 484-493.

                Kahia, J., F. Ndaruhutse, B. Waweru, N. Bonaventure, A. Mutaganda, P. Y. Sallah, N. P. Kariuki dan T.

                Asiimwe. 2015. In vitro propagation of two elite cooking banana cultivars- FHIA 17 and INJAGI.

                International Journal of Biotechnology and Molecular Biology Research 6: 40-47.

                Khan, S., A. Nasib dan B. A. Saeed. 2004. Employment of in vitro technology for large scale multiplication of pineapples (Ananas comosos). Pakistan Journal of Botany 36: 611-615. Mengesha, A., B. Ayenew dan T. Tadesse. 2013. Acclimatization of in Vitro Propagated Pineapple

                (Ananas comosuss (L.), var. Smooth cayenne) Plantlets to ex Vitro Condition in Ethiopia. American Journal of Plant Sciences 4: 317-323. Moradi, K., M. Otroshy dan M. R. Azimi. 2011. Micropropagation of strawberry by multiple shoots regeneration tissue cultures. Journal of Agricultural Technology 7: 1755-1763. Murashige, T. dan F. Skoog. 1962. A revised medium for rapid growth and bio assays with tobacco tissue cultures. Physiol. Plant. 15: 473-497. Ngomuo, M., E. Mneney dan P. A. Ndakidemi. 2014. The in Vitro Propagation Techniques for Producing Banana Using Shoot Tip Cultures. American Journal of Plant Sciences 5: 16-14-1622. Rahman, K. W., M. N. Amin dan M. A. K. Azad. 2001. In vitro rapid clonal propagation of pineapple, Ananas comosus (L.) Merr. Plant Tissue Culture 11: 47-53. Roostika, I., I. Mariska, N. Khumaida dan G. A. Wattimena. 2012. Indirect organogenesis and somatic embryogenesis of pineapple induced by dichlorophenoxyacetic acid. Jurnal AgroBiogen 8: 8-18. Soneji, J. R., P. S. Rao dan M. Mhatre. 2000b. Somaclonal variation in micropropagated dormant axillary buds of pineapple (Ananas comosus L., Merr.). Journal of Horticultural Science and

                Biotechnology 77: 28-32.

                Souza, F. V. D., E. A. Chumbinho, D. T. Junghans, H. L. Carvalho dan K. C. dos Santos. 2012. In vitro culture of pineapple apical meristems for viral removal. Pineapple News - Newsletter of the

                Pineapple Working Group, International Society for Horticultural Science 19.

                Sripaoraya, S., R. Marchant, J. B. Power dan M. R. Davey. 2003. Plant regeneration by somatic embryogenesis and organogenesis in commercial pineapple (Ananas comosus L.). In Vitro Cellular

                and Developmental Biology - Plant 39: 450-454.

                Yapo, E. S., T. H. Kouakou, M. Kone, J. Y. Kouadio, P. Kouame dan J.-M. Merillon. 2011. Regeneration of pineapple (Ananas comosus L.) plant through somatic embryogenesis. Journal of Plant

                Biochemistry and Biotechnology 20: 196-204.

                Zuraida, A. R., A. H. Nurul Shahnadz, A. Harteeni, S. Roowi, C. M. Z. Che Radziah dan S. Sreeramanan.

                2011. A novel approach for rapid micropropagation of maspine pineapple (Ananas comosus L.) shoots using liquid shake culture system. African Journal of Biotechnology 10: 3859-3866.